Aplikasi Alat Kontrol Suhu Otomatis Pada Bantal Penghangat Sebagai Alat Terapi Alternatif

Embed Size (px)

Citation preview

  • APLIKASI ALAT KONTROL SUHU OTOMATIS PADA

    BANTAL PENGHANGAT SEBAGAI ALAT TERAPI

    ALTERNATIF

    Oleh

    Ngurah Agung Putra Wijaya

    NIM. 0605031060

    JURUSAN DIII TEKNIK ELEKTRONIKA

    FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    SINGARAJA

    2010

  • BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Perancangan Alat

    Dalam merancang dan membuat alat kontrol suhu bantal penghangat ini ada

    suatu tahapan-tahapan agar dalam pembuatannya dapat menjadi teratur dan lancar.

    Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan, dapat dilihat melalui gambar

    flow chart di bawah ini :

    Gambar 3.1 Flow Chart Pembuatan Alat Kontrol Suhu Bantal penghangat.(Sumber : Hasil Perancangan)

  • Flow Chart pada Gambar 3.1 di atas adalah merupakan gambaran awal

    dalam pembuatan rangkaian bantal penghangat beserta tahapan-tahapan yang

    dimulai dari awal sampai akhir. Berikut adalah penjelasannya :

    1. Tahap pertama yang dilakukan adalah pengumpulan dasar-dasar teori

    yang berkaitan dengan alat yang akan dibuat. Hal ini dilakukan agar

    memudahkan dalam perhitungan, penentuan nilai-nilai komponen, dan

    pengenalan-pengenalan karakteristik komponen yang akan digunakan.

    2. Tahap kedua adalah tahap yang dimana untuk merancang cassing alat

    sesuai rancangan awal dengan disain alat kontrol bantal penghangat

    tersebut.

    3. Tahap ketiga merupakan perancangan bentuk bantal penghangat sesuai

    dengan rancangan awal yang telah ditentukan berikut bahan, ukuran dari

    bantal penghangat.

    4. Tahap keempat merupakan perancangan penempatan kawat pemanas

    agar panas yang dihasilkan dapat tersebar diseluruh bagian bantal sesuai

    dengan harapan.

    5. Tahap kelima yaitu melakukan rancangan disain rangkaian beserta nilai-

    nilai komponen yang terpasang sesuai dengan perhitungan yang didapat.

    6. Tahap keenam yaitu melakukan pengumpulan komponen-komponen

    elektronika yang akan digunakan dalam menyusun rangkaian yang telah

    ditentukan berdasarkan hasil perancangan. Apabila komponen yang

    digunakan tidak tersedia pada blok rangkaian yang memakai komponen

    tersebut di pasaran, dilakukan proses modifikasi atau penggantian

  • komponen yang baru dan memiliki fungsi yang sama. Jika semua

    komponen tersedia di pasaran maka dapat dilanjutkan ke tahap

    berikutnya.

    7. Tahap ketujuh yaitu perakitan komponen-komponen yang membentuk

    suatu rangkaian berdasarkan rancangan yang dibuat paa papan

    Breadboard. Selanjutnya merangkai rangkaian pada masing-masing

    blok. Kemudian melakukan uji rangkaian pada masing-masing blok

    rangkaian dengan memberikan catu daya DC pada rangkaian, maka

    dapat diketahui kinerja yang dihasilkan oleh masing-masing blok

    rangkaian. Apabila dalam rangkaian mengalami masalah, maka

    dilakukan analisa kerusakan, kesalahan penggunaan atau pemasangan

    komponen, dan jika memungkinkan rangkaian bisa dimodifikasi atau

    rancangan rangkaian diperbaiki. Apabila rangkaian sudah bekerja sesuai

    yang diharapkan, maka dapat dilanjutkan ketahap berikutnya.

    8. Tahap kedelapan yaitu melakukan uji rangkaian pada keseluruhan

    rangkaian yang dijadikan satu rangkaian. Apabila pada kinerja rangkaian

    ada yang mengalami masalah, yaitu kesalahan penggunaan, atau

    kesalahan pemasangan komponen, maka dilakukan analisa kerusakan

    dan jika memungkinkan rangkaian dapat dimodifikasi atau rancangan

    rangkaian diperbaiki. Apabila rangkaian sudah bekerja sesuai dengan

    yang diharapkan, maka dapat dilakukan ketahap berikutnya.

    9. Selanjutnya setelah semua rangkaian telah diuji coba, maka tahap

    selanjutnya adalah mendisain pola pada papan PCB sesuai dengan pola

  • rangkaian yang telah mengalami ujicoba. Disain pada papan PCB adalah

    meliputi : Pengambaran jalur-jalur rangkaian pada aplikasi computer

    yaitu pada aplikasi diptrace dan mencetak pada plastik transparan untuk

    dilakukan penyablonan pada papan PCB. Kemudian setelah selesai

    menyablon jalur-jalur rangkaian pada PCB, kemudian melarutkan papan

    PCB tersebut kedalam larutan Feri Klorida agar didapatkan pola yang

    diinginkan. Kemudian akan pengeboran pada jalur-jalur tersebut sesuai

    dengan kaki-kaki komponen yang akan dipasang.

