Upload
nininghr
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fisiologi
Citation preview
A. Aplikasi Klinis
1. Miopi (Rabun Dekat)
Miopia atau nearsightedness atau rabun jauh adalah suatu bentuk
kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar akan dibiaskan pada suatu titik di
depan retina pada mata tanpa akomodasi. Akomodasi adalah kemampuan
mata untuk mengubah daya bias lensa dengan kontraksi otot siliar yang
menyebabkan penambahan tebal dan kecembungan lensa sehingga bayangan
pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus di retina Ilyas, (Sidarta.,
Yuliyanti, Sri Rahayu. 2015).
Miopia dikenal dalam beberapa bentuk, yaitu miopia refraktif dan
miopia aksial. Miopia refraktif adalah miopia dimana bertambahnya indeks
bias media penglihatan seperti yang terdapat pada katarak intumesen, dimana
lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Disebut juga
dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan
media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.Miopia aksial adalah
miopia yang terjadi akibat bertambah panjang sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal (Sidarta., Yuliyanti, Sri Rahayu.
2015).
Menurut derajat beratnya, miopia dibagi menjadi 3 yaitu, miopia
ringan, miopia sedang dan miopia berat atau tinggi. Dikatakan miopia ringan,
apabila 1-3 dioptri, miopia sedang antara 3-6 dioptri dan miopia berat atau
tinggi apabila lebih besar dari 6 dioptri. Menurut perjalanan miopia dikenal
dalam bentuk miopia stasioner, miopia progresif dan miopia maligna atau
miopia degeneratif. Miopia stasioner adalah miopia yang menetap setelah
dewasa atau tidak ada penambahan ukuran lensa negatif seiring dengan
bertambahnya usia setelah dewasa. Miopia progresif adalah miopia yang
terjadi penambahan terus-menerus ukuran lensa negatif pada uasia dewasa,
akibat bertambah panjangnya sumbu bola mata. Miopia maligna atau miopia
degeneratif adalah miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasio retina dan kebutaan. Biasanya terjadi bila miopia lebih dari 6 dioptri
disertai dengan kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata
sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil
disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah
terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi
subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen
epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris retina luar dan dewasa akan terjadi
degenerasi papil saraf optic (Sidarta., Yuliyanti, Sri Rahayu. 2015 ; Taib,
Trisnowati, 2010).
Ilyas, Sidarta., Yuliyanti, Sri Rahayu. 2015. Ilmu penyakit Mata edisi 5.
Jakarta : FKUI
Taib, Trisnowati, 2010. Handout Kuliah “Ilmu Penyakit Mata”, dr.
Trisnowati Taib, Sp. M (K). Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga – RSUD Dr. Soetomo