4
Anestesi Infiltrasi Larutan anestesi di depositkan di dekat serabut terminal dari saraf, dan akan terinfiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Teknik infiltrasi dapat dibagi menjadi: 1. Suntikan submukosa. Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat di balik membran mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan aik untuk menganestesi saraf bukal panjang sebelum pencabutan molar bawah. 2. Suntikan supraperiosteal. Pada beberapa daerah seperti maksila, bidang kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vaskular yang kecil. Pada daerah-daerah ini bila larutan anestesi didepositkan di luar eriosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, dan tulang nedularis ke serabut saraf. Dengan cara ini, enestesi pulpa gigi dapat diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi. Suntikan supraperiosteal merupakan teknik yang paling sering digunakan pada kedokteran gigi dan sering disebut sebagai suntikan ‘infiltrasi’. 3. Suntikan subperiosteal. Pada teknik ini, larutan anestesi dedepositkan antara periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat suntikan tentu terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan ini hanya digunakan bila tidak ada alternatif lain atau

Anestesi Infiltrasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anestesi Infiltrasi

Anestesi Infiltrasi

Larutan anestesi di depositkan di dekat serabut terminal dari saraf, dan akan

terinfiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek

anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut.

Teknik infiltrasi dapat dibagi menjadi:

1. Suntikan submukosa. Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat di balik

membran mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa

gigi, suntikan ini sering digunakan aik untuk menganestesi saraf bukal panjang

sebelum pencabutan molar bawah.

2. Suntikan supraperiosteal. Pada beberapa daerah seperti maksila, bidang kortikal

bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran

vaskular yang kecil. Pada daerah-daerah ini bila larutan anestesi didepositkan di

luar eriosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, dan

tulang nedularis ke serabut saraf. Dengan cara ini, enestesi pulpa gigi dapat

diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi. Suntikan supraperiosteal

merupakan teknik yang paling sering digunakan pada kedokteran gigi dan sering

disebut sebagai suntikan ‘infiltrasi’.

3. Suntikan subperiosteal. Pada teknik ini, larutan anestesi dedepositkan antara

periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat suntikan tentu

terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan ini hanya digunakan bila tidak ada

alternatif lain atau bila anestesi superfisial dapat diperoleh dari suntikann

supreperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila

suntikan supraperiosteal gagal ntuk memberikan efek anestesi, walaupun biasanya

pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligamental.

4. Suntuikan intraoseous. Seperti terlihay dari namanya, pada teknik ini larutan

didepositkan pada tulang medularis. Prosedur ini sangat efektif bila dilakukan

dengan bantuan bur tulang dan jarum yang didesain khusus untu tujuan tersebut.

Setelah suntikan supraperiosteral diberikan dengan cara biasa, dibuat insisi kecil

melalui ukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk

mendapat jalan masuk bagi bur dan reamer kecil. Kemudian dapat dibuat lubang

melalui bidang jortikal bagian luar tulang dengan alat yang sudah dipilih. Posisi

lubang berperan penting. Lubang harus terletak d dekat apeks gigi pada posisi

sedemikian rupa sehingga tidak mungkin merusak akar gigi geligi.

Page 2: Anestesi Infiltrasi

Jarum yang oendek dengan hub yang panjang diinersikan melalui lubang dan

diteruskan ke tulang, larutan anestesi 0,25ml di depositkan perlahan ke ruang

medularis dari tulang. Jumlah larutan tersebut biasanya cukup untuk sebagian

besar prosedur perawatan gigi. Teknik suntikan intraoseous akan memberikan

efek anestesi yang baik pada pulpa disertai dengan gangguan sensasi jaringan

lunak yang minimal. Walaupum demikian biasanya tulang alveolar akan terkena

trauma dan cenderung terjadi rute ineksi. Procedur asepsis yang tepat pada tahap

ini merupakan keharusan. Pada prakteknya, dewasa ini sudah dipasarkan larutan

anestesi yang efektif dan penggunaan suntikan intraligamentum atau ligament

periodontal sudah mengurangi perlunya suntikan intraoseous dan kerena itu,

teknik suntikan intraiseous sudah makin jarang dipergunakan

5. Suntikan intraseptal. Merupakan versi modifikasi dari teknik intraoseous yang

kadang-kadang digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila

akan dipasang geligi tiruan imediat serta bila teknik supraperiosteal tidak mungkin

digunakan. Jarum 27 gauge diinersikan pada tulang lunak di crest aleveolar.

Larutan didepositkkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang medularis serta

jaringan periodontal untuk member efek anestesi. Teknik ini hanya dapat

digunakan setelah diperoleh anestesi superficial.

6. Suntikan intraligamental atau ligament periodontal. Teknik ini makin popular

sejak tahun 1980-an dan dewasa ini dianggap sebagai teknik pembantu untuk

teknik yang lebih canggih.

Teknik ini umumnya menggunakan syringe konvensional yang pendek dan

lebarnya 27 gauge atau syring yang di desaignkhusus untuk tujuan tersebut,

seperti ligmaject , Ralon, atau Peripress, yang digunakan bersama jarum 30

gauge.

DAPUS : Howe, Geoffrey L.1992. Anestesi Lokal.Hipokrates : Jakarta