Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK
DENGAN AL-QUR’AN”
(Studi Literasi Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Jumadi Suherman
NIM: 1110034000077
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
i
ABSTRAK
JUMADI SUHERMAN
KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK
DENGAN AL-QUR’AN
(STUDI LITERASI BUKU CERITA BERGAMBAR 25 NABI DAN RASUL)
Buku merupakan sumber pengetahuan, manifestasi kehidupan, persis seperti
sebatang pohon, atau air atau bintang. Buku memiliki hukum dan iramanya sendiri,
baik itu berupa pendidikan, naskah drama, novel, atau buku harian. bahkan di era
milenial seperti saat ini, buku sangatlah beragam bentuknya dari mulai buku cetak
sampai electronic book (E-Book) dan isinya pun sangat variatif dan inovatif. Salah
satu contohnya adalah buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul karya Isryad
Zulfahmi, S.Pd. buku ini menyajikan cerita atau kisah nabi dan rasul yang dalam
pendeskripsiannya menggunakan gambar-gambar. Buku ini sangat menarik dan
berbeda dengan buku anak-anak pada umumnya karena pada setiap kisah nabi yang
dipaparkan mengandung unsur pendidikan dan unsur kegamaan yang cukup kental.
Buku ini juga mengklaim bahwa sumber yang diambil berasal dari al-Qur’an.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis melakukan
penelitian pada buku tersebut dan mengkhususkan penelitiannya pada kontek
kesesuaian konten yang terdapat pada buku tersebut, dengan rumusan masalah
penelitian yaitu sejauh mana kesesuain isi buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul
dengan al-Qur’an.
Penulis menemukan bahwa kisah nabi dan rasul dalam buku anak dengan
judul “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul” jika mengikuti al-Qur’an terjemah
maka kisah Nabi Ibrahim tidak terdapat masalah, namun jika mengikuti sumber dari
al-Qur’an maka hal itu tentunya akan menjadi rumit, mengingat buku yang
dihadirkan adalah buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt tuhan pemilik
alam semesta yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak terhingga-Nya
kepada peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi besar
Muhammad Saw beserta keluarganya yang suci dan sahabat-sahabatnya yang terpilih.
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri
peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan
keterbatasan dan kekurangan itu akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
Hal ini tidak terwujud dengan sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan
dari banyak pihak baik moril maupun materil, sehingga dengan ini ucapan terima
kasih peneliti haturkan kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA, selaku Rektor Univesitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membuat kampus UIN begitu
nyaman untuk di tempati, sampai lupa bahwa saya sudah terlalu lama
memperdalam ilmu di kampus ini. Semoga cita-cita UIN Jakarta untuk
menjadi World Class University dapat terealisasi.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin yang
senantiasa membawa perubahan untuk Fakultas Ushuluddin melalui
iii
berbagai terobosan dan inovasi yang diciptakan sehingga Fakultas tercinta
ini tetap dan akan selalu menjadi jantungnya UIN Jakarta.
3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, selaku ketua jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir beserta Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku sekretaris jurusan.
Ibu-ibu berdua ini adalah wanita-wanita tangguh dan luar bisa yang berada
di lingkungan Fakultas Ushuluddin. Terima kasih telah memberikan
banyak ilmu selama saya kuliah.
4. Dr. H. Ahsin Sakho M. Asyrofuddin, MA, Selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah mendoakan dan memberikan masukan kepada saya
di tengah-tengah kesibukannya sebagai Guru Besar Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Guru Besar Institut Ilmu al-Qur’an
Jakarta.
5. Bapak Ahmad Rifqi Muchtar, MA, selaku dosen Pembimbing Skripsi
yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, saran dan motivasi
agar saya cepat menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Eva Nugraha, MA, selaku dosen sekaligus orang tua saya di
kampus UIN Jakarta, karena berkat dukungan moril dan materilnya saya
bisa menyelesaikan skripsi ini dengan wajah sumringah.
7. Seluruh Dosen di Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu,
wejangan dan motivasi selama saya menimba ilmu. Semoga semua yang
saya dapatkan bisa bermanfaat diluar nanti.
iv
8. Orang tua tercinta Bapak Idun bin Raisam (alm) dan Ibu Jamih mereka
berdua adalah alasan saya terlahir ke dunia ini. Terima kasih Ibu tercinta
yang setiap nelpon pasti nanya ”kapan kelar skripsinya? Terima kasih atas
segala pengorbanannya selama ini, berkat cucuran keringat dan do’a-
doanya saya bisa kuliah dan bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Ibu Hetty Rahim dan Bapak Ustadz Rusli Malik selaku orang tua kedua
saya yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menuntut
ilmu di Pondok Pesantren dan di UIN Jakarta. Berkat merekalah saya bisa
mengenal dunia akademis dan kehidupan sosial.
10. Temen-temen diskusi dan nongkrong dari awal masuk kuliah: M. Dedy
Sofyan, S.Ag., Andi Firman, S.Ag., Ulul Azmi, S.Ag,. M. Fauzy, S.Ag.,
Helmi Hidayatullah, S.Thi., Ainurfatwa, Neng Ima siti Madihah, S.Thi.,
Reza Hidayat, S.Ag., Angga Marzuki, S.Thi,. M. Rifky, S.Ag., (Kuya
Rangers Society). Kuya abis ini kita ngumpul dimana??
11. Sahabat THC, dan temen-temen Se-Angkatan yang begitu berjasa dalam
memperjuangkan semua ini: Hani Hilyati, S.Thi., (Angel Without Wings),
Bari Impian, S.Ag., (Editor Handal), Ali Akbar, S.Ag., Algifri, S.Ag,.
Farhan Mujhtaba, S.Ag., Alamuddinsyah, S.Ag,. dll.
12. Rekan-rekan KKN ASRI 2013 Desa Teluk Naga Tangerang (Teluk
Dragon) khususnya Aisyah, S.Kom.I., Algifari, S.Kom.I., Ania Fitria,
S.Pd., Nurdin, S.H., terima kasih atas kebersamaannya selama mengabdi
kepada masyarakat. Semoga jejak-jejak kita terus terkenang disana.
v
13. Bang Irsyad Zulfahmi, S.Pd, selaku penulis buku Cerita Bergambar 25
Nabi dan Rasul yang telah membantu penulis dalam melengkapi materi
skripsi. Terima kasih telah meluangkan waktu.
14. Komunitas “Bongkar Squad Ciketing” yang selalu membererikan hiburan
disaat jenuh, baper dan boring. Tetaplah menjadi keluarga ditengah
perubahan zaman.
Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terima kasih kepada mereka yang
telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan, semangat, serta do’a yang tulus
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai
kesempurnaan, namun besar harapan peneliti bahwa skripsi ini dapat memberi
manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Amien..
Ciputat Oktober 2017
Jumadi Suherman
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................................ vi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................................................... 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................. 14
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 14
E. Metode Penelitian...................................................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 18
BAB II: KISAH NABI IBRAHIM DALAM AL-QUR’AN
A. Definisi Kisah Al-Qur’an .......................................................................................... 19
B. Macam-Macam Kisah Al-Qur’an ............................................................................ 24
1. Ditinjau dari segi waktunnya ............................................................................. 25
2. Ditinjau dari Segi Materi .................................................................................... 26
C. Karakteristik Kisah Al-Qur’an ................................................................................. 27
D. Tekhnik Pemaparan Kisah Al-Qur’an ...................................................................... 29
1. Berawal dari sebuah Kesimpulan ....................................................................... 30
2. Berawal dari Ringkasan Kisah ........................................................................... 30
3. Berawal dari Kisah yang Paling Penting ............................................................ 31
4. Tanpa Pendahluan .............................................................................................. 33
5. Keterlibatan Imajinasi Manusia ......................................................................... 34
6. Penyisipan Nasihat Keagamaan ......................................................................... 35
E. Tujuan Kisah Al-Qur’an .......................................................................................... 36
BAB III: GAMBARAN UMUM BUKU CERITA BERGAMBAR KISAH 25
NABI DAN RASUL
A. Informasi Data Buku ................................................................................................. 41
1. Identitas Buku .................................................................................................... 41
2. Alamat Redaksi .................................................................................................. 41
3. Alamat Pemasaran .............................................................................................. 42
4. Profil Penulis ...................................................................................................... 42
B. Sinopsis Buku ........................................................................................................... 42
C. Salah Satu Kisah Yang Di Sorot ............................................................................... 43
1. Pendeskripsian Kisah Nabi Ibrahim ................................................................... 43
D. Visualisasi Kisah Nabi Ibrahim ................................................................................ 49
1. Visualisasi Nabi Ibrahim dalam Buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul
BAB IV: ANALISIS KONTEN BUKU CERITA BERGAMBAR KISAH 25
NABI DAN RASUL
A. Komparasi Kisah Nabi Ibrahim ............................................................................... 57
1. Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an ................................................................ 57
a. Nama dan Kelahirannya ............................................................................... 57
b. Sejarah Nabi Ibrahim ................................................................................... 58
c. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim ...................................................................... 59
d. Ibrahim Seorang Pemuda yang Beriman ...................................................... 60
e. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala ........................................................ 61
f. Ibrahim Mencari Tuhan ................................................................................ 73
g. Nabi Ibrahim dihukum Raja Namrudz ......................................................... 64
h. Nabi Ibrahim Menyeru Ayahnya ................................................................. 66
2. Table Perbedaan Cerita Didalam buku Dengan Al-Qur’an ................................ 68
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 76
B. Saran .......................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI1
A. Konsonan
1 ا tidak dilambangkan 16 ط ṭ
2 ب b 17 ظ ẓ
3 ت t 18 ع ʻ
4 ث ṡ 19 غ g
5 ج j 20 ف f
6 ح ḥ 21 ق q
7 خ kh 22 ك k
8 د d 23 ل l
9 ذ ż 24 م m
10 ر r 25 ن n
11 ز z 26 و w
12 س s 27 ه h
13 ش sy 28 ء ’
14 ص ṣ 29 ي y
15 ض ḍ
LatinNo. Arab Latin No. Arab
B. Vokal dan Diftong
Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong
◌ = a ا – ◌ = ā ى ◌ = ai
1 Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 tahun 1987 –Nomor: 0543 b/u/1987
x
◌ = i ى – ◌ = ī و ◌ = aw
◌ = u و – ◌ = ū
C. Keterangan Tambahan
1. Kata sandsang (alif lam ma’riah) ditransliterasikan dengan al-,
misalnya (الجزیة) al-jizyah, (االثار) al-āthār dan (الذمة) al-dhimmah. Kata
sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal
kalimat.
2. Tashdīd atau shaddah dilambangkan dengan huru ganda, misalnya al-
muwaṭṭa’.
3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis
sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.
D. Singkatan
swt. = subḥānah wa taʻālā
as. =‘alaihal-salām
ra. = raḍiyaAllāh‘anh
QS. = Quran Surat
M = Masehi
H = Hijriah
w. = Wafat
h. = Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Petunjuk al-Qur’an sangat luas dan bersifat universal, al-Qur’an memberi
petunjuk tidak hanya berlaku bagi suatu umat tertentu ataupun bagi tempat dan waktu
tertentu pula. Petunjuk al-Qur’an meliputi segala aspek kehidupan manusia yang
sangat luas seperti luasnya umat manusia.1 Oleh sebab itu al-Qur’an tidak hanya
memberikan solusi bagi persolan yang dihadapi manusia ketika turunnya al-Qur’an,
atau pun memberikan petunjuk kepada manusia untuk masa depannya, tetapi juga
memberikan informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi sebelum turunnya al-
Qur’an yang kemudian dikenal dengan kisah.2
Kisah-kisah di dalam al-Qur’an mengandung banyak hikmah dan makna yang
bisa kita petik pelajaran di dalamnya, Allah swt memberitahukan dan
menceritakannya kepada kita agar kita berpikir dan Ia memerintahkan kita untuk
menceritakan (kembali) kisah ini kepada umat manusia agar mereka berpikir, Allah
juga menceritakan kisah itu kepada kita untuk memberikan hiburan ketabahan,
keteguhan hati, dan kesabaran untuk tetap melakukan usaha dan perjuangan.3
Pemaparan kisah atau cerita dalam al-Qur’an seringkali menyisakan ruang-
ruang yang perlu diisi imajinasi, hal ini telah melahirkan berbagai pemahaman pada
1 Said Agil Husain al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan
Islam (et. II: Ciputat: PT. Ciputat Press. 2005), h. 5. 2 Berasal dan bahasa arab qashashun bentuk masdar dari fi’il madi qashsha yang berakar kata
dan huruf qaf dan shad yang berarti mengikuti sesuatu. Mengikuti secara berurutan. mengikuti
jejaknya. juga dapat diartikan dengan memotong. Lihat Abu Husain Ahmad bin Fariz Zakariah.
Mu’jam Maqvis al-Lugah, juz IV Cet. I: (Beirut: Dar Al Jalail. 1991), h. 11. 3 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu (Jakarta:
Gema Insani Press, 1999) ,h. 15.
2
orang-orang yang membacanya.4 Ada unsur moral dan pembelajaran yang hendak
disampaikan dalam materi kisah tersebut, hal itulah yang membuat kisah-kisah dalam
al-Qur’an tidak sama dengan kisah imajinasi lainnya.5
Kisah-kisah didalam al-Qur’an meliputi berbagai tema yang sangat berguna
bagi pendidikan dan pelatihan jiwa karena kisah al-Qur’an memiliki kemampuan
mengubah akhlak, mempercantik perilaku dan menyebarkan cahaya kebijaksanaan.
Nilai kandungan kisah al-Qur’an teramat mulia, kualitasnya sangat tinggi dan luar
biasa.6 Dalam al-Qur’an, Allah telah menceritakan kepada kita kisah-orang-orang
dahulu dan menyipati kisah ini sebagai kisah yang benar yang tidak diragukan,
sebagaimana Ia telah menyipati kisah ini sebagai kisah terbaik.7
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
al-Qur’an ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)
nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)
Al-Qur’an telah banyak menceritakan kisah-kisah orang dahulu, baik para
nabi dan selain mereka, diantaranya kisah tentang orang-orang shalih dan inkar. Al-
Qur’an juga (melalui kisah yang dikandungnya) memberikan pelajaran dan manfaat
4 Abdus Shabur Syahin, Penciptaan Nabi Adam Mitos atau Realitas Penerjemah. Nanif Anwari
(Yogyakarta: Elsaq Press 2004), h. ix. 5 Kholilurrahman Aziz, “Kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an: Kajian nilai-nilai teologi-
Moralitas Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Muhammad A. Khalafullah dan M. Quraish Shihab.” (Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010), h. 4. 6 M. Ahmad jadul Mawla. M. Abu al-Fadhl. Ibrahim, Buku Induk Kisah-kisah al-Quran
(Jakarta: Zaman, 2009), h. 9. 7 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, h. 15.
3
yang bisa diraih, seperti episode-episode si tokoh yang dikisahkan, konsep-konsep,
interaksi dialog dan moralitas.8
Kisah al-Qur’an tentang orang-orang dahulu adalah suatu kisah yang benar
dan periwayatannya mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah jujur dan betul. Ini
karena Allah lah yang menceritakan kisah itu dan Allah benar-benar menyaksikan
peristiwa-peristiwa itu, dan Ia telah menakdirkana peristiwa-peristiwa tersebut terjadi
pengetahuan, kehendak, dan takdir-Nya. Maka dari itu, ucapan Allah tentang kisah itu
tidak mungkin mengalami kebatilan (kesalahan) dan keraguan.9
Dalam surah Ali’Imran ayat 62, setelah disebutkan beberapa ayat yang
membantah orang-orang nasrani tentang perihal kemanusiaan Isa bin Maryam a.s.
dan menyanggah anggapan mereka seputar penisbatannya kepada Allah swt (sebagai
anak-Nya), dan mengisahkan kepada mereka peristiwa ibunda Maryam r.a yang
mengandung Nabi Isa, kemudian melahirkannya, kemudian disebutkan satu ayat yang
menyipati kisah ini sebagai kisah yang benar, yang tidak ada padanya kesalahan,
kebohongan, maupun kebatilan. Allah swt berfirman:10
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
8 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 21.
9 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, jilid 1. h.
23. 10
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, jilid 1. h.
23.
4
Dalam surah al-Naml, al-Qur’an mengisahkan sekilas Nabi Musa a.s dengan
Firaun, kemudian sekilas kisah Nabi Daud a.s ia mengulas sejenak kisah Nabi
Sulaiman a.s dengan seekor semut, bala tentara, burung hud-hud, dan Ratu Balqis,
serta kisah mengikutnya Ratu Bilqis kepada Nabi Sulaiman a.s dan masuknya ia ke
dalam agamanya (Islam). Kemudian al-Qur’an memberikan komentar terhadap kisah
itu dengan firman-Nya dalam surah al-Naml/27 ayat 76:
“Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar
dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.”
Dalam surah al-Kahfi, pada saat al-Qur’an menyebutkan kisah Ashabul Kahfi,
ia memberikan pendahuluan untuk itu dengan memberi karakter bagi apa yang akan
diceritakannya tentang mereka itu sebagai sebuah kisah yang benar, lalu dikatakan,
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Deskripsi al-Qur’an mengenai kisahnya sebagai sebuah kisah yang benar dan
pemberitahuannya bahwa ia menceritakan kisah orang-orang dahulu secara benar,
memberikan inspirasi kepada kita berupa konsep metodologi ilmiah yang akurat dan
solid dalam memahami, mengkaji dan mencermati kisah al-Qur’an.11
Dalam surah Yusuf, Allah swt memberi karakter terhadap kisah al-Qur’an
sebagai suatu kisah terbaik. Allah berfiman dalam surah yusuf/12 ayat 2-4:
11
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 23.
