27

ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA
Page 2: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA
Page 3: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

I NYOMAN GEDE WARDANA

197807092005011012

DEPARTERMEN ANATOMI FK UNUD

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019

Page 4: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

i

ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

I NYOMAN GEDE WARDANA

197807092005011012

DEPARTERMEN ANATOMI FK UNUD

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019

Page 5: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

atas karunia dan rahmat-Nya lah tulisan yang berjudul “Anatomi Esophagus dan

Implikasi Klinisnya” dapat penulis selesaikan dalam rangka melaksanakan Tri

Dharma perguruan tinggi di Universitas Udayana

Adapun tulisan ini masih jauh dari sempurna dan perlu kajian yang lebih

dalam lagi. Penulis membuka diri jika ada saran dan kritik yang ditujukan pada

tulisan ini.

Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut

membantu dalam penelitian ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua.

Denpasar, Juli 2019

Page 6: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

iii

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 3

2.1. Tofografi ................................................................................................... 3

2.1.1. Oesophagus Pars Cervicalis .............................................................. 4

2.1.2. Oesophagus Pars Thoracica .............................................................. 5

2.1.3. Oesohagus Pars Abdominalis ............................................................ 7

2.2. Spingter Esophagus .................................................................................. 9

2.3. Vaskularisasi dan Aliran Limfa .............................................................. 10

2.3.1. Arteriae ............................................................................................ 10

2.3.2. Venae............................................................................................... 10

2.3.3. Aliran Limfa .................................................................................... 10

2.4. Innervasi ................................................................................................. 12

2.5. Implikasi Klinis ...................................................................................... 14

2.5.1. Varises Esophagus .......................................................................... 14

2.5.2. Ruptur Esofagus .............................................................................. 15

2.5.3. Atresia esofagus .............................................................................. 16

2.5.4. Dismotilitas Esofagus ..................................................................... 17

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

Page 7: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Esophagus dilihat dari Anterior (A) dan Posterior (B) ......................... 3

Gambar 2. Skema Lokasi Penyempitan pada Esophagus ...................................... 6

Gambar 3. Struktur-Struktur di sekitar Esophagus Pars Abdominalis .................... 8

Gambar 4. Arteriae yang Melayani Esophagus..................................................... 11

Gambar 5. Venae dari Esophagus ......................................................................... 12

Gambar 6. Innervasi Esophagus ............................................................................ 13

Page 8: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

Esophagus merupakan saluran muskular yang menghubungkan faring

dengan gaster. Membentang mulai dari laryngopharyng di junctura pharyngo-

esophagealis sampai ke orificium cardiaca dari gaster. Dibentuk oleh otot lurik di

bagian sepertiga superiornya, otot polos bada sepertiga distalnya, dan gabungan

antara otot lurik dengan otot polos di sepertiga mediannya. Pars cervivalisnya

dimulai dari margo inferior cartilago cricoidea kira-kira setinggi C6 pada garis

median.1

Dari luar junctura pharyngo-esophagealis terlihat menyempit yang

disebabkan oleh pars cricopharyngealis dari musculus constrictor pharyngealis

inferior (spincter esophagus superior). Saat berakhir di bagian cardia dari gaster

menjadi junctura esophago-gastrica, superior dari junctura ini otot-otot

diaphragma membentuk hiatus esophealis yang berfungsi sebagai spincter

fisiologis (spincter esophagus inferior) yang akan mengalami kontraksi dan

relaksasi.1,2

Penyakit yang terjadi pada esophagus ditandai dengan dua gejala utama

yaitu disfagia (kesulitan menelan) dan nyeri pada daerah dada dan punggung).

Gejala yang lain dapat berupa ditemukannya tanda-tanda obstruksi mekanis

(stictur, tumor, esofagitis eosinofilik), kelainan motorik utama (achalasia,

obstruksi esofagogastrik junction outflow, hilangnya kontraktilitas, spasme

esophagus di bagian distal, jackhammer esophagus), dan GERD

(GastroEsophageal Reflux Disease).2

Page 9: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

2

Untuk dapat menegakkan diagnosis kelaianan yang terjadi di esophaus

diperlukan pengetahuan anatomi yang baik. Pengetahuan anatomi yang penting

dalam memahami esophagus adalah mengenai tofografinya, lokasi dimana sering

terjadi penyempitan, spincternya, vaskularisisasi, innervasi, aliran lymphe, dan

kaitannya dengan penyakit yang sering terjadi pada esophagus.

