Upload
ledien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
APLIKASI METODE DISKUSI BUZZ GROUP DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONALPESERTA
DIDIK PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMAISLAM
DI SMAN 1 SUKAU LAMPUNG BARAT
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
NITA RAHAYU NPM : 14110103059
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1439 H/2018 M
i
APLIKASI METODE DISKUSI BUZZ GROUP DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONALPESERTA
DIDIK PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMAN 1 SUKAU LAMPUNG BARAT
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
NITA RAHAYU NPM : 14110103059
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
Pembimbing I : Dr. Rijal Firdaos, M.Pd
PembimbingII : Waluyo Erry Wahyudi, M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1439 H/2018 M
ii
ABSTRAK
APLIKASI METODE DISKUSI BUZZ GROUP DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK
PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMAN 1 SUKAU LAMPUNG BARAT
Oleh
NITA RAHAYU
Gejala yang terlihat pada kenyataan saat ini masih banyak guru yang
menggunakan metode pengajaran yang tradisonal. Pembelajaran tersebut masih di
dominasi dengan pendekatan abstrak dan metode ceramah serta pemberian tugas dan
Masih jarang yang menggunakan metode dan strategi dalam pembelajaran yang
membuat peserta didik aktif dalam berkomunikasi. Kurangnya komunikasi
interpersonal peserta didik interaksi hubungan timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik, dan antar peserta didik, itu seperti halnya di SMAN 1 Sukau yang
peneliti temui pada saat pra penelitian.Sehingga peneliti menyimpulkan untuk
meneliti penerapan metode diskusi buzz group dalam meningkatkan komunikasi
peserta didik khususnya pada materi Pendidikan Agama Islam.. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei. Subyeknya adalah siswa kelas XI B dan XI C. Adapun
tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui apakah Aplikasi Metode Diskusi
Buzz Group dapat Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik SMAN 1
Sukau Lampung Barat.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, interview, angket dan dokumentasi.
Dalam analisis data peneliti menggunakan Statistik Deskriptif yaitu statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari penerapan metode diskusi buzz
group mampu meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik dikatakan
meningkat. Diliahat dari hasil angket yang telah disebar kepada 60 responden yang
telah dilakukan, pembelajaran menggunakan metode diskusi buzz group dalam upaya
meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik diperoleh hasil 70% dengan
kategori Baik. Peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, cakap dan tanggap dalam
berkomunikasi sehingga dapat membantu dalam proses belajar mengajar. Ada
peningkatan dari peserta didik yang biasanya diam kini mulai berani mengemukakan
pendapat, peserta didik yang pemalu kini sudah mulai berani berbicara dan
berinteraksi baik dengan pendidik dan antar sesama peserta didik .
Kata Kunci : Diskusi Buzz Group, Komunikasi Interpersonal
v
MOTTO
Artinya :niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadalah : 11)1
1 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Bumi Aksara, 1989), h.
543
vi
PERSEMBAHAN
Dari hati yang paling terdalam dan rasa terimaksih yang tulus,
kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua ku ayahku Narpandi dan
Ibundaku Nirwati, cucuran keringat dan pengorbanan serta do’amu telah
mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan. Terima kasih yang tak terhingga,
kusadari pengorbanan ini tak kan terbalas.
Spesial untuk kakak ku tersayang (Rusriyanti dan Niva Hidayati), terima
kasih atas kasih sayang dan perhatian selama ini, kalian menyayangi adek dengan
cara kalian sendiri kalianlah kakak terbaik yang dihadiahkan untukku. Teristimewa
untuk Bapak Dr. Rijal Firdaos, M.Pd Selaku Pembimbing I dan Bapak Waluyo Erry
Wahyudi, M.Pd.I Selaku Pembimbing II, yang sangat berjasa dalam membimbing
saya, terima kasih setulusnya atas bantuan yang di berikan.
Untuk teman seperjuangan kelas G jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI ),
tidaklah mudah memahami karakter orang lain, ingatlah selalu perjuangan kita saat
suka maupun duka, semoga pengalamanlah yang mendewasakan kita persahabatan ini
begitu indah, semoga selamanya akan seperti ini.
vii
RIWAYAT HIDUP
Nita Rahayu, dilahirkan di Desa Kunyayan kecamatan Sukau kabupaten
Lampung Barat pada tanggal 12 Mei 1996. Penulis dibesarkan di tengah-tengah
keluarga besar, yakni anak ketiga dari tiga bersaudara, putri Bapak Narvandi dan Ibu
Nirwati.
Pendidikan dasar ditempuh penulis pada SD Negeri 1 Tapak Siring yang di
selesaikan tahun 2008, dan SMP negeri 1 Sukau tamat tahun 2011. Pada tahun 2014
penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMAN 1 Sukau Lampung Barat,
selepas dari SMAN tersebut, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas
Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung Jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun
2014.
Selama menempuh pendidikan, penulis pernah menjuarai dan aktif dalam beberapa
organisasi yaitu:
1. SD Juara 1 Tenis meja Tingkat Kecamatan
2. SD juara 3 Catur Tingkat Kecamatan
3. SMP Juara 2 Tenis Meja Tingkat Kabupaten
4. SMA Juara 3 Tenis Meja O2SN 2012
5. SMA Juara 2 Tenis Meja O2SN 2013
6. SMA Juara 1 Tenis Meja MKKS CUP 2012
7. SMA Juara 3 Lari 3 KM MKKS CUP 2012
8. PIONIR IAIN PALU 2015
viii
9. Anggota PRAMUKA SD N 01 Tapak Siring Sukau Lampung Barat
10. Anggota OSIS SMAN 1 Sukau Lampung Barat sebagai Koordinator Bidang
Olahraga
11. Anggota PRAMUKA SMAN 1 Sukau Lampung Barat
12. Anggota PASKIBRA SMAN 1 Sukau Lampung Barat 2012
13. Anggota UKM ORI UIN Raden Intan Lampung Sebagai Ketua Divisi Bidang
Tenis Meja
14. Anggota Marawis EL-Fath UIN Raden Intan Lampung
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat
dan HidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai
dengan yang diharapkan. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Skripsi yang penulis angkat berjudul “APLIKASI METODE DISKUSI BUZZ
GROUP DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL PESERTA DIDIK PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMAN 1 SUKAU LAMPUNG BARAT”, merupakan tugas akhir studi
untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua
pihak, kiranya tidak berlebihan dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
UIN Raden Intan Lampungbeserta Wakil Dekan 1, 2 dan 3
2. Dr. Imam Syafe’i M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung.
3. Bapak Dr. Rijal Firdaos, M.Pd sebagai Pembimbing I yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
4. Bapak Waluyo Erry Wahyudi, M.Pd.I selaku dosen pembimbing II, atas saran
dan bimbingannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan
Lampung yang membimbing penulis selama mengikuti kegiatan perkuliahan.
6. Bapak Haikan, M.M selaku kepala sekolah SMAN 1 Sukau yang telah
mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau
pimpin.
7. Ibu AryaniYuningsih, S.Pd selaku guru pendidikan agama Islam yang
menjadi mitra peneliti dalam penelitian ini.
8. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang
telah berjasa membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
9. Kepada sahabat-sahabatku Uncu And Genk Nurhabibah, Maulia Rahmawati,
Puji Astuti, Muji Misasih, Nike Nurjahroh, Neneng Maida yang selalu
membantu baik dalam hal tenaga dan materi.
Semoga bantuan yang ikhlas dari semua pihak tersebut mendapat amal dan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya, semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Bandar Lampung, Mei 2018
Penulis
NITA RAHAYU
NPM. 1411010359
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
ABSTRAK ...............................................................................................................ii
PERSETUJUAN ..................................................................................................... iii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................................ 9
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
E. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Diskusi Buzz Group ........................................................................ 12
1. Pengertian Metode Diskusi Buzz Group ................................................ 12
2. Kelebihan Metode Diskusi Buzz Group ................................................. 16
3. Kelemahan Metode Diskusi Buzz Group .............................................. 16
4. Langkah-langkah Metode Diskusi Buzz Group ..................................... 17
5. Perencanaan Diskusi Buzz Group Dalam Materi PAI............................ 18
6. Pelaksanaan Diskusi Buzz Group Dalam Materi PAI ............................ 20
B. Komunikasi Interpersonal ............................................................................ 22
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal .................................................... 22
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ............. 27
3. Faktor- faktor yang Mendukung Komunikasi Interpersonal .................. 29
4. Faktor- faktor yang Menghambat komunikasi Interpersonal ................. 36
5. Efektivitas Komunikais Interpersonal .................................................... 38
6. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ........................................................ 41
x
C. Pendidikan Agama Islam ............................................................................. 43
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................................... 43
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam ........................................................... 44
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................................... 45
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................................. 45
5. Pola Pembinaan ...................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ........................................................................................... 47
B. Jenis Penelitian ............................................................................................... 47
C. Tampat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 48
D. Sumber Data ................................................................................................... 48
E. Teknik Pengumpulan data .............................................................................. 49
F. Analisis Data ................................................................................................... 53
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISI DATA
A. Profil SMAN 1 Sukau Lampung Barat
1. Sejarah Berdiriinya SMAN 1 Sukau ...................................................... 56
2. Visi dan Misi .......................................................................................... 58
3. Struktur Organisasi................................................................................. 60
4. Keadaan Guru......................................................................................... 61
5. Keadaan Peserta Didik ........................................................................... 63
6. Keadaan sarana dan Prasarana ............................................................... 64
B. Penyajian Data ............................................................................................. 65
C. Analisi Data .................................................................................................. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 95
B. Saran-saran .................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN- LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Awal Peserta Didik ................................................................. 6
Tabel 2.1 pelaksanaan Metode Diskusi Buzz Group ...................................... 21
Tabel 2.2 Perbedaan Sikap Terbuka dan tertutup .......................................... 34
Tabel 2.3 Indikator Komunikasi Interpersonal ............................................. 39
Tabel 4.1 Profil SMAN 1 Sukau ................................................................... 56
Tabel 4.2 Keadaan Guru SMAN 1 Sukau ...................................................... 60
Tabel 4.3 Keadaan Staf Tata usaha SMAN 1 Sukau ..................................... 62
Tabel 4.4 Keadaan Peserta Didik SMAN 1 Sukau ........................................ 62
Tabel 4.5Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 1 Sukau ............................. 63
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi persentase ..................................................... 74
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Mean ............................................................. 75
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Median .......................................................... 76
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Modus .......................................................... 78
Tabel 4.10 Hasil Mean Median Modus .......................................................... 78
Tabel 4.11 Nama-namaRespondenkelas IX B ............................................... 80
Tabel 4.12 Nama-namaRespondenkelas IX C ............................................... 81
Tabel 4.13 Jawaban 60 Angket Komunikasi Interpersonal ........................... 85
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Observasi
Lampiran 2 : Kerangka Interview dengan Guru PAI
Lampiran 3 : Kerangka Dokumentasi
Lampiran 4 : Indikator
Lampiran 5 : Daftar Nama Responden
Lampiran 6 : RPP
Lampiran 7 : Pengesahan Proposal Seminar
Lampiran 8 : Surat Penelitian
Lampiran 9 : Surat Pengantar Riset
Lampiran 10 : Kartu Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas
berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain sehingga dapat
mengarahkan dan membantu anak didik untuk memperoleh tujuan belajar yang
diharapkan sehingga tujuan pembelajaran tercapai.1Pembelajaran hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi
tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berprilaku kurang baik
menjadi baik.
Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan
metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan dikelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan
pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah
pencapaian tujuan pembelajaran.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal
(Sekolah) adalah lemahnya sistem komunikasi interpersonal peserta didik. Karena di
dalam komunikasi tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan peserta
didik, tetapi melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya.
1Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali, 2014) , h.1
2
Proses pembelajaran hingga saat ini masih memberikan dominasi guru dan
tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya. Di dalam pembelajaran guru harus melibatkan
anak didik untuk berkembang dan mendapat kemampuan berkomunikasi yang baik
antara guru dengan peserta didik, dan antar sesama peserta didik .
Dengan demikian sebuah ilmu pengetahuan tidak hanya di miliki oleh
pendidik tetapi peserta didik dan orang yang menuntut ilmu berhak mendapatkan
ilmu pengetahuan karena dalam agama Islam sendiri menjelaskan bahwa seseorang
yang berilmu akan mendapatkan kemuliaan baik disisi manusia maupun tuhan-Nya.
Allah akan senantiasa mengangkat derajatnya sebagaimana yang difirmankan
dalam Q.S. Al – Mujadalah : 11
Artinya “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.2
Artinya Dan tatkala Dia cukup dewasa[749] Kami berikan kepadanya
Hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. (Q.SYusuf : 22)3
2Departemen Agama R.I, Al-Qur'an dan Terjemahanya, (Surabaya: Bumi Aksara, 1989),
h.543 3Departemen Agama R.I, Al-Qur'an dan Terjemahanya, (Surabaya: Bumi Aksara, 1989),
h.237
3
Ayat di atas menjelaskan Allah akan mengangkat derajat bagi orang-orang
yang menuntut ilmu dan Allah akan memberikan hikmah dan ilmu terhadap orang-
orang yang baik.
Selain itu bahwa lemahnya sistem komunikasi peserta didik di sebabkan
proses pembelajaran yang di dominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada
pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher center sehingga siswa menjadi
pasif. Padahal kita ketahui banyak sekali macam-macam metode pengajaran yang
telah dirumuskan sebagai alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran.
Pada kenyataan selama ini pendidik lebih senang menggunakan metode
ceramah sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep
yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak di ajarkan
strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi
diri, bahkan pendidik pada saat proses belajar berlansung tidak hanya bersikap lemah
lembut saja.
Tetapi harus memikirkan metode yang akan digunakan seperti memilih waktu
yang tepat, materi yang cocok, pendekatan yang baik, efektivitas penggunaan metode
dan sebagainya. Seperti dalam halnya dapat kita jumpai kehidupan kelas yang
menunujukkan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Aktivitas belajar mengajar klasikal
b. Dengan berdiri di depan-tengah kelas, guru cenderung mendominasi kegiatan
dalam proses belajar mengajar
4
c. Hubungan langsung antara guru dengan siswa sangat kecil.
d. Siswa untuk bertingkah laku pasif, yakni datang, dengar, baca dan tulis.
Kenyataan diatas menunjukkan kadar cara “ belajar siswa aktif ” sangatlah
rendah. Tidak dapat dipungkiri bahwa siswa hampir-hampir tidak pernah terlibat
dalam proses pengambilan keputusan pengajaran.4
Untuk itu, pendidik harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang
sesuai dan dapat menciptakan suasana kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apalagi
hubungan tatap muka siswa dengan siswa hampir tidak pernah di kerjakan dengan
berbagai alasan, misalnya setting kelas tidak memungkinkan, jumlah peserta didik
terlalu besar dan sebagainya. Supaya tujuan dalam proses belajar mengajar berhasil
maka pendidik harus tepat dalam menentukan metode. Karena metode merupakan
salah satu alat untuk mencapai tujuan. Jika alat yang digunakan salah maka tujuan
yang diharapkan tidak akan tercapai.
Dari hasil observasi pada saat prasurvei terhadap guru mata pelajaran
pendidikan agama Islam, diperoleh keterangan bahwa “Saya sebagai guru PAI selama
ini di dalam menyampaikan materi masih menggunakan metode yang tradisonal yaitu
menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan latihan. Ketika saya memberikan
pertanyaan kepada siswa banyak siswa yang diam dan tidak berani berbicara dan
malu-malu dalam mengemukakan pendapat”.Sehingga proses belajar mengajar di
4 J.J. Hasibuan, et al, Proses Belajar Mengajar, (Bamdung : PT Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 88
5
kelas itu sangat monoton, menjenuhkan, membosankan dan peserta didik tidak aktif
hanya mendengarkan saja apa yang di sampaikan oleh guru sehingga kurangnya
komunikasi siswa antara peserta didikdengan guru, dan antar sesama peserta didik,
hal ini membuat siswa malu untuk bertanya.5
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan yaitu kurangnya komunikasi
interpersonal peserta didik pada saat prosese belajar mengajar yang berlangsung
didalam kelas seharusnya pendidik perlu memperhatikankan lima keaktifan
komunikasi interpersonal peserta didik antara lain: keterbukaan, ialah kesediaan
untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya dsembunyikan.
Empaty, ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi
orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain.Sikap
mendukung, yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung
secara aktif. Sikap positif, yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap
dirinya mendorong orang lain aktif, berpartisipasi dan menciptakan situasi
komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Kesetaraan, yaitu pengakuan
bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sam-sama bernilai
dan berharga, dan saling memerlukan.6
Diharapkan setiap pendidik dituntut adanya inisiatif dan kreatifitas dan
menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan dapat menerapkan
suatu metode yang baru dalam pembelajaran. Untuk itu, pendidik harus bijaksana
5Ibu Aryani Yuningsih S.Pd.I, Guru PAI, Wawancara, tanggal, 11 September 2017
6 Suranto A.W, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), h.82-84
6
dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan
kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar dapat berlangsung sesuai derngan
yang diharapkan. Karenanya, upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
tersebut harus dilakukan secara optimal dan terus menerus, secara berkelanjutan.
Tabel 1.1
Keaktifan Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas XI B
No
Nama
Keaktifan Siswa di dalam Kelas
Keterbukaan Prilaku
suportif
Prilaku
positif
Empati Kesamaan ket
1 Afri Andika K
2 Alfad Rizki G K
3 Ariz Ikhtiar K
4 Azhar Ali K
5 Beni Hendika K
6 Deni Wijaya C
7 Dodi Alfindo K
8 Efi Melinda Sari B
9 Eka Pratama P K
10 Eki Andika K
11 Elma Noviana K
7
12 Fitri Yana C
13 Guntur Saputra K
14 Izhar C
15 Lia Fitri C
16 Lili Karniawati B
17 Melini Martaria P C
18 Misri K
19 Nanda Rizki F C
20 Nurul Anisa B
21 Okti Oktriani C
22 Periyansah C
23 Rendi Rodiansyah K
24 Riki Purnama K
25 Rizal Ramli K
26 Rudi Candra K
27 Sastra Wahyudi C
28 Yongki Adi P B
Hasil pra survey siswa kelas XI B SMAN 1 Sukau Tanggal 11 September 2017
8
Berdasarkan tabel diatas dalam pengamatan keaktifan berkomunikasi siswa
masih mengalami kekurangan yang signifikan karena dikatakan komunikasi baik jika
memenuhi kriteri berikut ini yaitu: keterbukaan, empaty, sikap positif, sikap
suportif,kesetaraan. Dilihat dari keterangan ukuran-ukuran nilai dibawah ini :
a. Sangat baik (SB) : jika memenuhi kelima kriteria
b. Baik (B) : dikatakan baik jika memenuhi 3 kriteria, yaitu
keterbukaan sikap positif dan empaty7
c. Cukup (C) : belum memenuhi kriteria
d. Kurang ( K) : belum memenuhi kriteria
Dari penjelasan tabel diatas 14,2% yang sudah terampil sedangkan 85,8 %
belum terampil. Berdasarkan uraian diatas, artinya kemampuan berkomunikasi siswa
kelas XI B SMAN 1 Sukau tergolong rendah, kondisi ini menarik untuk di teliti lebih
jauh mengapa upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan keterampilan
berkomunikasi kurang optimal.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu di terapkan suatu metode
pembelajaran.Metode yang melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga
kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu
saja.Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber
informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat
meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu
yang ada terutama mata pelajaran PAI.
7Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya), h.166
9
Supaya peserta didik dapat berkomunikasi secara langsung, mengambil
keputusan bersama dan terlibat secara aktif dalam proses belajarnya, maka guru
sangatlah tepat untuk memilih metode diskusi kelompok kecil. Diskusi kelompok
kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam
interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau
pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan masalah.8
Komunikasi antara peserta didik dengan peserta didik dapat berperan aktif
terutama dalam komunikasi pada saat proses belajar mengajar tanpa ada dominasi
yang berlebihan dari kedua belah pihak. Dan juga diharapkan juga hubungan
komunikasi antara peserta didik dengan peserta didik dapat meningkat selama proses
belajar berlangsung. Melihat latar belakang di atas penulis mencoba untuk meneliti
sekaligus ingin mengetahui penerapan metode pembelajaran diskusi Buzz Group
dalam upaya meningkatkan komunikasi interpersonal siswa pada materi PAI di
SMAN 1 Sukau Lampung Barat.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Dalam
Upaya Meningkatkan Komunikasi Interpersonal peseta didik pada Materi
Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Sukau Lampung Barat.
