Click here to load reader
Upload
bli-jul-pande
View
1.229
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MATERI DISAMPAIKAN OLEH PAK DANA
Citation preview
1
ARAH KEBIJAKSANAAN PARISADA
TENTANG PEMBINAAN UMAT HINDU DI INDONESIA
OM SWASTYASTU,
PENDAHULUAN
Parisada Hindu Dharma sebagai majelis tertinggi umat Hindu Indonesia bersifat
keagamaan dan independent mempunyai visi untuk mewujudkan masyarakat Hindu
dengan keyakinan, komitmen, dan kesetiaan yang tinggi terhadap ajaran agama Hindu
menuju kesejahteraan lahir dan batin (Moksartham Jagadhitaya).
Untuk mewujudkan visi tersebut Parisada mengemban misi (AD pasal 6) sebagai
berikut :
1. Mengupayakan penyebarluasan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang
tatwa, susila, dan acara Hindu secara luas dan merata kepada segenap umat.
2. Mengupayakan tercapainya kehidupan etika, moral, dan spiritual yang tinggi
dalam mendukung pencapaian tujuan hidup berdasarkan dharma.
3. Mengupayakan tumbuhnya wawasan dan solidaritas intern keumatan serta antar
umat yang berskala nasional maupun internasional.
Di dalam menjalankan misi tersebut, Parisada mengemban fungsi :
a. Menetapkan Bhisama.
b. Mengambil keputusan di bidang keagamaan dalam hal ada perbedaan penafsiran
ajaran agama dan atau dalam hal terdapat keragu-raguan mengenai masalah
tersebut.
c. Memasyarakatkan ajaran Veda, Bhisama, dan keputusan-keputusan Parisada.
Dewasa ini telah terjadi fenomena kehidupan keberagamaan Hindu di Indonesia yang
beranekaragam baik yang berkaitan dengan tradisi sosiokultural (kehidupan
kemasyarakatan) maupun tradisi ritual.
Dalam tatanan praksisnya sering terjadi ambivalensi, dimana pada satu sisi seremonial
dan ritual keagamaan semakin marak namun disisi lain penyimpangan terhadap nilai-
nilai etika, moral, dan spiritual juga menonjol. Ajaran Hindu mengakui kemungkinan
pelaksanaan keberagamaan yang beragam (dikenal dengan Desa mawacara) menurut
“Desa – Kala – Patra“.
Masalah lain yang juga harus mendapat perhatian adalah bidang pendidikan,
pemberdayaan umat, dan organisasi.
2
Sehubungan dengan itu diperlukan adanya arah kebijakan dalam pembinaan umat
Hindu agar terwujud kesamaan visi dan persepsi tentang kehidupan keberagamaan
berdasarkan ajaran suci Veda yang sekaligus mampu mengoordinasikan pluralitas –
multikulturalisme Indonesia guna mewujudkan kerukunan hidup, serta menghadapi
tantangan global dewasa ini.
DASAR KEBIJAKAN
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Parisada (AD Ps 5 dan 6) serta
memberdayakan fungsinya sebagaimana ditetapkan pada pasal 7 Anggaran Dasar
Parisada, maka arah kebijakan dalam pembinaan umat tidak boleh keluar dari konteks
AD & ART Parisada dalam arti luas. Ini berarti bahwa semua produk yang dihasilkan
dalam kerangka memenuhi ketentuan AD & ART wajib menjadi acuan dalam
pembinaan umat.
Dengan demikian seluruh produk seperti Bhisama, Ketetapan dan Keputusan Maha
Sabha, Keputusan Pesamuhan Agung, Keputusan Pengurus Parisada Pusat, adalah
produk kebijakan yang wajib dipedomani oleh setiap organisasi, lembaga / badan,
forum, yayasan, sampradaya, dan komunitas umat Hindu. Dasar kebijakan itu
meliputi :
1. Ketetapan Mahasabha VIII Tahun 2001 nomor: III/TAP/M.Sabha VIII/2001
tentang Tata Keagamaan, dan nomor: IV/TAP/M.Sabha VIII/2001 tentang
Pengamalan Dharma Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara serta Ketetapan
Maha Sabha IX Tahun 2006 nomor: III/TAP/M.Sabha IX/2006 tanggal 17
Oktober 2006 tentang Pedoman Dharma Bhakti Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.