    10. Tahap kesepuluh yaitu melakukan pemasangan komponen-komponen

    pada papan PCB yang telah diberikan pola dan diberi lubang untuk

    menempatkan kaki-kaki komponen sesuai dengan posisi masing-masing

    yang telah ditentukan dari hasil rancangan sebelumnya.

    11. Kemudian ditahap ini yaitu melakukan tes uji rangkaian kembali setelah

    perakitan komponen pada papan PCB tersebut. Ini dilakukan untuk

    mengatahui apakah rangkaian yang dibuat pada papan PCB telah bekerja

    normal dan baik sesuai dengan yang diharapkan. Kalau tidak bekerja

    dengan normal, maka dilakukan perbaikan dan pengujian kembali, dan

    bila sudah dapat bekerja dengan normal, maka dapat dilakukan ketahap

    berikutnya.

    12. Kemudian melakukan pemasangan alat pada cassing alat yang sudah

    sesuai rangcangan.

  • Setelah tahapan-tahapan yang dilakukan di atas selesai dan alat sudah

    bekerja normal sesuai dengan yang diharapkan, maka selanjutnya menuju

    keproses tahapan akhir yaitu pembuatan laporan Tugas Akhir.

    3.1.1 Perancangan dan Pembuatan Konstruksi dan Disain Alat

    Dalam perancangan konstruksi dan disain alat kontrol suhu bantal

    penghangat ini, agar dalam pembuatannya dapat bekerja dengan baik dan lancar,

    maka susunan perancangan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini. Tahapan-

    tahapan pembuatan konstruksi dan disain alat dapat dijelaskan dengan tahapan-

    tahapan di bawah ini :

    1. Perancangan Konstruksi Bantal Penghangat.

    2. Perancangan Konstruksi Kawat Pemanas.

    3. Perancangan Box Cassing Alat.

    3.1.1.1 Perancangan Konstruksi Bantal penghangat

    Perancangan konstruksi bantal penghangat ini menggunakan bahan dasar

    spons dimana ukuran spons pada bantal di bagian sisi atas, tengah dan bagian

    bawah adalah sama, yaitu berukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm, dan tinggi

    bantal adalah 9 cm. Dimensi bentuk dari bantal penghangat dapat dilihat pada

    Gambar 3.2 di bawah ini.

    Bagian AtasBantal

    40cm

    30cm

    3cm

  • (a). Bagian Atas Bantal.

    (b). Bagian Tengah Bantal.

    (c). Bagian Bawah Bantal.

    Gambar 3.2 Bagian-bagian Belahan Bantal penghangat. (Sumber : Hasil Perancangan)

    3.1.1.2 Perancangan Konstruksi Kawat Pemanas

    Perancangan elemen pemanas menggunakan kawat pemanas yang terjual

    di pasaran. Kawat pemanas ini terbuat dari logam campuran yaitu dari bahan

    Bagian TengahBantal

    40cm

    30cm

    3cm

    Bagian BawahBantal

    40cm

    30cm

    3cm

  • krom, besi, dan alluminium. Panjang kawat yang dipakai dalam perancangan di

    sini adalah 12 meter degan diameter 0,3 milli meter.

    Gambar 3.3 Perancangan Kawat Pemanas. (Sumber : Hasil Perancangan)

    Dilihat dari Gambar 3.3 di atas, di dalam perancangan sebelum kawat

    diletakan pada bantal, sebelumnya kawat terlebih dahulu dilapisi atau di isolasi

    dengan bahan asbes yang berbentuk benang, ini agar kawat tidak langsung

    menyentuh bantal yang berbahan spons seingga tidak lebur atau meleleh nantinya

    dengan menggunakan lem kayu (lem fox) untuk merekatkan benang asbes agar

    tidak tedapat kerenggangan pada saat benang asbes dililitkan pada kawat.

    3.1.1.3 Perancangan Box Cassing Alat

    Perancangan box cassing alat dibuat dari bahan acrylic transparan dengan

    dimensi cassing berukuran 25 cm x 20 cm x 7 cm. Bentuk menyerupai box yang

    dapat dipisah, bagian atas dapat dilepas dengan melepas baut pengunci yang

    tepasang di bagian samping dan depan pada box cassing, dan dua buah engsel

    kupu-kupu yang berfungsi untuk dapat membuka bagian atas box yang terdapat di

    Isolasi Asbes

    KawatPemanas

  • samping-samping box cassing tersebut. Berikut dapat dilihat bentuk dari box

    cassing alat seperti yang terlihat pada Gambar 3.4 di bawah ini.

    Gambar 3.4 Konstruksi Cassing Alat. (Sumber : Hasil Perancangan)

    3.1.2 Perancangan dan Pembuatan Rangkaian

    Dalam perancangan dan pembuatan alat kontrol suhu bantal penghangat

    dalam pengontrolan elemen pemanas secara close loop dibuat rangkaian saklar

    suhu On/Off dengan pengontrolan tegangan AC. Agar dalam pembuatannya

    teratur dan sesuai dengan yang diharapkan maka dikerjakan sesuai dengan

    tahapan-tahapan sebagai berikut :

    1. Perancangan Rangkaian Pembagi Tegangan (Vref).

    2. Perancangan Rangkaian Sensor Suhu (Vin).

    3. Perancangan Rangkaian Penyangga/Buffer.

    4. Perancangan Rangkaian Penguat Selisih/Komparator.

    5. Perancangan Rangkaian Penguat Membalik/Inverting.

    OffOn

    7 cm

    25 cm

    20 cm

  • 6. Perancangan Rangkaian Trigger Triac dengan Optocoupler TLP621.