8J.JHasibuan, Op.Cit., h.88
10
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan metode diskusi buzz group dalam upaya meningkatkan
komunikasi interpersonal peserta didik pada materi Pendidikan Agama Islam
di SMA Negeri 1 Sukau Lampung Barat?
2. Apa faktor yang mendukung dan menghambat penerapan metode diskusi buzz
group dalam upaya meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik
pada materi Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Sukau Lampung Barat?
3. Bagaimana hasil penerapan metode diskusi buzz group dalam upaya
meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik pada materi Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 1 Sukau Lampung Barat?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan penerapan metode diskusi Buzz
Group dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi Interpersonal
peserta didik pada materi Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Sukau.
2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat penerapan
metode diskusi Buzz Group dalam upaya meningkatkan kemampuan
komunikasi Interpersonal peserta didik pada materi Pendidikan Agama Islam
di SMAN 1 Sukau Lampung Barat.
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil penerapan metode diskusi Buzz Group
dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta
didik pada materi Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Sukau.
11
G. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna bagi :
1. Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan komunikasi
interpersonal peserta didik bidang pendidikan Agama Islam pada siswa kelas
XI SMAN 1 Sukau melalui melalui metode disksui Buzz Group.
2. Peserta didik
Dapat meningkatkan komunikasi Interpersonal peserta didik dengan
menggunakan metode diskusi Buzz Group khususnya materi Pendidikan
Agama Islam.
3. Sekolah
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan
kelemahan penyelenggaraan pembelajaran yang dihadapi dikelas, sehingga
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan agar diperoleh
hasil prestasi yang optimal demi kemajaun lembaga sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Diskusi Buzz Group
1. Pengertian Metode Diskusi Buzz Group
Didalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan dengan persoalan yang
mana tidak dapat dipecahkan. Akan tetapi untuk menemukan sebuah kesepakatan
perlu diadakannya sebuah musyawarah. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menganjurkan
agar segala sesuatu yang dipecahkan atas dasar musyawarah sesuai dengan Firman-
Nya Q.S Asy- Syura ayat 38
Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.1
Ayat diatas menjelaskan tentang musyawarah, didalam menyelesaikan suatu
masalah atau untuk mengumpulkan suatu pendapat maka dapat menggunakan cara
yang baik yaitu menggunakan suatu perkumpulan yaitu musyawarah. Seperti halnya
nabi Ibrahim mendidik dan menanamkan keimanan kepada kaumnya beliau juga
menggunakan diskusi.
1Departemen Agama R.I., Al-Qur'an dan terjemahnya, (Surabaya ; Bumi Aksara, 1989), 789
13
Peringatan Allah SWT agar kita mengajak ke jalan yang benar dengan hikmah
yang baik dan dengan cara berdiskusi dengan cara yang baik. dalam surat An-
Nahl:125
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.2
Ayat diatas menegaskan bahwa manusia di ajak kejalan yang benar dengan
hikmah dan diberikan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik.
Karena hanya Allah yang lebih mengetahuai siapa yang tersesat dan bagi orang-orang
yang mendapatkan petunjuk dari Allah. Setiap kesulitan dalam menyelesaikan suatu
persoalan dapat diselesaikan dengan cara yang baik.
Metode adalah seperangkat cara, dan jalan yang digunakan oleh pendidikan
dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran
atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi mata pelajaran.3
Metode diskusi adalah metode yang menghendaki agar siswa dan guru serta
dengan siswa lainnya terjadi interaksi dengan siswa dan saling tukar pengalaman dan
2Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Bumi Aksara,1989), h.281
3Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 272
14
informasi dalam memecahkan suatu masalah.Kegiatan pembelajaran dengan metode
ini mendorong siswa untuk berinteraksi dan membantu memahami pendapat yang
mungkin muncul selama kegiatan berlangsung. Kegiatan ini juga mendorong siswa
untuk menghargai perbedaan pendapat.4
Menurut Ramayulis diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua atau
lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadap muka mengenai
tujuan atau sasaran melalui cara tukar menukar informasi (information sharing)
mempertahankan pendapat (self maintenance), atau pemecahan masalah (problem
solving).5
Sedangkan menurut Surya Subroto diskusi adalah suatu percakapan ilmiah
oleh beberapa orang yang tergabung dalam suatu kelompok, untuk saling bertukar
pendapat tentang suatu masalah atau bersama- sama mencari pemecahan guna
mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Metode diskusi adalah cara
penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa
berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan
dipecahkan bersama.6
Menurut Trianto metode diskusi buzz group adalah suatu cara guru meminta
siswa untuk membentuk kelompok- kelompok yang terdiri atas 3-6 siswa untuk
mendiskusikan ide siswa pada materi pelajaran.7 Menurut Hisyam Zaini metode
4Hamzah B.Uno, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta : Bumi Aksara, 2015), h. 99
5Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 253
6Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), h. 87
7Trianto, Op.Cit, h.122
15
diskusi buzz group adalah kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk
melakukan diskusi singkat tentang suatu problem.8 Menurut Roestiyah N.K metode
diakusi buzz group adalah satu kelompok besar dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8
(delapan) kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil diminta
melaporkan apa hasil diskusi pada kelompok besar.9
Menurut Basyiruddin Usmanmetode diskusi buzz group yaitu bentuk diskusi
kelas yang dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri 3-4 orang
peserta. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran
dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah-tengah pelajaranatau di
akhir pelajaran dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan
pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.10
Sedangkan menurut Hasibuan meode diskusi buzz group adalah satu
kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari atas 4-5 orang
tempat duduk diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan
mudah.11
Menurut Ramayulis metode diskusi buzz group adalah suatu kelompok besar
yang dibagi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa. Diskusi
diadakan ditengah- tengah pelajaran atau akhir pelajaran dengan maksud menajamkan
8Hisyam Zaini et al, Strategi Pembelajaran Aktif diperguruan Tinggi, (Yogyakarta:CTSD,
2002), h.117 9Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 9
10Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta : Ciputat Pers,
2002), h. 40 11
Hasibuan, Op.Cit,h.20-21
16
kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan.12
Penulis simpulkan bahwa metode diskusi buzz group adalah suatu penyajian
bahan dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk membentuk
kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang untuk mengadakan perbincangan ilmiah
guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan masalah.
2. Kelebihan Metode Diskusi Buzz Group
a. mendorong peserta didik yang pendiam dan malu.
b. menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
c. memugkinkan pembagian tugas kepemimpinan.
d. dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual.
e. membantu mengembangkan kepemimpinan.
f. memungkinkan mengumpulkan pendapat.
g. dapat dipakai bersama metode lainnya.
h. memperluas pandangan.
3. Kelemahan Metode diskusi Buzz Group
a. Kemugkinan terjadi kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tidak tau
apa-apa.
b. Dapat memboroskan waktu,terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negatif
c. Perlu belajar apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal
12
Ramayulis, Op.Cit,h.261
17
d. Kemungkinan mendapatkan pemimpin yang lemah
e. Laporan hasil diskusi kemungkinan tidak tersusun dan baik13
4. Langkah-langkah Metode Diskusi Buzz Group
Guru memberikan apersepsi awal yang ada dalam kehidupan sehari-hari tentang
topik atau pokok bahasan yang akan dipelajari. Setelah itu guru membentuk siswa
dalam kelompok besar dan memilih satu pemimpin dari kelompok besar. Setiap
pemimpin diberikan tugas. Adapun tugas dari pemimpin kelompok adalah:
a. Pemimpin kelompok dibantu guru memecah anggota kelompoknya menjadi 3-4
kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 3 orang.
b. Pemimpin mengkoordinir anggota kelompoknya agar diskusi kelompok kecil
dan kelompok besar berjalan baik dan tepat waktu.
c. Pemimpin juga ikut membantu setiap kelompok kecil dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru.
d. Memperingatkan setiap kelompok kecil dua menit sebelumnya bahwa tugas
mereka hampir berakhir.
e. Mengundang kelompok kecil itu untuk berkumpul lagi menjadi kelompok
besar.
f. Mempersilahkan tiap kelompok kecil untuk menyampaikan hasil diskusi
mereka.
g. Mempersilahkan anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
Merangkum hasil diskusi kelompok besar.
13
Roestiyah N.K, Op.Cit, h. 6
18
5. Perencanaan diskusi Buzz Group Pada Materi PAI
Guru harus merencanakan pelaksanaan pembelajaran diskusi buzz group,sebagai
berikut :
a. Pemilihan topik atau masalah
Adapun mengenai topik-topik yang dikaitkan dengan metode diskusi
buzz group tidaklah semua tema atau materi PAI. Contoh materi yang terkait
dengan diskusi buzz group pada materi PAI. Adapun materinya antara lain ;
kompetensi dalam kebajikan, tahapan hidup manusia, iman kepada kita-kitab
Allah dll. Tema yang ditetapkan harus lebih meningkatkan pengembangan
aspek pengembangan tertentu dan penggunaan metode diskusi buzz group
memang benar-benar tepat.
b. Perencanaan dan penyiapan bahan-bahan pengait ( advance organizer).
Perencanaan yang tepat bagi pelajaran diskusi buzz group akan
meningkatkan kesempatan untuk terjadinya spontanitas dan fleksibilitas di
dalam pelajaran. Adapun penyajian bahan-bahan atau alat-alat belajar
disesuaikan dengan materi yang di ajarkan.14
c. Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai diskusi
Pemimpin merupakan suatu leader bagi anggotanya di kelas. Semua
kegiatan tergantung pada pemimpinya. Bila mana pemimpinnya aktif, kreatif,
tegas, berwibawa tentunya kegiatan diskusi tersebut akan berjalan dengan
baik. Namun apabila pemimpinnya pasif, monoton, radikal maka kegiatan
14
Hasibuan,Op,Cit,h.90
19
atau proses diskusi terlihat pasif. Adapun yang berperan sebagai pemimpin
dari seluruh kegiatan diskusi buzz group adalah guru. maka dari itu seorang
pemimpin akan lebih siap lagi kalau sudah tahu akan tugas pemimpin diskusi
dan paham serta mampu untuk melaksanakannya.
d. Penetapan besarnya kelompok
Pada umumnya jumlah personil kelompok diskusi buzz group antara
3-6 siswa. Tetapi semuanya tergantung dari kondisi dikelas. Kondisi dikelas
meliputi ruang kelas dan jumlah siswa. Jika ruang kelasnya luas dan jumlah
muridnya sedang dapat memungkinkan melaksanakan diskusi buzz group.