Page 10: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tofografi

Oesophagus adalah saluran muskular yang panjangnya berkisar 25 cm,

menghubungkan pharynx dengan gaster. Saluran ini dimulai di leher, sejajar

dengan batas bawah tulang rawan cricoidea dan corpus vertebrae cervicalis VI,

dan turun sebagian besar di anterior dari columna vertbralis melalui mediastinum

superior dan posterior, menembus diaphragma, sejajar dengan vertebrae thoracalis

X, dan berakhir pada bagian cardia dari gaster setinggi vertebrae thoracalis XI.

Gambar 1. Esophagus dilihat dari Anterior (A) dan Posterior (B)4

Page 11: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

4

Oesophagus umumnya berjalan secara vertikal dan memiliki dua kurva dangkal.

Dimulai di bidang median, tetapi miring ke kiri sepanjang radix leher, secara

bertahap kembali ke bidang median dekat vertebrae thoracalis V, dan pada

vertebrae thoracalis VII berjalan miring ke kiri lagi sebelum menembus

diafragma.1,3,4

Oesophagus juga membengkok dalam bidang anteroposterior untuk

mengikuti lekukan cervicothoracic pada columna vertebralis dan juga bisa

menekuk sedikit ke kanan karena didorong oleh aorta sebelum membungkuk ke

kiri untuk mencapai hiatus esofagus. Ini adalah bagian tersempit dari saluran

pencernaan (kecuali untuk apendiks vermiformis) dan menyempit di awal (15 cm

dari gigi insisivus), di mana ia dilintasi oleh lengkungan aorta (22,5 cm dari gigi

insisivus), di mana disilangkan oleh bronkus utama kiri (27,5 cm dari gigi

insisivus) dan saat melewati diafragma (40 cm dari gigi insisivus). Pengukuran ini

penting secara klinis berkaitan dengan berjalannya instrumen di sepanjang

oesophagus.4

2.1.1. Oesophagus Pars Cervicalis

Oesophagus pars cervicalis berada di posterior dari trachea dan dilekatkan

oleh jaringan ikat longgar. Nervus laryngicus recurrent berjalan naik di setiap sisi

dalam atau di dekat sulcus tracheooesophagus. Di bagian posteriornya terdapat

columna vertebralis, longus colli dan lapisan dalam dari fascia prevertebralis.

Pada kedua sisi lateralnya terdapat arteriae carotid communis dan bagian posterior

dari kelenjar thyroid. Di leher bagian bawah, di mana esofagus menyimpang ke

kiri, itu lebih dekat ke selubung arteriae carotid communis dan kelenjar thyroid

Page 12: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

5

yang kiri daripada yang di sebelah kanan. Ductus thoracicus berjalan naik untuk

jarak pendek di sepanjang sisi kirinya.1,3,4

2.1.2. Oesophagus Pars Thoracica

Oesophagus pars thoracica terletak sedikit ke kiri di mediastinum superior

antara trachea dan columna vertebralis. Oesophagus ini lewat di belakang dan di

sebelah kanan dari arcus aorta untuk turun di mediastinum posterior di sepanjang

sisi kanan aorta thoracica descendens. Di bawah, karena miring ke kiri, menyilang

anterior ke aorta dan memasuki abdomen menembus diaphragma setinggi

vertebrae thoracalis X. Dari atas ke bawah, trachea, arteriae pulmonalis dextra,

bronchus principalis sinistra, pericardium (memisahkannya dari atrium sinistra)

dan diaphragma terletak di anterior. Columna vertebralis, longus colli, arteriae

intercostalis posterior dextra, ductus thoracicus, vena azygos dan bagian terminal