    7. Perancangan Rangkaian Catu Daya 12 Volt DC.

    Kalau digambarkan secara keseluruhan sesuai dengan tahapan-tahapan di

    atas, maka dapat dilihat pada Gambar 3.5 di bawah ini.

    Gambar 3.5 Blok Rangkaian Kontrol Alat Bantal Penghangat. (Sumber : Hasil Perancangan)

    Dari Gambar 3.5 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat dua masukan yang

    akan menjadi input dari rangkaian komparator yaitu pembagi tegangan dan sinyal

    fedback dari sensor suhu. Dalam rangkaian penguat selisih/komparator terdapat

    istilah tegangan referensi (Vref) sebagai pembagi tegangan dan tegangan (Vin)

    sebagai tegangan inpu-tan dari sensor suhu LM35DZ. Besarnya tegangan input-an

    dapat berubah-ubah sesuai dengan berubahnya suhu yang disensor oleh LM35DZ.

    Dengan adanya dua masukan yang menuju ke komparator, maka komparator

    akan bekerja untuk memproses kedua masukan sebagai perbandingan dengan

    hasil error. Error dapat berpolaritas positif (+) atau berpolaritas negatif (-) untuk

    mengakibatkan optocoupler bekerja sesuai dengan tegangan kerja adalah 5 Volt

    reverse voltage (VR), sehingga output dari pothotransistor pada optocoupler akan

    RangkaianTriggerTRIAC

    SensorSuhu

    error PenguatInverting

    RangkaianBuffer

    PembagiTegangan + -

    Comparator

    Vin

    Vref BantalPemanas

    Output

    Vref merupakan teganganyang menyatakan suhu Output Sensor

    berupaTegangan (V)

  • dapat mengalirkan arus picu ke-gate pada triac sehingga triac dapat mengalirkan

    tegangan AC ke beban yaitu bantal penghangat tersebut.

    Apabila tegangan referensi (Vref) diberikan yaitu 0,40 Volt, dan tegangan

    keluaran dari sensor suhu (Vin) lebih kecil dari tegangan referensi (Vref) yaitu

    0,36 Volt, maka keluaran dari rangkaian komparator akan berpotensial negatif (-)

    adalah sebesar -0,4 Volt, ini akan dibalikan oleh rangkaian penguat inverting

    dengan penguatan 10 kali untuk menjadi berpolaritas positif (+) menjadi +4,4

    Volt, sehingga dapat memicu optocoupler untuk dapat men-trigger gate pada

    triac sehingga tegangan AC akan dapat mengalir ke pemanas untuk bekerja

    menghasilkan panas atau dalam keadaan on. Selanjutnya apabila keluaran dari

    sensor suhu (Vin) sudah mencapai 0,40 Volt mewakili suhu adalah 400 C, dan

    tegangan referensi (Vref) adalah sama dengan 0,40 Volt (Vref = Vsensor suhu),

    maka keluaran dari komparator adalah 0 Volt. Keluaran dari penguat membalik

    juga akan menjadi 0 Volt, ini tidak akan bisa memicu optocoupler sehingga

    optocoupler tidak akan men-trigger gate pada triac dengan kata lain triac akan

    memutus tegangan AC kebantal pemanas dan bantal pemanas tidak lagi bekerja

    untuk menghasilkan panas atau dalam keadaan off.

    3.1.2.1 Blok Perancangan Rangkaian Pembagi Tegangan (Vref)

    Dalam perancangan pembagi tegangan yang presisi, dapat dilihat pada

    Gambar 3.6 di bawah ini.

  • Gambar 3.6 Aplikasi Penggunaan IC TL431 Sebagai Regulator Tegangan. (Sumber : Hasil Perancangan)

    Gambar 3.7 Pembagi Tegangan sebagai Tegangan Referensi (Vref). (Sumber : Hasil Perancangan)

    Dilihat dari Gambar 3.7 di atas, untuk memperoleh tegangan referensi

    yang presisi digunakan IC TL431 sesuai dengan datasheet (+ 2.5 V precision

    voltage reference) yang berfungsi sebagai regulator dengan output + 2,5 V.

    digunakannya IC TL431 ini adalah agar nantinya tegangan maksimal output-nya

    tidak melebihi + 2.5 V sehingga tidak terlalu jauh membandingkan tegangan

    output dari IC LM35DZ. Themset yang digunakan adalah trimpot/potensio meter

    dengan besaran 5 K dan R2 adalah 22 K dimana untuk membentuk rangkaian

    +12V

    Input Buffer

    IC T

    L43

    1

    R3

    POT

    (The

    mse

    t)

    R2

    R1

    0V

  • pembagi tegangan yang akan menentukan harga tegangan referensi (Vref) 0 V/00

    C-0,47 V/470 C.untuk R1 ditentukan dengan besaran 1 K. R1 ini berfungsi untuk

    menghalangi arus langsung melalui IC TL431 dari sumber sesuai dengan

    datasheet dan penambahan dioda zener IN4148 pada power supply yang diserikan

    ke Ground adalah agar dalam pengukuran tegangan referensi benar-benar

    mendapatkan 0 Volt. Melalui persamaan (2-29), maka dapat diperoleh Vout

    maksimal dari rangkaian pembagi tegangan adalah sebesar :