5
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu, dan Sesungguhnya
kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang
belum mengetahui. (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai
ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan
bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."
Surah Yusuf secara khusus menceritakan kisah Nabi Yusuf a.s surah ini
menyediakan seratus ayat sendiri dari seratus sebelas ayat keseluruhan-Nya dan ayat-
ayat terakhirnya ialah komentar terhadap kisah yusuf. Surah ini memaparkan kisah
Yusuf a.s semenjak ia bermimpi ketika masih berusia anak-anak sampai
terealisasinya mimpinya dan tafsir mimpinya menjadi kenyataan.12
Kisah Yusuf merupakan salah satu kisah terbaik dan setiap kisah al-Qur’an
adalah baik karena ia memberikan kabar gembira kabar dan optimisme (harapan) bagi
orang-orang yang tertimpa bencana, musibah, dan ujian serta bagi orang-orang yang
menderita kepedihan intimidasi dan cobaan, yaitu bahwa jalan keluar pasti akan
datang, harapan pasti akan tiba, dan ujian akan hilang. Yang penting, dia beriman dan
bertawakal kepada Allah swt dengan baik serta tetap teguh di jalan-Nya, sebagaimana
yang dicapai oleh Nabi Yusuf a.s.13
12
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 24. 13
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang jilid 1. h. 25.
6
Dari contoh kisah-kisah al-Qur’an diatas Allah swt telah memerintahkan
kepada kita untuk meneladani orang-orang baik (shalihin) dan penganjur kebaikan
(mushlihin) dari orang-orang dahulu, yang kisah-kisah mereka telah dipaparkan-Nya
kepada kita serta telah diperlihatkan-Nya kepada kita metode mereka dalam dakwah,
perbaikan (ishlah), perlawanan terhadap musuh-musuh Allah, perjuangan jihad,
kesabaran, dan keteguhan.14
Menurut Ahmad Hanafi dalam bukunya, segi kesusasteraan pada kisah kisah
al-Qur’an menyebutkan jumlah keseluruhan ayat al-Qur’an tentang kisah-kisah para
nabi dan rasul terdahulu sebanyak 1600 ayat. Jumlah ini dengan tidak
mengikutsertakan kisah-kisah perumpamaan (tamstiliyyat). Jika dibandingkan dengan
ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang hukum yang berjumlah 330 ayat, maka
akan terlihat betapa besar perhatian al-Qur’an yang berbicara terhadap kisah-kisah
itu.15
Kisah dalam al-Qur’an bukan hanya menggambarkan peristiwa-peristiwa
lokal yang terikat pada satu waktu tertentu, melainkan juga menggambarkan
peristiwa-peristiwa yang terpisah dari kesatuan gejala kehidupan yang lebih besar.
Selain itu, kisah juga merupakan bagian dari gelombang sejarah kehidupan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kisah dalam al-Qur’an telah sangat memasyarakat.
Berbagai macam bentuk publikasi dan dokumentasi telah banyak merekam kisah
dalam al-Qur’an. Buku dan majalah yang khusus membahas tentang kisah dalam al-
Qur’an telah banyak disusun. Banyak penceramah atau para pendakwah yang
14
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang, jilid 1. h. 16 15
Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1984), h 22.
7
seringkali menyampaikan kisah dalam setiap isi pidato yang disampaikan kepada
jamaah. 16
Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat,
penyampaian kisah telah mengalami kemajuan. Banyak stasiun televisi menayangkan
kisah dalam al-Qur’an atau tayangan kisah yang terinspirasi dari kisah-kisah yang ada
dalam al-Qur’an, terutama kisah para nabi dan kisah teladan lainnya. Menariknya,
tayangan ini sangat diminati masyarakat, sehingga tayangan sinetron atau sinema
elektronik yang memuat kisah berada pada jam tayang yang mahal (prime time), dan
menempati rating tertinggi karena banyak peminatnya.17
Kisah-kisah didalam al-Qur’an telah banyak diangkat dalam buku cerita anak
untuk dibaca dan dipahamai oleh kalangan usia dini. Buku tersebut banyak
menyampaikan kisah para nabi dan rasul pilihan. Pendeskripsian, setting, alur dan isi
kisah pun bermacam-macam dalam hal pemaparannya. Pihak pengarang dan menerbit
melihat peluang bisnis yang cukup menjanjikan dari penjualan buku anak, oleh
karenanya mereka berlomba untuk menampilkan buku kisah anak tentang nabi dan
rasul semenarik mungkin dalam hal desain, deskripsi, animasi dan pilihan ceritanya.
Menurut data IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) penjualan buku anak menempati
posisi ketiga penjualan terlaris di toko-toko buku.18
16
Muhammad Khotib, “Penafsiran Kisah-kisah al-Qur’an; Telaah Terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah dalam al-Faan al-Qassasiy fil al-Qur’an al-Karim.” (Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009), h. 2. 17
Muhammad Khotib, “Penafsiran Kisah-kisah al-Qur’an; Telaah Terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah dalam al-Faan al-Qassasiy fil al-Qur’an al-Karim.” (Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009), h. 3 18
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Industri Penerbitan Buku Indonesia dalam Data dan
Fakta, Jakarta: IKAPI, 2015.
8
Berangkat dari hal itu menulis merasa perlu untuk membahas kisah-kisah nabi
dan rasul dalam buku segmentasi anak, mengingat antusiasme masyakat yang sangat
besar tehadap minat baca untuk anak-anak mereka. Penulis menemukan banyak buku
tentang kisah nabi dan rasul segmentasi anak yang dijual bebas ditoko buku, buku
tersebut memuat cerita nabi dan rasul yang diangkat dari al-Qur’an. Salah satu buku
yang penulis dapatkan adalah buku “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul”.
(Gambar 1.1 Nabi Adam dan Siti Hawa) (Gambar 1.2 Nabi Yusuf as)
(salah satu isi dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul)
Dalam buku “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul” penulis memilih kisah
Nabi Ibrahim as. dalam buku itu kisah Nabi Ibrahim as. divisualisasikan dengan
gambar yang amat menarik dan disertai ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan
dengan kisah itu. Dalam buku tersebut kisah Nabi Ibrahim as. berada dihalaman 34
9
sampai halaman 41, pendeskripsian dalam buku ini sangat menarik dimana terdapat 3
gambar secara keseluruhan. Di antaranya gambar Nabi Ibrahim as. yang sedang
menghancurkan berhala, gambar Nabi Ibrahim ketika dibakar oleh raja Namrud dan
gambar ekspresi Raja Namrud melihat kemukjizatan Nabi Ibrahim as. yang selamat
dari kobaran api yang sangat besar.
Pola dan alur cerita pun sangat rapih, dalam buku itu diceritakan Nabi Ibrahim
dari mulai kecil, keadaan masyarakat Babilonia pada waktu itu, Nabi Ibrahim as.
berdakwah kepada ayahnya, Nabi Ibrahim as. menghancurkan berhala sampai kepada
dibakarnya Nabi Ibrahim as. oleh Raja Namrud. Kisah Nabi Ibrahim as. dalam buku
ini berbentuk deskriptif, nararif dan dialog, dimana dalam penyampaianya ada bagian
yang menggunakan narasi dan ada juga yang menggunakan dialog. Nabi Ibrahim
divisualisasikan sebagai seorang lelaki berjanggut tebal, memakai gamis berwarna
hijau dan menggunakan jubah berwarna merah bergaris kuning serta menggunakan
sandal. Karena ini buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak kemungkinan besar
sang illustrator ingin memvisuaisasikan karakter Nabi Ibrahim as. dengan
penggambaran yang menarik dimata anak-anak. Dalam kisah Nabi Ibrahim ini
penulis buku tersebut mencantumkan beberapa ayat al-Qur’an diantaranya surah. al-
Anbiya/21 ayat 51-52, surah Ibrahim/14 ayat 40-41, dan tak kalah penting buku itu
menginformasikan kepada pembaca tentang ayat-ayat al-Qur’an yang mengisahkan
tentang Nabi Ibrasim a.s.
Dari sedikit uraian tentang buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul di atas
penulis menyimpulkan bahwa kisah merupakan sarana yang baik untuk menambah
pengetahuan anak, hal itu terlihat dari tampilan dan visualisasi buku yang dibuat
10
sangat baik dan menarik. Menceritakan sebuah kisah untuk anak memiliki beberapa
manfaat dan tujuan sebagai berikut:
Manfaat bercerita bagi anak, yaitu:19
1. Bagi Anak Usia Dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan
lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikan.
2. Dalam bercerita, guru dapat menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan,
keramahan, ketulusan, dan sikap positif lain dalam kehidupan lingkungan
keluarga, sekolah dan luar sekolah.
3. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
Namun menjadi sebuah pertanyaan besar ketika didalam buku Cerita
Bergambar 25 Nabi Dan Rasul kisah perjalanan Nabi Ibrahim as. ditampilkan secara
utuh dan detail. Mengingat didalam al-Qur’an sendiri kisah Nabi Ibrahim tersebar
dalam beberapa surah dan itupun Nabi Ibrahim tidak digambarkan secara detail
mengenai kehidupan dan seputar kenabiannya. Ibrahim a.s. digambarkan sebagai
seorang yang beragama tauhid, tidaklah musryik (surah al-Baqarah ayat 135, surah
Ali’Imran/3 ayat 67, 95, surah al-An’am/6 ayat 161, surah al-Nahl/16 ayat 120, 123)
karena Nabi Ibrahim as. tidak mau menyembah benda-benda di langit. seperti
bintang, bulan dan matahari (surah al-An’an/6 ayat 75-78) melainkan senantiasa
menghadapkan dirinya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung (hanif) kepada agama yang benar (surah al-Nisa/4 ayat 125, surah al-
Nahl/6 ayat 79 dan surah al-Shaffat/37 ayat 83-84). Selain ini Nabi Ibrahim as. juga
19
Risaldy Sabil, Bermain, Bercerita & Menyanyi Bagi Anak Usia Dini. Cetakan II. (Jakarta:
Pt.Luxima Metro Media, 2014.) h. 66-67.
11
digambarkan sebagai seseorang yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.
sehingga beliau selalu mematuhi segala perintah Allah swt. walaupun harus
mengorbankan perasaannya sendiri.20
Dari sekian banyak kisah lainnya dalam al-Qur’an, bagi penulis kisah Nabi
Ibrahim memiliki kesan yang berbeda. Sebagai seorang rasul beliau merupakan
pribadi yang dianugrahi hujjah (argumentasi kuat) oleh Allah, seperti ungkapan
dalam surah al-An’ȃm/6 ayat 83 berikut ini:
قومه على إبراهيم ءاتيناها حجتنا وتلك
“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya.”
Menurut M. Quraish Shihab, yang dimaksud pada ayat ini adalah bukti yang
sangat jelas yang dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim, sehingga
menjadikan beliau mampu membungkam lawan-lawan beliau dengan argumentasi
yang jelas. Yakni dalil dan penjelasan yang amat kokoh lagi sangat tinggi
kedudukannya, yang bersumber dan Allah yang Maha Agung yang diajarkan melalui
malaikat atau melalui ilham kepada Nabi Ibrahim agar dia dapat memahami dan
mengatasi atau mengalahkan lawan-lawannya.21
Beliau juga dipuji dalam al-Qur’an sebagai pribadi yang santun (halȋm), “…
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.”
(surah al-Taubah/9 ayat 114). Dalam surah lain Nabi Ibrahim juga digambarkan akan
hal yang sama: “Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang Penyantun
20
Miftahul Huda, “Dakwah Nabi Ibrahim dalam Perspektif al-Qur’an”. (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), h. 36. 21
M. Quraish Shihab, Tafsir aI-Misbah, Pesan, Kesan, Keserasian al-Qur ‘an, Volume V
(Cet. III; Lentera Hati: Ciputat Tangerang, 2005), h. 178.
12
lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah.” (surah Hȗd/11 ayat 75).22
Hilm
adalah sifat pemurah dan penyantun. Seorang pemurah dan penyantun adalah orang
yang acap memaafkan kesalahan-kesalahan, yang melindungi dengan ampunannya,
yang benar perkataannya, yang tidak digoyahkan oleh pemberontakan para
penentangnya.23
Selain itu, dalam kitab suci al-Qur’an segala ketetapan-ketetapan (syarȋ’ȃt)
Nabi Ibrahim juga dipaparkan. Maka tidak heran jika dalam tradisi agama-agama
monoteis ia tidak hanya dihormati tetapi juga disanjung sebagai orang yang
berpikiran terlalu maju waktu itu tentang Tuhan.24
Para pemerhati al-Qur’an sering kali menjadikan kisah Nabi Ibrahim as.
sebagai objek penelitian mereka, hal ini berangkat dari pentingnya kisah nabi Ibrahim
dalam al-Qur’an. Maka dengan itu, selanjutnya penulis akan mengacu buku tentang
kisah Nabi Ibrahim as. dalam segmentasi anak yaitu sebuah buku yang berjudul
Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul.
Ada beberapa alasan akadernik mengapa penulis meneliti buku tersebut,
pertama buku tersebut mengklaim kesesuaian kisah Nabi Ibrahim as. dengan ayat-
ayat yang terdapat didalam al-Qur’an. Kedua analisis konten terhadap buku anak
masih jarang dikaji secara serius dengan pendekatan ilmiah. Dan yang terakhir
(ketiga) buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak (terutama yang terkait dengan
pesan-pesan moral yang terkandung dalam berbagai kisah, baik dongeng, legenda
22
Yasin T. al-Jibouri, Maha Suci Allah (Jakarta: Tahira 2008), h. 107. Diterjemahkan dari
judul asli: Th Concept of God In Islam. Karya Prof. Misbah Yazdi. 23
Yasin T. al-Jibouri, Maha Suci Allah…, h. 108. 24
Irsyad Zamjadi, “Studi Agama Ke Arah Penegasan Idiologi Dalam Gerbang”, Jurnal Studi
Agama dan Demokrasi (Surabaya: eLSAD, Okt.-Des. 2002), h. 11.
13
maupun kisah yang dijadikan teladan menempati posisi yang cukup signifikan
dipasaran.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan mengkaji dengan judul
“KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK
DENGAN AL-QUR’AN” (Studi Literasi Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan
Rasul)
A. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin memfokuskan pembahasan agar tidak
meluas dari tema yang dimaksud. Penulis membatasi masalah kisah Nabi Ibrahim
dalam buku kisah anak dan ketidaksesuaian dengan al-Qur’an. Dalam buku Cerita
Bergambar 25 Nabi dan Rasul Penulis melihat kesempurnaan alur cerita dan setingan
kejadian. Dalam al-Qur’an sendiri pengisahan Nabi Ibrahim as. tidak digambarkan
secara detail dan menyeluruh.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah:
bagaimana ketidaksesuaian kisah Nabi Ibrahim as. dalam buku anak (Buku Cerita
Bergambar 25 Nabi dan Rasul) dengan Tafsiran al-Qur’an.
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian terhadap buku kisah nabi dan rasul
segmentasi anak dan ketidaksesuaiannya dengan al-Qur’an akan memiliki beberapa
tujuan:
14
1. Sejauh mana ketidak-sesuaian isi buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan
Rasul dengan al-Qur’an.
2. Mengetahui bahwa buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul memiliki
kebenaran yang bersumber dari al-Qur’an.
3. Sebagai syarat mendapatkan gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut, diharapkan dari hasil
penelitian ini akan memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Secara akademis, dapat memberikan masukan dan kontribusi bagi
pengembangan pengetahuan mlalui penelitian ini.
2. Secara praktis, agar para pembaca khususnya dari kalangan masyarakat
umum yang ingin mengajarkan anak-anaknya tentang kisah nabi dan rasul
lebih berhati-hati memilih buku bacaan untuk anaknya terutama buku
yang berkenaan dengan pembahasan keagamaan.
4. Tinjauan Pustaka
Pembahasan kisah Nabi Ibrahim as. bukanlah hal yang baru dalam bidang
akademisi. Pembahasan ini telah banyak diteliti seperti: Skripsi yang menulis
mengenai Kisah Nabi Ibrahim di antaranya ditulis oleh Dewi Mahdayani.25 Isi skripsi
ini adalah perjalanan Nabi Ibrahim dalam pencarian keberadaan tuhannya begitu kuat,
proses yang ia lakukan untuk menemukan tuhan sernata-mata untuk membuktikan
25
Dewi Mahdayani, “Kisah Nabi Ibrahim dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab”
(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008).
15
kesesatan tuhan kaumnya. Kemudian skripsi yang ditulis oleh Kholilurrahman Aziz.26
Aziz dalam skripsinya mengulas pesan teologi yang dimaksudkan dalam kisah Nabi
Ibrahim adalah bentuk ketauhidan yang utuh hanya kepada Allah, yang menyadari
tentang hakikat wujud Tuhan yang hakiki. Adapun nilai moral dalam kisah Nabi
Ibrahim ini adalah, pertama adanya sikap pengorbanan untuk mendekatkan din
kepada Tuhan. Kedua skripsi ini berasal dari Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Berikutnya skripsi oleh Miftahul Huda.27
Dalam skripsinya miftahul huda
memberikan informasi bahwa kisah Nabi Ibrahim yang terdapat dalam al-Qur’an.
Setidaknya terdapat beberapa bentuk atau macam dakwah dialogis beliau yang bisa
diidentifikasi. Pertama, dialog perihal teologis: kedua, dialog perihal kosniologis:
ketiga, dialog perihal sosial; keempat, dialog perilial eskatologis. Salah satu ayat yang
menjelaskan dialog teologis Ibrahini adalah Q.S. al-Anbiya’ ayat 52. Pada ayat ini
digambarkan bagaimana Ibrahim kecil yang masih dalam asuhan ayahnya memiliki
nalar kritis dalam hal teologis. Ibrahirn kecil dengan akal kritis dan kecerdasannya
bertanya kepada ayah dan kaumnya: ‘Patung-patung apakah ini yang kan tekun
beribadah kepadanya’.
