73
EKSTRAKSI SENYAWA ZIRCONIA DARI PASIR ZIRCON DENGAN METODE MECHANICAL ACTIVATION Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Oleh ARDIANSYAH 107097003256 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Ardiansyah Fst 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ardiansyah Fst 1

EKSTRAKSI SENYAWA ZIRCONIA DARI PASIR ZIRCON DENGAN

METODE MECHANICAL ACTIVATION

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh

ARDIANSYAH

107097003256

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: Ardiansyah Fst 1

i

EKSTRAKSI SENYAWA ZIRCONIA DARI PASIR ZIRCON DENGAN

METODE MECHANICAL ACTIVATION

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

Oleh:

ARDIANSYAH

107097003256

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 3: Ardiansyah Fst 1

ii

EKSTRAKSI SENYAWA ZIRCONIA DARI PASIR ZIRCON DENGAN

METODE MECHANICAL ACTIVATION

Skripsi

diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains

dari Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

oleh

Ardiansyah

NIM 107097003256

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Arif Tjahjono, S.T, M.Si Wahyu Bambang Widayatno, M.Si

NIP. 1975110720070 11015 NIP. 198209162006041002

Mengetahui

Ketua Program Studi Fisika

Drs. Sutrisno, M.Si NIP. 19590202 198203 1005

Page 4: Ardiansyah Fst 1

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi berjudul “EKSTRAKSI SENYAWA ZIRCONIA DARI PASIR

ZIRCON DENGAN METODE MECHANICAL ACTIVATION” yang ditulis

oleh Ardiansyah dengan NIM 107097003256 telah diuji dan dinyatakan lulus

dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2011. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata

Satu (S1) Program Studi Fisika.

Jakarta, 10 Juni 2011

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Arif Tjahjono, S.T, M.Si Wahyu Bambang Widayatno, M.Si

NIP: 1975110720070 11015 NIP: 198209162006041002

Penguji I Penguji II

Edi Sanjaya, M.Si Drs. Sutrisno, M.Si

NIP: 19730715 200212 1001 NIP: 19590202 198203 1005

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Drs. Sutrisno, M.Si

NIP: 19680117 200112 1001 NIP: 19590202 198203 1005

Page 5: Ardiansyah Fst 1

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Mei 2011

Ardiansyah

107097003256

Page 6: Ardiansyah Fst 1

iv

ABSTRAK

Perkembangan industri khususnya industri peleburan logam sudah sangat

pesat baik di Indonesia maupun di negara lain. Seiring perkembangan tersebut

maka kebutuhan akan bahan pelapis pada tungku peleburan semakin tinggi,

karena bahan pelapis tersebut dapat melindungi pekerja dari aliran panas pada

tungku saat operasionalnya. Salah satu bahan pelapis yang digunakan yaitu bahan

yang berasal dari material keramik berbasis zirconia (ZrO2). Namun untuk

mendapatkan senyawa zirconia murni perlu dilakukan pemurnian terlebih dahulu

karena zirconia yang terdapat di alam biasanya masih berikatan dengan unsur-

unsur lain seperti silicon oxide yang biasanya terdapat pada pasir zircon (ZrSiO4),

oleh karena itu menjadi sangat penting untuk melakukan Ekstraksi Zirconia

Dari Pasir Zircon Dengan Metode Mechanical Activation dengan carbon

sebagai pengikat silica.

Ekstraksi zirconia dari pasir zircon dengan metode mechanical activation

ini menggunakan alat ball mill untuk mencampur senyawa zircon pada pasir

zircon dengan carbon serta dapat memperkecil ukuran, alat kompaksi untuk

membuat sampel hasil pencampuran berupa serbuk menjadi bentuk pellet atau

padatan, alat tungku heat treatment untuk membakar sampel agar terjadi

perubahan struktur ikatan pada sampel tersebut, alat XRD untuk

mengkarakterisasi sampel akhir sehingga diketahui terbentuknya struktur ikatan

yang baru.

Setelah melakukan eksperimen serta pengujian akhir, maka didapatkan

data persentase terbentuknya senyawa zirconia serta senyawa lain seperti

zirconium silicat,silion carbide dan silicon oxide. Dari hasil karakterisasi akhir

dengan XRD diperoleh persentase terkecil dari senyawa zirconia sebesar 17.4 %,

sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil.

KATA KUNCI : Zirconia, Zircon, Ekstraksi, Mechanical Activation

Page 7: Ardiansyah Fst 1

v

ABSTRACT

Industrial developing in particular metal fusion industry was really quick

good at Indonesia and also at other state. Along with that developing therefore

requirement will sheating on excelsior fusion stove, since that sheating gets to

protect employ of heat flow on stove while its operational. One of sheating which

is utilized which is material which comes from significant ceramical get zirconia's

basis (ZrO 2 ). But to get zirconia's compound needs to be done by beforehand

purification because zirconia what do exist at nature usually is still get cords with

other elements as oxide's silicon that usually exists on zircon sand (ZrSiO 4 ),

therefore becomes momentously to do Zirconia's extraction Of Zircon Sand

With Mechanical Activation's Method with carbon as silica's fastener.

