Upload
diah-wisda
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
DI IGD RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
A. Diagnosa Medis : Ulkus diabetikum
Tanggal Datang ke IGD : Sabtu, 27 April 2013
Jam Masuk : 14.30 WIB
Anamnesa : Auto anamnesa
B. Identitas
Klien
Nama : Ny. W
Usia : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pituruh
Suku Bangsa : Jawa
Pengantar
Nama : Tn. M
Hubungan dengan Klien : Suami
Alamat : Pituruh
C. Triage
Tidak Gawat Tidak Darurat (Kondisi sakit biasa, tidak terjadi tiba-tiba, tidak mengancam
nyawa / menjadi cacat bila tidak mendapat pertolongan secepatnya).
D. Keluhan Utama
Luka ulkus diabetikum pada kaki kiri
E. Riwayat Penyakit
Klien datang ke IGD RSUD Saras Husada dengan luka ulkus diabetikum pada kaki kiri
dengan panjang ± 10 cm, lebar 3 cm dan kedalaman luka 1 cm, terbungkus kasa.
Keadaan kasa terdapat rembesan darah dan berbau, klien mengatakan tadi pagi
mengganti perban pada luka. Klien mengatakan luka terjadi karena jatuh terpeleset, dan
mengenai pecahan gelas ± 1 tahun yang lalu. Klien memiliki penyakit kencing manis
(diabetes mellitus) sejak 2 tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak memiliki darah
tinggi (hipertensi), dan riwayat alergi terhadap obat-obatan.
F. Primary Survey
1. Airway
Tidak terdapat sumbatan cairan, sputum atau benda asing pada jalan nafas klien.
2. Breathing
Respiratory Rate : 18 x/menit
Suara Nafas : vesikuler
Irama nafas reguler, tidak terdapat batuk, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
menggunakan pernapasan cuping hidung, dan tidak sesak napas.
3. Circulation
Suhu : 36,8ºC
TD : 120/70 mmHg
HR : 84 x/menit
GDS : 192 mg/dl
Turgor kulit : Baik dan elastis
Mata : Tidak cekung
Capillary refill : Kembali < dari 2 detik
Tidak sianosis dan anemis, akral hangat. Klien mengatakan tidak mual dan muntah.
Tidak ada nyeri pada kepala dan nyeri pada dada. Terdapat edema pada ekstrimitas
bawah,
4. Dissability
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS : E = 4 V = 5 M = 6
Pupil : isokor
Diameter kanan/kiri : 2/2
5. Eksposure
Terdapat ulkus diabetikum pada kaki kiri klien, dengan panjang ± 10 cm, lebar 3 cm
dan kedalaman luka 1 cm. Keadaan luka terdapat rembesan darah pada kassa,
terdapat jaringan nekrotik pada luka dan kulit didaerah sekitar luka tidak teraba
panas. Terdapat pus pada luka dan berbau.
6. Going To : Pulang
G. Analisa Data
Data Etiologi Problem
Data Subyektif :
a. Klien mengatakan awalnya
terjadi luka kecil karena terkena
pecahan kaca ± 1 tahun yang
lalu
b. Klien memiliki riwayat diabetes
mellitus
Data Obyektif :
a. Terdapat ulkus diabetikum pada
kaki kiri klien, dengan panjang
± 10 cm, lebar 3 cm dan
kedalaman luka 1 cm.
b. Keadaan luka terdapat rembesan
darah pada kassa
c. Terdapat jaringan nekrotik pada
luka dan kulit didaerah sekitar
luka tidak teraba panas.
Terdapat pus pada luka dan
berbau.
d. TTV :
Suhu : 36,8ºC
TD : 120/70 mmHg
HR : 84 x/menit
GDS : 192 mg/dl
Pertahanan primer
tidak adekuat
Resiko infeksi
H. Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
NOC NIC
Resiko infeksi
berhubungan
dengan pertahanan
primer tidak
adekuat
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, diharapkan
pasien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
b. Tanda-tanda vital dalam
batas normal
TD : 110/70 – 120/80
HR : 60 – 80 x/menit
T : 36 – 37,5ºC
RR : 15 – 20 x/menit
NIC :
a. Pantau tanda dan gejala infeksi
(suhu tubuh, denyut jantung,
penampilan luka, suhu,
keletihan)
b. Pertahankan teknik aseptif
c. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
d. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
e. Berikan perawatan luka
J. Implementasi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
Keperawatan
Resiko infeksi
berhubungan
dengan pertahanan
primer tidak
adekuat
a. Memantau keadaaan luka dan
memantau tanda dan gejala
infeksi pada luka
b. Melakukan perawatan luka
dengan teknik aseptik
c. Mencuci tangan sebelum dan
setelah melakukan tindakan
d. Melakukan pemasangan infus
RL 28 tetes/menit
e. Melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital
S :
Klien mengatakan tidak
merasakan nyeri saat
dilakukan perawatan luka dan
klien mengatakan tidak gatal
pada kulit di sekitar luka.