26
Kholilurrahman Aziz, “Kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an: Kajian nilai-nilai teologi-
Moralitas Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Muhammad A. Khalafullah dan M. Quraish Shihab.” (Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010). 27
Miftahul Huda, ”Dakwah Dialogis Nabi Ibrahim dalam Perspektif” al-Qur’an (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kaijaga,
Yogyakarta. 2010)
16
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Mohammad Dedi Sofyan.28
Skripsi ini
membahas tentang dialog Nabi Ibrahim menurut penafsiran fakhruddin al-Razi.
Keseluruhan pembahasan skripsi ini menunjukan bahwa Fakhruddin al-Razi
menafsirkan dialog Nabi Ibrahim syarat akan nuansa nilai spiritual dan etis yang
bercorak argumentatif dan rasional. Nuansa nilai sipitula yang dimaksud adalah: pada
setiap diaog-diaog Nabi Ibrahim, mencerminkan kapasitasnya sebagai seorang nabi
dan rasul, yakni dialog yang berisi seruan untuk menyembah serta mengabdi hanya
kepada Allah swt. Etis , sebagai sosok manusia ideal yang dilukiskan oleh al-Qur’an,
Nabi Ibrahim adalah sosok yang tenang, santun dan kaem, memiliki kemuraham dan
kelembutan hati. Hal ini begitu terdeskripsikan dari dialog-dialognya yang memiliki
perkataan lembut sekaigus menyentuh kepada siapapun.
Kemudian Tesis yang ditulis oleh Maisaroh Nurharjanti.29
Tesis dari Nurhajarti
ini membahas tentang Kisah Nabi Ibrahim as. dalam al-Quran. Penelitian ini
difokuskan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana struktur yang
membangun kisah Ibrahim a.s. dalam al-quran, bagaimana koherensi dan keterpaduan
unsur-unsur dalam kisah Ibrahim a.s., dan bagaimana pemaknaan total kisah Ibrahim
as. dalam al-Quran. Dapat disimpulkan ditinjau dan pembahasan semiotika dan cerita
Ibrahim a.s, di dalam al-Quran. Yang pertama, telah terpenuhinya unsur-unsur kisah
Ibrahim a.s. dalam al-Quran, berupa tema, tokoh, plot, peristiwa, setting atau latar,
bahasa dan moral atau pesan-pesan yang ingin disampaikan yaitu sebuah tatanan
28
Mohammad Dedi Sofyan, “Dialog Nabi Ibrahim” (Study Penafsiran Fkahruddin al-Razi)
(Skripsi S1Fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017) 29
Misaroh Nurharjanti, ”Dialog Nabi Ibrahim” (Suatu Kajian Semiotik), (Tesis S2
Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2008)
17
sosial yang berlandaskan tauhid. Inti dan segala uraian al-Quran adalah
memperkenalkan keesaan Allah swt. Kedua, kisah Ibrahim a.s. tidak diuraikan di
dalam al-Quran hanya dengan satu teknik pernaparan saja. Ketiga, kisah Ibrahim a.s.
mementingkan tema yang ingin disainpaikan berupa pesan-pesan moral yang luhur,
dan sedikit “mengabaikan” unsur-unsur lainnya, seperti siapa ayah yang
sesungguhnya dan Ibrahim a.s., usia berapa ia mulai berdakwah, al-Quran tidak
merincinya.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Adapun dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (Library Research). Format yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berkaitan dengan tema yang akan
dibahas, baik itu berupa rujukan utama (primer) maupun sekunder. Rujukan primer
atas penulisan ini bersumber pada buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul buku
ini adalah buku yang akan digunakan untuk penelitian penulis mengenai kisah Nabi
Ibrahim dalam segmentasi anak. Untuk analisis konten kisah Nabi Ibrahim dalam
buku anak, penulis menggunakan kitab tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.
Rujukan sekunder yang penulis angkat adalah buku-buku yang terkait dengan
pembahasan mengenai kisah Nabi Ibrahim dalam buku anak. Penelitian kepustakaan
ini dimaksudkan agar memperoleh data teoritis yang relevan dengan penelitian yang
sedang diteliti.
18
2. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik metode deskriftif analitik
yaitu suatu metode yang bermaksud menggambarkan data-data dalam menguji dan
menjelaskan sebuah hipotesis untuk menjawab pertanyaan dari suatu permasalahan.
Sedangkan analitik yaitu sebuah tahapan untuk menguraikan data-data yang telah
terkumpul dan tersusun secara sistematis. Jadi, metode deskriftif analitik adalah
sebuah metode pembahasan untuk menerapkan data-data yang telah tersusun dengan
melakukan kajian terhadap data-data tersebut. Selain itu juga penulis menggunakan
pendekatan perbandingan. Pendekatan ini dilakukan untuk membandingkan
pemahaman
3. Tekhnik Penulisan
Dalam tekhnik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku
pedoman akdemik: penulis Skripsi, Tesis dan Desertasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2010/2011. Sedangkan pedoman transliterasi keputusan bersama
Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 tahun 1987 – Nomor:0543
b/u/1987. Pada penulisan nama surah al-Qur’an, ditulis dipedoman akademik
2010/2011, misalnya Surah al-Baqarah/2: 183, tetapi penulis menuliskan QS. al-
Baqarah/2:183, yang nantinya akan konsisten sampai pembahasan akhir.
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini akan dimulai dengan BAB pertama dengan menguraikan latar
belakang persoalan yang ingin dikemukakan dalam tulisan ini, rumusan dan batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustakka, metode penelitian dan
19
sistematika penulisan. BAB ini penting untuk mengurai secara umum keseluruhan isi
tulisan.
BAB kedua, membahas tentang kisah dalam al-Qur’an dengan uraian: definisi
kisah al-Qur’an, macam-macam kisah al-Qur’an, karakteristik kisah al-Qur’an, tehnik
pemaparan kisah al-Qur’an dan tujuan mempelajari kisah dalam al-Qur’an.
BAB ketiga membahas tentang gambaran umum buku Cerita Bergambar
Kisah 25 Nabi Dan Rasul dengan menampilkan informasi data buku, sinopsis buku,
salah satu kisah yang di sorot, dan visualisasi kisah Nabi Ibrahim dalam bentuk
gambar.
BAB keempat membahas tentang komparasi kisah Nabi Ibrahim dalam buku
anak dengan kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an.
BAB kelima berisikan penutup yang berupa kesimpulan dari uraian-uraian
bab-bab sebelumnya, yaitu jawaban dari rumusan masalah yang dicantumkan
sekaigus membuat saran-saran dan daftar pustaka yang disusun secara alfabetis.
19
BAB II
KISAH DALAM AL-QUR’AN
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering mendengarkan kata-kata
kisah. Ketika manusia mendengar kata kisah tersebut yang terlintas dalam
pikirannya adalah suatu cerita yang berkenaan dengan suatu kejadian pada masa
lampau tentang seseorang atau masyarakat tertentu.
Kisah merupakan suatu metode pembelajaran yang ternyata memiliki daya
tarik tersendiri yang dapat menyentuh perasaan dan kejiwaan serta daya pikir
seseorang. Kisah memiliki fungsi edukatif yang sangat berharga dalam suatu
proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam. Islam menyadari sifat alamiah manusia
yang menyenangi seni dan keindahan. Sifat alamiah tersebut mampu memberikan
pengalaman emosional yang mendalam dan dapat menghilangkan kebosanan serta
kejenuhan dan menimbulkan kesan yang sangat mendalam. Oleh karena ¡tu, Islam
menjadikan kisah sebagai salah satu metode dalam sebuah metode pembelajaran.1
A. Definisi Kisah
Secara bahasa Kata “kisah” berasal dari akar kata “القص” yang berarti
mencari atau mengikuti jejak. Kata al-qasas adalah bentuk masdar.2 Menurut al-
Khalidy al-qasas berarti cerita-cerita yang dituturkan (kisah). Kisah dengan arti-
arti tersebut di atas. dipergunakan juga dalam al-Qur’an, antara lain;
a. Al-Qashash berarti mengikuti jejak sebagaimana firman Allah swt.
1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1997), h. 97.
2 Manna A1-Qaththan, Mabahits fi ulumiI Al-Quran, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah.
1996). h. 305.
20
”Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula.”
“dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:
"Ikutilah dia"
b. Al-qashash berarti cerita-cerita yang dituturkan (kisah), seperti dalam
surah Ali-Imran/3 ayat 62 dan surah al-Qashash/28 ayat 25 dan surah
Yusuf/12 ayat 3.
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar” (Ali’Imran ayat 62)
"Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan
kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu
takut” (al-Qashash ayat 25)
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum
(kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum
mengetahui. (Yusuf ayat 3)
Secara terminologi kisah dalam kesusateraan bahasa Indonesia atau
Melayu dapat diartikan dengan cerita, penuturan tentang suatu peristiwa, suatu
kejadian atau seseorang.3 Dalam arti yang lain kata kisah berarti berita-berita
mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut. Sedangkan
Qashash dalam Al Qur’an adalah pemberitaan Al Qur’an mengenai hal ihwal
3 AG Pringgo Digdo dan Hasan Syadily, Ensiklopedia Umum. (Yogyakarta: Ofset
Kanissus, 1997), h. 567.
21
ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi.4
Pada tataran terminologi ini para pakar dan ulama pun banyak sekali
memberikan definisi tentang pengertian kisah ini diantaranya:
1. Manna al-Qattan dalam bukunya Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an menyatakan
bahwa Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an tentang hal ihwal
umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi.5
2. Hasby al-Shiddieqy memberikan definisi, bahwa yang dimaksud dengan
Qasahsul Qur’an ialah kabar-kabar al-Qur’an tentang keadaan umat yang
telah lalu dan kenabian masa terdahulu, peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi. Al-Qur’anmelengkapi tentang keterangan peristiwa peristiwa yang
telah terjadi, keadaan negeri-negeri serta menerangkan bekas-bekas dan
kaum terdahulu tersebut.6
3. Menurut M. Quraisy Shihab, kisah adalah menelusuri peristiwa atau
kejadian dengan jalan menyampaikan atau menceritakannya dari awal
hingga akhir sesuai dengan kronologi kejadiannya.7
4. Muhammad Ahmad Khalafullah mengatakan bahwa kisah adalah suatu
karya kesusastraan mengenai peristiwa yang terjadi atas seseorang pelaku
yang sebenarnya tidak ada atau dari seseorang yang benar-benar ada tetapi
peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kisah itu tidak benar-benar
terjadi. Atau peristiwa itu benar-benar terjadi pada diri pelaku, tetapi kisah
4 Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), h. 228. 5 Manna’ A1-Qaththan, ibid, h. 305.
6 Hasby A1:Shidieqy. Ilmu-Ilmu Al-Quran Media Pokok Dalam Pcnafsiran Al-Quran.
(Jakarta: Bulan Bintang, 1972). cet.1, h. 176. 7 M. Quraisy Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 319.
22
itu disusun atas dasar seni yang indah, yang mendahulukan sebagian
peristiwa dan membuang sebagian lagi. Atau, peristiwa yang benar-benar itu
ditambahi dengan peristiwa yang tidak terjadi atau dilebih-lebihkan
penuturannya, sehingga penggambaran pelaku-pelaku sejarahnya keluar dari
kebenaran yang sesungguhnya sehingga terjadi pelaku fiktif.8
5. Menurut al-Shiba’i seperti yang dinukil oleh Ahmad Hanafi, yang dimaksud
dengan kisah adalah sebuah tulisan yang bersifat kesusastraan dan indah
serta keluar dari seorang penulis dengan maksud menggambarkan suatu
keadaan tertentu mengenai sejarah, akhlak atau susunan masyarakat dan
sebagainya. Dengan menggunakan suatu cara, penulis melepaskan diri dari
perasaan pribadinya, pikirannya yang timbul dari perasaan dan pikiran.
Sehingga pribadinya tercermin dalam penggambaran itu yang dapat
mengadakannya dari orang lain yang mempunyai tulisan yang sama.9
Bagi Shalah al-Khalidy kisah telah disifati al-Qur’an sebagai cerita yang
benar dan tak diragukan lagi. Allah swt memberitahukan dan menceritakannya
kepada manusia agar mereka berpikir mengenai hikmah yang terkandung di
dalamnya karena hal itu sudah menjadi ketetapan Allah.10
Allah Swt berfirman
dalam surah Ali Imran/3 ayat 62 berikut:
8 Rosihun Anwar, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 67.
9 Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesastraan pada Kisah-kisah al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1984), cet. I, h. 14. 10
Shalah al-Khalid, Kisah- kisah al-Quran. Penerjemah Setiawan Budi Utomo (Jakarta:
Gema Insani Press, 1999), h. 15.
23
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Perbedaan mengenai definisi kisah telah banyak dipaparkan ulama, masing-
masing mereka memiliki sudut pandang yang berbeda, ada yang menilai bahwa
kisah al-Qur’an merupakan cerita fiktif belaka, tidak benar-benar terjadi, sebuah
khayalan yang al-Qur’an gambarkan dalam bentuk seni sastra. Dan ada pula yang
menilai bahwa kisah al-Qur’an memang sebuah cerita yang nyata yang memiliki
data histori. Dalam diskursus ini, penulis sependapat bahwa kisah al-Qur’an
merupakan sebuah cerita yang benar adanya, sesuai histori dan digambarkan
dalam bentuk seni sastra yang tinggi, jika pun ada cerita yang belum terdapat
historinya bukan berarti kisah al-Qur’an itu khayalan dan imajinasi, sebab cerita
al-Qur’an berbeda dengan cerita-cerita lainnya yang mana cerita al-Qur’an
merupakan bagian dari wahyu yang kebenarannya mutlaq. Hal ini bisa dilihat
dalam firman Allah surah Ali Imran/3 ayat 62.
B. Macam-macam Kisah
Melihat kedudukan dan peran kisah bagi masyarakat Arab, maka al-
Qur’anmempergunakannya untuk memudahkan pemahaman pesan-pesan Tuhan
di samping untuk memperkuat kesan tentang ajaran-ajaran-Nya tersebut dalam
hati pendengarnya.11
Materi kisah dalam al-Qur’an sering disebut dengan naba’ (berita atau
informasi), seperti berita tentang Musa12
, Nuh13
, Ibrahim14
dan lain-lain. Di antara
kisah kisah tersebut ada yang disifati dengan anba’ al-ghaib (informasi yang tidak
11
Syahrin Harahap, al-Quran dan Sekulerisasi; Kajian Kritis Terhadap pemikiran Thaha
Husein, (Yogya: Tiara Wacana, 1994), h. 155. 12
QS. Al-Qashshash: 3 13
QS. Yunus : 71 14
QS. Al-Syu’ara : 70
24
diketahui), yaitu cerita cerita yang tidak diakrabi bangsa Quraisy, sehingga di
samping membawa pesan Tuhan, kisah tersebut berfungsi sebagai informasi bagi
pendengarnya. Atas dasar itulah, maka kisah al-Qur’anbisa disebut juga dengan
berita berita ghaib, karena ia berusaha menyampaikan pesan melalui pemaparan
informasi peristiwa peristiwa masa lalu,15
sebagaimana diungkap dalam surah
Hud/11 ayat 49:
“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak
(pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang
baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Kisah dalam al-Qur’an memiliki beberapa macam kategori. Di antaranya
ialah menceritakan para nabi dan umat terdahulu, mengisahkan berbagai macam
peristiwa dan keadaan dari masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan
datang. pembagian kisah ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi waktu dan segi
materi.16
1. Ditinjau dari segi waktu
Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-
Qur’an. maka dapat di bagi menjadi tiga macam. Tiga macam kisah lersebut ialah
sebagai berikut:
a. Kisah Ghaib Pada Masa Lalu
15
Andy Hadiyanto, “Repitisi Kisah al-Quran; “Analisis Struktrural Genetik Terhadap
Kisah Ibrahim dalam Surat Makiyyah dan Madaniyyah,” (Disertasi Pascasarjana Universitas Islam
Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 33. 16 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu. 2008), h. 296.
25
Kisah ghaib pada masa lalu ialah kisah yang menceritakan
kejadian-kejadian ghaib yang sudah tidak bisa di tangkap oleh
panca indera yang terjadi pada masa lampau, seperti kisah Maryam
(sural Ali-imrãn/3 ayat 44), kisah Nabí Nuh (sural Húd/11 ayat 25-
49), dan kisah ashabul aI-Kahi (surat aI-Kahfi/18 ayat 10-26).17
b. Kìsah Ghaib Pada Masa Kini
Kisah ghaib pada masa kini adalah kisah yang menerangkan
keghaiban pada masa sekarang (meski sudah ada sejak dulu dan
masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan yang
menyingkap rahasia orang-orang munafik, seperti kisah yang
menerangkan kaum munafik (surah at-Taubah/9 ayat 107). Kisah
yang menerangkan keadaan manusia saat terjadinya hari akhir
(surah al-Qoriah/101 ayat 1-6), dan pencabutan nyawa manusia
oleh para malaikat (sural an-Nãziãt/79 ayat 1-9).18
c. Kisah Ghaib Pada Masa Yang Akan Datang
Kisah ghaib pada masa yang akan datang ialah kisah-kisah yang
menceritakan beberapa peristiwa yang akan datang yang belum
terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an. Kemudian peristiwa
tersebut benar-benar terjadi. Oleh karena itu, pada masa sekarang
merupakan peristiwa yang di kisahkan telah terjadi, seperti jaminan
Allah swt terhadap keselamatan Nabi Muhammad saw dan
penganiayaan orang, banyak orang yang mengancam akan
membunuhnya pada saat itu (surah al-Maidah/5 ayat 64),
17
Abdul Djalal, Ulumul Quran. h. 296-297. 18
Abdul Djalal, Ulumul Quran.h. 297-299.