2. Bhisama-Bhisama Sabha Pandita sebagai tindak lanjut dari ketetapan nomor: III
dan IV Mahasabha VIII Tahun 2001, serta ketetapan nomor: II dan IV Mahasabha
IX Tahun 2006.
3. Hasil-hasil Pesamuhan Agung Parisada Tahun 2000, 2002, 2003, 2005, 2007, dan
2008 yang terkait dengan masalah kehidupan keberagamaan, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta yang berkaitan dengan pendidikan.
4. Beberapa Ketetapan dan Keputusan Parisada sebelum tahun 2000 yang masih
relevan dengan situasi masa kini.
Disisi lain, kebijakan pembinaan wajib tunduk kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik ketentuan dalam UUD
1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Bersama Menteri, maupun
peraturan pada tataran dibawahnya, yang mengatur kehidupan masyarakat dan atau
sosial keagamaan, seperti :
1. UU Penetapan Presiden Nomor: 1 Tahun 1965 tentang pencegahan
Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama.
2. UU Nomor: 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3. UU Nomor: 8 Tahun 1985 tentang organisasi Kemasyarakatan.
3
4. UU Nomor: 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
5. UU Nomor: 20 Tahun 2003 tentang sistim Pendidikan Nasional.
6. UU Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
7. UU Nomor: 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
8. UU Nomor: 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan Nasional.
9. Peraturan Pemerintah Nomor: 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No.23
Tahun 2006.
10. Peraturan Pemerintah Nomor: 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan.
11. Peraturan Bersama Menag Nomor: 9 dan Mendagri Nomor: 8 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan FKUB, dan Pendirian
Rumah Ibadat.
12. Peraturan Pemerintah Nomor: 12 Tahun 2006 tentang Forum Kewaspadaan Diri
Masyarakat.
13. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor:1 Tahun
1979 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri
Kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia.
14. Surat Keputusan dan atau Surat Edaran lainnya, baik dari Menteri maupun Dirjen
yang berkaitan dengan masalah kehidupan keberagamaan.
Selanjutnya mengenai penetapan Bhisama dan Keputusan dibidang keagamaan dalam
menyikapi masalah aktual maupun dalam menyelesaikan perbedaan dalam penafsiran
pelaksanaan ajaran agama, serta untuk mengatasi keragu-raguan mengenai suatu
ajaran agama, maka diadakan pengkajian dengan menggunakan Agama Pramana,
Anumana Pramana, Pratyaksa Pramana, dan berpegang teguh pada sumber hukum
Agama Hindu, yaitu Veda (Sruti), Smrti (Dharmasastra), Sila (Suriteladan orang
suci), Acara (Tradisi Suci), Atmanastuti (keheningan hati).
Penyusunan arah kebijakan didasari atas tugas pokok Parisada sebagaimana tertera
didalam pasal 7 ayat (3) Anggaran Dasar Parisada, yaitu:
a. Melayani umat dalam meningkatkan sradha dan bhakti sesuai kitab suci Veda.
b. Meningkatkan pengabdian dan peranan umat Hindu dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Mengembangkan dan memelihara kerukunan, keserasian, keharmonisan intern,
dan antar umat beragama.
4
d. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan setiap badan, organisasi,
lembaga yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan baik
nasional maupun internasional.
Dengan demikian dapat diharapkan bahwa arah kebijakan yang ditetapkan dapat
mengakomodasikan kebhinekaan keberagamaan didalam masyarakat dari berbagai
etnis dan kultur yang ada.
ARAH KEBIJAKAN
Mengacu kepada dasar kebijakan yang telah dikemukakan didepan, dihadapkan
kepada tuntutan situasi, kondisi dan fenomena yang berkembang, maka kebijakan
Parisada dalam pembinaan umat Hindu Indonesia diarahkan pada bidang: Tata
Keagamaan, Organisasi/Kelembagaan, Penerangan dan Pendidikan, Sosial Budaya
dan Kemasyarakatan serta bidang Usaha dan Dana.
Bidang Tata Keagamaan
Berkembangnya keanakaragaman pemahaman dan bentuk pengamalan keagamaaan
yang dipengaruhi oleh dampak modernisasi dan teknologi informasi dalam era
globalisasi dewasa ini memerlukan adanya upaya pembinaan yang sunguh-sungguh
agar umat Hindu dapat meningkatkan sradha dan bhaktinya dengan mengacu kepada
ajaran Veda.
