App

Embed Size (px)

DESCRIPTION

App

Citation preview

Borang Portofolio Kasus Bedah

Topik : Apendisitis Akut

Tanggal (kasus) :10 Maret 2015Presenter :dr. Kristanti Andarini

Tanggal Presentasi : 18 Maret 2015Pembimbing :dr. Ami Novianty/ dr. Wildan DS, Sp. B, FinaCs

Tempat Presentasi :Ruang Presentasi Rumah Sakit Bhayangkara Balikpapan

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Wanita, usia 26 th, nyeri perut kanan bawah, leukosit 10.300 / mm3

Tujuan :Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos

Data Pasien :Nama : Nn.S,26 tahun, BB : 50 kg, TB : 155cmNo. Registrasi : 17.46.16

Nama Unit Pelayanan : RSHD SamarindaTelp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Apendisitis Akut / Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat demam (+), mual (+), muntah (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas di titik McBurney, Rovsing sign (+), Obturator sign (+), Psoas sign (+). Pada pemeriksaan rectal toucher ditemukan nyeri tekan pada arah jam 9 dan jam 11.

2. Riwayat Pengobatan : Pasien sering mengkonsumsi obat penghilang nyeri yang dijual bebas di warung bila timbul gejala sakit perut atau sakit kepala. Riwayat Maag (+)

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.

5. Riwayat Pekerjaan : Pasien seorang ibu rumah tangga.

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.

7. Riwayat Imunisasi : Pasien lupa

8. Lain-lain : Leukosit 10.300 / mm3, CT : 10,BT : 3 Ur: 20, Cr: 0,8 HbsAg (-)

Daftar Pustaka : 1. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640- 645. Jakarta: EGC.2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid II. Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius.3. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 20084. Modul Kepaniteraan Klinik Bedah. Apendisitis Akut. Bagian Ilmu Bedah FK Unand. 2002.

Hasil Pembelajaran :

1. Apendisitis Akut

2. Penegakan diagnosa apendisitis

3. Tatalaksana apendisitis

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subjektif : Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa semakin hebat sejak 1 hari ini. Demam ada sejak 2 hari yang lalu, tidak menggigil, tidak terus menerus, dan tidak berkeringat. Nafsu makan berkurang semenjak sakit. Mual tidak ada, muntah tidak ada. Riwayat sakit maag ada. BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu. BAK tidak ada kelainan. Pasien sering mengkonsumsi obat antasida apabila maag kambuh.

2. Objektif :Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6 Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 88x/menit Frekuensi Nafas : 22 x/ menit Suhu : 37,90 C

Status Internus Kepala : Tidak ada kelainan Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Kulit : Turgor kulit baik Thoraks ParuInspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kananPalpasi : Fremitus kiri sama dengan kananPerkusi : Sonor di kedua lapangan paruAuskultasi : Vesikuler, rhonki ---/---, wheezing ---/--- JantungInspeksi : Iktus cordis tidak terlihatPalpasi : Iktus cordis teraba di linea midclavicula sinistra ICS VPerkusi : Batas jantung normalAuskultasi : S1 S2 reguler, suara jantung tambahan tidak ada AbdomenInspeksi : CembungPalpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium, nyeri tekan (+) di titik McBurney, rovsing (+),Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler (-), Tidak teraba massa di perut kanan bawahPerkusi : TimpaniAuskultasi : Bising usus (+) normal Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik Rectal Toucher : Anus : massa (-) Sfingter : menjepit kuat Mukosa : licin Ampula : tidak teraba massa, nyeri pada arah jam 9 dan 11 Handschoen : darah (-), feses (+)

Laboratorium:Tanggal 10 Maret 2015 Hb : 11,5 gr/dl Leukosit : 10.300/mm3 Trombosit : 306.000/mm3 Hematokrit : 37% CT : 10 BT : 3 Ureum : 20 mg/dl Kreatinin : 0,8 mg/dl GDR : 83 mg/dl Gol. Darah : AUSG AbdomenVu: Normal,mucosa outlining regularUterus : Volume,bentuk normal, GS(-),IUD (-)Cecum: Bentuk normal,infiltrat pericaecum nihilApendiks: terlihat berdiameter 10-11 mmUsus: berdiameter normal, gas bubble intra lumen usus normalAscites: intra cavum pelvis nihilKesimpulan: Apendisitis Akut