26
kemenangan bangsa Romawi atas Persia (surah ar-Rum/30 ayat 1-
4), dan kebenaran mimpi Nabi SAW. yang dapat masuk Masjidil
Haram bersama para sahabat dalam keadaan sebagian dan mereka
bercukur rambut dan yang lain tidak (surah al-Fath/48 ayat 27).19
2. Ditinjau dari Segi Materi
Jika ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an di
bagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Kisah para Nabi, tahapan dan perkembangan dakwahnya, berbagai
mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang
memusuhinya. Akibat-akibat yang di terima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakannya, seperti kisah
Nabi Musa (surah al-Maidah/5 ayat 21-26; Taha/20 ayat 57-73;
dan a1-Qashash/28 ayat 7-35), kisah Nabi ‘Isa (surah a1-Ma’idah/5
ayat 110-120), dan kisah Nabi Ibrahim (surah as-Saffat/37 ayat 38-
99).
b. Kisah orang-orang selain nabi dan sekelompok manusia tertentu,
seperti kisah umat Nabi Musa yang memotong sapi (surah al-
Baqarah/2 ayat 67-73, kisah Qarun yang mengkufuri nikmat (surah
al-Qashsash/28 ayat 76-81), kisah Maryam (surah Maryam/19 ayat
16-30), kisah ashab al-Kahfi (surah aI-Kahfi/18 ayat 10-26), dan
kisah Talut (surah al-Baqarah/2 ayat 246-252).
c. Kisah peristiwa dan kejadian pada masa Rsulullah saw, seperti
Perang Badar dan Uhud (surah Ali’Imran/3), Perang Hunain dan
19
Abdul Djalal, Ulumul Quran. h. 299-300.
27
Tabuk (surah al-Taubah/9), dan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad saw. (surah al-Isra/17).20
C. Karakteristik Kisah-kisah dalam AI-Qur’an
Kisah al-Qur’an memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
cerita dan dongeng pada umumnya. Karakteristik yang di maksud adalah sebagai
berikut:
1. Gaya bahasanya indah, mempesona, dan sederhana, sehingga mudah
dipahami dan mampu mengundang rasa penasaran para pembaca untuk
mengetahuinya secara lengkap. Hal ini di didukung oleh penyampaian
kisah Qur’ani yang biasanya di awali dengan tuntutan, ancaman, atau
peringatan akan suatu bahaya. Kadang-kadang sebelum sampai pada
pemecahannya, masalah-masalah tersebut berakumulasi dengan tuntutan
atau masalah lain. Demikian itu menjadikan kisah sebagai jalinan cerita
yang kompleks, membuat pembaca menjadi semakin penasaran dan ingin
segera mencapai penyelesaian.21
2. Materinya bersifat universal, sesuai dengan sejarah perkembangan
kehidupan manusia dari masa ke masa, sehingga menyentuh hati nurani
pembaca di setiap masa. Kisah-kisah dalam al-Qur’an bukanlah kisah yang
asing bagi manusia. Sebab settingnya bukan alam malaikat, melainkan
dunia, dan menampilkan realitas hidup manusia.22
20
Mustafa Muhammad Su1aimn, al-Qissah fi al-Qur’an al-Karïm wa Thara Hauki min
Svabbahawa ar-Radd Alaiha (Mesir: Matba’ al-Amanah, 1994),h. 21-22. 21
Abdurrahrnan al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masvarakat
(Jakarta: Gcrna Insani Press, 1995), h. 239. 22
M. Quraish Shihab, Membumikan a1-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 175.
28
3. Materinya hidup, aktual, mampu menerangi jalan menuju masa depan
yang cemerlang. tidak membosankan, dan mampu menggugah emosi
pembaca.23
4. Kebenarannya dapat dibuktikan secara filosofis dan ilmiah melalui bukti
bukti sejarah.24
5. Penyajiannya tidak pernah lepas dari dialog yang dinamis dan rasional,
sehingga merangsang pembaca untuk berpikir.
Dilihat dari sudut pandang seni penggambaran atau dapat disebut dengan
keistimewaan artistik, kisah al-Qur’an memberikan beberapa keistimewaan.
Keistimewaan dalam keindahan susunan kebahasaan yang tetap tunduk pada
tujuan keagamaan. Quthb mengelompokkan keistimewaan ini dalam empat
tampilan kisah, yaitu:
1. Keanekaragaman cara penyampaian. Terdiri dari bagaimana kisah
disampaikan dengan menyebutkan sinopsis terlebih dahulu, baru kemudian
diuraikan rincian-rinciannya dan awal hingga akhir. Dalam hat ¡ni, Quthb
mengambil contoh pengkisahan tentang As-hab al-Kahfi (surah al-
Kahfi/18 ayat 9-12).
2. Menyebutkan simpulan kisah dan maksudnya kemudian diikuti kisah
dari awal hingga akhir dengan pemaparan rincian-rincian episodenya.
Contohnya adalah kisah Nabi Musa a.s. yang dimuat dalam surah al-
Qashash/28 ayat 2-6.
23
SaIãh al-Khalidy, Kisal-kisah al-Qur ‘an Pelajaran dari Orang-orang terdahulu
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 301-327. 24
Novita Siswayanti, “Dimensi Edukatif pada Kisah-kisah A1-Qur’an,” Jurnal Kajian
Al-Qur ‘an dan Kebudavaan, III, no. 1 (2010), h. 73.
29
3. Menyebutkan kisah secara langsung tanpa ada pendahuluan dan tanpa
ada sinopsis, misalnya tentang kisah Maryam yang melahirkan Nabi Isa
a.s.
4. Kisah digambarkan sebagai sebuah drama yang disusun berdasarkan
adegan yang dilakukan oleh tokoh, seperti kisah Nabi Ibrahim a.s. bersama
Nabi Ismail a.s. ketika membangun Ka’bah (surah al-Baqarah/2 ayat
127]). Dalam kisah tersebut hanya sedikit beberapa lafal yang
memberitahukan akan awal pemaparan kemudian membiarkan kisah itu
bercerita tentang kisahnya dengan perantaraan para pemainnya.25
D. Teknik Pemaparan Kisah
Pemaparan kisah dalam al-Qur’an memiliki cara yang spesifik, salah
satunya ialah aspek seni. Di samping aspek seni, perhatian aspek-aspek
keagarnaan sangat mendorninasi di dalarn kisah. Teknik pemaparan ini dapat di
pilah-pilah, seperti berawal dari kesimpulan, ringkasan cerita, adegan klimaks,
tanpa pendahuluan, adanya keterlibatan irnajinasi manusia, dan penyisipan nasihat
keagamaan.26
Berikut pemetaanya:
1. Berawal dari sebuah Kesimpulan
Di antara berbagai kisah yang dipaparkan dalam al-Qur’an, ada yang di
mulai dari kesimpulan. Kernudian di ikuti dengan perinciannya, yaitu dari
fragmen27
pertama hingga fragmen terakhir. Sebagai contoh adalah kisah Nabi
Yusuf as yang di awali dengan mimpi dan di pilihnya Nabi Yusuf as sebagai nabi
25
Sayyid Quthb, A1-Tashwîr al-Fanni fi al-Qur ‘ân, h. I 48-150 26
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, ed.
Mustaffa’ Maimun, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 67 27
Dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia, kata fragmen diartikan sebagai cuplikan
atau petikan (dari sebuah cerita, lakon dan sebagainya). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
Kamus Bahasa hidonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),h. 418.
30
(surah Yusuf/12 ayat 6-71). Kemudian dilanjutkan dengan fragmen pertama, yaitu
Nabi Yusuf as dengan saudara-saudaranya (ayat 8-20). Fragmen kedua, Nabi
Yusuf as di Mesir (ayat 21-33). Fragmen ketiga, Nabi Yusuf as di penjara (ayat
34-53). Fragmen keempat, Nabi Yusuf as mendapat kepercayaan dari raja (ayat
54-57). Fragmen kelima, Nabi Yusuf as bertemu dengan saudara-saudaranya (ayat
58-93). Fragmen keenarn, Nabí Yusuf as berternu dengan orangtuanya (ayat 94-
101).28
2. Berawal dari sebuah Ringkasan Kisah
Dalam hal ini kisah di mulai dari ringkasan, kernudian di ikuti dengan
rincian dari awal hingga akhir. Kisah yang rnenggunakan pola ini antara lain
ashab al-Kahfi dalam surah al-Kahfi yang di mulai dengan ringkasan secara garis
besar.
“(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam
gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami
dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan
Kami (ini)."Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,
kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara
kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka
tinggal (dalam gua itu).
Demikian ringkasan kisah ashab al-Kahfi. Kemudian dalam ayat
selanjutnya diceritakan rinciannya, yaitu dalam ayat 14-16 tentang latar belakang
mengapa mereka masuk goa. Pada ayat 17-18 menceritakan keadaan mereka di
dalam goa. Pada ayat 19-20 menceritakan saat mereka bangun dari tidur. Pada
28
Sayyid Qutb, aI-Taswlr al-Fann fi aI-Qur’än (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1975),, h. 67-68.
31
ayat 21 menjelaskan tentang sikap penduduk kota setelah rnengetahui mereka.
Terakhir, pada ayat 22 menceritakan perselisihan penduduk kota tentang jumlah
pemuda-pernuda tersebut.29
3. Berawal dari sebuah Adegan yang paling Penting
Pola pemaparan kisah lainnya dalarn al-Qur’an adalah kisah yang berawal
dari adegan klimaks. Kernudian dikisahkan rinciannya dari awal hingga akhir.
Kisah yang rnenggunakan pola ini antara lain kisah Nabi Musa as dengan Fir’aun
dalam surat al-Qashsash.
“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun de-
ngan benar untuk orang-orang yang beriman.. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat
sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,
dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka
dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun
Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.. dan Kami hendak memberi
karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak
menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi).”
Itulah awal kisah yang menjadi adegan klimasknya, yaitu tentang
keganasan Firaun. Kernudian di kisahkan secara rinci mulai dari Nabi Musa
dilahirkan dan dibesarkan ayat 7-13. Pada ayat 14-19 menceritakan ketika jadi
dewasa. Ayat 20-22 tentang rneninggalnya (Nabi Musa as) di Mesir. Ayat 23-28
menceritakan pertemuannya dengan dua anak perempuan. Ayat 29-32
29
Sayyid Qutb, aI-Taswlr al-Fann fi aI-Qur’än h. 149.
32
menceritakan Nabi Musa as mendapatkan wahyu dari Allah swt. untuk rnenyeru
Firaun. Ayat 33-37 menceritakan pengangkatan Harun sebagai pembantunya.
Ayat 38-42 menceritakan tentang kesombongan dan keganasan Firaun. Terkahir
menceritakan tentang Nabi Musa yang mendapatkan wahyu (Taurat), terdapat
pada ayat 43.30
Dengan dipilihnya pola pertama, kedua, dan ketiga ini pembaca atau
pendengar dapat mengetahui terlebih dahulu gambaran secara umum tentang suatu
kisah. Selain itu mendorong mereka untuk segera mengetahui rinciannya.
4. Tanpa Pendahuluan
Pada umumnya kata-kata pendahuluan digunakan pada berbagal kisah
dalam al-Qur’an. Apakah itu dengan menggunakan pola pertama, kedua, ketiga,
atau dengan bentuk pertanyaan. Sebagai contoh kisah tentara bergajah pada surah
al-Fiil/105 ayat 1-5 di dahului dengan pertanyaan, “Apakak kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah.”
Kemudian kisah Nabi Ibrahim as dengan malaikat dalam surah al-Dzhariyat/51
ayat 24-30 juga di mulai dengan pertanyaan, “Sudahkah sampai kepadamu
(Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat) yang dirnuliakan?” Selain itu, kisah
Nabi Musa as. dalam surah al-Naziat/79 ayat 15-26 juga di mulai dengan sebuah
pertanyaan, Sudahkah sampai kepadarnu (Muhammad) kisah Musa?.31
Meskipun demikian, terdapat juga beberapa kisah yang tidak didahului
pendahuluan. Tetapi kisah tersebut di mulai secara langsung dari inti materi.
Sebagai contohnya adalah kisahnya Nabi Musa as mencari ilmu dalam surah al-
30
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 69. 31
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 70.
33
Kahfi/18 ayat 60-82. Dalarn kisah tersebut dijelaskan secara langsung ke inti
materi kisah, tanpa didahului dengan pendahuluan.32
Sekalipun pemaparan kisah di atas tanpa di mulai pendahuluan.
Didalamnya dimuat dialog atau peristiwa yang mengandung minat pembaca atau
pendengar untuk rnengetahui kisah tersebut sampai tuntas. Pada kisah Nabi Musa
as ditampilkan adegan Nabi Khidir melubangi perahu yang di tumpanginya (ayat
71). Selanjutnya Nabi Khidir mernbunuh seorang pemuda (ayat 74) dan Nabi
Khidir membetulkan dinding rumah yang masyarakatnya sangat pelit (ayat 77).
Pembaca atau pendengar kisah akan tenis bertanya tanya mengapa Nabi Khidir
berbuat demikian. Pertanyaan itu baru terjawab pada akhir kisah tersebut.33
5. Keterlibatan Imajinasi Manusia
Kisah dalarn al-Qur’an banyak yang di susun secara garis besarnya.
Adapun kelengkapannya diserahkan kepada imajinasi manusia. Menurut
penelitian W. Montgomery Watt dalam bukunya Bell’s Introduction to the
Qur’an, al-Qur’an di susun dalam ragam bahasa lisan (oral). Untuk
rnernahaminya hendaklah dipergunakan (tambahan) daya imajinasi yang dapat
melengkapi gerakan yang dilukiskan oleh lafal-lafalnya. Ayat-ayat yang
mengandung unsur bahasa ini, jika dibaca dengan penyertaan dramatic action
yang tepat, niscaya akan dapat membantu pemaharnan. Sebenarnya, gambaran
dramatika yang berkualitas ini merupakan ciri khas gaya bahasa al-Qur’an.
mengandung unsur bahasa ini, jika dibaca dengan penyertaan dramatic action
32
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 70. 33 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h.
70-71.
34
yang tepat, niscaya akan dapat membantu pemaharnan. Sebenarnya gambaran
dramatika yang berkualitas ini merupakan ciri khas gaya al-Qur’an.34
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada
Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui". (al-Baqarah ayat 127)
Pada kalimat wa idz yarfa’ Ibrahim al-Qowaid min al-bait wa Ismail,
dalam irnajinasi seseorang tergambar suatu pentas yang terdiri dari dua tokoh,
yaitu Ibrahim dan isma’il. Dengan latar belakang Baitullah (Ka’bah).35
Adegan di mulai dengan pernasangan batu oleh seorang tukang bernarna
Ibrahim. Dalarn pemasangan batu itu digunakan campuran yang bagus. Imajinasi
ini tergambar dan kalimat wa idh yarfa’ Ibrahim al-Qaid min al-bait ismail
berperan sebagai laden tergambarkan sedang mencari batu, mengaduk bahan
campuran yang dapat merekatkan batu, lalu rnemberikannya kepada tukang
(Ibrahim). Imajinasi ini tergambar dari peng’atafàn lafal Isma’i1 ke lafal Ibrahim
yang di antara oleh lafal al-qawaid. Kernudian mereka berdoa. Antara susunan
kalirnat berita dengan doa tidak digunakan kata penghubung ataupun lafal yad
uwthz yang dapat menghubungkan doa dengan kalimat berita sebelumnya. Hal ini
rnenggambarkan adegan yang berlangsung itu semacam siaran langsung, sehingga
penonton dapat rnenyaksikan adegan-adegan tersebut secara hidup.36
34
W. Montgomery Watt, Ben ‘s Introduction to the Qur ‘an (Edinburg: The University
Press, 1970), h. 60. 35
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 71-
72. 36
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72.
35
6. Penyisipan Nasihat Keagamaan
Pemaparan kisah dalam al-Qur’an sering sekali disisipi nasihat
keagarnaan. Nasihat ini antara lain berupa penegasan Allah swt. Dan keharusan
percaya adanya kebangkitan manusia dari kubur.37
Adapun contoh dalam pola ini adalah ketika al-Qur’an menuturkan kisah
Nabí Müsa as. dalarn surah Tãha/20 ayat 9-98. Ditengah-tengah kisah ini, yaitu
pada ayat 50-55 disisipkan tentang kekuasaan Allah swt, ilmu-Nya, kemurahan-
Nya, dan kebangkitan manusia dari kubur. Kemudian di akhiri dengan pengesaan
Allah swt, pada ayat 98.38
Contoh lainya adalah kisahnya Nabí Yusuf as. dalam surah Yusuf/12 ayat
1-111. Pada kisah ini juga disisipkan ajaran beriman kepada Allah swt ayat 37,
tidak mempersekutukann-Nya dan bersyukur atas nìkrnat yang diberikan-Nya ayat
81, pahala di akhirat dan Allah adalah Maha Penyayang ayat 64, Allah akan
mengangkat derajat orang yang dikehendaki-Nya dan di akhiri dengan penjelasan
bahwa al-Qur’an adalah petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (ayat
111).39
Dengan demikian, tema sentral dari ayat-ayat yang memuat kisah dalam
al-Qur’an adalah kisah para Nabi dan umat terdahulu. Narnun, secara perlahan,
para pembaca atau pendengar digiring ke berbagai ajaran agama yang bersifat
universal. Hal ini bisa dijadikan bukti bahwa komitmen kisah dalam al-Qur’an
terhadap tujuan keagamaan sangat tinggi sekali.40
37
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72. 38
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72. 39
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72-
73. 40
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 73.