Upaya tersebut terkait dengan sikap keberagamaan umat yang disatu sisi
mempertahankan status quo (tradisional kental) dan disisi lain terjadi usaha
pemurnian yang kadangkala bersifat eksklusif.
Untuk itu diperlukan adanya revitalisasi dan reaktualisasi dalam keberagamaan umat
dengan prinsip Trikona (Utpatti, Sthiti, Pralina). Prinsip Utpatti adalah membangun
tradisi baru dengan cara merevitalisasi dan menyempurnakan yang telah ada dengan
petunjuk ajaran Veda (Sumber Hukum Hindu). Prinsip Sthiti adalah memelihara
tradisi yang baik (Sadacara) yang telah ada dimasyarakat. Sedangkan prinsip Pralina
adalah menghilangkan tradisi yang tidak sesuai dengan Dharma, terutama nilai
Satyam, Sivam, dan Sundaram, serta peraturan perundang-undangan.
Dalam kaitan ini Parisada Pusat telah menetapkan kebijakan antara lain:
a. Melakukan pengkajian terhadap ajaran Hindu yang relevan dengan perkembangan
jaman dengan mencermati aktualisasi kehidupan beragama dan keberagamaan
umat Hindu. Untuk ini telah dikeluarkan beberapa Bhisama (Dana Punya,
Sadhaka, Pengamalan Catur Varna, Diksa Dvijati), disertai dengan Pedoman
sosialisasinya.
b. Mendorong pengembangan fungsi tempat suci (Pura, Kuil, Mandir, Balai
Pemujaan, dsb) sebagai tempat kegiatan spiritual, ritual, pendidikan dan
perpustakaan, serta kegiatan sosial budaya dan ekonomi dengan tetap
mengindahkan kesuciannya.
c. Mendorong dan melakukan mediasi guna membangun saling pengertian dan
pemahaman terhadap budaya dan tradisi komunitas umat yang berbeda, dengan
5
menghormati kearifan lokal dan mengedepankan semangat pluralitas
multikulturalisme.
d. Mengayomi umat Hindu baik secara pribadi maupun kelompok
spiritual/komunitas Hindu termasuk Sampradaya. Kelompok/Komunitas tersebut
dalam melaksanakan aktivitas keagamaan wajib berkonsultasi, dan taat kepada
keputusan Parisada sesuai tingkatannya, serta menghormati pelaksanaan agama
yang telah menyatu dengan nilai-nilai budaya dan tradisi setempat.
e. Mendorong agar setiap Lembaga Keagamaan Hindu melakukan kegiatan
pembinaan melalui Dharma Wacana, Dharma Tula, Dharma Sadhana, Dharma
Gita, Dharma Yatra, dan Dharma Santi, serta kegiatan lain yang bersifat latihan
rohani.
f. Dalam rangka menghindari terjadinya kekeliruan pemahaman terhadap ajaran
Hindu Parisada menghimbau agar penerbitan buku-buku keagamaan terlebih
dahulu diajukan untuk mendapat rekomendasi dari Parisada Pusat. Hal ini sudah
mulai berjalan dengan baik. Parisada mengupayakan menerbitkan buku-buku
keagamaan yang bernuansa pencerahan umat, melalui kerjasama dengan lembaga
atau instansi terkait.
Bidang Organisasi dan Manajemen
Dengan telah disusunnya visi, misi, fungsi dan peranan Parisada vide Keputusan
Pesamuhan Agung Nomor: 9/Kep/Pesamuhan Agung/X/2002 dan metrik Program
Kerja vide Keputusan Nomor: 12/Kep/Pesamuhan Agung/X/2002, serta memedomani
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bidang organisasi/kelembagaan,
maka arah kebijakan pembinaan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Secara kontinyu (sesuai kepentingan) mengadakan resufle kepengurusan Parisada
secara proposional. Demikian pula terhadap pengurus Lembaga, Badan, Yayasan
yang dibentuk oleh Parisada.
b. Menjaga agar kinerja Parisada tingkat Pusat maupun Daerah tidak menyimpang
dari AD & ART Parisada.
c. Membentuk Lembaga, Badan untuk mendukung kelancaran kinerja organisasi,
seperti Badan Kerjasama Antar Lembaga, Badan Penyiaran Hindu, Badan Dharma
Dhana Nasional termasuk Tim Penertiban, Penegakkan Hak dan Pengamanan
Asset Parisada.
d. Mendorong terbentuknya Yayasan dan Organisasi keumatan guna mendukung
program Parisada.
e. Memantapkan kerjasama organisasi baik intern, maupun organisasi lintas
agama/multikultural dan dengan instansi Pemerintah, termasuk kerjasama berskala
regional dan internasional.
f. Mendorong konsolidasi Organisasi Wanita, Pemuda, Mahasiswa,
Badan/Lembaga, Yayasan yang bernafaskan Hindu agar mencapai kemajuan yang
seimbang dengan ormas lainnya.