Tetapi jika ruang kelas sempit dan jumlah siswanya banyak tentunya tidak
dapat melaksanakan diskusi.
e. Pengaturan tempat duduk yang menyenangkan
Menggunakan setting belajar atau tempat duduk yang tepat agar
dalam pelajaran tidak membosankan dan perlu divariasi, misalnya bentuk U,
pengaturan tempat duduk digunakan oleh guru untuk ketarampilan diskusi
yang tidak jalan atau terdapat permasalahan pengelolaan prilaku siswa,
dengan posisi duduk yang bervariasi siswa pastinya akan mudah
berkomunikasi dengan sesama teman dan dengan mudah memperhatikan guru
yang sedang memimpin diskusi.dan bentuk lingkaran digunakan guru untuk
memperkecil jarak emosional dan fisik diantara peserta diskusi dan
20
memperbanyak kesempatan siswa saling bertukar pendapat secara bebas
dengan yang lain.15
6. Pelaksanaan Diskusi Buzz Group Pada Materi PAI
Pada pelaksanaan diskusi kelompok kecil, guru dapat memimpin sendiri
jalannya diskusi,namun juga bisa dipimpin oleh para peserta diskusi atas kesepakatan
bersama. Sebagai pemimpin diskusi guru seharusnya secara jelas memfokuskan
diskusi, mengendalikan siswa tetap pada jalannya diskusi, mendorong partisipasi
siswa dengan mendengarkan seluruh gagasan dan pandangan siswa, dan membantu
siswa mencatat hal- hal penting dalam diskusi.
Dalam pelaksanaan diskusi harus ada pemimpin diskusi, karena pemimpin
diskusi yang mengarahkan berjalannya suatu diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan
dengan baik. Diskusi yang dipimpin oleh guru sendiri atau peserta, perlu kiranya
ditunjuk seorang atau beberapa pencatat (notulis) diskusi.
Notulis diperlukan didalam diskusi karena notulis memiki tugas untuk
merangkum pokok-pokok masalah yang dianggap penting dari seluruh pembicaraan
selama diskusi berlangsung harus dicatat dengan sebaik-baiknya. Tugas dari notulis
yaitu mencatat seluruh pertanyaan-pertanyaan anggota kelompok, pendapat anggota-
anggota kelompoknya, merangkum pendapat-pendapat kelompoknya, menulis
kesimpulan dari hasil disklusi.
Agar memperoleh gambaran lebih jelas mengenai langkah-langkah
pelaksanaan diskusi buzz group, maka lihat table dibawah ini:
15
Ibid., h.90
21
Tabel 2.1
Pelaksanaan diskusi buzz group16
Tahapan Kegiatan Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
mengatur setting
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran khusus dan
menyiapkan siswa
untukberpartisipasi.
Tahap 2
Mengarahkan diskusi
Guru mengarahkan fokus diskusi
dengan menguraikan aturan-aturan
dasar,mengajuka pertanyaan-
pertanyaan awal,menyajikan situasi
yang tidak dapat segera
dijelaskan,atau menyampaikan isu
diskusi.
Tahap 3
Menyelenggarakan diskusi
Guru memonitor antar aksi
mengajukan pertanyaan,
mendengarkan gagasan siswa,
menanggapi gagasan, melaksanakan
aturan dasar, membuat catatan
diskusi,menyampaikan gagasan
16
Ibid .,h,125
22
sendiri.
Tahap 4
Mengakhiri diskusi
Guru menutup diskusi dengan
merangkum atau mengungkapkan
makna diskusi yang telah
diselenggarakan kepada siswa
Guru menyuruh para siswa untuk
memeriksa proses diskusi dan
berpikir siswa.
B. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi atau communicationberasal dari bahasa latin communis.
Communis atau dalam bahasa Inggrisnya (to communicate), berarti kita berada dalam
keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan. Komunikasi adalah pusat minat dan
situasi prilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seseorang
penerima dengan berupaya mempengaruhi prilaku penerima tersebut.17
Komunikasi
adalah membagi sesuatu dengan orang lain, memberikan sebagian untuk seseorang,
tukar menukar, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar
pikiran berhubungan, berteman dan lain sebagainya.18
17
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi, (Jakarta : Rineka Cipta,
2016), h.9 18
Muhammad Budyatna, Teori komunikasi Antarpribadi,( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 1
23
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Isra’ ayat 28
Artinya: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang
mudah.
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa dalm menyampaikan suatu informasi
atau ucapan maka katakanlah dengan mudah. Ayat lain yang menjelaskan tentang
komunikasi dalam Q.S An Nisa ayat 63
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di
dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.
Menurut Everret M.Rogers komunikasi adalah proses dimana suatui ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan menurut D. Lawrence Kincaid
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya
akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.19
19
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 22
24
Menurut Edwar Depari, komunikasi ialah menyampaikan gagasan, harapan,
dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan
oleh penyampaian pesan yang dtujukan kepada penerima pesan.20
Menurut John R.Sc
hemerhom komunikasi ialah komunikasi antara proses antar pribadi dalam mengirim
dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.21
Menurut Romlah komunikasi adalah proses penyampaian pesan/informasi
dari pengirim/pemberi pesan/informasi kepada penerima pesan/informasi.
Komunikais baru dikatakan efektif bila pesan tersebut dipahami oleh penerima,
sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.Informasi biasanya berupa berita
berita, keterangan keterangan, pendapat-pendapat, pokok-pokok pikiran yang perlu
disampaikan kepada masing-masing pihak yang bersangkutan.22
Menurut Lasswell komunikasi adalah sebagai proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.23
Jadi dapat ditarik kesimpulan komunikasi adalah proses pengiriman pesan
atau mentransfer informasi kepada seorang penerima dan bertukaran informasi satu
dengan yang lainnya.
Menurut Capella komunikasi interpersonal adalah komuniaksi yang
berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan
jelas.Adapun menurut Agus komunikasi interpersonal ialah interaksi tatap muka antar
20
H.A.W.Widjaja.Ilmu Komunikasi,(Jakarta:Rineka Cipta2000),h.13 21
Ibid.,h.14 22
Romlah, Pengembangan Kepribadian, ( Lampung : Fakta Press Fakultas Tarbiyah IAIN
Raden Intan Lampung, 2014), h. 69 23
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit, h.263
25
dua atau beberapa orang,dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung pula.24
Menurut Theodorson komunikasi interpersonal adalah proses pengalihan
informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-
simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok lain.25
Menurut Edi Harapan
komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah prilaku orang-orang
pada pertemuan tatap muka dalam situasi social informal dan melakukan interaksi
terfokus lewat pertukaran isyarat verbal dan nonverbal yang saling berbalasan.26
Menurut Arni Muhammad komunikasi interpersonal ialah proses pertukaran
informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya
diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.27
Menurut Hafied
Cangara komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara
dua orang atau lebih secara tatap muka.28
Menurut H.A.W Widjaja komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih didalam kelompok
kecil manusia.29
Menurut Suranto Aw komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengiriman
pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak
24
Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal &Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003),
h. 85 25
Syaiful Rohim, Op.Cit, h. 80 26
Edi Harapan, Komunikasi Antarpribadi: Prilaku Insani dalam Organisasi Pendidikan,
(Jakarta : Rajawali Pers, 2016), h. 3 27
Arni Muhammd, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),h. 159 28
Hafied Cangara, Op.Cit, h.36 29
H.A.W.Widjaja, Op.Cit, h.14
26
langsung.30
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalaha suatu
proses penyampaian pesan antara dua orang atau lebih yang dilakukan langsung
secara tatap muka, sebagai pesan yang disampaikan dapat diterima dan ditanggapi
secara langsung dalam menciptakan suatu suasana.31
Jadi dapat disimpulkan komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antar dua, tiga orang atau diantara kelompok kecil
dengan beberapa efek dari beberapa umpan balik (feed back) seketika.
Komunikasi interpersonal merupakan hal yang penting karena prosesnya
memungkinkan berlangsungnya secara dialogis, komunikasi yang berlangsung secara
dialogis selalu lebih baik, dari pada secara monologis, monolog menunjukan suatu
bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara dan yang lain mendengarkan.
Komunikasi antar pribadi menunjukan adanya interaksi karena mereka yang
terlibat komunikasi mempunyai fungsi ganda masing-masing menjadi pembicara dan
pendengar secara bergantian. Orang pertama adalah komunikator yang
menyampaikan pesan dan seseorang lagi sebagai komunikan yang menerima pesan
tersebut. Dalam komunikasi komunikator selalu memusatkan perhatiannya hanya
kepada diri seseorang komunikan, sehingga ketika dialog terjadi antara keduanya
selalu langsung serius dan intensif.32
30
Suranto Aw, Komunikais Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),h. 5 31
El Fiah, Rifda, and ice Anggralisa, “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok dengan
Pendekatan Realita untuk mengatasi Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X MAN Kruy
Lampung Barat TP 2015/2016”.KONSELI : Jurnal Bimbingan Konseling (E-Journal), 3. (2017): 77-82 32
Syaiful Rohim, Op.Cit, h. 80
27
2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal yaitu:33
a. Citra diri (Self Image)
Istilah citra diri mempunyai makna orang yang berhubungan dan
berkomunikasi dengan orang lain,dia merasa dirinya sebagai apa. Bagaimana
setiap manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status
sosialnya, kelebihan dan kekurangannya.
b. Citra Pihak Lain (The Image Of the other)
Citra pihak lain menentukan cara dan kemampuan orang
berkomunikasi pihak lain yakni orang-orang yang diajaknya berkomunikasi.