36
E . Tujuan Kisah
Kisah-kisah yang diceritakan dalam al-Qur’an tidak mungkin kosong dari
nilai-nilai atau pesan-pesan yang akan bermanfaat bagi manusia dalam
mengabdikan dirinya kepada Allah.41
Tujuan kisah dalam al-Qur’a menjadi bukti yang kuat bagi umat manusia
bahwa al-Qur’an sangat sesuai dengan kondisi mereka. Karena sejak kecil sampai
dewasa dan tua sangat suka dengan kisah. Apalagi jika kisah itu memiliki tujuan
yang ganda, yakni di samping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai
hiburan. Bahkan di samping tujuan yang mulia itu, kisah-kisah tersebut
diungkapkan dalam bahasa yang sangat indah dan menarik. Menjadikan orang
yang mendengar dan membacanya sangat menikmatinya.42
Pengungkapan yang demikian sengaja Allah buat dengan tujuan yang amat
mulia, yakni menyeru umat ke jalan yang benar demi keselarnatan dan kebahagian
mereka di dunia dan akhirat. Apabila dikaji secara seksama, maka diperoleh
gambaran bahwa dalarn garis besarnya tujuan pengungkapan kisah dalam al-
Qur’an ada dua macam, yaitu tujuan pokok dan tujuan sekunder.43
Menurut Nashruddin Baidan, rnaksud dari tujuan pokok ialah merealisir
tujuan umum yang dibawa oleh al-Qur’an untuk menyeru dan memberi petunjuk
kepada manusia ke jalan yang benar. Agar mereka selamat di dunia dan akhirat.44
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki menyatakan bahwa kisah dalam al-Qur’an
41
Serpin, “Pesan pesan Akhlak dalam Kisah Qabil dan Habil,” Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 1. 42
Lihat Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h. 230. 43
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 30. 44
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 231.
37
mempunyai tujuan yang tinggi. Tujuan tersebut ialah menanamkan nasihat dan
pelajaran yang dapat di ambil dari pristiwa masa lalu.45
Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan sekunder kisah dalam al-Qur’an
adalah:
1. Untuk menetapkan bahwa Nabi MuIammad saw. benar-benar menerima wahyu
dari Allah, bukan berasal dari orang-orang ahli kitab seperti Yahudi dan Nasrani.
Hal ini dapat di lihat dari firman-Nya sural Ali ‘Imrãn/3 ayat 44, Yúsuf/12 ayat
10, dan Thaha/20 ayat 99.46
2. Untuk pelajaran bagi umat manusia. Hal ini tampak dalarn dua aspek. Pertama,
menjelaskan besamya kekuasaan Allah dan kekuatan-Nya, yang memperlihatkan
bermacam-macam azab dan siksaan yang pernah ditimpakan kepada umat-umat
terdahulu akibat kesombongan, keangkuhan, dan pembangkangan terhadap
kebenaran.47
Aspek kedua ialah menggambarkan kepada manusia bahwa misi
agama yang di bawa oleh para nabi sejak dulu sampai sekarang adalah sama. Misi
tersebut ialah mentauhidkan Allah dimanapun ia berada. Kaidah tauhid yang
disampaikannya tidaklah berbeda satu sama lain dan tidak pula berubah sedikit
pun.48
3. Membuat jiwa Rasulullah Muhammad saw tenteram dan tegar dalam
berdakwah. Dengan dikisahkan kepadanya berbagai bentuk keingkaran dan
kedurhakaan yang dilakukan oleh umat-umat di masa silam terhadap para nabi
dan ajaran-ajaran yang di bawa mereka. Maka Nabi Muhammad saw merasa lega
karena apa yang dialaminya dari bermacam-macam cobaan, ancaman, dan siksaan
45
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an,
penerjemah Nur Faizin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 46. 46
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir ,h. 231-232. 47
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir ,h. 232. 48
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 235.
38
dalam berdakwah juga pernah dirasakan oleh para nabi sebelumnya. Bahkan
cobaan tersebut terasa lebih keras dan kejam daripada yang dialami Nabi saw.49
Dengan demikian, akan timbul imajinasi dalam dirinya bahwa kesukaran
tersebut tidak hanya dia yang merasakannya. Melainkan para nabi sebelumnya
juga merasakannya dan bahkan ada di antara mereka yang dibunuh oleh kaumnya,
seperti Nabi Zakariya, Yahya, dan lain sebagainya.50
Selain itu, mereka tetap
sabar dan ulet serta tetap semangat dalam menyeru umat ke jalan yang benar.
Oleh karena itu, Allah swt. menasihati Nabi Muhammad saw agar senantiasa
bersikap sabar dan berlapang dada dalam menghadapi berbagai halangan dan
hambatan yang ditujukan oleh umat kepadanya.51
4. Mengkritik para ahli kitab terhadap berbagai keterangan yang mereka
sembunyikan tentang kebenaran Nabi Muhammad saw dengan mengubah isi kitab
mereka. Oleh karena itu al-Qur’an menantang mereka supaya mengemukakan
kitab Taurat dan membacanya jika benar, seperti tercantum dalam surah
Ali’Imran/3 ayat 93.52
5. Menanamkan pendidikan akhlak al-Karimah dan mempraktikkannya. Karena
keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap dalam hati nurani dengan
mudah dan baik. Selain itu dapat mendidik seseorang untuk meneladani yang baik
dan menghindari yang buruk.53
49
Ahmad Mustatafa al-Marãghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), juz I, h. I
32. 50
A1-Maraghi, Tafsir al-Maraghi. h 132. 51
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 236. 52
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 237. 53
Djalal, Ulumul Qur ‘an, h. 303.
39
Andi Handiyanto mempetakan tujuan kisah dalam al-Qur’an berdasarkan
fungsinya dengan 4 aspek54
:
a. Pendidikan
Dapat memberikan nasehat, persepsi, ilustrasi dan memberikan
keteladanan serta memberikan penjelasan mengenai sebuah konsep.
b. Retorik atau Persuasif
Menimbulkan rasa takut, memberikan sindiran dan kritik, menimbulkan
rasa sabar dan teguh bertahan, memantapkan keyakinan tentang sebuah
konsep, serta membangun motivasi dan optimisme.
c. Teologis
Memantapkan I’jaz al-Quran, menegaskan kenabian Muhammad saw serta
kelanjutan risalah risalah sebelumnya, menegaskan kebenaran monoteisme
dan kebatilan politeisme dan ideologi sesat lainnya.
d. Dakwah
Simbolisasi kondisi dakwah yang dihadapi nabi dan menginsiprasi tentang
strategi yang diambil oleh pembacanya terkait dengan situasi kondisi yang
sejenis.
54
Andi Hadiyanto, “Repitisi Kisah al-Quran (Analisis Struktural Genetik Terhadap Kisah
Ibrahim dalam Surah Makiyyah dan Madaniyyah), Disertasi Pascasarjana Universitas Islam Negeri
jakarta, 2010. h. 56-57.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM BUKU “CERITA BERGAMBAR KISAH 25 NABI DAN
RASUL”
A. Informasi Data Buku
Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul adalah hasil karya Irsyad
Zulfahmi diterbitkan oleh Wahyu Media dengan total halaman sebanyak 162
halaman. Berikut informasi publikasinya:
1. Tabel Informasi Buku
NO IDENTITAS BUKU KETERANGAN
1. Judul buku Cerita Bergambar 25 Nabi & Rasul
2. Pengarang Irsyad Zulfahmi S.Pd
3. Penerbit Wahyumedia
4. Tempat Terbit Jakarta
5. Tahun Terbit 2006
6. Cetakan Keenam, 2006
7. Ukuran 19 X 26 cm
8. Jumalah Halaman iv, v, vi 162
9. ISBN 978-602-378-004-4
10. Harga Rp. 79.000
11. Ilustrator Novian
42
12. Penyunting Hayatun Nufus
13. Penata Letak Wella
14. Desain Sampul Fahmi Fauzy
2. Alamat Redaksi:
Wahyumedia, Jl. Moh Kahfi 2 No. 12 Cipedak, Jagakarsa, Jakrta Selatan. Telp.
(021) 7888-1000 Fax: (021) 7888-2000 Email: [email protected]
Website: www.wahyumedia.com Twitter: @wahyumedia
3. Alamat Pemasaran:
Kawahmedia, Jl. Moh Kahfi 2 No. 12. Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp.
(021) 7888-1000 Fax. (021) 7888-2000 Email: [email protected]
Cetakan Keenam, 2016. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
4. Profil Penulis
Irsyad Zulfami lahir di Jakarta pada tanggal 02 Mei 1992. Irsyad merupakan
alumni pondok pesantren Darunnajah profesinya sekarang adalah seorang editor.
Setelah selesai mengenyam pendidikan agama di lingkungan pondok pesantren,
Irsyad memilih melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Di Kampus Islam terbesar Indonesia inilah, Irsyad
banyak menggai ilmu agama dan ilmu pendidikan, dan fakultas yang ia pilih
adalah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK UIN JAKARTA).
43
Sekarang, selain sibuk menciptakan karya buku, esai dan puisi, Iryad juga
berkarir di gagas media. Iryad juga sempat menjabat sebagai pemimpin redaksi
bulletin lakonik semasa menjadi mahasiswa di UIN.
B. Sinopsis Buku
Buku Cerita Bergambar 25 Nabi & Rasul ini memuat kisah perjuangan para
Nabi yang sangat menginspirasi dan menjadi pelajaran keteladanan untuk kita.
Buku ini dilengkapi dengan Character Building atau Pembentukan Karakter yang
berfungsi mengarahkan pembaca atau orang tua sifat-sifat keteladan seperti
kejujuran, empati, tidak mudah menyerah, pemberani, dsb. Selain itu, buku ini
juga dilengkapi dengan doa-doa para Nabi serta hikmah kisah. Ilustrasinya dibuat
lucu dan sangat menarik dengan bahasa yang mudah dipahami.
C. Salah Satu Kisah Yang Disorot
1. Pendeskripsian Kisah Nabi Ibrahim
Buah karya Irsyad Zulfahmi menampilkan sosok Nabi Ibrahim dalam dua fase
penting dalam perjalanan hidupnya. Pertama, fase ketika Nabi Ibrahim
menghancurkan berhala. Kedua, fase ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrudz
didepan penduduk babilonia.
Dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul kisah Nabi Ibrahim
diawali dengan sebuah catatan bertuliskan “Pembentukan Karakter” yang isinya
adalah: dengan membaca kisah Nabi Ibrahim AS ini, diharapkan anak dapat belajar
berpikir dalam menyelesaikan tiap masalahnya dengan kreatif, serta memiliki
44
kemauan yang keras dalam berusaha. Kemudian juga dicantumkan sebuah ayat al-
Qur’an surah al-Anbiya/21 ayat 51-52.
“Dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah
kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan) nya.
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung
Apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?"
Kisah Nabi Ibrahim as diawali dengan sebuah narasi yang menyebutkan
tempat atau wilayah dimana terdapat sebuah kerajaan yang makmur, rakyatnya hidup
dalam keadaan berkecukupan dan memiliki raja yang amat berkuasa. Wilayah itu
bernama Mesopotamia (sekarang Irak) sedangkan kerajaan itu bernama Babilonia.
Penduduk Babilonia tidak mengenal Allah swt sebagai pencipta mereka, hal ini
dikarenakan setelah wafatnya Nabi Shaleh as, umat manusia mulai banyak yang
kembali ke kehidupan jahiliyahnya seperti menyembah patung-patung yang terbuat
dari pahatan batu dan tanah.
Raja yang memimpin kerajaan Babilonia adalah Namrud yang terkenal
dengan gaya kepemimpinan tangan besi, semua kehendaknya harus terlaksana dan
tidak boleh ada yang berani melanggar. Karena sudah berkuasa lama dan memiliki
segalanya raja Namrud merasa bosan menjadi seorang raja biasa ia merasa patut
disembah oleh rakyatnya, seperti patung-patung berhala yang lain.
Selanjutnya mulai disebut nama Ibrahim, dalam narasinya Nabi Ibrahim
dikatakan tumbuh diantara masyarakat yang imannya bobrok. Sejak kecil Nabi
45
Ibrahim as dikaruniai oleh Allah swt dengan akal dan pikiran yang tajam. Nabi
Ibrahim as sejak remaja merasa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk
ayahnya sendiri adalah perbuatan yang sesat, Nabi Ibrahim as selau tertarik
memikirkan kejadian-kejadian alam seperti pergantian siang menjadi malam. Ia
menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tersebut pastilah diatur oleh satu kekuatan
yang maha kuasa. Sampai pada suatu hari Nabi Ibrahim as berseru, “Wahai Tuhanku
tunjukanlah tanda-tanda kekuasaan-Mu kepadaku, tunjukanlah bukti kekuasaan-Mu
saat ini juga agar aku semakin bertambah yakin atas kuasa-Mu.”
Allah swt yang mendengar perminataan Nabi Ibrahim as kemudian menjawab
permintaannya. Atas petunjuk Allah Swt, Nabi Ibrahim diperintahkan menangkap
empat ekor burung. Burung-burung yang telah ditangkap diperintahkan untuk
dibunuh, tubuh burung-burung itu dilumatkan menjadi satu. Tubuh burung-burung
yang telah dilumat itu dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing bagian
diletakan diatas puncak bukit yang terpisah. Allah kemudian memerintahkan Nabi
Ibrahim untuk memanggil burung-burung tersebut. Atas izin Allah swt, burung yang
sudah mati dan tubuhnya tercampur satu dengan yang lain itu kembali hidup.
Hilanglah segenap keragu-raguan hati Nabi Ibrahim tentang kebesaran Allah Swt.
Kisah tentang burung yang dihidupkan kembali terangkum dalam al-Qur’an
surah al-Baqarah/2 ayat 260.
46
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman:
"Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan
tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian)
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman):
"Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Nabi Ibrahim as pada awal dakwahnya mengalami banyak hambatan dari
orang-orang sekitar termasuk ayahnya yang bernama Azar. Azar merupakan orang
pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim. Ayah Nabi Ibrahim merupakan
seorang pemahat patung dan berhala yang handal. Dalam buku dideskripsikan Azar
yang saat itu sedang membuat pahatan berhala seketika menjadi sangat marah. Ia
menjadi sangat marah ketika mendengar pernyataan bahwa Nabi Ibrahim tidak
mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajaknya menyembah Allah.
Dan dalam cerita nabi Ibrahim pun diusir dari rumah oleh ayahnya.
Dalam setiap kesempatan, Nabi Ibrahim mengajak kaumnya berdiaog tentang
kepercayaan yang mereka anut dengan ajaran yang ia bawa. Akan tetapi mereka
malah menganggap Nabi Ibrahim sesat dan gila. Nabi Ibrahim pun akhirnya
merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya bahwa menyembah berhala
adalah kesalahan besar.
47
Pada suatu hari, penduduk Babilonia merayakan suatu hari besar dengan
tinggal diluar kota selama berhari-hari. Pada saat itu, Nabi Ibrahim memasuki kuil
peribadatan kaumnya. Beliau menghancurkan semua kepala patung berhala yang ada.
Beliau kemudian sengaja membiarkan kepala dari patung berhala yang paling besar
tetap utuh. Dileher patung yang paling besar itu pun beliau mnggantungkan sebuah
kapak.
Saat penduduk pulang, mereka terkejut melihat berhala-berhala dikuil tanpa
kepala. Bertanyalah mereka satu sama lain. “ siapa yang berani melakukan perbuatan
yang jahat dan keji terhadap tuhan-tuhan kita ini?”
“Berkata salah satu seorang diantara mereka, “ini pasti Ibrahim. Ibrahim
adalah satu-satunya orang yang tinggal saat kita semua berada dilar kota merayakan
hari suci.” Seorang yang lain menambahkan.” Seorang yang menambahkan.”Ya, ini
pasti ulahnya. Hanya dia yang menentang untuk menyembah tuhan-tuhan kita,”
Nabi Ibrahim memang telah merencanakan hal ini. Beliau memang berharap
agar dituduh dan diadili didepan semua penduduk. Hingga tiba pada hari yang
ditentukan, Nabi Ibrahim ditangkap dan di adili. Ketika Nabi Ibrahim diadili, para
hakim bertanya, “Apa benar engkau yang melakukan penghancuran dan merusakan
tuhan-tuhan kami?” Nabi Ibrahim pun menjawab, “patung besar itu brkalungkan
kapak dilehernya, mungkin dialah yang melakukannya. Coba saja tanyakan kepada
patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya.”
Setelah mendengar jawaban Nabi Ibrahim, Hakim berkata, “mustahil kami
bertanya pada patung-patung itu. Mereka tak bisa melihat apalagi bicara.” Nabi
Ibrahim tersenyum, kemudian menjawab, jika demikian halnya, mengapa kalian
48
sembah patung-patung itu? mereka tidak bisa berbicara, melihat, mendengar
membawa manfaat atau menolong kalian dari kesusahan. Jangankan untuk memberi
manfaat, Menyelamatkan dirinya dari kehancurannya saja tak mampu.”
Para hakim yang mendengar jawaban itu semakin marah. Mereka akhirnya
memutuskan agar Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat
api telah berkobar, Nabi Ibrahim dilempar kedalamnya. Saat itulah, mukjizat dari
Allah Swt turun kepada Nabi Ibrahim. Atas izin Allah Swt, api yang berkobar dengan
dahsyat itu pun menjadi dingin. Ketika api mulai padam, Nabi Ibrahim muncul
dengan selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan itu pun terkejut. Sejak saat itu,
sebagian besar dari mereka mulai beriman kepada Allah swt. dan menjadi pengikut
Nabi Ibrahim.