    212RR

    RVinVout +=

    W+WW=

    KKKV

    52.255.2

    VV 185.05.2 =

    V462.0=

    3.1.2.2 Blok Perancangan Rangkaian Sensor Suhu IC LM35DZ

    Dalam perancangan rangkaian sensor suhu menggunakan IC LM35DZ

    yang telah langsung dikalibrasi dalam satuan 0C. Output dari sensor suhu berupa

    tegangan (Vout) akan mengalami perubahan 10 mV untuk disetiap perubahan

    temperatur 10 C. dari persamaan (2-12), dengan T adalah temperatur yang

    dideteksi dalam derajad celcius. Untuk memurnikan Vout dari IC LM35DZ, maka

    dipasang pada pin1 dan pin3 sebuah kapasitor milar yaitu (C1) 0,1F.

    Persamaan untuk memperoleh hasil perhitungan dapat menggunakan

    persamaan seperti di bawah ini :

  • Vout = 10mV . T

    Misalkan pada suhu 360 C, output dari IC LM35DZ pada pin ke-2 dapat

    dihitung sebagai berikut :

    Vout = 10 mV x 360 C

    = 360 mV atau 0,36 V

    Dan misalnya pada suhu 400 C, maka output-nya adalah :

    Vout = 10 mV x 400 C

    = 400 mV atau 0,40 V

    Gambar 3.8 Rangkaian Sensor Suhu IC LM35DZ. (Sumber : Hasil Perancangan)

    3.1.2.3 Perancangan Rangkaian Penyangga/Buffer.

    Rangkaian penyangga mempunyai penguatan hampir satu dan impedansi

    rendah sehingga penyangga ini hanya menyajikan beban ringan kepada rangkaian

    peka. Penyanggan ini akan menerima input-an/masukan dari rangkaian pembagi

    tegangan yang menjadi tegangan referensi mewakili suhu. Dalam rangkaian ini

    digunakan IC LM324 yang memiliki empat buah rangkaian Op-Amp.

    +Vs GND Vout

    ICLM35DZ1 2

    3

    +12V

    V Input ToComparator

    C1

    0V

  • Gambar 3.9 Diagram Koneksi pada Masing-masing Op-Amp pada IC LM324.(Sumber : Hasil Perancangan)

    Tujuan menggunakan penyangga ini adalah agar tegangan tidak

    drop/turun akibat pembebanan oleh blok rangkaian berikutnya yaitu pada

    rangkaian penguat selisih/komparator dan memberikan arus pendorong yang

    cukup untuk beban. Tegangan output-nya adalah sama dengan tegangan input-

    nya. Penyangga ini mempunyai umpan balik negatif 100% karena keluarannya

    dijumpper kembali langsung dengan masukan yang membalikannya. Rangkaian

    penyangga/Buffer ini dapat dilihat pada Gambar 3.10 IC Op-Amp LM324.

    10

    9

    8

    GND

    4

    11

    VReferensi

    Input Pembagi Tegangan

    IC LM 324-3

    3+

    -V+V-

    IC LM 324

    +12V

  • 65

    7

    GND

    4

    11

    VReferensiIC LM 324-2

    2+

    -

    V+V-

    IC LM 324

    +12V

    Vin IC LM 35DZ

    Output

    R2

    R1

    R3

    R4

    0V

    Gambar 3.10 Rangkaian Penyangga/Buffer. (Sumber : Hasil Perancangan)

    Sesuai dengan persamaan (2-13) yang menyatakan bahwa tegangan

    output dari rangkaian penyangga adalah sama besar dengan tegangan input-nya.

    Vout = Vin

    Misalkan Vin yang masuk ke rangkaian Buffer dari rangkaian pembagi

    tegangan Vref adalah sebesar 0,36 V, maka Vout dari rangkaian penyangga adalah

    sebesar 0,36 V juga.

    Vout = Vin

    0,36V = 0,36 V

    3.1.2.4 Blok Perancangan Rangkaian Penguat Selisih/Komparator

    Rangkan penguat selisih ini berfungsi untuk membandingkan kedua

    masukan (V1) dari keluaran sensor suhu IC LM35DZ dan (V2) keluaran dari

    rangkaian pembagi tegangan. Pada Gambar 3.11 di bawah ini menunjukkan

    rangkaian penguat selisih.

  • Gambar 3.11 Rangkaian Penguat Selisih/Komparator. (Sumber : Hasil Perancangan)

    Ramgkaian penguat selisih/komparator ini berfungsi untuk

    membandingkan kedua masukan yaitu VRef dan VLM 35DZ yang terlihat pada

    Gambar 3.11 di atas. Misalkan tegangan masukan VLM 35DZ adalah 0,36 V, dan

    tegangan masukan VRef lebih tinggi dari 0,36 V, yaitu 0,40 V, maka keluaran dari

    rangkaian penguat selisih berpotensial negatif (-). Sedangkan apabila tegangan

    masukan dari VLM 35DZ adalah 0,40 V dan tegangan masukan dari VRef yaitu 0,36

    V, maka keluaran dari rangkaian penguat selisih akan berpotensial positif (+). Jika

    tegangan masukan dari keduanya sama (VRef = VLM 35DZ), maka keluaran tegangan

    dari rangkaian penguat selisih adalah 0 Volt. Keluaran/error dari rangkaian

    penguat selisih ini dirancang agar mampu memicu rangkaian trigger triac

    sehingga dapat mengalirkan tegangan AC ke beban adalah sebesar + 5 Volt.