hemiazygos dan vena azygos acessorius dan, dekat diafragma, aorta letaknya

adalah posterior dari oesophagus. Sebuah resessus panjang dari kantung pleura

kanan terletak di antara oesophagus (di depan) dan vena azygos dan columna

vertebralis (belakang) di mediastinum posterior.3,4

Di dalam mediastinum superior, bagian terminal dari arcus aorta, arteriae

subclavia sinistra, ductus thoracicus, pleura sinistra dan nervus laryngicus

recurrent adalah letaknya di sebelah lateral kiri ari oesophagus. Pada mediastinum

posterior, oesophagus berhubungan dengan aortae thoracica desendens dan pleura

sinistra. Pleura dextra, dan vena azygos saat melengkung ke depan di atas

bronchus principalis dextra untuk bergabung dengan vena cava superior, adalah

terletak disisi lateral kanan dari oesophagus.3,4

Page 13: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

6

Gambar 2. Skema Lokasi Penyempitan pada Esophagus 3

Di bawah radix pulmonalis, nervus vagus berjalan turun dan kontak

dengan oesophagus, nervus yang kanan terutama di belakang dan nervus yang kiri

di depan; nervi vagi selanjutnya bersatu membentuk pleksus di sekitar

oesophagus. Di bawah, di mediastinum posterior, ductus thoracicus berada di

belakang dan di sebelah kanan oesophagus; pada posisi yang lebih tinggi ductus

ini posisinya di posterior, menyilang ke kiri oesophagus setinggi kira-kira

vertebrar thoracalis V dan kemudian naik di sebelah kiri. Di sebelah kanan

Page 14: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

7

oesophagus, tepat di atas diafragma, sebuah bursa infracardiac kecil dapat

ditemukan; itu merepresentasikan bagian apex yang terpisah dari recessus

pneumotorenteric dextra.1,4

2.1.3. Oesohagus Pars Abdominalis

Oesohagus pars abdominalis memiliki panjang 1-2,5 cm, dan sedikit lebih

lebar di bagian orificium cardiacanya dibandingkan dengan di bagian orificium

diaphragmatica. Letaknya di sebelah kiri garis median dan masuk ke abdomen

melalui hiatus esofagus setinggi corpus vertebrae thoracal 10. Kemudian berjalan

miring ke kiri, sedikit posterior, dan berakhir di pertemuan gastro-esofagus.

Esofagus pars abdominalis terletak di posterior dari lobus hepatis sinistra, yang

membentuk sedikit sulcus, anterior dari crus sinistra, arteria phrenicus inferior

sinistra dan nervus sphlancnicus major sinistra.1,3,4

Permukaannya ditutupi oleh lapisan tipis jaringan ikat dan peritoneum

visceralis yang mengandung nervii vagus anterior dan posterior serta ramii

esophagelis arteria gastrica sinistra. Nervii vagus anterior bisa berjalan sendiri

atau menjadi beberapa truncus, dan berhubungan erat dengan lapisan paling luar

dari mantel otot longitudinal esofagus. Nervii vagi posterior biasanya tunggal

yang membuat lebih mudah di diidentifikasi selama operasi.4

Page 15: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

8

Gambar 3. Struktur-Struktur di sekitar Esophagus Pars Abdominalis 3

Esophagus pars abdominalis melekat ke diafragma melalui jaringan ikat

ligamentum phrenico-esophagealis. Ligamentum ini terbentuk dari dua pita tebal

jaringan ikat yang kaya akan serat-serat elastin. Ligamentum phrenico-

esophagelias inferior secara efektif merupakan perpanjangan dari fascia

transversalis yang membentang di bawah peritoneum parietalis kemudian

mengalami refleksi dari diafragma ke esophaagus pars abdominalis. Serat-serat

tersebut hanya melekat secara longgar pada jaringan adventisia dan sejumlah

lemak dalam jumlah yang bervariasi sering berada di bawahnya, diantara dinding

esofagus dan lengkungan cruris.4

Page 16: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

9

2.2. Spingter Esophagus

Esophagus pada bagian atas dan bawahnya dikelilingi oleh dua buah

cincin otot, yang masing-masing dikenal sebagai sfingter esofagus bagian atas dan

sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter ini bertindak untuk menutup esophagus