Mengetahui pengikut Nabi Ibrahim semakin banyak, raja Namrud semakin
membatasi dakwah Nabi Ibrahim. Karena dakwahnya semakin dibatasi, Nabi Ibrahim
akhirnya hijrah menuju daerah Palestina. Nabi Ibrahim mengajak pengikutnya yang
setia meninggalkan kerajaan Babilonia. Azar, ayah Nabi Ibrahim memilih tetap
tinggal di Babilonia. Sampai akhir hayatnya Azar tetap tidak beriman kepada Allah
swt.
Di Palestina, Nabi Ibrahim pun mendapat tekanan yang hebat dalam
berdakwah. Hal ini memaksanya untuk berhijrah lagi menuju mesir. Pada saat di
Palestina, Nabi Ibrahim menikah dengan perempuan bernama Siti Sarah. Dari
pernikahannya dengan Siti Sarah, Nabi Ibrahim tak kunjung dikarunia seorang anak.
Karena itulah, Siti Sarah mengizinkan suaminya untuk menikah lagi agar
mendapatkan keturunan. Atas izin Siti Sarah Nabi Ibrahim kemudian menikahi
49
pembantunya yang bernama Siti Hajar. Dari pernikahannya ini, lahirlah Ismail yang
kemudian juga menjadi nabi.
Ketika Nabi Ibrahim berusia 90 tahun, datang perintah Allah swt. agar
berkhitan. Nabi Ibrahim kemudian mengkhitan dirinya dan Ismail yang saat itu
berusia 13 tahun, serta pengikutnya yang berkelamin pria. Perintah ini kemudian
menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad saw.
Allah swt. juga memerintahkan Ibrahim dan Ismail untuk membangun sebuah
rumah peribadatan. Rumah peribadatan ini kemudian hari lebih dikenal dengan
sebutan Ka’bah. Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel.
Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat, dikatakan bahwa usia Nabi
Ibrahim mencapai 175 tahun.
Demikianlah pendeskripsian kisah Nabi Ibrahim dalam buku Cerita
Bergambar 25 Nabi dan Rasul. Dibagian akhir terdapat beberapa catatan diantaranya
dicantumkan surah-surah dalam al-Qur’an yang berkenaan dengan kisah Nabi
Ibrahim. Ayat-ayat yang ditulis adalah Surah al-Baqarah/2 ayat 124-138; surah
Maryam/19 ayat 41-50; surah al-Anbiya/21 ayat 51-72; surah al-An’am/6 ayat 74-83,
dan surah Ibrahim/14 ayat 35-41.
Di halaman 41 atau halaman terakhir dari kisah Nabi Ibrahim dicantumkan
juga sebuah do’a yang mengutip 2 ayat surah Ibrahim/14 ayat 40-41 berikut doanya:
50
“Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan Kami, beri
ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari
terjadinya hisab (hari kiamat).”
Tidak lupa juga redaksi mencantumkan sebuah catatan hikmah mengenai
kisah Nabi Ibrahim yang isisnya adalah “jadilah orang yang tegas dan pemberani.
Berani menentang kemungkaran dan senantiasa berjalan diatas keyakinan sendiri”.
D. Visualisasi Kisah Nabi Ibrahim
Bercerita atau berkisah merupakan uraian, gambaran, atau deskripsi tentang
peristiwa atau kejadian tertentu, Heroman dan Jones mengemukakan bahwa bercerita
merupakan salah satu seni, bentuk hiburan, dan pandangan tertua yang telah
dipercayai nilainya dari generasi ke generasi.1 Penerapan kegiatan bercerita dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu: 2
1. Kegiatan bercerita tanpa alat peraga
2. Kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga
Kegiatan bercerita tanpa alat peraga adalah kegiatan bercerita dengan hanya
mengandalkan kemampuan verbal, sedangkan kegiatan bercerita menggunakan alat
peraga adalah kegiatan bercerita yang dalam pelaksanaanya menggunakan alat peraga
langsung maupun tidak langsung seperti boneka, gambar-gambar, papan flannel,
buku atau benda-benda lain. Sebaiknya pada anak usia dini kegiatan bercerita
1 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita,
(Jakarta: Indeks, 2013), h. 80 2 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita, h. 88
51
menggunakan alat peraga. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan peristiwa atau
kejadian tentang apa yang akan disampaikan.3
Gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam buku, atau
gambar seri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya cerita. Buku
merupakan media yang sering dipakai untuk kegiatan bercerita, dimana didalam buku
tersebut disisipkan gambar-gambar untuk mempermudah memahami isi dari sebuah
cerita atau kisah. Buku bergambar (picture book) dapat dikelompokan menjadi
beberapa jenis. Rothlei dan Meinbach membedakan jenis buku bergambar menjadi
lima macam. Yang pertama buku abjad (alphabet book), kedua buku mainan (toys
book), ketiga buku konsep (concept books), keempat buku bergambar tanpa kata
(wordless picture book) dan yang terakhir adalah buku cerita bergambar.4
Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul karya Irsyad Zulfahmi merupakan
jenis Buku Cerita Bergambar karena memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis.
Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita atau kisah.5 Buku Cerita
Bergambar 25 Nabi dan Rasul adalah salah satu buku yang dalam pendeskripsian
tokohnya menggunakan gambar-gambar, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pembaca dalam hal ini anak-anak. Karena masa anak-anak adalah masa dimana
imajinasi dan visual sangat membantu penalaran mereka. Disini penulis akan
3 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita, h.
88. 4 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita,
(Jakarta: Indeks, 2013), h. 90. 5 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita, h. 91
52
memvisualisasikan kisah Nabi Ibrahim yang ada dalam buku Cerita Bergambar 25
Nabi dan Rasul.
Secara keseluruhan visualisasi atau gambar dalam kisah Nabi Ibrahim yang
terdapat dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul berjumlah 3 gambar.
Gambar pertama terletak di halaman 34, gambar kedua terletak di halaman 36 dan
yang terakhir terletak di halaman 37.
1. Visualisasi Nabi Ibrahim dalam Buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan
Rasul
(Gambar 3. 1. Nabi Ibrahim menghancurkan Berhala)
Gambar pertama adalah gambar
Nabi Ibrahim ketika sedang
menghancurkan sebuah bangunan,
gambar ini terletak di halaman 34
dengan judul besar diatasnya “Nabi
Ibrahim”. Gambar ini menjadi gambar
pembuka dari kisah Nabi Ibrahim,
dihalaman ini tidak terdapat teks atau----
narasi kisah. Sosok Nabi Ibrahim divisualisasikan dengan tampilan seperti seseorang
yang sedang murka dengan memegang sebuah kapak. Nabi Ibrahim digambarkan
memiliki janggut tebal atau brewok yang mengelilingi dagunya, memakai gamis
berwarna hijau, jubah berwarna cokelat, penutup kepala berwarna hijau dan
mengenakan sandal berwarna hijau. Tampak dibelakang Nabi Ibrahim terdapat
53
bangunan yang tersusun dari bata-bata dan disampingya ada dua rumah berwarna
emas, masing-masing disebelah kanan dan kiri.
Untuk waktu kejadiannya sendiri sepertinya terjadi pada siang hari, mengingat
didalam gambar terdapat deretan awan-awan putih dan langit yang berwarna biru
cerah. Perawakan atau bentuk fisik Nabi Ibrahim digambarkan tidak terlalu tiinggi
bahkan cenderung pendek. Nabi Ibrahim digambarkan sangat menarik, karena di
deskripsikan secara utuh dari mulai ujung kaki hingga ujung rambut. Hal ini tentu
sangat membantu pembaca khususnya dari kalangan anak-anak.
(Gambar 3.2. Nabi Ibrahim di bakar)
Gambar kedua adalah gambar
Nabi Ibrahim ketika sedang dihukum
oleh Raja Namrud. Gambar ini terletak
di halaman 36 dengan disertai narasi dari
alur cerita yang terletak diatas gambar.
Dalam gambar yang penulis sisipkan di
sini, Nabi Ibrahim berdiri di atas kayu
yang berbaris melingkar dibawah
kakinya. Nabi Ibrahim memejamkan ma
tanya dan membentangkan kedua lengannya ditengah api yang berkobar.
Kemungkinan besar peristiwa terjadi pada siang hari karena terdapat deretan awan
berwarna putih.
Nabi Ibrahim mengenakan jubah berwarna cokelat, memakai gamis berwarna
hijau dengan penutup kepala berwarna hijau, nabi Ibrahim juga menggunakan sandal
54
berwarna hijau. Nabi Ibrahim memiliki perawakan yang tidak begitu tinggi bahkan
cenderung berbadan pendek. Memiliki janggut tebal yang mengelilingi dagunya.
Ditengah api yang berkobar panas itu Nabi Ibrahim terlihat seperti sedang berdoa dan
memohon pertolongan kepada Allah swt.
Teks atau tulisan yang tertera di atas gambar sama sekali tidak
mendeskripsikan gambar (visualisasi Nabi Ibrahim), karena teks yang tertera adalah
sebuah Narasi tentang perjalanan hidup Nabi Ibrahim ketika masih kecil yang
memiliki kecerdasan berpikir sehingga dia sering menanyakan tentang kekuasaan
dibalik terciptanya alam semesta.
(Gambar 3.3. Raja Namrudz dan Dua Pengawalnya)
Gambar ketiga adalah gambar
tokoh Raja Namrud, penguasa Babilonia
pada masa Nabi Ibrahim. Gambar Raja
Namrud berada di halaman 37. Raja
Namrud ditemani oleh dua orang
pengawalnya yang masing-masing
memegang senjata berupa tombak yang
tajam. Visualisasi Raja Namrudz seperti
yang tersaji pada gambar adalah----------
memiliki janggut tebal berwarna hitam yang mengelilingi dagunya. Raja Namrud
mengenakan gamis berwarna hijau dengan setelan jubah berwarna cokelat, ia juga
memakai sandal cokelat.
55
Kepalanya memakai mahkota kebesaran istana yang menandakan bahwa ia
seorang Raja, posisi raja Namrud berada ditengah-tengah pengawalnya dengan
ekspresi seperti tercengang dan seakan tidak percaya dengan peristiwa yang terjadi
dihadapannya. Sosok raja Namrudz begitu lucu dan menggemaskan tidak terlihat jika
ia seorang raja yang bengis dan kejam, mungin karena disini seorang illustrator ingin
menyesuaikan tampilan gambar dengan sasaran yang mereka tuju yaitu segmentasi
anak-anak.
Disebelah kanan dan sebelah kiri berdiri dua orang pengawal yang memiliki
tinggi hampir sama dengan Raja Namrudz. Sosok dua pengawal itu masing-masing
mengenakan kostum atau pakaian prajurit berwarna cokelat dengan rompi perang
berwarna hijau. Dua pengawal itu memiliki janggut tebal berwarna hitam yang
mengelilingi dagunya bahkan bisa dikatakan mereka memiliki brewok yang tebal.
Kedua pengawal itu juga memegang senjata berupa tombak yang lancip, mungkin
sebagai alat perlindungan jika terjadi suatu ancaman kepada raja Namrudz. Kedua
pengawala Raja Namrud mengenakan sebuah gelang di masing-masing pergelangan
tangannya yang berwarna cokelat, dan yang terakhir kedua pengawal itu memakai
sepatu dengan tali melilit sampai ke bagian betis.
Dalam halaman 37 ini selain gambar sosok Raja Namrud dan dua
pengawalnya terdapat juga teks tentang pengisahan Nabi Ibrahim. Namun teks itu
sama sekali tidak mewakili gambar Raja Namrud dan dua pengawalnya, teks yang
tertera di halaman 37 ini mengisahkan tentang peristiwa pembuktian kebesaran Allah
swt kepada Nabi Ibrahim. Dan dihalaman ini juga sedikit diceritakan tentang dakwah
yang dilakukan Nabi Ibrahim kepada ayahnya yang bernama Azar.
56
BAB IV
Analisis Konten Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul
Pada bab sebelumnya (BAB III), telah dijelaskan mengenai data serta
gambaran umum buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul kini tiba saatnya untuk
menelusuri dan menganalisis mengenai isi buku dan kesesuaiannya dengan al-Qur’an
melalui perbandingan (komparasi).
A. Komparasi Kisah Nabi Ibrahim
Selain menjadi nama dari surah dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim juga merupakan
manusia yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh nabi ataupun manusia
lain. Misalnya Nabi Ibrahim menemukan Allah swt melalui tahapan-tahapan
pencarian dan analisa yang panjang serta pengalaman ruhaniah. Nabi Ibrahim
merupakan satu-satunya nabi yang memohon pada Allah swt agar diperlihatkan
bagaimana Allah swt menghidupkan yang mati dan permohonan tersebut
dikabulkan.1
1. Kisah Nabi Ibrahim Dalam Al-Qur’an
Nabi Ibrahim merupakan kekasihnya maha kasih (Khalil ar-Rahman) dan
terkenal juga dengan sebutan Bapaknya para nabi (Abu al-Anbiya) karena dari
Ibrahimlah lahir keturunan yang kemudian menjadi seorang Nabi utusan Allah swt,
1 M. Quraish Shihab, Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1994),
h. 203.
57
namanya di abadikan oleh al-Qur’an dengan jumlah 25 ayat dan disebutkan sebanyak
68 kali.2
a. Nama dan Kelahirannya
Nama Ibrahim a.s mempunya arti yang sangat penting kepada beliaulah merujuk
agama-agama samawi terbesar selama ini yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam. Islam
menganggap Ibrahim a.s sebagai “Bapak monotheisme”, juga “Bapak para Nabi”,
bapak orang-orang mukmin. Beliau adalah contoh ideal dari seorang yang disebut
mukmin. Itu ditunjukkannya dengan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah
swt dengan kesediaanya untuk menyembelih anak kesayangan satu-satunya yaitu
Nabi Ismail as.
Kitab kejadian berulang-ulang menyatakan bahwa nama asli Ibrahim a.s adalah
Abram (secara etimologis, nama ini berasal dari Abi’ram yang artinya “terpujilah
bapak (saya). Menurut kitab kejadian, Abram belum diberi nama Abraham sampai
beberapa waktu setelah kelahiran putra pertamanya, Ismail a.s “karena itu namamu
bukan lagi Abram, melainkan Abraham karena engkau telah kutetapkan menjadi
bapak sejumlah besar bangsa”3
Perubahan nama sebagaimana dituturkan dalam kitab kejadian berkaitan dengan
tiga faktor. Pertama, perubahan nama tersebut jelas berhubungan dengan kelahiran
Ismail a.s sebab Ishak a.s ketika itu belum lahir. Kedua, etimologi yang digunakan
dalam Kitab Kejadian tersebut di atas sangat tidak tepat. “Bapak sejumlah besar
bangsa” atau “Nenek moyang banyak orang” adalah arti dari Abhamon, bukan
2 Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Qur’an, (Jakarta: Almahira ), h. 49.
3 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 24
58
Abraham. Ketiga, sejumlah penafsir Alkitab menyatakan bahwa terdapat upaya untuk
menutupi fakta bahwa terdapat dua orang yang berbeda ( Abram dan Abraham)
dipadukan dalam tuturan versi Kitab Kejadian.4
Dalam Ibnu Katsir, mengutip pendapat nash ahl-al-kitab disebutkan bahwa nama
lengkap Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh (250 tahun) bin Nahur (148 tahun)
bin saraugh (230 tahun) bin Raghu (239 tahun) bin faligh (439 tahun) bin abir (464
tahun) bin syalih (433 tahun) bin arfakhsyadz (438 tahun) bin saam (600 tahun) bin
Nuh a.s tanah kealahirannya disebut dengan sebutan Kaldaniyyin yang merujuk
kepada Babil. Ibunya bernama Amilah. Sedangkan al-kalabi menegemukakan bahwa
sejarah kelahiran ibu Ibrahim terdapat cerita yang cukup panjang yang disimpulkan
oleh al-Kalabi bernama Buna binti Kartiba bin Kartsi, salah seorang dari Bani
Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh a.s.5
b. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim as adalah satu-satunya Nabi selain Nabi Muhammad saw yang
namanya disebut dalam Al-Qur’an, karena Nama Ibrahim As sendiri di dalam aI-
Qur’an disebutkan sebanyak 69 kali dalam 24 surat. Frekwensi ini memang cukup
banyak. ternyata nama Musa as lebih banyak disebut yaitu 136 kali, akan tetapi nama
Musa tidak tercantum sebagai surat sebagaimana nama Nabi Ibrahim.6
Nabi Ibrahim as adalah bapak para Nabi sebab keturunannya banyak yang
diangkat Allah menjadi rasul-Nya, Nabi Ibrahim as lahir di Babylon. Nabi Ibrahim as
4 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h .25
5 Ibnu Katsir, Qashash al-anbiya, Juz 1, Tahqiq Mustafa Abdul Wahid, (Kairo: Dar al-Kutub
al-Hadits, t.t), h. 167. 6 Dawam Raharjo. Ensikiopedi Al-Qur‘an. Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci.
(Paramadina. 1996), h. 723.
59
adalah anak dari Azar, tukang pembuat patung-patung menjadi sesembahan mereka.
Menurut riwayat lain juga mengatakan bahwa : Nabi Ibrahim as adalah anak dari
Azar dengan nama lengkapnya ialah Ibrahim bin Azar bin Tanur bin Siruz bin Rouf
bin Falidz bin Amir bin Salih bin Arfaksad bin Sam bin Nuh dan ditegaskan pula
dalam al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim as adalah keturunan dari Nabi Nuh as.7
Sebagaimana Firman-Nya:
“Dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar Termasuk golongannya (Nuh).”