    Sesuai dengan persamaan (2-11) maka didapat perhitungan sebagai berikut.

    32)21(

    RRVVVout +=

    atau,

    34)43(

    RRVVVout +=

    Dengan anggapan bahwa, R1 = R3 dan R2 = R4.

    Tegangan keluaran dari penguat selisih/komparator dapat dihitung

    dengan persamaan (2-12), yaitu :

  • Apabila,

    Vref = 0,40 Volt

    VLM35DZ = 0,36 Volt

    Vout = (VinLM35DZ - Vref)32

    RR

    = (0,36V 0,40V) WW

    kk

    10100

    = - 0,04 V . 10

    = - 0,4 Volt Polaritasnya negatif (-)

    Apabila,

    Vref = 0,40 Volt

    VLM35DZ = 0,40 Volt

    Vout = (VinLM35DZ - Vref)32

    RR

    = (0,40V 0,40V) WW

    kk

    10100

    = 0 . 10

    = 0 Volt

    Apabila,

    Vref = 0,40 Volt

    VLM35DZ = 0,41 Volt

    Vout = (VinLM35DZ - Vref)32

    RR

  • = (0,41V 0,40V) WW

    kk

    10100

    = 0,01 V . 10

    = 0,1 Volt Polaritasnya positif (+)

    3.1.2.5 Blok Perancangan Rangkaian Penguat Membalik/Inverting

    Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada

    Gambar 3.12, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti

    tersirat pada mananya tentu sudah menduga bahwa fase keluaran dari penguat

    inverting ini akan selalu berbalikan dengan input-nya. Apabila isyarat diberikan

    positif (+) yang masuk pada penguat inverting, maka keluaran akan berbalik

    menjadi negatif (-).

    Gambar 3.12 Rangkaian Penguat Membalik/Inverting. (Sumber : Hasil Perancangan)

    Penguatan (Vout) dari rangkaian penguat inverting adalah - 10 kali dari

    input-nya, karena R6 yang digunakan adalah 100k sedangkan untuk R5

    digunakan 10k. sesuai dengan persamaan (2-8) berikut ini.

    GND

    4

    11

    V+V-

    IC LM 324

    +12V

    R5

    R6

    Terminal InputIC LM 324-4

    4-

    +

    12

    1314Output

    0V

  • inRRfAv -=

    WW-=

    kk

    10100

    10-=

    Perhitungan tegangan keluaran penguat inverting sesuai dengan

    persamaan (2-8) adalah sebagai berikut.

    Vout = - Av . Vin

    Apabila Vin = - 0,4 Volt, maka keluaran dari penguat inverting mengikuti

    persamaan berikut ini :

    Vout = - Av . Vin

    = - 10 . (- 0,4V)

    = + 4 Volt

    Sedangkan apabila Vin = 0,1 Volt, maka :

    Vout = - Av . Vin

    = - 10 . 0,1 Volt

    = - 1 Volt

    Dan apabila Vin = 0 Volt, maka :

    Vout = - Av . Vin

    = - 10 . 0 Volt

    = 0 Volt

  • 3.1.2.6 Blok Perancangan Rangkaian Trigger Triac dengan Optocoupler

    TLP621

    Rangkaian trigger triac terdiri dari dua komponen optocoupler dan triac.

    Dimana Optocoupler berfungsi sebagai isolasi antar rangkaian pengolah sinyal

    DC dengan rangkaian pengolah sinyal AC, dan triac berfungsi sebagai sakelar

    elektrik tegangan AC untuk penyalaan bantal penghangat. Triac dapat melewati

    tegangan AC dari 0 Volt AC sampai 220 Volt AC. Triac tidak akan menghantar

    atau Off meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan break over-nya

    triac tersebut dicapai. Pada Gambar 3.13 di bawah ini menunjukkan rangkaian

    trigger triac.

    Gambar 3.13 Rangkaian Trigger Triac dengan Optocoupler TL621. (Sumber : Hasil Perancangan)

    AC

    R8

    R7Vin

    Vcc +

    Pem

    anasfuse

    VF

    Vsat

    IF

  • Saat tegangan input (VF) berubah, jumlah cahaya yang mengenai

    phototransistor juga berubah. Hal ini berarti arus (If) mengalir melalui kolektor

    dan keluaran dari optocoupler memiliki tegangan sebesar VSAT yang akan berubah

    sesuai dengan tegangan input-nya. Berdasarkan prinsip kerja dari optocoupler

    tersebut, maka nilai R7 dan R8 dapat ditentukan dengan persamaan berikut sesuai

    dengan nilai yang tertera pada datasheet.