Di pihak lain, yaitu orang yang di ajak berkomunikasi mempunyai gambaran
khas bagi dirinya.
c. Lingkungan Fisik
Faktor yang satu ini mempunyai pengaruh pada komunkasi,
bagaimana sesorang suka berteriak. Pada waktu berteriak ketika berada
didalam rumah sendiri ia lebih banyak berisik ditempat pribadatan, sekalipun
orang yang diajak komunikasi itu sama misalnya anak sendiri atau tempat
kerja dikantor, dibengkel, disekolah, direstoran ia berkomunikasi dengan
gaya lain. Memang tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat
33
A.G.Lunandi, Komunikasi Mengena Meningkatkan Efektivitas Komunikasi Antar
Pribadi,(Yogyakarta:Kanisius, 1995), h.29
28
yang lain karena setiap tempat mempunyai norma sendiri yang harus ditaati,
kalau tidak mau disebut tak tahu aturan.
d. Lingkungan Sosial
Soal lingkungan ini sangat penting untuk kita pahami dalam hubungan
komunikasi dengan orang lain. Kita harus memiliki kepekaan terhadap
lingkungan tempat kita berada, memiliki kemahiran untuk membedakan
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lainnya.34
e. Kondisi
Orang tidak selama memiliki kondisi yang prima,adakalanya secara
fisik orang merasa lesu. Kondisi tersebut mempunyai pengaruh terhadap
komunikasi pengaruh tersebut bisa berupa kurang cermat dalam memilih kata-
kata, kondisi kesehatan yang buruk dan perkembangan fisik yang lambat
dapat menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah. kurang peka
terhadap perasaan pihak orang lain yang diajak komunikasi. Sementara orang
yang kondisinya fresh tentu dalam komunikasi dengan orang lain lebih baik.
f. Bahasa Badan Komunikasi tidak hanya dikirim melalui medium kita yang
diucapkan badan kita ini juga merupakan medium komunikasi, kadang-
kadang sangat efektif, kadang pula sangat samar. Para ahli dalam kinesika,
yakni bidang studi tentang bagaimana bahasa badan umumnya memesankan,
34
Ibid.,h. 30
29
agar tidak gegabah menafsirkan gerakan-gerakan tubuh sebagai berbicara
tanpa kita.35
3. Faktor-Faktor yang Mendukung Komunikasi Interpersonal
Adapun faktor yang menunjang dalam komunikasi interpersonal yaitu: 36
a. Keterpercayaan
Dalam komunikasi antar pembicara dengan pendengar harus saling
percaya,kalau tidak ada unsur saling mempercayai maka komunikasi tidak akan
berhasil. Percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal
karenamembuka saluran komunikasi. Memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi serta memperluas komunikan untuk mencapai maksudnya dan tanpa
percaya tidak ada pengertian tanpa pengertian terjadi kegagalan komunikasi
primer.
b. Adanya hubungan (Pertalian)
Selalu memperhatikan situasi,kondisi lingkungan pada waktu
komunikasi berlangsung. Misalnyasaja situasi sedang kacau, memotong
pembicaraan orang lain. Setiap orang tidak selamanya memiliki kondisi
prima,adakalanya secara fisik orang kurang merasa kurang fit kondisi
tubuhnya hal itu berdampak pada pengaruh terhadap komunikasi. Pengaruh
tersebut dapat berupa kurang teliti dalam memilih kata-kata dan orang yang
kondisinya fit tentu dalam komunikasi dengan orang lain akan lebih baik.
35
Ibid.,h. 30 36
Euis Winarti, Pengembangan Kepribadian, (Yogyakarta: Graha Ilmu & LP3I, 2007),h. 38
30
c. Kepuasan
Komuniaksi harus dapat memberikan kepuasan kepada kedua belah
pihak, baik pembicara maupun pendengarnya. Kepuasan ini dapat terjadi
apabila isi berita dapat dimengerti oleh pendengar dan sebaliknya pendengar
mau memberikan reaksi jawaban atas pembicaraan.
d. Kemampuan pihak pendengar (penerima berita)
Sebagai pengirim berita harus menggunakan bahasa yang jelas dan
mudah dimengerti oleh penerima berita sehingga tidak menyulitkan penerima
berita jangan mempergunakan istilah. Istilah yang membingungkan sehingga
kemungkinan tidak dimengerti oleh penerima berita.
e. Saluran Pengiriman Berita
Agar berhasil hendaknya digunakan saluran komunikasi yang sudah
biasa dan dikenal misalnya: majalah,bulletin,papan pengumuman,
telepon.37
Adapun komunikasi interpersonal mempunyai efek-efek yang
berbeda-beda dalam hubungan interpersonal. Tidak heran bahwa peserta didik
ketika dalam kelas sudah terjalin komunikasi antara guru dengan peserta
didik, peserta didik dengan peserta didik tentunya akan menjadi kelas yang
komunikatif.
Ada tiga hal yang dijelaskan Jalaludin Rakhmat dalam bukunya
psikologi komunikasi mengenai factor-faktor yang mendukung yaitu:38
37
Ibid.,h.39 38
Jalaluddin Rakhmat,Op.Cit, h.129
31
1) Percaya ( Trust)
Sejak tahap pertama dalam hubungan interpersonal (tahap
perkenala), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan). Percaya
menentukan efektivitas komuniaksi. Secara ilmiah percaya didefinisikan
sebagai mengandalkan prilaku orang untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang
penuh resiko. Rasa percaya juga memiliki keuntungan yaitu dapat
meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran
komunikasi,memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta
memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya dan tanpa
percaya tidak aka nada pengertian. Tanpa pengertian terjadi kegagalan
komunikasi primer.
2) Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi, orang bersikap defensif biasanya prilakunya tidak menerima,
tidak jujur dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif
komunikasi interpersonal akan gagal. Karena orang akan lebih banyak
melindungi dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi
dari pada memahami pesan orang lain
32
Menurut Jack Gibb menyebutkan ada enam prilaku yang menimbulkan
prilaku suportif yaitu:39
a) Evaluasi dan deskripsi
Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain,memuji atau
mengecam. Dalam mengevaluasi kita persoalkan nilai dan motif orang
lain. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa
menilai. Pada evaluasi umumnya menggunakan kata-kata sifat (salah,
ngawur, bodoh). Pada deskripsi biasanya menngunakan kata-kata kerja.
b) Kontrol dan Orientasi Masalah
Prilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah sikap,pendapat
dan tindakannya. Melakukan kontrol juga berarti mengevaluasi orang lain
sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Setiap orang tidak ingin
di dominasi orang lain, kita ingin menentukan prilaku yang kita senangi.
Karena itu control orang lain akan kita tolak. Orientasi masalah
sebaliknya ialah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerjasama
mencari pemecahan masalah. Dalam orientasi masalah anda tidak
mendiktekan pemecahan mengajak orang lain bersama-sama untuk
menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.
c) Strategi dan Spontanitas
Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
memengaruhi orang lain. Anda menggunakan strategi bila orang menduga
39
Ibid., h.134
33
anda mempunyai motif tersembunyai, anda berkomunikasi dengan”udang
di balik batu”. Spontanitas artinya sikap jujur dan di anggap tidak
menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan
strategi, ia akan menjadi defensif.
d) Netralitas dan Empati
Netralitas sebagai obyek bersikap netral bukan berarti objektif,
melainkan menunjukan sikap tidak acuh,tidak menghiraukan perasaan
dan pengalaman orang lain. Empati dianggap sebagai memahami orang
lain yan tidak mempunyai arti emosional bagi kita.
e) Superioritas dan Persamaan
Superioritas artinya sikap menunjukan anda lebih tinggi atau lebih
baik daripada orang lain,karena status,kekuasaan,kemampuan
intelektual,kekayaan atau kecantikan (dalam istilah islam disebut
takabbur).40
Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara
horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaantidak mempertegas
perbedaan. Status boleh berbeda,tetpai komunikasi tidak vertikalanda
tidak mengguruitetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan
persamaan mengkomunikasi penghargaan dan rasa hormat pada
perbedaan keyakinan dan pandangan (dalam istilah Islam disebut
tawadhu).
40
Ibid.,h.135
34
f) Kepastian dan provisionalisme
Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang
sendiridan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak
dapat diganggu gugat. Provisionalisme adalah kesedihan untuk meninjau
kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia adalah
tempat kesalahan. Karena itu wajar juga kalau satu saat pendapat dan
keyakinan bisa berubah.
3) Sikap Terbuka
Sikap terbuka(Open-Mindedness) amat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif, karena orang yang
memiliki sifat terbuka mampu menyampaikan informasi yang
menurutnya penting untuk disampaikan dan memiki komunikasi yang
baik terhadap informasi maupun berita yang akan disampaikan. Sikap
terbuka harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan, dan kesediaan komunikator
untuk berinteraksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan.Karakteristik orang bersikap terbuka dikontraskan dengan
karakteristik orang tertutup (Dogmatis).
35
Tabel 2.2
Perbedaan Sikap Terbuka Dan Tertutup
Sikap Terbuka Sikap Tertutup
Menilai pesan secara objektif,
denganmenggunakan data dan
keajeganlogika.
Menilai pesan berdasarkan motif –
motif pribadi. Tidak memerhatikan
logika dari proposisi. Lebih melihat
sejauh mana proposisi itu sesuai
dengan dirinya.
Membedakan dengan mudah
danmelihat nuansa.
Berpikir simplitis. Artinya berpikir
hitam putih ( tanpa nuansa ), dunia
terbagi dua yang pro-kita di mana
segala kebaikan terdapat dan yang
kontra-kita di mana segala kejelekan
terdapat.
Berorientasi pada isi Bersandar lebih banyak pada sumber
pesan (siapa) dari pada isi pesan
(apa).
Mencari Informasi dari berbagai
Sumber
Mencari informasi tentang
kepercayaan orang lain dari
sumbernya sendiri, bukan dari
sumber kepercayaan orang lain.
36
Lebih bersifat provisional dan
bersediamengubah kepercayaan
Secara kaku mempertahankan dan
memegang teguh sistem yang
dipercayainya.