3. Assesment (penalaran klinis) :Definisi Apendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks vermiformis, penyebab sumbatan lumen yang paling sering adalah fecolit, diikuti hiperplasia jaringan limfoid submukosa yang dikenal dengan gut associate limphoid tissue (GALT), tumor, parasit usus atau benda asing seperti biji buah-buahan atau bubur barium dari pemeriksaan radiologi sebelumnya. Faktor lain yang sangat berperan dalam perjalanan penyakit apendisitis akut adalah kuman dalam lumen appendiks. Kuman yang ada dalam lumen apendiks sama dengan kuman yang ada di dalam kolon, seperti kuman E.coli, Klebsiella, Pseudomonas, Peptostrepcoccus, dll. Setelah terjadi obstruksi lumen, apendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup yang disebut closed loop, di dalam lumen akan terjadi penumpukan sekret apendiks dan pada saat bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman-kuman dalam lumen, yang mengakibatkan terjadinya reaksi peradangan dan distensi apendiks. Distensi ini mengakibatkan bendungan aliran limfe, aliran vena dan arteri, yang pada akhir proses peradangan ini akan mengenai seluruh dinding apendiks.Patogenesis Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan apendiks, yang mengalami iritasi baru mukosa dari apendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat distensi dari apendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal. Jika reaksi peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya proses supuratif akibat ekspansi kuman ke dinding disebut apendisitis supurativa. Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang mengalami gangren makan disebut apendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak dilakukan pertolongan akan menjadi apendisitis perforasi. Perjalanan penyakit appendisitis akut bisa terhenti pada stadium akut fokal, namun mukosa yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam proses penyembuhannya, sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar pusar berulang, secara patologi stadium ini disebut apendisitis kronis. Pada stadium supuratif gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh yang baik yang salah satu tandanya adanya proses pendindingan dari appendiks yang meradang oleh omentum (walling off) makan akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan bawah yang disebut apendisitis infiltrat.Manifestasi Klinis Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik, nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki. Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.

Pemeriksaan Fisik Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney. Nyeri lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Pada apendisitis retrosekal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Dengan pemeriksaan Rectal Toucher akan ditemukan nyeri tekan pada arah jam 11. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Rigiditas psoas dapat ditemukan bila appendiks letak retrosekal, terutama bila apendiks melekat pada otot psoas. Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada kebannyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.Diagnosis Gejala dan pemeriksaan fisik apendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score. Skor AlvaradoSemua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor 6. Selanjutnya dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut.

CharacteristicScore

M = Migration of pain to the RLQ1

A = Anorexia1

N = Nausea and vomiting1

T = Tenderness in RLQ2

R = Rebound pain1

E = Elevated temperature1

L = Leukocytosis2

S = Shift of WBC to the left1

Total10

Keterangan:0-4 : kemungkinan Apendisitis kecil5-6 : bukan diagnosis Apendisitis7-8 : kemungkinan besar Apendisitis9-10 : hampir pasti menderita Apendisitis Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan penilaian Alvarado score:Migration of pain: 1Anorexia: 1Nausea/vomiting: -RLQ tenderness: 2Rebound: 1Elevated temperatur: 1Leukocytosis: 2Left shift: -Total points: 8Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini kemungkinan besar menderita Apendisitis akut.

Penatalaksanaan

Bila diagnosis apendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah apendiktomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada apendisitis yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Apendisitis : Puasakan Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala.Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik. Pertimbangkan KET terutama pada wanita usia reproduksi. Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan Laparotomi Rujuk ke dokter spesialis bedah. Antibiotika preoperatifPemberian antibiotika preoperatif efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post operasi. Diberikan antibiotika broadspektrum dan juga untuk gram negatif dan anaerob. Antibiotika preoperatif diberikan dengan order dari ahli bedah. Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides. Perawatan appendisitis tanpa operasi Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk Appendisitis akut bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi

PrognosisKematian dari apendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat 2,9 per 100.000 pada awal tahun 90 an, dengan 0,2 per 100.000 pada tahun 2000. Diantara faktor-faktor yang bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan produk darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah apendiks perforasi sebelum bedah dan usia pasien.

4. Plan : DIAGNOSIS KERJAApendisitis Akut TERAPI IVFD Ringer Laktat 30 tts/mnt Inj Cefotaxime 2x1 gr IV Inj Antrain 3x1 ampul In Ranitidin 2x1 amp IV

RENCANA Apendiktomi Emergency FOLLOW UPSelesai dilakukan apendiktomi emergency dalam spinal anestesi tanggal 11 Maret 2015 Anjuran post op sbb: Immobilisasi Sementara puasa Awasi tanda tanda vital Jika BU(+) boleh minumPendidikan :Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya penyakit yang dideritanya dan menjelaskan tindakan yang seharusnya diambil jika anggota keluarga yang lain mengalami gejala-gejala awal appendisitis akut.Konsultasi : Pada saat ini belum dibutuhkan konsultasi. Kontrol :

KegiatanPeriodeHasil yang Diharapkan

Kontrol post-operasiTiga hari setelah pulang dari rumah sakit, dan jika diperlukan kunjungan lagi tiga hari berikutnyaHasil operasi sesuai yang diharapkan dan tidak ada komplikasi yang timbul

NasihatSetiap kali kunjunganKualitas hidup pasien membaik

1