Zirconia's extraction of zircon sand with this mechanical activation's

method utilize ball mill's tool to mix zircon compound on zircon sand with carbon

and gets to minimize measure, compactions tool to make mixing result sample as

powder becomes pellet's form or solid phase, heat treatment's stove tool to burn

that sample structured changed happening trussed on that sample, XRD'S tool to

characterization final sample so knows to be formed structured trussed a new one.

After do experiment and final examination, therefore gotten by percentage

data being formed of it zirconia's compound and other compound as zirconium

silicat,silion carbide and oxide's silicon. The result of characteriations end with

XRD gotten by percentage most little of zirconia's compound as big as 17.4 %, so

gets to be concluded that this research is successful.

KEY WORD: Zirconia, Zircon, Extraction, Mechanical Activation

Page 8: Ardiansyah Fst 1

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah, penulis ungkapkan kepada

Allah SWT atas segala petunjuknya, hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

serta menyusun laporan ini tepat waktu.

Tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan program pendidikan Strata Satu (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi.

Dalam melaksanakan tugas akhir ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih atas bimbingan, bantuan,dukungan, saran dan kritikannya kepada:

1. Ibu tercinta yang selalu mendoakan serta keempat kakak - kakakku

khususnya ka Ani yag telah memberi dukungan baik moril maupun materil

2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

3. Bapak Sutrino, M.Si. selaku ketua Prodi Fisika Universitas Islam Negeri

(UIN).

4. Bapak Arif Tjahtjono, S.T, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang selalu

memberi masukan-masukan kepada penulis.

5. Bapak Ir. R. Kamil Hoesein selaku Kepala LIPI.

Page 9: Ardiansyah Fst 1

vii

6. Ibu Titi selaku Kepala Bagian Kerja sama Pusat Penelitian Fisika, LIPI

7. Bapak Wahyu Bambang Widayatno, M.Si. selaku pembimbing II

(pembimbing lapangan) yang rela meluangkan waktunya kepada penulis

ditengah kesibukkan dalam pekerjaannya.

8. Bapak Dr. Agus Sukarto yang selalu memberikan tanggapan serta masukan

untuk memperbaiki laporan tugas akhir ini.

9. Bapak Priyambodo, S.Si., yang tak pernah bosan menanggapi pertanyaan

demi pertanyaan yang penulis ajukan saat penulis mengalami kesulitan dalam

menjalani tugas akhir ini.

10. Mas Zulham selaku asisten peneliti di bagian nano yang sering direpotkan

penulis serta teman-teman mahasiswa dari UNDIP, AIRLANGGA dan UIN

Sunan Kalijaga yang mewarnai masa-masa penelitian penulis di

Laboratorium Fisika Nano.

11. Teman-teman sejawat satu perjuangan di prodi fisika lebih khusus anak-anak

Material, Nurul Anwar,Ahmad hidayat dan Ahmad Fauzi yang menjadi

tempat berbagi saat susah maupun senang.

12. Adik-adik dan kakak-kakak kelas di prodi fisika yang membuat masa-masa

kuliah penulis menjadi penuh warna

13. Dan juga Pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tak

langsung yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.

Page 10: Ardiansyah Fst 1

viii

Atas kekurangan atau ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan tugas

akhir ini, penulis mengharapkan masukan yang baik berupa saran maupun kritik

yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, terima kasih atas segala bantuan,

dukungan serta perhatiannya dan penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat

diterima dan bermanfaat di masa yang akan datang sebagai acuan untuk

pengembangan selanjutnya.

Jakarta, 26 April 2011

Penulis

Page 11: Ardiansyah Fst 1

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

ABSTRACK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................. 4

Page 12: Ardiansyah Fst 1

x

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Material Keramik ..................................................................................... 6

2.2 Zirconium ( Zr ) ....................................................................................... 6

2.3 Senyawa Zircon ( ZrSiO4 ) ...................................................................... 8

2.4 Senyawa Zirconia ( ZrO2 ) ....................................................................... 9

2.5 Carbon ..................................................................................................... 11

2.6 Metalurgi Serbuk ..................................................................................... 14

2.6.1 Milling .................................................................................... 14

2.6.2 Kompaksi ................................................................................ 15

2.6.3 Kalsinasi ................................................................................. 15

2.7 XRD ......................................................................................................... 18

2.7.1 Prinsip XRD ........................................................................... 18

2.7.2 Difraktometer ......................................................................... 19

2.8 Mechanical Activation ............................................................................. 21

2.9 Ukuran Kristal ......................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................. 25

3.2 Bahan Dan Alat Penelitian ...................................................................... 25

3.3 Tahapan Penelitian .................................................................................. 27

3.3.1 Preparasi Bahan ...................................................................... 28

Page 13: Ardiansyah Fst 1

xi

3.3.2 Karakterisasi Awal Sampel Dengan XRD ............................. 29

3.3.3 Proses Milling Sampel Uji ...................................................... 30

3.3.4 Kompaksi/Pembuatan Pelet .................................................... 32

3.3.5 Kalsinasi………………………………………………. ........ 33

3.4 Karakterisasi Akhir Sampel Uji Dengan XRD ........................................ 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Awal……………………………………………………... 36