    Diketahui bahwa :

    Vcc = 12 Volt If = 10 mA

    Vf = 1,3 Volt VSAT = 0,4 Volt

    Sehingga,

    R7 =If

    VfVcc -

    =mA

    VoltVolt10

    3,112 -

    = 1,07 k

    dan nilai dari R8 dapat ditentukan sebagai berikut :

    R8 =8IR

    VsatVfVcc --

    =03,0

    4,03,112 VoltVoltVolt --

    = 343,3

    Untuk menentukan besarnya arus yang mengalir melalui gate pada triac,

    dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

    VR8 = Ig x R8

  • 77,24 = IG x 343,3

    IG = W3,34324,77 Volt

    = 0,224 mA

    3.1.2.7 Blok Perancangan Rangkaian Catu Daya 12Volt DC

    Rangkaian catu daya berfungsi untuk memberikan daya kepada masing-

    masing komponen rangkaian sehingga sistem beroperasi secara normal.

    Rangkaian catu daya ada bermacam-macam tergantung dari tingkat kestabilan

    yang diinginkan dan tegangan keluaran yang dibutuhkan untuk pengoperasian

    suatu rangkaian. Terdapat dua jenis rangkaian catu daya yang memenuhi

    kebutuhan tersebut, yaitu sumber daya dengan regulasi linier (Linier Regulated

    Power Supply) dan sumber daya dengan regulasi switching (Switching Regulated

    Supply). Dalam rangkaian catu daya yang digunakan dalam perancangan ini

    menggunakan sumber daya dengan regulasi linier dengan menggunakan IC

    regulator (IC penstabil tegangan), maka bentuk dari rangkaian catu daya yang

    dibuat akan sederhana, ekonomis, dan tegangan keluaran yang dihasilkan akan

    tetap konstan tergantung dari pemilihan IC regulator sesuai dengan kebutuhan

    daya. Pada Gambar 3.14 di bawah ini memperlihatkan rancangan catu daya 12

    Volt yang digunakan.

  • Gambar 3.14 Rancangan Rangkaian Catu Daya 12 Volt DC. (Sumber : Hasil Perancangan)

    Prinsip kerja dari rangkaian catu daya DC di atas adalah tegangan dari

    PLN 220V AC diturunkan (Step Down) terlebih dahulu dengan bantuan dari trafo

    penurun tegangan sehinnga menjadi 12V AC, karena rangkaian membutuhkan

    tegangan searah maka gelombang tegangan keluaran dari trafo skunder

    disearahkan terlebih dahulu dengan penggunaan dioda jembatan penyearah.

    Karena keluaran gelombang dari dioda jembatan masih belum berupa gelombang

    tegangan DC murni sehingga pemasangan capasitor elektrolit (C1) 2200F/25volt

    secara parallel membantu untuk menyaring tegangan keluaran dioda sehingga

    menghasilkan gelombang yang konstan.

    Karena rangkaian di-supply oleh tegangan 12V DC, maka terminal

    keluaran pada capasitor (C1) dehubungkan dengan IC regulator AN7812. Untuk

    meningkatkan kestabilan tegangan keluaran pada IC regulator, maka ditambahkan

    capasitor elektrolit (C2) 1000F/16Volt. Dan sebagai indikator aktif dan tidaknya

    rangkaian catu daya, dipasang sebuah LED dengan tahanan sebesar 1 k dengan

    perhitungan sebagai berikut.

    AC

    A

    K

    +

    -

    AC1

    AC2

    Trafo 1A 220VAC

    Minus Plus

    AN7812

    GNDIN OUT

    +12VDC

    GND

    R1

    0

    12

    +

    -C1 C2

  • Diketahui tegangan sumber (Vs) = 12 Volt, arus yang diberikan untuk

    LED adalah sebesar 10mA dan tegangan yang diberikan agar LED bekerja

    (menyala) normal adalah sebesar 3 Volt. Dengan menggunakan persamaan (2-19),

    maka diketahui :

    Jadi,

    R =I

    VoltVs 2-

    =mA

    VoltVolt10

    212 -

    =mA

    Volt1010

    = 1k

    3.2 Prinsip Kerja Rangkaian Kontrol Suhu Bantal penghangat

    Secara keseluruhan prinsip kerja rangkaian kintrol bantal penghangat ini

    dimulai dari suhu didalam bantal penghangat terukur oleh sensor suhu IC

    LM35DZ yang diberikan supply daya +12 Volt dari rangkaian kontrol bantal

    penghangat. Dengan disensornya suhu oleh sensor suhu LM35DZ, maka pin ke-2

    dari sensor suhu LM35DZ sebagai Vout/tegangan keluaran yang akan mengalami

    perubahan tegangan sebesar 10 mV untuk setiap perubahan kenaikan temperatur

    suhu 10 C memenuhi persamaan (2-13) dengan T adalah temperatur yang

    dideteksi dalam derajad Celsius (0C). Untuk memurnikan Vout dari LM35DZ

    dipasang pada Pin 1 dan pin 3 dengan sebuah kapasitor milarr (C1) 100 nF.

    Misalkan saat suhu yang disensor oleh LM35DZ adalah sebesar 0,360 C, maka

    Vout dari LM35DZ pin ke-2 adalah sebesar 0,371 Volt menurut pengukuran,

  • sedangkan menurut perhitungan adalah sebesar 0,36 Volt. Hal ini disebabkan oleh

    beberapa faktor yaitu, pengkalibrasian alat yang tidak tepat, dan nilai komponen

    yang digunakan memiliki niai toleransi yang cukup besar yaitu 5%. Vout dari

    LM35DZ ini nantinya akan menjadi Vin ke rangkaian penguat selisih/komparator.