Menurut Zamakhsari dalam tafsirya “Al-Kasy-syaf’ dalam kutipan Hamka.
menyebutkan bahwa nabi-nabi di antara Nabi Nuh dan Ibrahim as itu hanya 2 orang,
yaitu Nabi Hud as dan Nabi Sholih as. Kata Zamakhsari dalam tafsirnya itu, jarak
antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim as, kurang dari 2640, Nabi Ibrahim disebut dari
golongan Nuh, ialah karena keduanya sama-sama pemberi ingatan yang diutus
Tuhan. Mungkin syariat pun berbeda, karena umatnya pun telah menuruti
perkembangan pula, namun pokok ajarannya pun tetap sama, yaitu memperingatkan
tentang (Ke-Esaan Tuhan).8
c. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim as dilahirkan oleh seorang bapak yang bernama Azar Nabi
Ibrahim as dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan
dan kekufuran. tetapi Nabi Ibrahim as terpelihara dosa kekufuran itu. Siapakah yang
memelihara dan menjaga Ibrahim dan perbuatan itu?, itulah Allah swt yang
7 Kholilah Marhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, h. 79.
8 Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas, 2000). Cet. Ke-I, h. 131
60
menjadikan alam semesta ini, yang berkuasa dalam segala hal dan Allah
menghendaki Nabi Ibrahim as menjadi seorang Nabi dan Rasul yang akan
menyampaikan risalahnya kepada manusia yang buta dalam hal keimanan itu.9
Apalagi di zaman Nabi Ibrahim a.s itu ada seorang raja yang sangat dzolim
yang bernama “Namrud’. Nabi Ibrahim a.s semasa kecilnya hampir sama dengan
keadaan Nabi Musa as, yaitu sama-sama dipisahkan dari Ibunya, karena ada undang-
undang raja yang tidak membolehkan menghidupi bayi laki-laki yang lahir pada
waktu itu.10
Nabi Ibrahim as lahir di Kota Kauhariyah dekat dengan Urr dan Babilonia dia
tumbuh di dalam gua, dan Allah telah menjaganya. Dia mengajarkan bagaimana
mengisap jari-jarinya untuk bertahan hidup, yang mana pada jari-jarinya keluarlah
madu-madu. Namrud ingin membunuh Ibrahim as, namun Allah menginginkannya
tetap hidup. Allah menginginkan Ibrahim membimbing para penyembah berhala.
Ibrahim tumbuh di goa itu. Suatu hari ibunya datang ke goa itu ia memeluk,
mencium, dan membawanya pulang ke rumah.11
d. Ibrahim Seorang Pemuda Yang Beriman
Ibrahim tinggal di rumah ayahnya Azar. Ketika Nabi Ibrahim tumbuh menjadi
seorang pemuda Allah swt rnenganugrahkannya kecerdasan yang luar biasa, karena ia
9 Hadyah Salim. Qissotul al-Anbiya (Bandung : AI Maar if, 1997) Cet Ke-1. h. 40
10 Dawam Raharjo. Ensikiopedi Al-Qur’an. Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci.
(Paramadina, 1996), h. 40 11
Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur‘an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke- I.
h. 60
61
memiliki hati yang bersih. Maka dari itu ia heran melihat orang-orang yang
menyembah berhala, karena ia tahu bahwa Allah lebih besar dan berhala.12
Ketika Ibrahim as berusia 16 tahun semua orang di Babilonia tahu bahwa
Ibrahim tidak menyembah Tuhan mereka dan bahkan justru meremehkannya. Nabi
Ibrahim merupakan seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu memperbaiki
keyakinan mereka yang salah, ia ingin mengatakan pada mereka bahwa Allah adalah
lebih besar dari berhala-berhala mereka. Ibrahim as adalah seorang pemuda yang
sopan, dan ia sangat mencintai ayahnya. Setelah Nabi Ibrahim as menjadi seorang
pemuda, ia telah diberi oleh Allah swt suatu kepintaran berpikir yang luar biasa dan
berani berdebat dengan bapaknya dan kaumnya tentang ke-Tuhanan.13
e. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala
Pada masa itu orang-orang menyembah berhala, mereka menyembah
Mardukh (Tuhan para Tuhan), Ay (Tuhan keadilan dan hukum), Seen (Tuhan surga).
dan lain-lain, dan banyak juga yang menyembah venus, bulan, dan matahari, tidak
ada yang menyembah Allah swt. Dengan bimbingan Allah swt, maka timbullah
niatnya untuk menghancurkan berhala secara besar-besaran sebab dengan demikian la
dapat berhadapan dengan raja Namrudz dan sekaligus berdebat dengannya mengenal
kebenaran, dan kemudian Ibrahim secara sembunyi-sembunyi menuju patung-patung
yang mereka sembah dan berkatalah Ibrahim kepada Patung-patung itu dengan
memperolok-olokan tidakah kalian makan makanan yang disajikan Kami, apakah
12
Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur‘an, Cet. Ke- I. h. 60 13
Hadyah Salim, Qissotul-Anbiyâ (Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-l, h. 43
62
yang mencegah kalian, hai patung-patung?.” Maksud Ibrahim dengan perkataan itu
hanya mengejek saja.’14
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah surah QS: As-Shaffat ayat 91-92:
“Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia
berkata: "Apakah kamu tidak makan? “kenapa kamu tidak menjawab?"
Nabi Ibrahim as merencanakan sesuatu dengan diam-diam dalam hatinya
untuk beberapa hari lamanya, sebab menunggu kesempatan yang baik. Nabi Ibrahim
mengetahui bahwa pada hari-hari tertentu penduduk kota meninggalkan rumahnya,
guna berburu. Perburuan yang dilakukan seluruh penduduk kota itu untuk
memperingati suatu perayaan, dan hasil buruan itu untuk pesta. Sambil menunggu
kesempatan yang baik, Nabi Ibrahim tak henti-hentinya berdoa meminta kekuatan
bathin dalam menghadapi orang-orang kafir.’15
Akhirnya datanglah hari-hari yang ditunggu-tunggu itu. Semua penduduk kota
tidak ada yang ketinggalan dan pergi ke hutan untuk berburu. Pada tanah lapang
tersebut terdapat ratusan berhala mulai yang berukuran kecil sampai dengan yang
berukuran besar. Bagi berhala yang besar untuk Raja Namrud sedangkan berhala
yang kecil untuk rakyatnya.
Dengan pandangan yang sengit Nabi Ibrahim as terhadap patung—patung itu
sebab patung-patung atau berahala yang disembah itu diam saja, maka Nabi Ibrahim
14
Mustofa al-Marogi, Tafsir AI-Marogi (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2. hal.122. 15
KhoIiIah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-QoIa,1995),
Cet Ke-2. h. 95.
63
as menuju patung-patung itu sehingga patung-patung itu dihancurkannya berkeping-
keping kecuati patung yang besar saja yang tidak dihancurkannya.
Sebagai mana firman Allah swt dalam surah As-Shaffat ayat 91:
“Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia
berkata: "Apakah kamu tidak makan?
Jadi jelaslah betapa beraninya Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala
persembahan masyakat Babilonia disaat mereka sedang beramai-ramai merayakan
acara kegamaan dihutan.16
f. Ibrahim Mencari Tuhan
Saat hari menjadi gelap, Ibrahim mencari kebenaran dan terlihat penerangan yang
menyala di suatu kuil orang-orang menyembah venus, sedang melihat ke langit
dengan kerendahan hati mereka berpikir bahwa venus adalah Tuhan mereka yang
memberi pencaharian dan kenikmatan. Ibrahim as berdiri bersama mereka melihat
langit. ja menean pencipta bumi yang sebenarnya. Saat itu terlihat bulan bersinar
yang muncul di langit dan memberi penerangan yang berwama perak.
Nabi Ibrahim adalah seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu
memperbaiki keimanan mereka yang salah. Ia ingin mengatakan pada mereka bahwa
Allah lebih besar dan tuhan mereka, karenanya la berkata pada mereka. ‘Bukan itu
Tuhanku”.17
Ketika pagi tampak cerah, maka muncullah matahari yang bulat dan
16
Mustofa al-Marogi. Tafsir AI-Ma rogi. (Semarang: Karya Toha.1993), Cet Ke-2. h.122 17
Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke. I,
h. 65
64
bersinar terang sehingga manusia bekerja tanpa bantuan lentera, ia menganggap itu
adalah Tuhan. Namun ketika sore matahani semakin lama semakin hilang dan lenyap
di sebelah barat. Hal ini mengecewakan hatinya. la pun memastikan bahwa matahari
bukanlah Tuhan. sebab matahari tidak abadi.18
Sebagai mana firman Allah swt dalam surah al-An’am ayat 76-79:
“Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata:
"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam."
“kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku".
tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."
“kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku,
ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai
kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.”
Demikianlah cara Ibrahim mencari Tuhanrnya setelah diperlihatkan Allah
kepada Nabi Ibrahim as tanda-tanda keagungan-Nya, dan dengan itu teguhlah
keimanannya kepada Allah swt(Ayat di atas), maka Ibrahim memimpin kaumnya
kepada tauhid dengan mengikuti jalan alam pikirannya setelah melihat dan
18
KhoIilah Marhijanto,Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, h. 86.
65
merenungkan kesesatan kaumnya termasuk ayahnya lantaran menyembah berhala itu,
dan ditunjukkanlah kebesaran alam dengan ciptaan-Nya yang Maha luas. Sungguh
teguhlah cinta dalam hatinya.19
g. Nabi Ibrahim dihukum Raja Namrudz
Penduduk Babilonia memiliki banyak minyak, tar dan belerang, karenanya
mereka memutuskan untuk membuat api yang besar, untuk menghukum Ibrahim as
yang telah menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Kemudian mereka mengumpulkan
kayu di luar kota selama Iebih dari sebulan, dan menuangkan tar dan minyak di
atasnya, dan setelah kayu dan tar terkumpul, kemudian Nabi Ibrahim as diikat dengan
kuat.20
Sebelum kayu dibakar, terlebih dahulu raja Namrudz berkata pada rakyatnya.:
“wahai rakyatku Ibrahim as adalah salah satu contoh bagi kalian, jika ada yang
menghianati dan berusaha menghancurkan Tuhan-tuhan kita, niscaya aku akan
lakukan pembakaran seperti pada Ibrahim” teriak raja Namrudz’ memberi peringatan,
kemudian kayu itu dinyalakan, setelah kayu menjadi kobaran api, maka Nabi Ibrahim
dilemparkan kedalamnya. Orang-orang yang mulai membenarkan ajaran Nabi
Ibrahim terpekik menahan rasa malu. Meskipun demikian, mereka tidak berani
menolong Nabi Ibrahim. Sebab mereka takut siksaan raja yang kejam itu.21
Merekapun menyayangkan bahwa Nabi Ibrahim telah berakhir hidupnya, dan
mereka yang menang dalam hal ini alangkah terkejutnya, sewaktu melihat api sudah
padam. kayu bakar sudah habis, maka keluarlah Ibrahim dari dalam api dengan
19
Hamka, Tafsir AI-Azhâr, (Jakarta: Panjimas,2000). Cet. Ke- I, h. 135 20
Kamal Al-Sayid. Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an. (Jakarta: Pustaka Jahro, 2004), h. 68 21
Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul (Surabaya: Ar-QoIa,1995).
Cet Ke-2, h. 95.
66
selamat, dan sehelai rambut pun tidak ada yang terbakar. Hal ini dibenarkan dalam
kitabnya.22
Surah al-Anbiya ayat 69:
“Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah
bagi Ibrahim."
Beginilah kekuasaan Allah swt dan tak ada bandingannya. Api, walaupun
sangat panas tetapi api dapat menjadi dingin apabila Tuhan mengatakan “dingin”,
maka dinginlah api itu untuk Ibrahim seorang, dan bukan main panasnya bagi orang
lain.23
h. Nabi Ibrahim Menyeru Ayahnya
Nabi Ibrahim as tak bosan-bosannya menyeru bapaknya agar lekas bertobat
kepada Allah swt sebagaimana diterangkan dalam kitabnya.
“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa
kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat
menolong kamu sedikitpun?
“Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu
pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus”
“Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah.”
22
Hadyah Salim, Qissotul aI-Anbiya, (Bandung: AI Maarif, 1970), h. 46. 23
Hamka. Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Panjimas. 2000), h. 47.
67
“Wahai bapakku, Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab
dari Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan."
Seruan Nabi Ibrahim pun dijawab oleh ayahnya Azar sbagaimana firman
Allah swt dalam surah Maryam ayat 46:
“Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim?
jika kamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku
buat waktu yang lama.”
. Nabi Ibrahim berpamitan kepada ayahnya, dan sebelum pergi
meninggalkannya la berkata “salam bagimu” aku akan berdoa pada Tuhanku untuk
memaafhn kamu, sesungguhnya ia penuh kasih sayang kepadaku. Aku memisahkan
diri darimu dan dan apa yang kamu sembah selain Allah.” Semenjak itulah,
kepindahan Nabi Ibrahim ke tanah suci (Baitul Maqdis) dan di sanalah beliau
berurumah tangga sampai punya anak yang shaleh serta keturunan yang balk. Firman
Allah swt:
“Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. dan
masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi.”
68
2. Tabel Perbandingan (Komparasi) Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an
dengan Kisah Nabi Ibrahim dalam Buku “Cerita Bergambar 25 Nabi &
Rasul”
No Kutipan Kisah Nabi
Ibrahim
Versi Buku Anak Versi Tafsir
1. Pencarian tuhan a. Ibrahim kecil
telah dikaruniai
akal dan pikiran
yang tajam.24
b. Ibrahim kecil
gemar
memikirkan
siklus rotasi alam
antariksa.25
a. Rusyd
(kesempurnaan
akal dan jiwa)
dianugerahkan
sebelum diangkat
sebagai Nabi dan
Imam.26
b. Ibrahim melihat
bintang dalam
konteks berpikir
saat menolak
ajakan kaumnya
berangkat bersama
dalam rangka
merayakan upacara
keagamaan.27
2. Penghancuran Berhala a. Penduduk
Babylonia
merayakan
sebuah hari besar
di luar kota.28
b. Ibrahim
memasuki kuil
peribadatan dan
menghancurkan
semua kepala
patung berhala
dengan kapak dan
a. Penduduk Persia
atau Kaldania
keluar dalam
rangka mengamati
dunia astronomi.30
b. Tidak dijelaskan
media yang
digunakan oleh
Nabi Ibrahim
untuk
menghancurkan
berhala.31
24
Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul (Jakarta: Wahyumedia, 2016), h. 36 25
Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 36 26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12,
(Jakarta: Lentera Hati, 2001), h. 467. 27
Tentunya ayat yang terkait dengan pengamatan Nabi Ibrahim terhadap benda-benda
antariksa (al-shaffat: 88) dilakukannya di masa dewasa. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah
“Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 56. 28
Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 38.
69
membiarkan
kepala berhala
terbesar tetap
utuh.29
3. Pembakaran a. keputusan hakim
atas tindakan
penghacuran
berhala yang
dilakukan Nabi
Ibrahim.32
a. Kata “qalu”, sulit
dipahami bahwa
vonis yang
dijatuhkan kepada
Nabi Ibrahim
berangkat dari
seorang (hakim).33
Penulis akan menganalisa masing-masing dari ketiga episode dalam sejarah
besar yang pernah dialami oleh Nabi Ibrahim yang telah tercantum dalam table di
atas:
1. Pencarian Tuhan
Boleh jadi penjelasan atau deskripsi yang tercantum dalam buku Cerita
Bergambar 25 Nabi dan Rasul tentang akal pikiran yang tajam, yang dikaruniakan
Allah kepada Nabi Ibrahim berdasarkan sudut pandang penulis buku tersebut dari
interpretasinya terhadap kata rusyd. Sebagaimana penjelasan berikut:
“Kata rusyd terambil dari akar kata yang terdiri dari rangkaian huruf-huruf
ra, syin dan dal. Makna dasarnya adalah ketepatan dan kelurusan jalan. Kata
ruysd bagi manusia adalah kesempurnaan akal dan jiwa, yang menjadikan
30
Menurut Thahir ibn Asyur, murka Allah yang menimpa mereka di dunia adalah kehancuran
kekuasaan orang-orang Kaldan pada masa hidup Nabi Ibrahim as., sekitar 2286 SM. Dalam Tafsir al-
Misbah dijelaskan bahwa kaum yang dihadapi Nabi Ibrahim ini adalah Sebuah masyarakat yang
memiliki keahlian dan kepercayaan dalam dunia astronomi untuk menentukan keterkaitan antara posisi
bintang dengan makhluk hidup (manusia) dan menjadi rujukan dalam melakukan suatu kegiatan. Lihat
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an h. 56, 61 dan 476. 31
Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir al-Misbah, Nabi Ibrahim memukul keras
menggunakan tangan kanannya dengan segenap kekuatan, sampai-sampai tidak sedikit pun daya yang
beliau miliki kecuali digunakannya untuk memukul. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah
“Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 58. 29
Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 38. 32
Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 39. 33
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12, h.
476 dan 60.
70
kesempurnaan akal dan jiwa, yang menjadikannya mampu bersikap dan bersikap
dan bertindak setepat mungkin. Penisbatan ruysd kepada Ibrahim as,. dengan
firman-Nya rusydahu / hidayatnya mengandung makna bahwa apa yang
dianugerahkan Allah itu adalah satu kekhususan dan keistimewaan tersendiri bagi
beliau yang tidak dimiliki orang lain dan bahwa hal itu adalah layak buat
beliau.”34
Penulis melihat penjelasan di atas telah mendapati adanya kesesuaian dalam
konteks tafsir dengan konten kisah yang dinarasikan dalam buku tersebut, namun
dalam sisi yang lain, penulis juga mendapati adanya ketidak-sesuaian dalam konteks
waktu kapan dan dalam periode usia berapa Nabi Ibrahim mendapatkan anugerah
“rusyd” tersebut.