O :
Luka tertutup dengan kassa
dan tidak terdapat rembesan,
kulit disekitar luka tidak
berwarna kemerahan
TD : 110/70 mmHg
S : 36,8ºC
HR : 84 x/menit
RR : 18 x/menit
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
a. Kaji tanda dan gejala
infeksi
b. Lakukan perawatan luka
c. Berikan terapi sesuai
program.
K. Dasar Pemikiran Tindakan
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang
berlangsung kronis, yang pada suatu saat dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang
bersifat kronis . Hasil laporan dari menunjukkan bahwa Indonesia menepati urutan ke-4
angka kesakitan diabetes melitus di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus menyebabkan peningkatan kejadian
komplikasi diabetes, diantaranya luka pada kaki (WHO, 2006).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2007).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab
utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes (Zaidah 2005). Ulkus
diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki,
tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler perifer.
Penyebab infeksi pada luka diabetik biasanya multi bakterial yaitu gram positif, gram
negative dan bakteri anaerob (Misnadiarly, 2006). Pemberian perawatan yang baik akan
mengurangi bau dan sekresi pada ulkus diabetikum. Perawatan luka yang diberikan pada
pasien harus dapat meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan yang diberikan
bersifat memberikan kehangatan dan lingkungan yang lembab pada luka.
Tujuan dilakukan perawatan luka adalah : 1) mencegah, membatasi, atau mengontrol
infeksi; 2) mengangkat jaringan nekrotik untuk meningkatkan penyembuhan luka; 3)
Menyerap drainase (eksudat); 4) Mempertahankan lingkungan luka yang lembap (Yulia,
2008).
Luka kronik seperti luka dibetik memerlukan lingkungan yang lembab untuk
meningkatkan proses penyembuhan luka. Balutan yang bersifat lembab dapat
memberikan lingkungan yang mendukung sel untuk melakukan proses penyembuhan
luka dan mencegah kerusakan atau trauma lebih lanjut (Irawaty, 2009).
Penanganan luka diabetik secara efektif dapat mencegah terjadinya amputasi pada
kaki itu sendiri, sehingga beban fisik dan psikologis pada pasien kaki diabetik dapat
dikurangi. Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus dapat meningkatkan proses
penyembuhan luka (Irawaty, 2009).
L. Prinsip Tindakan
1. Persiapan Perawat
Mencuci tangan
2. Persiapan Alat
Alat steril :
a. Pinset anatomis
b. Pinset bedah
c. Gunting
d. Kom
e. Handscone
f. Kassa
Alat tidak steril :
a. Gunting verban
b. Plaster
c. Bengkok
Bahan
a. Nacl 0,9%
3. Langkah kerja
a. Cuci tangan
b. Memasang handscon steril
c. Membuka plester dan balutan dengan pinset
d. Melakukan pembersihan luka dimulai dengan mnegkaji status luka, apakah luka
bersih atau luka kotor
e. Mencampurkan kassa steril yang dipegang dengan pinset kedalam larutan NaCl
0,9%, kemudian bersihkan luka sampai bersih, kemudian tutup dengan kassa
yang dibahasi dengan NaCl 0,9% dan dilapisi dengan kassa kering
4. Evaluasi
Mengevaluasi respon klien
M. Analisa Tindakan
Dari sekian banyak komplikasi diabetes mellitus, ulkus diabetikum merupakan suatu
komplikasi yang umum bagi pasien dengan diabetes mellitus, 50-75% amputasi
ekstrimitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang menderita diabetes. Sebanyak 50%
dari kasus-kasus amputasi ini dapat dicegah bila pasien diajarkan tindakan preventif
untuk merawat kaki dan mempraktekkannya setiap hari (Smeltzer & Bare, 2007).
Gula darah yang normal akan merupakan suasana kondusif bagi viskositas darah,
perfusi oksigen dan nutrisi serta imunitas ke dalam sel otot, hati dan lemak. Keadaan ini
akan mendukung proses penyembuhan luka yang bisa dibuktikan dengan tumbuhnya
granulasi dan epithelisasi luka. (Supariasa, 2005).