saat makanan tidak ditelan. Sfingter esofagus bersifat fungsional tetapi tidak

anatomis, artinya mereka bertindak sebagai sfingter tetapi tidak memiliki

penebalan yang berbeda seperti sfingter lainnya.1,3.4

Sfingter esofagus bagian atas mengelilingi bagian atas esofagus. Sfingter

ini dibentuk oleh otot lurik tetapi tidak di bawah kendali. Pembukaan sfingter

esofagus bagian atas dipicu oleh refleks menelan. Otot primer sfingter esofagus

bagian atas adalah bagian pars cricopharyngealis dari musclus constricyor

pharyngealis inferior.1,3,4

Sfingter esofagus bagian bawah, atau sfingter gastroesofageal,

mengelilingi bagian bawah dari esofagus, di pertemuan antara esofagus dan

gaster. Disebut juga sebagai sfingter cardia atau sfingter cardioesofagealis,

dinamai dari bagian gaster yang berdekatan, yaitu cardia. Disfungsi dari sfingter

gastroesofageal menyebabkan gastroesophageal reflux, yang menyebabkan nyeri

perut seperti terbakar dan jika itu terjadi cukup sering, dapat menyebabkan

penyakit gastroesophageal reflux, dengan menyebabkan kerusakan pada mukosa

esofagus.1,3,4

Page 17: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

10

2.3. Vaskularisasi dan Aliran Limfa

2.3.1. Arteriae

Oesophagus pars cervicalis mendapatkan aliran darah dari arteriae thyroid

inferior. Oesophagus pars thorcalis mendapatkan aliran darah dari rami

bronchialis dan rami oesphagialis arterior thoracica. Empat atau lima dari rami

oesophagialis berasal dari permukaan anterior dari aorta dan turun secara oblik

menuju oesophagus kemudian mengadakan anastomosis dengan rami

oesophagialis dari arteriae thyroidea inferior di bagian atas, dan di bagian bawah