4. Faktor- faktor yang Mengahambat Komunikasi Interpersonal
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam komunikasi
interpersonal, yaitu:41
a. Gangguan (Noise)
Gangguan adalah sesuatu mengganggu kejernihan perasaan dalam
proses komunikasi, sehingga seringkali pesan-pesan yang disampaikan
berbeda dengan pesan-pesan yang diterima. Menurut sifatnya ganguan dalam
komunikasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Gangguan mekanik (Mechanical, Channel Noise)
Yaitu gangguan disebabkan seluruh komunikasi atau kejadian yang
disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik seperti :
suara ribut siswa dikelas, bunyi pengeras suara.
2) Gangguan Semantik (Semantic Noise)
Yaitu gangguan yang berhubungan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaingi ke dalam pesan
melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian
41
Onong Uhjana Efendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti,2003),h.45-46
37
suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak
gangguan semantik dalam pesannya.
b. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang dalm menggapai
atau mengahayati suatu pesan orang akan menghasilkan penunjang yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya memahami
perhatian kita saja tetapi juga menentukan dengan tanggapan, perasaan,
pikiran, tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif segala perangsang yang
tidak sesuai atau bertentangan dengan kepentingan.
c. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai
dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.42
Apabila komunikasi
sesuai dengan motivasi seseorang maka komunikasi akan berjalan secara
efektif. Sebaliknya, apabila komunikasi tidak sesuai dengan motivasi yang
terpendam dalam diri komunikasi maka komunikasi tidak akan berhasil.
d. Prasangka
Prasangka dalam diri seseorang dapat timbul karena pengaruh
pengalaman yang pernah memberikan kesan tidak enak. Orang yang
memiliki prasangka tentunya belum apa-apa sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dengan
adanya sifat menantang dan berburuk sangka kepada komunikator bisa
42
Ibid., h. 47
38
memperburuk keadan. Namun jika komunikator mampu memberikan kesan
yang baik dan mampu meyakinkan komunikasi maka akan menjadi
komunikasi efektif.
5. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Dalam komunikasi interpersonal yang terpenting adalah bukan intensitas
dalam berkomunikasi namun bagaimana komunikasi itu terjalin. Bagaimana
komunikasi itu dapat berjalan dengan baik maka perlu adanya faktor pendukung.
Rakhmat Jalaluddin menyebutkan ada beberapa faktor yang menumbuhkan hubungan
komunikasi interpersonal meliputi percaya (Trust), sikap suportif, dan sikap
terbuka.43
Menurut Joseph A. Devito komunikasi interpersonal yang efektif dimulai
dengan lima kualitas umum yang perlu dipertimbangkan yang dimulai dari
keterbukaan (openness), sikap empati (empaty), sikap mendukung (supportive-ness),
sikap positif (positiveness), sikap kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan
Keterbukaan mengacu pada tiga asfek dari komunikasi antarpribadi. Pertama
komuikator yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi.
Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Ketiga, mengakui bahwa prasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah
memang milik sendiri dan bertanggung jawab atasnya.
43
Jalaluddun Rakhmat, Op.Cit, h. 166
39
2. Empati
Kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain,
dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa
yang dirasakan orang lain.
3. Sikap mendukung
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Artinya masing- masing pihak yang
bewrkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi
secara terbuka.
4. Sikap positif
Komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap
diri mereka sendiri. Dalam bentuk sikap adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat
dalam komunikais interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif,
dalam bentuk prilaku artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah relevan dengan
tujuan komunikasi interpersonal yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk
terjalin kerjasama Prasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan
Kesetaraan (Equality) Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasana
setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai berharga, dan saling mnemerlukan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
40
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
prosese pertukaran informasi yang akan memberikan umpan balik bagi pihak yang
saling berkomunikasi yaitu antara komunikator sebagai pengirim pesan dan
komunikan yang menerima pesan.
Tabel 2.3
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Siswa44
No Indikator Sub Indikator
1 Keterbukaan (Openness) a. Kesediaan untuk membuka diri
b. Kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap
stimulus
c. Mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang dilontarkan
merupakan milik sendiri
2 Empaty (Empaty) a. Merasakan apa yang dirasakan
orang lain
3 Sikap mendukung
(supportiveness)
a. Spontan, mampu menciptakan
suasana mendukung
b. Provisionalisme, mendengarkan
pandangan yang berlawanan
4 Sikap positif(Positiveness) a. Memiliki sikap positif terhadap
diri sendiri
b. Memiliki sikap positif terhadap
teman
c. Menghargai keberadaan dan
pentingnya orang lain
5 Kesetaraan (Equality) a. Tidak membeda-bedakan teman
dalam berkomunikasi
44
Ibid.,
41
6. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal
Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi dapat diuraikan sebagai berikut:
Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Arus pesan dua arah
Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara
cepat.Seorang sumber pesan, dapat berubah peran sebagai penerima pesan,
begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah berl;angsung secara
berkelanjutan.
b. Suasana nonformal
Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana
nonformal, apabila komunikasi itu berlangsung antara pejabat disebuah
instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada
hirarki jabatan, namun lebih memilih pendekatan secara individual yang
bersifat pertemanan.
c. Umpan balik segera
Komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku
komunikasi secara bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan
segera.Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan
yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal.
d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat
Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi
antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak
42
dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis.Jarak yang dekat dalam
arti fisik, artinya para pelaku sering bertatap muka, berada pada satu lokasi
tempat tertentu.Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukan
keintiman hubungan antarindividu.
e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik secara verbal maupun nonverbal
Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta
komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal
maupun nonverbal secara simultan.Peserta komunikasi berupaya saling
meyakini, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun
nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan
komunikasi.45
Menurut Bemlund ada beberapa ciri-ciri komunikasi interpersonal antara
lain, ialah :
1) Verbal dan non verbal
2) Mencakup prilaku tertentu
3) Komunikasi yang berproses pengembangan
4) Mengandung umpan balik
5) Mengikuti peraturan tertentu
6) Kegiatan aktif
45
Suranto Aw, Op.Cit, h. 15
43
7) Saling mengubah46
Dari kedua pendapatdapat simpulkan bahwa ciri-ciri komunikasi Interpersonal
yaitu :
a) Spontan dan terjadi secara kebetulan
b) Tidak bertujuan terlebih dahulu
c) Jumlah peserta dua orang atau lebih.
d) Terkadang bisa berubah sikap.
e) Sering berbalasan.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam, dalam berbagai tingkatannya, mempunyai
kedudukan yang penting dalam sistem pendidikan nasional yang bertujuan,
mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa, agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berbadan sehat,berilmu, dan cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.47
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa
46
Agus M.Hardjana,Op.Cit, h. 86-90 47
Ahmad Luviadi dan Akmaluddin, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI Melalui Metode
Demonstrasi Pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Campang Kecamatan Gisting Kabupaten
TanggamusTP. 2015/2016”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol 7, November 2016, h. 95
44
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta
penggunaan pengalaman.
2. Fungsi
Pendidikan Agama Islam disekolah berfungsi:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang siswa dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak
melalui bimbingan, pengajaran dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan perseta didik yang memiliki bakat khusus
dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga
dapat di manfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang
lain.
c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
d. Pencegahan, yaitu mewnangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangan
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
45
e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran Islam.
f. Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.48
3. Tujuan
Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,
pengahyatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan agama Islam disekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, pengahayatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara
serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara:
a. Hubungan manusi dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan sesame manusia
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
48
Ramayulis, Op.Cit, h.22
46
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi lima
unsure pokok, yaitu :
1) Al-Qur’an
2) Syari’ah
3) Akhlak
4) Tarikh
5. Pola Pembinaan
Pembinaan pendidikan agama Islam dikembangkan dengan menekankan
keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu, lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat.Untuk itu guru Agama perlu mendorong dan memantau kegiatan
pendidikan agama Islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan
pendidikan lainnya (keluarga dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan
lkesatuan tindak dalam pembinaannya.49
49
Ibid., h. 23
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengertian Metode Penelitian
Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi metode artinya cara melakukan
sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan
dan menganalisis sampai menyusun laporannya.1Sedangkan menutrut Sugiyono
secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.2
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
di amati.3Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang semata-mata
menggambarkan suatu objek untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku
secara umum. Pengertian deskriptif adalah menggambarkan atau melukiskan
Penerapan metode diskusi buzz group dalam upaya meningkatkan komunikasi
interpersonal siswa pada materi PAI di SMAN 1 Sukau Lampung Barat.
1Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian,( Jakarta : PT Bumi Aksara,
2010), h. 1 2Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2016),
h. 3 3 Lexi J. moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),
h. 3
48
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN Sukau Lampung Barat kelas XI B dan XI C
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.Penelitian ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa komunikasi interpersonal siswa kurang. Hal ini Nampak pada
siswa masih banyak siswa yang pasif dalam kemampuan berkomunikasi. Penelitian
ini akan dilaksanakan pada semester II bulan Mei 2018.
D. Sumber Data
Salah satu pertimbangan dalam menentukan masalah penelitian adalah adanya
atau ketersediaan sumber datanya.Menurut Suharsimi Arikunto sumber data adalah
subjek darimana data diperoleh.4 Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dilapangan langsung dari
sumbernya. Dalam hal ini sumber utamanya adalah kepala sekolah guru PAI
dan peserta didik SMAN 1 Sukau Lampung Barat.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang dikumpulkan oleh peneliti
sendiri sebagai penunjang sumber primer.Dalam penelitian ini yang termasuk
dalam data sekunder diantaranya adalah dokumentasi penelitian baik berupa
profil sekolah, data warga sekolah, dan data sarana prasarana.