6
g. Mendorong umat melalui berbagai komunitas, organisasi, lembaga/badan, yayasan
agar dalam menyikapi semakin kuatnya tuntutan demokratisasi, penegakan
hukum, perlindungan HAM dan perdagangan bebas, untuk memedomani
Ketetapan Nomor: IV/TAP/Maha Sabha VIII/2001 tentang “Pedoman Pengamalan
Dharma Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”.
h. Menjaga independensi Parisada untuk tidak melibatkan diri dalam politik praktis,
namun tidak membatasi umat untuk berpolitik secara etis.
Bidang Penerangan dan Pendidikan
Menindaklanjuti Ketetapan Maha Sabha IX Nomor : II/TAP M.Sabha VIII/2006,
maupun beberapa Keputusan Pesamuhan Agung, Parisada menetapkan arah kebijakan
antara lain :
a. Membentuk dan mengoperasikan website yang dilengkapi data kepustakaan dan
ajaran Hindu.
b. Memperbaiki kualitas penyiaran baik lewat media elektronik, cetak, maupun
media lainnya. Untuk ini telah dibentuk Badan Penyiaran Hindu, dan perbaikan
kualitas isi Warta Hindu Dharma.
c. Mendorong dibangunnya perpustakaan Parisada sampai ke tingkat Daerah,
maupun pada lembaga dan organisasi keagamaan Hindu lainnya seperti Pura,
Banjar, WHDI, dan Pemuda.
d. Mendorong dibentuknya Lembaga-lembaga pendidikan Hindu (Vidya Pasraman)
mengacu kepada Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah No.55 Tahun 2007 mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai
tingkat Perguruan Tinggi.
e. Mendorong Yayasan-yayasan yang bergerak di bidang pendidikan Hindu agar
benar-benar merupakan milik umat Hindu. Untuk hal ini perlu dicantumkan
klausul dalam MOU yang dinotariskan bahwa yayasan yang bersangkutan
mendukung program Parisada sesuai tingkatannya.
f. Mendorong agar setiap lembaga/badan, yayasan, komunitas/kelompok spiritual
dapat meningkatkan kualitas sradha dan bhakti melalui pelatihan/dharmasadhana
seperti “sadhana camp”, pesantian dan sejenisnya.
Bidang Sosial Budaya dan Kemasyarakatan
Pluralitas multikulturalisme Indonesia, termasuk dikalangan umat Hindu
mengharuskan adanya arah kebijakan yang mampu mengakomodasikan kebhinekaan
yang ada. Arah kebijakan tersebut antara lain :
a. Meningkatkan pemahaman umat Hindu tentang berbagai nilai budaya dan hukum
dalam agama Hindu, baik yang menyangkut persamaan derajat, hukum waris dan
juga hak serta kewajiban anggota keluarga dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan.
7
b. Mendorong pelaksanaan kegiatan dan partisipasi umat Hindu dalam berbagai
aktivitas yang mengangkat nilai keagamaan secara terhormat seperti; dharmasanti,
utsawa dharma gita, lomba mejejahitan dan lainnya, yang dilakukan secara
berjenjang dan berkesinambungan untuk mempersiapkan generasi Hindu yang
lebih baik dan berkualitas dimasa depan.
c. Mendorong umat Hindu untuk tampil dan turut serta berpartisipasi dalam setiap
kegiatan sosial kemasyarakatan pada setiap tingkat dilingkungan masing-masing,
sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis intern umat hindu, antar umat
beragama, dan antara umat Hindu dengan Pemerintah.
d. Mendorong terbentuknya lembaga konseling, baik pada tingkatan remaja,
mahasiswa, pemuda, maupun orang tua untuk melayani berbagai permasalahan
umat yang sering dialami dan dihadapi didalam kehidupan sehari-hari.
e. Mengayomi kelompok-kelompok spiritual keagamaan Hindu sebagai saudara se-
dharma dan bagian dari konsep kebhinekaan/multikulturalisme kebudayaan yang
saling menghormati satu sama lain.