    Untuk tegangan referensi agar mengasilkan tegangan yang presisi, digunakan IC

    TL431 yang sesuai dengan datasheet (+2,5 V precision voltage reference)

    berfungsi sebagai regulator tegangan dengan output +2,5 Volt. Alasan

    menggunakan IC TL431 ini adalah agar nantinya tegangan maksimal output-nya

    tidak melebihi tegangan +2,5 V sehingga dapat membandingkan tegangan output

    dari sensor suhu LM35DZ tidak terlalu jauh. Potensio 5 k, dan R3 sebesar 22

    k membentuk rangkaian pembagi tegangan yang akan mementukaan harga

    tegangan referensi (Vref) 0 V - 0,462 V). R4 ditentukan nilainya sebesar 1 k. R4

    ini digunakan untuk membatasi arus langsung melalui TL431 sesuai dengan

    datasheet dan untuk mendapatkan hasil pengukuran output dari tegangan referensi

    benar-benar 0 Volt, maka dipasang dioda zener IN4148 pada power supply.

    Menurut persamaan (2-29), maka didalam perhitungan didapat Vout maksimal

    dari pembagi tegangan adalah 0, 47 V. apabila dinyatakan dalam temperatur maka

    menyatakan maksimal suhu adalah 470 C. Sebelum digunakan sebagai tegangan

    referensi (Vref), Vout dari pembagi tegangan tadi masuk ke rangkaian

    penyangga/buffer. Tujuan manggunakan rangkaian penyangga ini adalah agar

    tegangan tidak turun karena pembebanan pada blok rangkaian sebelumnya yaitu

    rangkaian pembagi tegangan. Penyangga ini memiliki upan balik negatif 100%

    karena keluarannya disambung langsung dengan masukan yang membalikkan

    sehingga tegangan keluarannya adalah sama dengan masukan. Output dari

  • rangkaian penyangga ini yang akan menjadi Vref dalam rangkaian penguat

    selisih/komparator nantinya. Rangkaian penguat selisih/komparator pada IC

    LM324 pada Op-Amp 2 akan melakukan perbandingan terhadap V1 dan V2 yang

    masuk ke dalam kedua input dari penguat selisih tersebut. Dalam perancangan

    rangkaian ini, Vout dari rangkaian penyangga (Vref) terhubung dengan masukan

    membalik/inverting (-), sedangkan untuk Vout dari Sensor LM35DZ (Vin) yang

    terhubung dengan masukan tak membalik/non-inverting (+) pada rangkaian

    penguat selisih/komparator yang berfungsi untuk membandingkan kedua

    masukan Vref dan VLM35DZ sehingga akan timbul error dari pembanding tersebut.

    Error ini dapat perpolaritas positif (+) maupun negatif (-), misalkan tegangan

    masukan VLM35DZ 0,36 V dan masukan Vref diberi tegangan acuan/referensi lebih

    tinggi dari 0,36 V, yaitu 0,40 V, maka keluaran dari penguat selisih berpolaritas

    negatif (-). Sedangkan apabila masukan VLM35DZ tegangannya 0,41 V dan

    tegangan masukan Vref diberi tegangan lebih rendah yaitu 0,40 V, maka keluaran

    dari penguat selisih akan berpotensial positif (+), jika kedua masukannya sama

    (Vref = VLM35DZ), keluaran tegangan dari penguat selisih adalah 0V. Error yang

    dirancang agar dapat men-trigger triac sebagai sakelar elektrik adalah sebesar +5

    Volt, sesudah dikuatkan terlebih dahulu sebesar 10 kali oleh rangkaian inverting.

    Hasil perbandingan/error selanjutnya masuk ke blok rangkaian inverting dengan

    penguatan 10 kali, hal ini dikarenakan hasil Vout dari rangkaian penguat

    selisih/komparator sangatlah kecil atau tidak mampu memberikan respon ke blok

    rangkaian trigger triac sehingga triac tidak dapat bekerja (ON). Selanjutnya

    output dari rangkaian penguat selisih yang polaritasnya negatif (-) ini akan

    dikuatkan oleh penguat mambalik/inverting yang tadinya berpolaritas negatif (-)

  • menjadi berpolaritas positif (+) sebesar +5 V, akan membuat optocoupler aktif

    dan memberikan arus pada gate triac, sehingga triac dapat mengalirkan tegangan

    AC ke bantal penghangat dan menghasilkan panas. Selanjutnya apabila VLM35DZ

    sama dengan tegangan Vref, maka Vout dari rangkaian penguat selisih akan sama

    dengan 0 Volt, atau kurang dari batas error +5 Volt bahkan berpolaritas negatif (-

    ), maka optocoupler tidak aktif sehingga tidak memberikan arus picu pada triac

    maka triac tidak lagi mengalirkan tegangan AC ke bantal penghangat sehinga

    tidak lagi menghasilkan penas. Demikian seterusnya rangkaian kontrol bantal

    penghangat listik akan bekerja.

    3.3 Perancangan Penggunaan Alat Bantal penghangat

    Dalam Gambar 3.15 di bawah memperlihatkan ilustrasi penggunaan alat

    bantal penghangat.

    Gambar 3.15 Ilustrasi Penggunaan Alat Bantal penghangat.