juga mengadakan anasomosis dengan rami ascendens dari arteriae phrenicus

sinistra dan arteriae gastrica sinistra.4

2.3.2. Venae

Darah balik dari oesophagus dialirkan menuju ke plexus submukosa dan

kemudian menuju pleksus venosus peri-oesophagialis dimana vena-vena

oesophagus berasal. Yang dari oesophagus pars thoracalis dialirkan utamanya

menuju vena azygos dan sedikit menuju vena-vena hemiazygos, intercostalis, dan

bronchialis. Yang berasal dari oesophagus pars cervicalis dialirkan menuju venae

thyroid inferior. Vena gastrica sinistra bergabung dengan venae oesophagus di

bagian bawah pada daerah curvatura minor kemudian dialirkan menuju ke venae

porta.4

2.3.3. Aliran Limfa

Esofagus memiliki sistem limfatik submukosa yang ekstensif dan

longitudinal, yang mungkin menjelaskan limfadenopati para-oesophageal jarak

jauh pada karsinoma esofagus. Aliran limfa dari oesophagus pars cervivalis

Page 18: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

11

Gambar 4. Arteriae yang Melayani Esophagus4

dialirkan menuju ke lymphonodi cervicalis profundus baik secara langsung

maupun tidak langsung atau melalui lymphonodi prartrachealis. Pembuluh limfa

dari oesophagus pars thorcalis dialirkan menuju ke lymphonodi mediastinalis

posterior. Dan yang dari oesophagus pars abdominalis akan dialirkan menuju

lymphonodi gastrica sinistra. Beberapa mungkin dialirkan langsung menuju ke

ductus thoracicus.1,3,4,5

Page 19: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

12

Gambar 5. Venae dari Esophagus4

2.4. Innervasi

Esophagus diinervasi oleh nervus vagus dan serat-serat saraf simpatis

truncus cervicalis dan thoracalis. Esofagus bagian atas diinervasi oleh cabang-

cabang dari nervus laryngicus reccurent dan oleh serat-serat simpatis

postganglionik yang sebelumnya berjalan sepanjang arteria thyroidea inferior

sebelum mencapai esophagus. Esofagus bagian bawah diinnervasi oleh pleksus

Page 20: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

13

esofagus yang mengelilingi esofagus di bawah setinggi radix pulmonis, dan yang

mengandung campuran serat-serat parasimpatis dan simpatis.1,4,5

Gambar 6. Innervasi Esophagus1

Serabut-serabut motorik untuk otot lurik dan polos dari dinding esofagus

dibawa oleh nervus vagus. Akson yang berasal dari badan sel saraf di nukleus

ambiguus berjalan melalui nervus laryngicus reccurent dan memberikan innervasi

pada cricopharyngeus dan otot lurik sepertiga bagian atas esofagus. Akson dengan

badan sel di nucleus dorsalis nervus vagus melewati pleksus esofagealis dan

memberikan innervasi pada otot polos yang membentuk dua pertiga bagian bawah

esophagus. Nervus vagus juga melepaskan cabang-cabang lainnya saat bergerak

melalui mediastinum, dan berjalan langsung menuju ke esophagus. Serat-serat

sekretomotor juga dilepaskan ke kelenjar lendir di mukosa esofagus, dan serat

aferen (sensorik) visceral ke tubuh sel di ganglion inferior.1

Page 21: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

14

Serat-serat saraf sinpatis vasomotor untuk esofagus berasal dari segmen

atas dari medulla spinalis T4-6. Dari ganglion bagian atas melewati ganglia

cervicalis medialis dan inferior mengadakan sinapsis dengan neuron-neuron pos

ganglion, memberikan innervasi untuk pembuluh darah di esophagus pars

cervicalis dan thoracalis bagian atas. Yang berasal dari ganglion bawah dapat

berjalan langsung melalui pleksus esophagealis atau melalui ganglion coeliacus

dimana meraka akan mengadakan sinapsis pada akson pos ganglion untuk

menginervasi esophagus bagian distal. Serat-serat nyeri viscero afferen berjalan

melalui serat-serat saraf simpatis segmen T1-4 dari medulla spinalis. Karena

segmen ini juga menerima impuls aferen dari jantung, terkadang sangat sulit

membedakan antara nyeri yang berasal dari esophagus dengan nyeri yang berasal

dari jantung.1,3,4,5

2.5. Implikasi Klinis

2.5.1. Varises Esophagus

Adanya siroris atau fibrosis pada hepar akan mempengaruhi cabang-

cabang vaskulernya dan juga “compliance” vaskulernya. Akan terjadi juga tonus

vaskular yang meningkat, yang mungkin merefleksikan adanya pengurangan

vasodilator endotel seperti nitrit oksida. Resistensi portal meningkat, mengarah ke

pembentukan sirkulasi kolateral, dan ada peningkatan seiring aliran darah sistemik

dan splanknik. “Shunting” darah portosistemik terjadi antara venae gastrica brevis

dan vena esofagus, sebagian besar sebagai akibat dilatasi saluran embrio yang

sudah ada.4

Varises oesophagus di bagian distal mudah terlihat pada endoskopi, karena

mereka terletak di permukaan lamina propria. Darah dari vena superfisial

Page 22: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

15

mengalir ke pleksus vena superfisial, kemudian menjadi pleksus vena intrinsik

yang lebih dalam dan akhirnya ke vena perioesophageal melalui vena perforantes.

Aliran dua arah biasanya dimungkinkan di wilayah ini, sebuah fenomena yang

memungkinkan perubahan tekanan selama pernapasan dan manuver Valsava.