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V( Jakarta :
PT Rineka Cipta, 2012), h. 102
49
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam proses penelitian ini,penulis menggunakan
tiga metode pengumpulan data yaitu :
1. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa
yang bisa diharapkan dari responden.5
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner (angket) berstruktur yaitu
berupa pernyataan-pernyataan yang disertai alternatif jawaban yang sudah
disediakan. Penelitian ini menggunakan skala liker, maka skor tertinggi untuk
tiap butir 4 dan skor terendah 1. Selalu (4), Sering (3), Kadang-kadang(2),
Tidak Pernah(1).6
2. Observasi
Observasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai prilaku manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Sebab dalam
observasi dapat diproleh gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial,yang
sukar diperoleh dengan metode lain. Dan observasi bisa dilakukan bila belum
5 Sugiyono, Op.Cit ,h. 142
6 Rijal Firdaos, Desain Instrumen Pengukuran Afektif, (Bandar Lampung : CV Anugrah
Utama Raharja (AURA) Anggota IKAPI, 2016), h. 99
50
banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang kita selidiki.7Adapun
jenis metode observasi dikelompokan menjadi dua bentuk sebagai berikut :
a. Observasi partisipan yaitu peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah,
tempat dilakukan observasi.
b. Observasi non partisipan yaitu dalam observasi ini peranan tingkah laku
peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang
diamati kurang dituntut.8
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian non partisipan, dimana
peneliti tidak turut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi atau
diteliti. Penelitian ini digunakan untuk mengobservasi penerapan metode
diskusi buzz group dalam upaya meningkatkan komunikasi interpersonal
siswa pada materi PAI di SMAN 1 Sukau.
3. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu tanya jawab lisan, dimana dua orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat emlihat muka yang lain
dan mendengarkan dengan telinganya sendiri.Pendapat lain menyatakan
bahwa interview adalah suatu percakapan yang diarahkan kepada suatu
masalah tertentu, dan ini merupakan Tanya jawab dengan menggunakan lisan
dua orang atau lebih dengan berhadapan secara fisik, wawancarasama dengan
7Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.106
8 Koenjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2003), h. 189
51
berbincang-bincang.9Dapat dipahami bahwa wawancara merupakan salah
satu cara untuk memperoleh informasi dengan jalan mengadakan komunikasi
langsung antara dua orang atau lebih serta dilakukan secara lisan.
Apabila dilihat dari teknik atau pelaksanaannya interview dibagi atas tiga
yaitu:
a. Wawancara terpimpin adalah wawancara yang menggunakan pokok
pokok masalah yang diteliti.
b. Wawancara tak terpimpin (bebas) adalah proses wawancara diimana
interviewew tidak sengaja mengarahkan Tanya jawab pada pokok-pokok
dari fokus penelitian interviewer.
c. Wawancara bebas terpimpin adalah kombinasi keduanya, pewawancara
hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya
dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.10
Adapun mengenai wawancara yang digunakan disini adalah
wawancara bebas terpimpin yaitu merupakan kombinasi anatara wawancara
bebas dan terpimpin. Maksudnya pewawancara hanya membantu pokok-
pokok masalah yang akan diteliti.
Adapun yang menjadi sumber data dalam wawancara ini adalah guru
agama. Interview ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang penerapan
9Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Alumni Madar Maju,
2006), h. 171
10
Cholid Narbuko, Op.Cit, h. 83-85
52
metode diskusi buzz group dalam komunikasi interpersonal, faktor penunjang
dan penghambat dalam proses pembelajaran.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa
catatan,transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda, dan
sebagainya. Dengan metode ini penulis berusaha mencari data-data dari
dokumen yang ada tentang hasil metode diskusi buzz group, sejarah
berdirinya SMAN 1 Sukau, struktur organisasi lembaga, keadaan tenaga
pengajar, keadaan sarana dan prasarana.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Nasution, analisa adalah proses menyusun, mengkategorikan data,
mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya.11
. Dalam
penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif.
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada
populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik
deskriptif dalam analisinya.12
11
S. Nasution, Metodologi Penelitian Dasar, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), h. 72 12
Sugiyono, Op.Cit, h.147
53
Analisis data kualitatif secara umum terdiri dari tiga jalur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penerikan
kesimpulan atau verifikasi.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin
lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan makin banyak, komplek dan
rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
3. Penyajian Data
Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data.Dalam penelitian kualitatif data dilakukan dalam bentuk table, grafik, phi
chard, pictogram dan sejenisnya. Melelui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah dipahami.13
4. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila
ditemukan bukti- bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
13
Sugiyona, Op.Cit, h. 341
54
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan yang diberikan selalu jelas faktualnya sehingga semuanya
dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Sedangkan metode
yang digunakan dalam analisis ini adalah metode induktif, maksudnya bahwa
kita berangkat dari kaksus-kasus yang bersifat khusus berdasarkan
pengalaman yang nyata yang meliputi ucapan, prilaku, subyek penelitian dan
situasi lapangan peneliti, kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, dan
teori yang bersifat umum.14
14
Dede Mulyono, Metodologi, Penelitian Ilmiah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
h.156
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Profil SMAN 1 Sukau Lampung Barat
1. Sejarah berdirinya SMAN 1 Sukau Lampung Barat
Pada tahun 2004, berdasarkan keputusan Bupati Lampung Barat
No.B/KPTS/IV.07/2004 tanggal 07 Juni 2004, tentang Penetapan Status Defenitif
Negeri Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukau Lampung Barat resmi berdiri dengan
Kepala Sekolah yang pertama yaitu Bapak Drs. Purwanto. SMA Negeri 1 Sukau
berdiri diatas tanah seluas 9,825 M yang merupakan hasil hibah dari Bapak R.A
Sulastri Alm pada tanggal 4 Desember 2003 kepada Bapak Ir. Erwin Nizar Selaku
Bupati Lampung Barat pada waktu itu untuk didirikan SMA berstatus Negeri.
Berdiri diwilayah pedesaan yang merupakan perbatasan antara Kabupaten
Lampung Barat (Provinsi Lampung) dan Kabupaten Oku Selatan (Provinsi Sumatera
Selatan) menjadikan SMA Negeri 1 Sukau mempunyai siswa yang beraneka ragam
suku. 80% siswa SMA Negeri 1 Sukau merupakan siswa dengan ekonomi dibawah
rata-rata, sedangkan 20% berada pada rata-rata ekonomi sedang. Hal ini dikarenakan
orang tua siswa mengandalkan perkebunan tahunan berupa kopi dan sayuran.
57
Tabel 4.1
PROFIL SEKOLAH1
NO IDENTITAS SEKOLAH
1 Nama Sekolah SMA Negeri 1 Sukau
2 NPSN/ NSS 10803537 / 301120412009
3 Jenjang Pendidikan SMA
4 Status Sekolah Negeri
5 Alamat Jln Lintas Lombok
6 Nama Dusun Buay Betanding
7 Desa / Kelurahan Pagar Dewa
8 Kode Pos 34879
9 Kecamatan Sukau
10 Lintang /Bujur 4.9120000/104.0175000
11 SK Pendirian Sekolah B/130/KPTS/IV.07
12 Tgl SK Pendirian 2004-06-07
13 Status Kepemilikan Pemerintah Daerah
14 SK Izin Operasional B.130/KPTS/IV.07/2004
15 Tgl SK Izin Operasional 2004-06-10
16 SK Akreditasi 161/BAP-SM/12-
LPG/RKO/2014
17 Tgl SK Akreditasi 2014-11-04
18 No Rekening BOS 0296328181
19 Nama Bank BNI
20 Cabang /KCP Unit Liwa
21 Rekening Atas Nama SMAN 1 Sukau
22 Luas Tanah 18000 M2
23 NPWP 008144800326000
1Di ambil dari Dokumentasi Sekolah tanggal 10 mei tahun 2018
58
2. Visi dan Misi
Adapun Visi SMA Negeri 1 Sukau Lampung Barat adalah
TERDIDIDK
KREATIF, INOVATIF BERDASARKAN IMAN DAN TAKWA
DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Adapun Misi SMA Negeri 1 Sukau adalah
1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif
2) Meningkatkan kerukunan antar warga sekolah
3) Menumbuhkan kembangkan potensi diri siswa untuk berkembang lebih baik
4) Meningkatkan peran orang tua dan masyarakat dalam pendidikan
5) Menyediakan fasilitas sarana prasarana pembelajaran agar tercipta
pembelajaran yang berkualitas dengan prestasi memadai
6) Mewujudkan lingkungan yang “RIBAH” yakni Rindang, Indah, Bersih, Aman
dan Harmonis2
a. Tujuan Sekolah
1) Terwujudnya iklim belajar yang kondusif, efektif, efisien, kreatif,
inovatif, dan menyenangkan
2) Terwujudnya kerukunan antar warga sekolah dan antara warga sekolah
dengan masyarakat
2Di Ambil dari DokumentasiSekolahPada Tanggal 10 Mei 2018
59
3) Terpenuhinya 80%-100% tenaga pendidik dan kependidikan,
pengadaan dan pemanfaatan sarana gedung dan sumber belajar di
perpustakaanm laboratorium, serta praktik dilapangan.
4) Terlaksananya manajemen berbasis sekolah secara utuh sehingga 95-
100% guru dan warga sekolah dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya secara optimal, kondusif dan sejahtera.