f. Mengembangkan dialog kerukunan dan pengembangan wawasan multikultural
dengan para tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi/lembaga keagamaan
maupun dengan Pemerintah.
g. Mengupayakan agar pencatatan perkawinan umat Hindu dilaksanakan oleh
Parisada Hindu Dharma Indonesia dan atau personel yang ditunjuk dan diangkat
sebagai Pegawai Pembantu Pencatat Perkawinan Hindu.
h. Mendorong Parisada Daerah dan atau komunitas umat untuk mendata budaya
keagamaan (termasuk ritualnya) untuk disampaikan ke Parisada Pusat, guna
diadakan pengkajian dan pembakuan.
Bidang Usaha dan Dana
Dalam rangka meningkatkan kesadaran umat Hindu dibidang usaha dan dana,
Parisada menetapkan arah kebijakan sebagai berikut :
a. Mengembangkan konsep Dana Punya berdasarkan Bhisama Sabha Pandita dan
Keputusan Pesamuhan Agung dengan mengaktifkan Parisada Daerah dan
Organisasi keumatan lainnya.
b. Mengembangkan organisasi dan kinerja Badan Dharma Dana Nasional serta
meningkatkan kesadaran umat tentang manfaat berdharmadana.
c. Membentuk Tim investigasi dan melakukan inventarisasi asset Parisada serta
melakukan langkah persuasif sampai dengan langkah hukum.
d. Mendorong kemampuan sosial ekonomi umat melalui pembentukan koperasi,
pelatihan pengembangan usaha kecil dan menengah dan melakukan komunikasi
dengan Pemerintah, pemberdayaan di bidang pertanian, peternakan, dan lain-lain.
8
e. Mendorong terwujudnya prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan dan asset kelembagaan umat Hindu maupun Negara.
SINERGI DALAM PEMBINAAN
Pembinaan dan pemberdayaan umat Hindu dalam rangka meningkatkan peran dan
pengabdiannya di bidang keagamaan dan kenegaraan sangat bergantung dari sinergi
peran antara Lembaga Keagamaan dan Individu umat, serta mekanisme hubungan
kerja dalam kaitannya dengan lembaga lain baik Pemerintahan maupun Non
Pemerintah.
Sinergi peran tersebut menghendaki adanya hubungan kerja (pembinaan dan
pemberdayaan) secara langsung maupun secara kordinatif.
Dalam pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan umat Hindu secara operasional
dapat distrukturkan dalam alur/mekanisme hubungan sebagai berikut:
Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian sasaran dari pelaksanaan pembinaan dan
pemberdayaan umat Hindu maka harus dilakukan penyesuaian kurikulum dan
materinya sesuai dengan tingkat heterogenitas umat di berbagai daerah.
Veda
SMRTI
TAP & KEP
M.SABHA
KOMUNITAS
HINDU
KEP. PARISADA
MEDIA
LEMBAGA/
ORGANISASI
KEAGAMAAN
IV. BHISAMA
LEMBAGA/
ORGANISASI
LAINNYA
9
PENUTUP
Demikian arah kebijakan Parisada dalam pembinaan umat Hindu Indonesia dengan
harapan dapat ditindaklanjuti oleh seluruh komponen umat baik secara perorangan
maupun organisasi dengan dilandasi kesadaran dan rasa tanggungjawab penuh bhakti.
Mengakhiri uraian ini saya kutip sloka 364 Sarasamuscaya :
“Svah karya madya kurvita
purwahne ca parahnikam
iti praktiksate me mrtyuh
krtam vapy akrtam tatha”
Janganlah bersukaria selalu. Apa yang harus diselesaikan esok kerjakanlah sekarang
juga. Apa yang harus diselesaikan petang kerjakanlah pagi itu juga. Sang maut tidak
peduli menunggu : “Apakah pekerjaanmu sudah selesai atau belum?”
Om Siddhirastu Svaha
Om santih, santih, santih.
Surabaya, 13 Juli 2009
Pengurus Harian Parisada Pusat
Kol.Inf.(Purn).I Nengah Dana, S.Ag.
Sekretaris Umum
Makalah disampaikan pada kegiatan Pertemuan Pejabat Ditjen Bimas Hindu dengan Tokoh-tokoh Keagamaan Hindu
di The Sun Hotel, Sidoarjo, Jatim pada tanggal 13-15 Juli 2009