Namun, dalam hipertensi portal, katup di dalam pembuluh yang berlubang

menjadi tidak kompeten dan aliran darah menjadi “retrograde”, menyebabkan

dilatasi vena intrinsik dalam.4

Adanya peningkatan tekanan dalam wilayah ini mempengaruhi varises

untuk mengalami perdarahan cepat dan dapat mengancam jiwa. Perawatan

diarahkan untuk mengendalikan pembentukan sirkulasi kolateral dan pemusnahan

varises yang rentan terhadap perdarahan, dan dicapai dengan injeksi endoskopik

paravariceal dari sclerosant, yang menyebabkan obliterasi varises sebagai akibat

dari pembentukan trombus. Hal ini juga menginduksi terjadinya fibrosis di dalam

mukosa, yang mengurangi pembentukan pembuluh kolateral baru. Atau, dapat

juga digunakan karet gelang dalam upaya untuk mengikat varises. Perdarahan dari

varises dikaitkan dengan tingkat mortalitas 25%, yang mencerminkan masalah

perdarahan ulang dan komorbiditas yang mendasarinya.4

2.5.2. Ruptur Esofagus

Sebagian besar ruptur esofagus adalah iatrogenik, dan dapat terjadi selama

instrumentasi esofagus pada waktu dilakukan tindakan endoskopi sederhana,

intervensi endoskopi dan pemasangan tabung nasogastrik. Penyebab lainnya

adalah trauma, barotrauma, benda asing dan karsinoma esofagus. Barotrauma

biasanya terjadi disertai dengan muntah yang hebat. Biasanya menyebabkan

Page 23: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

16

robekan longitudinal pada dinding posterior esophagus pars thoracica. Secara

keseluruhan, hampir 60% perforasi terjadi di esophagus pars thoracica, 25% di

esophagus pars cervivalis dan 15% di esophagus pars abdominalis.4,5

Perforasi pada esophagus pars cervivalis terjadi di dinding posterior, di

mana esophagus berada pada posisi tertipis, dan sering berhubungan dengan area

mukosa di mana tidak ditutupi oleh otot, dan yang dibatasi oleh contrictor

pharyngealis inferior dan cricopharyngeus. Kematian akibat perforasi esofagus

adalah 20% dan akibat dari mediastinitis dan infeksi nekrotikans. Gejala yang

muncul meliputi nyeri dada, odinofagia, hematemesis, emfisema bedah subakut,

takikardia, dan sesak napas dan, pada kasus lanjut, syok septik. Adanya diagnosis

dini (dalam 24 jam) dan penanganan yang cepat memeberikan prognosis yang

lebih baik dan tingkat kematian antara 10% dan 15%, sedangkan diagnosis yang

terlambat memiliki tingkat kematian yang jauh lebih besar. Untuk perforasi di dua

pertiga atas esophagus pars thoracica, dilakukan tindakan torakotomi.4,5

2.5.3. Atresia esofagus

Sebagian besar kasus atresia esofagus terjadi bersamaan dengan fistula

trakeo-esofageal, dengan insidensi 1:3000-4000 kelahiran. Ada insiden tinggi

kelainan bawaan terkait seperti jantung, genitourinari, kerangka, dan anomali

gastrointestinal lainnya. Diagnosis prenatal tidak bisa dikerjakan karena

kurangnya gambaran ultrasonografi spesifik. Satu-satunya indikator prenatal yang

menajadi acuan adalah adanya polihidramnion dan, yang jarang berupa

ditemukannya gas lambung; tanda-tanda klinis lainnya adalah adanya kantong

faring pada pemeiksaan USG. Gambaran klinis postnatal dapat berupa

Page 24: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

17

adanyaregurgitasi makanan; batuk berulang dan tersedak, terkait dengan adanya

fistula trakeo-esofagus. Tindakan dengan pembedahan korektif sangat penting;

kelangsungan hidup secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh adanya anomali

jantung terkait.4

2.5.4. Dismotilitas Esofagus

Gangguan utama pada motilitas dari esofagus berhubungan dengan

gangguan di sfingter esofageal bagian atas dan bawah dan Achalasia. Adanya

masalah di sfingter esofagus bagian atas biasanya disebabkan karena kelainan

neurologis. Penyakit yang menyerang batang otak mengganggu relaksasi

cricopharyngeus (sfingter esofagus bagian bawah), menyebabkan terjadi disfagia

pada material yang padat dan cairan. Pada kasus ini cenderung terjadi aspirasi.