5) Terwujudnya 95-100% kehidupan beragama dan berbudaya melalui
pelaksanaan tata tertib warga sekolah
6) Tercapainya 100% lulusan dengan peningkatan:
a) Nilai UN setiap tahun 0,5 sampai 1%
b) Diterima di PTN dengan tes dan non tes 5-10% dan PTS 40%
c) Kemandirian 20-50% keunggulan likal dan nasional
60
3. Struktur Organisasi SMAN 1 Sukau Lampung Barat
Secara fungsional struktur organisasi SMAN 1 Sukau Lampung Barat dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Struktur Organisasi SMAN 1 Sukau Lampung Barat3
3Di ambil dari Dokumentasi Sekolah tannggal 10 Mei tahun 2018
WAKA KESISWAAN
Hasan Asnawi, S.Pd
KETUA KOMITE
H.Azrim Alwi
KEPALA
SEKOLAH
Drs. Haikan. M.M
KEPALA TATA USAHA
Yupzon
SISWA
BIMBINGAN KONSELING
Muaddin
WAKA KURIKULUM Riza Uldin Alskhyari,
S.Pd
DEWAN GURU
61
4. Keadaan Guru dan Staf Tata usaha SMAN 1 Sukau Lampung Barat
Tabel 4.2
Keadaan Guru dan Staf Tata Usaha SMAN 1 Sukau Lampung Barat4
No Nama L/P Pendidikan Jabatan
1 Drs. Haikan, M.M L S2 Kepala Sekolah
2 Yuniarna, S.Pd P S1 Guru Bahasa
Indonesia
3 Hendri Ali, S.Pd L S1 Guru
Penjasorkes
4 Tutiara Suryati,S. Sos P S1 Guru Ekonomi
5 Hasan Asnawi, S.Pd L S1 Guru Geografi
6 Tevi Fitri Y, S.Pd P S1 Guru Bahasa
Indonesia
7 Erhason Wafa, S.Pd L S1 Guru Sejarah
8 Riza Uldin, S.Pd L S1 Guru Fisika
9 Hartati, S.Pd P S1 Guru Biologi
10 Aan Sudiyanto, S.Pd L S1 Guru PKn
11 Vina Alfariani, S.Pd P S1 Guru Bahasa
Inggris
12 Yuniarti, S.Pd P S1 Guru
4Di ambil dari Dokumentasi Sekolah tanggal 10 Mei tahun 2018
62
Matematika
13 Rovensis, S.Kom L S1 Guru Komputer
14 Rifki Afriza, S.Pd L S1 Guru Geografi
15 Yulita, S.Pd P S1 Guru Biologi
16 Marzawati, S.Pd P S1 Guru Bahasa
Inggris
17 Hendri Hawari, S.Pd L S1 Guru Sejarah
18 Muadin Ys L D3 Guru BK
19 Rus Riyanti, S.Pd.I P S1 Guru BK
20 Heni Farida, S.Pd P S1 Guru Ekonomi
21 Medri saputra, S.Pd L S1 Guru penjas
22 Aryani Yuningsih, S.Pd P S1 Guru PAI
23 Destina Diard, S.Pd P S1 Guru
Matematika
24 Lisnawati, S.Pd P S1 Guru Sosiologi
25 Thieo Arietama, S.Pd L S1 Guru BK
26 Fitri Yuliza, S.Pd P S1 Guru Kimia
27 Tuti Alawiyah, S.Pd P S1 Guru PAI
28 Ida Royani, S.Pd P S1 Guru PKn
29 Edi Susanto, S.Pd L S1 Guru PKn
30 M. Suyono, S.Pd L S1 Guru Penjas
63
31 Rosita, S.Pd P S1 Guru Seni
32 Ahmadi, S.Pd L S1 Guru Mulok
33 Reni, S.Pd P S1 Guru Seni
Tabel 4.3
Jumlah Tenaga Pendukung meliputi Staf TU( Tenaga Keuangan, Administrasi,
Satpam) Teknisi, dan Perpustakaan5
No Nama Status
Kepegawaian
Keterangan
1 Yupzon PNS Kaur TU
2 RM Andaliana Honorer Staf TU
3 Marsudi Honorer Staf TU
4 Dediyanto Honorer Staf TU
5 Ahsanta Honorer Staf TU
6 Deti Honorer Staf TU
7 Marodi Honorer Staf TU
5. Keadaan Peserta Didik SMAN 1 Sukau Lampung Barat
Tabel 4.4
Keadaan Peserta Didik SMAN 1 Sukau Lampung Barat
Kelas 2015/2016 2016/2017 2017/2018
L P J L P J L P J
X 63 65 128 63 65 128 107 70 177
XI IPS 13 19 32 14 18 32 39 25 64
IPA 46 44 70 46 44 90 22 53 75
XII IPS 13 17 30 13 17 30 34 62 62
IPA 36 35 71 36 35 71 22 40 62
Jumlah 163 192 351 172 179 351 50 94 440
5Di ambil dari Dokumentasi Sekolah tanggal 10 Mei tahun 2018
64
6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 1 sukau Lampung Barat
Keadaan sarana dan prasarana di SMAN 1 Sukau Lampung Barat dikatakan
relative baik dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar dilembaga
tersebut. Untuk lebih jelasnya keadan sarana dan prasarana pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 1 Sukau Lampung Barat6
No Jenis sarana dan
Prasarana
Jumlah Keadaan
1 Ruang kelas belajar 1 2 ruang Baik
2 Ruang kantor 1 unit Baik
3 Ruang guru 1 buah Baik
4 Ruang perpustakaan I buah Baik
5 Laboratoriumn fisika 1 unit Baik
6 Laboratorium
biologi/kimia
1 unit Baik
7 Laboratorium
komputer
1 unit Baik
8 Laboratorium
multimedia
1 unit Baik
9 Ruang BK 1 unit Baik
10 Mushola 1 unit Baik
11 Ruang sanggar seni 1 unit Baik
12 WC Guru 2 unit Baik
13 WC Murid 4 unit Baik
6Di ambil dari Dokumentasi Sekolah tanggal 10 Mei tahun 2018
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian sebagaimana terurai pada Bab IV, kiranya untuk
menandai akhir dari penulisan skripsi ini ditarik beberapa kesimpulan penting sebagai
jawaban atas masalah-masalah penelitian. Hasil penelitian yang di paparkan, maka
dapat disimpulkan, bahwa :
1. Penerapan metode diskusi buzz group dalam upaya meningkatkan komunikasi
interpersonal peserta didik telah dilaksanakan oleh pendidik di SMAN 1 Sukau
Lampung barat antara lain tahap 1 guru menyampaikan tujuan pembelajaran,tahap
2 guru mengarahkan diskusi, tahap 3 guru menyelanggarakan diskusi,dan tahap
ke 4 yaitu menutup diskusi dengan merangkum hasil diskusi.
2. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode diskusi buzz
group dalam meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik diantarnya
yaitu suasana kelas yang menyenangkan, selain itu faktor pendukung lainnya
yaitu suara pendidik yang tegas serta kondisi fisik peserta didik yang fress, kelas
yang bersih, dan peserta didik yang bersemangat. Faktor penghambatnya antara
lain terjadinya kelompok yang terdiri dari orang yang tidak tau apa-apa, dan
mendapatkan pemimpin yang lemah, siswa, selain itu hambatan lain dalam
penerapan metode suara ribut dari kelas sebelah sehingga pesan yang diterima
komunikan kurang jelas.
90
3. Mengenai hasil yang dipakai oleh peserta didik mengenai metode diskusi buzz
group dalam upaya meningkatkan komunikasi interpersonal peserta didik SMAN
1 Sukau dikatakan meningkat. Dilihat dari hasil akhir diperoleh hasil 70% dengan
kategori Baik. Ada perubahan secara individual dari peserta didik, memiliki
keberanian mental untuk tampil berbicara, siswa mampu menjadi lebih cakap
dalam komunikasi dan kreatif dalam memahami suatu permasalahan, sehingga
dapat membantu dalam proses berlajar mengajar.
4. Saran
1. Bagi Lembaga Sekolah
Diterapkan metode diskusi buzz group kepala sekolah hendaknya menyuplai
atau melengkapi sarana dan prasarana mengenai belajar yang emndukung
kegiatan ini supaya belajar mengajar tidak monoton.
2. Bagi guru
Dalam belajar mengajar pendidik harus memahami karakter setiap peserta
didik hal ini memiliki fungsi dapat menanggulangi setiappeserta didik yang
malas serta kurang perhatian dalam proses belajar mengajar. Dengan diterapkan
metode diskusi buzz group, seorang guru diharapkan lebih meningkatkan hasil
pengaruhnya dengan didampingi menguasai psikologi belajar, hal ini memiliki
tujuan supaya metode yang disampaikan tidak hanya sebatas formalitas saja.
Supaya dalam proses belajar bisa berjalan efektif dan efisien.
91
3. Bagi siswa
Dengan diterapkan metode diskusi buzz group peserta didik lebih banyak
berlatih berkomunikasi baik bersifat personal maupun interpersonal tujuannya
agar mudah menjalin hubungan yang komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
A.G.Lunandi, Komunikasi Mengena Meningkatka Efektivitas Komunikasi antar
pribadi, Yogyakarta : Kanisius, 1995.
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Yogyakarta:
Kanisius, 2003.
Ahmad Luviadidan Akmaluddin, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI Melalui
Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Campang Kecamatan
Gisting Kabupaten Tanggamus TP. 2015/2016”. Al Tazdkiyah Jurnal
Pendidikan Islam, Vol 7, November 2016.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta Rajawali Pers, 2012.
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: BumiAksara, 2005.
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta :Ciputat Pers, 2002.
Dede Mulyono, Metodologi, Penelitian Ilmiah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.
Edi Harapan, Komunikasi Antarpribadi : Prilaku Insani dalam Organisasi
Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers, 2016.
El Fiah, Rifda, and ice Anggralisa, “Efektivitas Layanan Konseling Kelompok
dengan Pendekatan Realita untuk mengatasi Komunikasi Interpersonal Peserta
Didik Kelas X MAN Kruy Lampung Barat TP 2015/2016”. KONSELI :Jurnal
Bimbingan Konseling (E-Journal), 3. 2017.
EuisWinarti, Pengembangan Kepribadian, Yogyakarta: GrahaIlmu, 2007.
H.A.W.Widjaja.Ilmu Komunikasi, Jakarta : RinekaCipta, 2000.
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Hamzah B.Uno, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta : BumiAksara, 2015.
Hasibuan, et al. Proses Belajar Mengajar, Bandung : Rosda, 2008.
Hisyam Zaini et al, Strategi Pembelajaran Aktif diperguruan Tinggi,Yogyakarta:
CTSD, 2002.
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya ,2005.
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Tanggerang : Publishing Group, 2011.
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : Alumni Madar
Maju, 2006.
Koenjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
Muhammad Budyatna, Teori komunikasi Antarpribadi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011.
Nasution, Metode Research, Jakarta: BumiAksara, 1996.
Onong Uhjana Efendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 2003.
Ramayulis, IlmuPendidikan Islam, Jakarta: KalamMulia, 2002.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: KalamMulia, 2005.
Rijal Firdaos, Desain Instrumen Pengukuran Afektif, Bandar Lampung : CV Anugrah
Utama Raharja (AURA) Anggota IKAPI, 2016.
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :Rineka Cipta, 2012.
Romlah, Pengembangan Keperibadian, Lampung :Fakta Press Fakultas Tarbiyah
IAIN Raden Intan Lampung, 2014.
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta :Rajawali, 2014.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004.
S. Nasution, Metodologi Penelitian Dasar, Jakarta :Bulan Bintang, 1994.
Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : CV. Alfabeta, 2015.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta :Graha Ilmu, 2011.
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :Rineka Cipta, 2013.
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi, Jakarta :Rineka
Cipta, 2016.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007.