Pada Klien Ny. W dilakukan tindakan keperawatan perawatan luka dengan
menggunakan larutan NaCl 0,9%. Menurut jurnal penelitian ilmiah yang dilakukan oleh
Supriyatin , Saryono, Lutfatul Latifah dengan judul “Menurut Efektifitas Penggunaan
Kompres Metronidazol Dan Nacl 0.9% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik Di
RSUD Margono Soekarjo Purwokerto” dijelaskan bahwa penggunaan metronidazol lebih
baik dibandingkan dengan NaCl 0,9%, terutama untuk perawatan luka diabetik pada
indikator bau dan sekresi, walaupun secara statistik tidak signifikan. Dampak perawatan
untuk luas luka dan granulasi tidak begitu mengalami perubahan secara berarti,
sedangkan untuk bau dan sekresi terjadi peningkatan hasil yang lebih baik.
Metronidazol adalah senyawa nitroimidazol yang memiliki spektrum anti protozoa
dan anti bakterial yang luas (Tjay,2002), sedangkan NaCl tidak berperan sebagai
baktericida, tetapi hanya berperan dalam regulasi tekanan osmosis dan pada/
pembentukan potensial listrik yang diperlukan bagi kontraksi otot dan penerusan impuls
saraf. Penyebab infeksi pada luka diabetik biasanya multi bakterial yaitu gram positif,
gram negative dan bakteri anaerob (Misnadiarly, 2006).
Jaringan nekrotik akan menjadi medium bagi perkembangan bakteri, efeknya terjadi
dekomposisi medium sebagai akibat aktifasi bakteri. Proses dekomposisi ini sangat
tergantung kandungan medium yang dijadikan bahan makanan bakteri. Jaringan hidup
sangat banyak mengandung protein yang komposisi molekulnya ada ikatan sulfur
didalamnya, lepasnya sulfur menjadi ion bebas ini akan berikatan dengan unsur lain
misal hidrogen sehingga menimbulkan bau, sekresi lainnya. Pemberian perawatan yang
baik akan memperlancar keluarnya bau dan sekresi, sehingga proses dekomposisi tidak
terakumulasi secara maksimal, dengan demikian bau dan sekresi dapt dikurangi,
pemberian kompres dengan metronidazol yang bersifat baktericide berdampak pada
berkurangnya aktifitas bakteri, dengan demikian maka akan terjadi pengurangi proses
dekomposisi medium yang pada akhirnya bau dan sekresi akan berkurang. (Stuart,2004).
Pencegahan terhadap timbulnya luka memberikan pengaruh positif terhadap
pencegahan amputasi pada kaki diabetik, sehingga diperlukan program penanganan
pasien diabetes mellitus yang komprehensif.Rumah Sakit di Indonesia masih
menggunakan balutan konvensional, yaitu menggunakan kasa steril sebagai bahan utama
balutan. Hasil riset mengatakan tingkat kejadian infeksi pada perawatan luka dengan cara
konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan mengguanakn balutan modern Hutchinso
dan McGukin (6). Hasil riset yang lain mengatakan dari beberapa jenis balutan modern
memberikan hasil yang signifikan dalam perbaikan luka diabetes (7). Penanganan luka
diabetik secara efektif dapat mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu sendiri,
sehingga beban fisik dan psikologis pada pasien kaki diabetik dapat dikurangi.
Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus dapat meningkatkan proses
penyembuhan luka. Perawatan yang diberikan bersifat memberikan kehangatan dan
lingkungan yang lembab pada luka (8). Telah menjadi kesepakatan umum bahwa luka
kronik seperti luka dibetik memerlukan lingkungan yang lembab untuk meningkatkan
proses penyembuhan luka. Balutan yang bersifat lembab dapat memberikan lingkungan
yang mendukung sel untuk melakukan proses penyembuhan luka dan mencegah
kerusakan atau trauma lebih lanjut.
Balutan modern lebih dapat memberikan lingkungan lembab dibanding balutan kasa
yang cenderung cepat kering (9). Konsekuensi logis dari perawatan pasien luka kaki
diabetes adalah beban biaya yang harus ditanggung oleh pasien, hal ini disebabkan oleh
proses penyembuhan yang lama.
Saat ini pengukuran beban pembiayaan perawatan luka menjadi hal yang sangat
penting dalam membantu meringankan beban yang harus ditanggung oleh pasien.
Prinsip balutan modern dan konvensional sama yaitu menjaga kelembaban,
kehangatan dan mencegah dari trauma. Namun balutan tradisional kurang dapat menjaga
kelembaban karena NaCl akan menguap sehingga kasa menjadi kering.
Kondisi kering menyebabkan kasa lengket pada luka sehingga mudah terjadi trauma
ulang. Kekurangan kasa dalam menjaga kelembaban lingkungan luka menyebabkan
masa perawatan luka yang memanjang. Balutan modern adalah pilihan yang baik untuk
meningkatkan proses
perkembangan luka. Modern Dressing Improve the Healing Process in Diabetic Wound
Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan Luka Diabetik
Dina Dewi Sartika Lestari Ismail*, Dewi Irawaty**, Tutik Sri Haryati**