    (Sumber : Hasil Perancangan)

  • Cara penggunaan alat bantal penghangat ini sangatlah mudah, karena dapat

    digunakan diseluruh tubuh, tidak cuma dikepala saja, tapi dapat juga digunakan

    dibagian tubuh seperti, lengan, pinggang, paha, dan juga dapat digunakan pada

    telapak kaki.

    Alat ini aman untuk digunakan, karena dalam pembuatan bantal yang

    terdapat elemen pemanas di dalamnya tersebut sudah dilapisi dengan beberapa

    lapisan. Hanya saja apabila digunakan dalam keadaan berkeringat, cukup dengan

    melapisi handuk kering di atas bantal agar air keringat tidak dapat menetes

    kedalam rangkaian elemen pemanas didalam bantal. Hasil panas yang tercipta

    pada bantal penghangat dapat diatur sesuai dengan keinginan pengguna.

    3.4 Lokasi Penelitian

    Sebelumnya penulis melakukan survey ke daerah pemukiman penduduk

    yang menggunakan penghangat seperti handuk yang direndam air hangat atau

    dengan merendam kaki dengan air hangat. Tempat yang dijadikan survey adalah

    desa macang bebandem kabupaten Amlapura. Daerah ini memiliki suhu yang

    relatif rendah disaat musim dingin tiba. Dalam melakukan tahap perancangan,

    pembuatan, dan pengujian alat bantal penghangat ini dilakukan di ruang Lab

    Jurusan Teknik Elakktronika Universitas Pendidikan Ganesha.

    3.6 Instrumen Penelitian

    Adapun peralatan yang digunakan saat melakukan penelitian dapat dilihat

    peda Tabel 3.1 di bawah ini :

  • Tabel 3.1. Nama dan Jumlah Instrumen yang digunakan dalam Proses Penelitian.

    No. Nama Alat Jumlah Fungsi

    1. Thermometer Digital 1 buahMengukur besaran suhu yang terbaca

    dari bantal penghangat

    2. Multimeter Digital 3 buahMengukur Besaran tegangan yang

    terdapat pada titik-titik pengukuran

    3. Multitester Analog 1 buahMengukur Besaran tegangan yang

    terdapat pada titik-titik pengukuran

    4. Kalkulator 1 buah Membantu dalam proses perhitungan

    Serta bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan alat

    bantal penghangat ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 sebagai berikut :

    Tabel 3.2. Daftar Nama Alat dan Fungsi Alat.

    No. Nama Alat Fungsi Jumlah

    1 Cutter Untuk memotong bagian-bagian bahan 1 buah

    2 GuntingUntuk memotong bagian-bagian yang

    lebih pada bahan 1 buah

    3 Spidol Untuk memberikan tanda pada bahan 1 buah

    4 Penggaris Untuk mengukur ukuran bahan 1 buah

  • Tabel 3.3. Daftar Nama Bahan-bahan Pembuatan Alat.

    No Nama Bahan Jumlah/Ukuran

    1 Spons 40 cm x 30 cm

    2 Kawat Pemanas 12 meter

    3 Benang Asbes 2 meter

    4 Lem fox putih (kayu) 1 bungkus

    5 Acrylic Transparan25 x 20 cm x 2 buah, 7

    x 15 cm x 2 buah

    3.7 Pengumpulan Data

    Apabila hasil perancangan dan pembuatan telah sesuai dengan tahapan-

    tahapan yang telah ditetapkan sebelumnya maka, rangkaian kontrol suhu pada alat

    bantal penghangat dilakukan pengujian perblok. Melakukan pencatatan dan

    pengumpulan data , yaitu melakukan pengukuranpengukuran tegangan dari tiap-

    tiap blok rangkaian dengan menggunakan alat ukur multitester digital. Apabila

    hasil pengujian rangkaian perblok rangkaian kontrol suhu telah sesuai dengan

    yang ditentukan melalui perancangan perhitungan sebelumnya maka proses uji

    alat keseluruhan dilakukan. Data-data yang diambil dari pengumpulan data untuk

    pengujian alat meliputi besaran tegangan pada titik-titik pengujian, serta kondisi

    elemen pemanas. Setelah diperoleh data melalui pengukuran-pengukuran dan

    pengamatan maka data yang didapat kemudian dilakukan analisa data.

    3.8 Analisa Data

  • Data-data yang diambil dalam pengumpulan data sebelumnya terdiri dari

    data hasil pengamatan dan pengukuran pada setiap rancangan, baik dari rancangan

    bentuk konstruksi dan disain maupun data-data tentang pengujian rangkaian

    kontrol suhu bantal penghangat pada setiap blok rangkaian penunjang. Apabila

    telah sesuai dengan perancangan sebelumnya dengan batas toleransi yang

    ditetapkan maka dilakukan pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian alat

    keseluruhan dimulai dengan memberikan set-point 0,400 Volt. Kondisi dari

    elemen Kawat pemanas tercatat dalam sebuah tabel yang disajikan secara jelas.

    Untuk melengkapi dan memperjelas dalam pembacaan tabel maka dibuat suatu

    grafik hubungan antara suhu dengan tegangan yang diperlukan untuk pencapaian

    suatu titik suhu dalam pengujian alat. Selanjutnya dilakukan pembahasan melalui

    tabel yang dibuat.