Quraish Shihab menjelaskan bahwa penganugerahan rusyd bagi Nabi Ibrahim
as., terjadi sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Imam atau teladan buat semua
umat manusia.35
Ia menambahkan bahwa kata min qablu secara harfiah berarti
sebelum. Tentu saja kata tersebut belum jelas maknanya, karena itu para pakar bahasa
menetapkan adanya kalimat yang tidak disebut dalam rangkaian redaksi itu dan yang
harus dimunculkan dalam benak ketika mngucapkan atau mendengarnya. Sementara
ulama memunculkan kata ”Musa dan Harun” yang disebut pada ayat yang lalu (ayat
48). Ada juga yang memunculkan kata dewasa / balig dalam arti ruysd yang
dianugerahkan kepada Nabi Irahim as. itu terjadi sebelum beliau dewasa.36
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 467 35
Meski ada Sementara Ulama yang menyatakan bahwa upaya pencarian kebenaran telah
beliau laksanakan semenjak remaja, dan salah satu hala yang beliau lakukan menjelang pengangkatan
beliau sebagai nabi adalah memandang ke angkasa, melihat bintang, bulan dan matahari dan akhirnya
sampai kpada kesimpulan bahwa Tuhan yang disembahnya adalah pencipta dan pengatur alam raya
yang maha esa. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
h. 467 36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 467.
71
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa deskripsi yang
terdapat dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul tentang akal pikiran yang
tajam Nabi Ibrahim yang beliau dapatkan tatkala masih kecil tidaklah sesuai dengan
penjelasan tafsir yang penulis jadikan bahan komparasi atas narasi kisah tersebut.
Selanjutnya tentang kegemaran Nabi Ibrahim mengamati proses dan siklus
pergantian siang dan malam serta perhatiannya terhadap bintang-bintang (benda
antariksa) yang beliau lakukan sedari kecil. Penulis menduga bahwa penjelasan
tersebut sangat erat terkait peristiwa yang dikisahkan tentang dialog-dialog Nabi
Ibrahim yang terkandung di surat al-An’am: 76-82, di mana beliau dalam banyak
sumber literatur disebutkan sedang dalam proses pencarian tuhan.
Bagi penulis, satu-satunya bentuk pengamatan “nadzor” Nabi Ibrahim
terhadap bintang yang paling jelas tampilan ayat serta penafsirannya yang disepakati
adalah ayat 88 di surat al-Saffat. Namun peristiwa ini tidak terkait dengan suatu fase
proses pencarian tuhan dan bukan pula pada fase usia yang masih kecil sebagaimana
yang dijelaskan oleh penulis buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul.
Sebagaimana penjelasan Quraish Shihab, berikut ini:
“Setelah Nabi Ibrahim mengecam kaumnya lalu ia memandang sekali
pandang ke bintang-bintang. Ini ia lakukan ketika ia di ajak oleh kaumnya agar
berangkat bersama mereka merayakan suatu upacara keagamaan. Setelah
memandang itu maka ia berkata kepada kaumnya sebagai alasan tidak mengikuti
mereka bahwa: “sesungguhnya aku sakit.” Lalu mereka pun dengan berat hati
berpaling darinya dengan membelakang meninggalkannya sendirian.”
Jika mau merujuk pada penjelasan tafsir di atas, maka akan didapati
kronologis dan konteks yang jelas siapa yang menjadi lawan dialog atau tokoh yang
ada dalam peristiwa tersebut, yang tentunya relatif sukar disangkal bahwa peristiwa
72
ini terjadi tatkala beliau masih kecil, karena runtutan kronologis setelah ayat tersebut
ada peristiwa vonis pembakaran terhadap beliau atas tindakan penghancuran berhala
yang dilakukannya. Atau setidaknya dalam ayat lain Nabi Ibrahim dikategorikan oleh
kaumnya sendiri sebagai seorang pemuda, yang telah al-Quran sebutkan dengan
istilah “fata” di dalam surat al-Anbiya’: 60. Tentunya ayat yang terkait dengan
pengamatan Nabi Ibrahim terhadap bintang-bintang (al-shaffat: 88) dilakukannya di
masa dewasa.37
2. Penghancuran Berhala
Selanjutnya dalam konteks Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung atau
berhala yang dianggap sebagai Tuhan oleh penduduk Babylonia redaksi dari buku
Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul dengan konteks al-Qur’an terdapat perbedaan
diantaranya mengenai kegiatan penduduk Babylonia yang pergi berbondong-bondong
keluar kota menuju sebuah hutan.
Buku Bergambar 25Nabi dan Rasul menuliskan kegiatan yang dilakukan oleh
penduduk babilonia ketika pergi ke sebuah hutan adalah untuk merayakan sebuah
hari besar di luar kota.
37
Berbeda-beda pendapat ulama tentang maksud ayat di atas. Bermula dari perbedaan tentang
maksud kata an-nujum yang merupakan bentuk jamak dari kata najm yakni bintang. Sekali lagi disini,
ulama berbeda pendapat dalam memahami pandangan beliau ke bintang-bintang itu. Ada yang
berpendapat bahwa itu berdasar astrologi yang memang dikenal luas oleh masyarakat beliau, ada juga
yang memahaminya dalam arti beliau mengaitkan dengan kebiasaan yang terjadi bagi diri beliau
pribadi jika bintang A atau B muncul pada waktunya yang tertentu. Ada juga ulama yang tidak
memahami pandangan beliau ke bintang-bintang dalam arti harfiah atau berdasar astrologi. Tetapi ia
adalah kiasan dalam arti berfikir. Pakar tafsir ibn Katsir menulis bahwa orang Arab menamai seorang
yang berpikir sebagai Nazhara fi an-nujum yakni dia memandang ke langit. Ini karena yang berpikir
tidak jarang menegngadah ke langit agar pandangannya tidak mengarah ke kiri dank e kanan sehingga
dapat mengganggu konsentrasinya. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, h. 56.
73
Sedangkan dalam tafsir al-Misbah karya M. Qurasish Shihab disebutkan
dalam kejadian ini Penduduk Persia atau Kaldania keluar dalam rangka mengamati
dunia astronomi. Hal ini dijelaskan:
Setelah Nabi Ibrahim mengecam kaumnya lalu ia memandang sekali pandang
ke bintang-bintang. Ini ia lakukan ketika ia di ajak oleh kaumnya agar berangkat
bersama mereka merayakan suatu upacara keagamaan. Setelah memandang itu maka
ia berkata kepada kaumnya sebagai alasan tidak mengikuti mereka bahwa:
“sesungguhnya aku sakit.” Lalau mereka pun dengan berat hati berpaling darinya
dengan membelakang meninggalkannya sendirian.
Berbeda-beda pendapat ulama tentang maksud ayat di atas. Bermula dari
perbedaan tentang maksud kata an-nujum yang merupakan bentuk jamak dari kata
najm yakni bintang.
Ada yang mengaitkan pandangan Nabi Ibrahim as. ke bintang-bintang itu
dengan keperyaan serta keahlian masyarakatnya, penduduk Persia / Kaldania masa
lalu. Mereka dikenal sangat mengandalkan astrologi untuk melakukan satu kegiatan.
Mereka percaya bahwa ada kaitan antara posisi bintang dengan keadaan makluk
hidup termasuk manusia. Nah, di sini Nabi Ibrahim as. bermaksud menghindari
keikutsertaan dengan kaumnya dalam perayaan itu dengan menggunakan dalih bahwa
menurut nujum, ia pada hari itu akan sakit, sehingga tidak dapat ikut bersma
mereka.38
38
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12, h.
56
74
Sekali lagi disini, ulama berbeda pendapat dalam memahami pandangan
beliau ke bintang-bintang itu. Ada yang berpendapat bahwa itu berdasar astrologi
yang memang dikenal luas oleh masyarakat beliau, da nada juga yang memahaminya
dalam arti beliau mengaitkan dengan kebiasaan yang terjadi bagi diri beliau pribadi
jika bintang A atau B muncul pada waktunya yang tertentu.39
Ada juga ulama yang tidak memahami pandangan beliau ke bintang-bintang
dalam arti harfiah atau berdasar astrologi. Tetapi ia adalah kiasan dalam arti berfikir.
Pakar tafsir ibn Katsir menulis bahwa orang Arab menamai seorang yang berpikir
sebagai Nazhara fi an-nujum yakni dia memandang ke langit. Ini karena yang
berpikir tidak jarang meneggadah ke langit agar pandangannya tidak mengarah ke
kiri dank e kanan sehingga dapat mengganggu konsentrasinya
3. Pembakaran
Dan yang terakhir adalah peristiwa dibakarnya Nabi Ibrahim setelah
menghancurkan berhala. Penulis disini menyoroti tentang seseorang yang
memutuskan pembakaran Ibrahim. Buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul
mengatakan bahwa posisi disitu adalah seorang hakim “keputusan hakim atas
tindakan penghacuran berhala yang dilakukan Nabi Ibrahim”
Sementara Quraish Shihab dalam tafsirnya mengatakan dalam kutipan yang
penulis ambil:
39
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12, h.
57.
75
Kata “qalu”, sulit dipahami bahwa vonis yang dijatuhkan kepada Nabi
Ibrahim berangkat dari seorang (hakim)
Kaum Nabi Ibrahim as. yang sangat terpojok dan marah terhadap Nabi
Ibrahim as., mendiskusikan sikap yang harus mereka ambil terhadap Nabi Ibrahim as.
akhirnya sebagaimana kebiasaan orang kuat yang merasa terpojok, mereka sepakat
untuk menghabisi Nabi Ibrahim as., karena itu mereka berkata kumpulkanlah bahan
bakar secukupnya lalu nyalakan api sebesar mungkin, kemudian bakarlah dia yakni
Nabi Ibrahim as. dengan pembakaran yang sebesar-besarnya, dan belalah yakni
lakukanlah hal tersebut sebagai bukti pembelaan terhadap tuhan-tuhan kamu. jika
kamu benar-benar hendak bertindak membela tuhan-tuhan kamu, tentulah kamu
segera melakukan pembakaran itu. Maka mereka berbondong-bondong
mengumpulkan bahan bakar lalu menyalakannya dan melemparkan Nabi Ibrahim as.
dengan manjaniq yaitu semacam ketapel besar ketengah kobaran api itu.40
40
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 4, h.
476.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut penulis sejatinya buku kisah nabi dan rasul dalam versi anak (Buku
Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul) jika ditelusuri menggunakan terjemahan al-
Qur’an, buku tersebut sudah sesuai dengan penjelasan dari terjemahan itu sendiri.
Namun jika ditinjau dari sisi yang bersumber dari tafsir tentu buku tersebut akan
banyak ditemukan ketidaksesuaian akan jalannya cerita yang tercantum didalam buku
tersebut.
Kalaupun nantinya akan dipaksakan bahwa buku tersebut sesuai dengan al-
Qur’an (dalam arti tafsirannya) buku tersebut akan sangat rumit dan terasa berat
dalam menjelaskan kisah-kisah nabi dan rasul terutama dalam konteks Nabi Ibrahim
karena menurut versi tafsirnya akan didapatkan kisah yang begitu dalam dan terlalu
rumit untuk dipahami dan dicerna bagi anak-anak.
B. Saran
Kajian tentang Nabi Ibrahim sesungguhnya sudah banyak dilakukan oleh para
peneliti dalam berbagai bidangnya, tidak terkecuali dalam bidang pendalaman kisah
seperti tinjauan dakwah dialogis dan lain sebagainya.
Skripsi tentang Kisah Nabi Ibrahim dalam Buku Anak (Studi Literasi buku Cerita
Bergambar 25 Nabi dan Rasul) merupakan pembahasan yang masih sangat luas
77
untuk ditelitidalam bidang tafsir. Misalnya pembahasan mengenai nabi-nabi selain
Ibrahim as yang terdapat dalam buku-buku kisah anak segmentasi anak. Diharapnya
penelitian in bisa dilanjutkan untuk menambah wawasan keilmuan khususnya
dibidang Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Penelitian yang telah dilakukan ini berkonsentrasi pada kesesuain
kisah nabi dan rasul dalalm buku anak dengan al-Qur’an masih sangat besar untuk
dikaji melalui mufasir-mufasir lainyang kemudian bisa dikembangkan serta dikritisi
lebih dalam, sehingga dapat menjadikan pembahasan yang lebih baik dan bermanfaat
dalam perkembangan wawasan keilmuan Islam.
78
DAFTAR PUSATAKA
Anwar, Rosihun. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Aziz, Kholilurrahman, “Kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur‟an: Kajian nilai-nilai
teologi-Moralitas Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Muhammad A. Khalafullah
dan M. Quraish Shihab.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2010.
Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 2nd
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt.
Digdo, AG Pringgo dan Syadily, Hasan. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Ofset
Kanissus, 1997.
Dirk, Jerald F, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan. Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013.
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2008.
Hadiyanto, Andi, “Repitisi Kisah al-Quran, Analisis Struktural Genetik Terhadap
Kisah Ibrahim dalam Surat Makiyyah dan Madaniyyah,” Disertasi
Pascasarjana Universitas Islam Negeri jakarta, 2010.
Hadyah, Salim. Qissotul Al-Anbiya. 1st Bandung: AI-Maarif, 1997.
Hamka, Tafsir AI-Azhâr, 1st Jakarta: Panjimas,2000.
Hanafi, Ahmad.. Segi-segi Kesusasteraan Pada Kisah-kisah Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka al Husna, 1984.
Harahap, Syahrin. Al-Quran Dan Sekulerisasi; Kajian kritis Terhadap Pemikiran
Thaha Husein. Yogya: Tiara Wacana, 1994.
Huda, Miftahul. Dakwah Nabi Ibrahim dalam Perspektif Al-Qur‟an.” Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
Ikatan Penerbit Indonesia, IKAPI. Industri Penerbitan buku Indonesia dalam data
dan fakta. Jakarta: IKAPI, 2015.
Katsir, Ibnu, Qashash Al-Anbiya, Juz 1, Tahqiq Mustafa Abdul Wahid, Kairo: Dar al-
Kutub al-Hadits, t.t
Khalil, Syauqi Abu, Atlas Al-Qur’an. Jakarta: Almahira ,2003.
79
Al-Khalidy, Shalah, Kisah- kisah al-Quran. Penerjemah Setiawan Budi Utomo.
Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Khotib, Muhammad, “Penafsiran Kisah-kisah Al-Qur‟an; Telaah Terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al-faan al-qassasiy fil al-Qur‟an al-
karim.”Skripsi fakultas ushuluddin dan filsafat. Universitas Islam Negeri
Syarif hidayatullah Jakarta, 2009.
al-Marãghi, Ahmad Mustatafa, Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Mahdayani, Dewi, “Kisah Nabi Ibrahim dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish
Shihab.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2008.
al-Maliki, Sayyid Muhammad Alwi, Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an, terj. Nur
Faizin, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.
Marhijanto, KhoIilah, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. Surabaya: Ar-
QoIa,1995.
Mawla, M. Ahmad jadul dan al-Fadhl M. Abu. Ibrahim, Buku Induk Kisah-kisah al-
Quran. Jakarta: Zaman, 2009.
al-Nahlawi, Abdurrahrnan, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masvarakat.
Jakarta: Gcrna Insani Press, 1995.
Nurharjanti, Misaroh, “Dialog Nabi Ibrahim (Suatu Kajian Semiotik),.”Tesis S2
Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.
Qalyubi, Syihabuddin, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, ed.
Mustaffa‟ Maimun. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.
Quthub, Sayyid, A1-Tashwîr al-Fanni fi al-Qur ‘ân, tt: tp,tt.
Raharjo, Dawam. Ensikiopedi Al-Qur‘an. Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci.
Paramadina. 1996.
Rahayu, Aprianti Yofita, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan
Bercerita. Jakarta: Indeks, 2013.
Sabil, Risaldy. Bermain, Bercerita & Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, 1st ed. Jakarta:
Pt.Luxima Metro, 2014.
Salim, Hadyah. Qissotul-Anbiyâ. 1st ed. Bandung: Al Maarif,1970.
80
------------------. Qishashul Anbiva, 3rd
ed. Bandung: A1-Ma‟arif 1998.
Serpin, “Pesan pesan Akhlak dalam Kisah Qabil dan Habil,” Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014.
Al-Shidieqy, Hasby. Ilmu-Ilmu Al-Quran Media Pokok Dalam Pcnafsiran Al-Quran.
1st ed. Jakarta: Bulan Bintang, 1972.
Shihab, M. Quraish. Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan,
1994.
------------------------. Membumikan A1-Qur’an. Bandung: Mizan, 1995.
-----------------------. Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol
12. Jakarta: Lentera Hati, 2001.
-----------------------.Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati, 2013.
Siswayanti, Novita, “Dimensi Edukatif pada Kisah-kisah A1-Qur‟an,” Jurnal Kajian
Al-Qur ‘an dan Kebudavaan. III, No. 1 (September 2010): h. 25.
Sofyan, Mohammad Dedi, “Dialog Nabi Ibrahim (Study Penafsiran Fkahruddin al-
Razi).”Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Al-Sayid, Kamal, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur„an, 1st
ed Jakarta: Pustaka Jahro,
2004.
Syahin, Abdus Shabur. Penciptaan Nabi Adam Mitos atau Realitas. Terj. Nanif
Anwari, Yogyakarta: Elsaq Press, 2004.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa hidonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,
2008.
Watt, W. Montgomery, Ben „s Introduction to the Qur „an. Edinburg: The Uinversity
Press, 1970.
Zakariah, Abu Husain Ahmad bin Fariz. Mu‟jam Maqvis al-Lugah, 1st ed. Beirut: Dar
Al Jalail. 1991.
Zulfahmi, Irsyad, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul. Jakarta: Wahyumedia, 2016.