Videofluoroskopi dapat menunjukkan kelainan tersebut.4,5

Achalasia pada dari regio cardia dari gaster merupakan kelainan motorik

primer esphagus di mana terjadi kegagalan pada relaksasi sfingter kardio-esofagus

dan hilangnya peristaltik di esofagus dengan degenerasi sel-sel sel saraf di pleksus

myenterikus. Gambaran klinisnya adalah disfagia, regurgitasi makanan yang tidak

tercerna, nyeri dada retrosternal dan penurunan berat badan. Pemeriksaan

radiologi thorax sederhana dapat menunjukkan dilatasi dari esophagus dan retensi

makanan. Pemeriksaan dengan menggunakan Barium menunjukkan gambaran

“bird-beak” yang klasik sebagai akibat dari kegagalan relaksasi sfingter esofagus

bagian bawah dan tidak adanya peristaltik. Pemeriksaan Manometri esofagus

dengan tekanan mengkonfirmasi diagnosis dan menunjukkan tidak ada atau

terjadi gangguan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. Perawatan terdiri dari

dilatasi balon pneumatik selama endoskopi atau miotomi bedah akses-minimal

Page 25: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

18

dari cardia gaster. Alternatif pada pasien yang kondinsinya lemah adalah injeksi

toksin botulinum intrasphincteric. Keuntungannya adalah morbiditas dan

mortalitas yang lebih rendah, dengan risiko perforasi esofagus yang jauh lebih

rendah.4

Spasme esofagus yang difus dapat disertai dengan disfagia dan nyeri dada.

Ini dapat dilihat dengan adanya kontraksi esofagus yang abnormal pada saat

menelan barium, dan menghasilkan kontraksi segmental simultan yang

menghilangkan lumen esofagus untuk menghasilkan gambaran “corkscrew-

esophagus”. Manometri juga menunjukkan kontraksi titanic pada esofagus.

Gangguan motilitas esofagus nonspesifik terjadi seiring bertambahnya usia

(presbyoesophagus) dan ditandai oleh penurunan kejadian peristaltik normal, atau

bahkan tidak ada, setelah menelan. Ini mungkin disertai oleh kontraksi berulang

(tersier) dan kegagalan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. Dismotilitas

esofagus juga termasuk spasme esofagus dan gangguan yang disebabkan oleh

skleroderma atau penyakit jaringan ikat lainnya, di mana terdapat atrofi otot polos

dan penggantian fibrosa pada submukosa dan lamina propria.4,5

Page 26: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

19

BAB III

KESIMPULAN

Esophagus merupakan saluran muskular yang memiliki panjang berkisar

25 cm, menghubungkan laryngopharynx dengan gaster. Memiliki dua buah

spincter yaitu spincter esophagealis superior dan inferior. Dibagi menjadi tiga

bagian pars cervicalis, pars thoracica (paling panjang), dan pars abdominalis

(paling pendek). Oesophagus pars cervicalis mendapatkan aliran darah dari

arteriae thyroid inferior. Oesophagus pars thoracalis mendapatkan aliran darah

dari rami bronchialis dan rami oesphagialis arterior thoracica. Darah balik dari

oesophagus pars cervicalis dialirkan menuju venae thyroid inferior. Vena gastrica

sinistra bergabung dengan venae oesophagus di bagian bawah pada daerah

curvatura minor kemudian dialirkan menuju ke venae porta. Esophagus

mendapatkan innervasi dari nervus vagus dan serat-serat saraf simpatis truncus

cervicalis dan thoracalis. Malasah klinis yang sering terjadi pada esophagus dapat

berupa varises esophagus, ruptur esophagus, atresia esophagus, dan gangguan

dismotilitas esophagus.

Page 27: ANATOMI ESOPHAGUS DAN IMPLIKASI KLINISNYA

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Moore, K.L., Agur A.M.R, and Dalley, A.F. Essential Clinical Anatomy. 5th

edn. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2015.

2. Aziz, Q., Fass, R., Gyawali, C. P., Miwa, H., Pandolfino, J. E., & Zerbib,

F. Esophageal Disorders. Gastroenterology 2016. 150(6); 1368-1379.

3. Netter, F. H. Atlas of human anatomy. Philadelphia PA: Saunders/Elsevier;

2006

4. Standring, S. Gray's anatomy : the anatomical basis of clinical. 41st edn. New

York: Elsevier Limited; 2016.

5. Wineski, L.E. Snell’s Clinical Anatomy by Region. 10 edn. New York;

Wolters Kluwer. 2019