4.2 Hasil Karakterisasi Akhir Senyawa Zircon (ZrSiO4)

4.2.1 Hasil Karakterisasi Akhir Dengan Variasi Temperatur 800ºC,

1000°C,1200°C Pada Milling 15 Jam………………….......... 37

4.2.2 Hasil Karakterisasi Akhir Dengan Variasi Milling 5 Jam,

10 Jam Dan 15 Jam Pada Temperatur 800ºC……………… 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 49

5.2 Saran ........................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 50

LAMPIRAN ................................................................................................. 52

Page 14: Ardiansyah Fst 1

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Pembuatan Serbuk .................................................. 14

Gambar 2.2 Grafik Hubungan Temperatur dengan Waktu ....................... 16

Gambar 2.3 Diagram Refleksi Sinar-X Pada Bidang Kisi ........................ 19

Gambar 2.4 Proses Pembentukan Sinar -X Pada Tabung Coolidge .......... 20

Gambar 2.5 Prinsip Difraksi Sinar-X Pada Monokristal ........................... 21

Gambar 2.6 Gambar Perubahn Ukuran Atom Setelah Proses Milling....…22

Gambar 2.7 Gambar Sistem Kristal ............................................................. 24

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ......................................................... 29

Gambar 3.2 Proses Separasi Sampel ......................................................... 31

Gambar 3.3 Mesin Milling ........................................................................ 33

Gambar 3.4 Alat Kompaksi………………………………………………34

Gambar 3.5 Alat Kalsinasi ........................................................................ 35

Gambar 3.6 Mesin XRD ............................................................................ 36

Gambar 4.1 Zircon Sebelum Proses Milling ............................................. 37

Gambar 4.2 Grafik Puncak-Puncak Senyawa Zircon ................................ 38

Gambar 4.3 Grafik Puncak Sampel Dengan Variasi Temperatur

Pada Milling 15 Jam .............................................................. 40

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Temperatur Terhadap Senyawa Zirconia

Yang Terbentuk ..................................................................... 42

Page 15: Ardiansyah Fst 1

xiii

Gambar 4.5 Linieritas Williamson Hull Plot Untuk Senyawa Zirconia

Pada Temperatur 800°C. ...................................................... 43

Gambar 4.6 Grafik Kecendrungan Ukuran Kristal Senyawa Zirconia

Yang Terbentuk Dengan Temperatur ................................... 44

Gambar 4.7 Grafik Puncak Sampel Dengan Variasi Milling Pada

Temperatur 800ºC…………………………………….......... 45

Gambar 4.8 Grafik Kecendrungan Lama Milling Dengan Persen Berat ... . 47

Gambar 4.9 Linieritas Williamson Hull Plot Untuk Senyawa Zirconia

Pada Lama Milling 5 Jam Pada Temperatur 800°C ............. 48

Gambar 4.10 Grafik Kecendrungan Ukuran Kristal Senyawa Zirconia Yang

Terbentuk Dengan Lama Milling Pada Temperatur 800° C . 53

Page 16: Ardiansyah Fst 1

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat-Sifat Zirconium(Zr)…………………………………........... 7

Tabel 2.2 Tabel Mineral Penghasil Senyawa Zrconia ................................... 8

Tabel 2.3 Tabel Sifat-Sifat Carbon ................................................................ 14

Tabel 2.4 Tabel Perbedaan Serbuk Paduan Dan Berlapis ............................. 19

Tabel 2.5 Tabel Sistem Kristal……………………………………………... 25

Tabel 3.1 Pebandingan Mr,Mol Dan Massa ZrSiO4 Dengan Carbon ............ 32

Tabel 4.1 Persentase Zirconia Pada Sampel Awal ........................................ 39

Tabel 4.2 Persentase Senyawa-Senyawa Yang Terbentuk Pada

Yariasi Temperatur ........................................................................ 41

Tabel 4.3 Ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk dengan variasi

temperatur pada milling 5 jam ..................................................... 44

Tabel 4.4 Persentase senyawa-senyawa yang terbentuk pada

variasi milling ................................................................................ 46

Tabel 4.5 ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk dengan

variasi lama milling pada temperatur 800° C ............................... 49

Page 17: Ardiansyah Fst 1

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Grafik Sampel Awal Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang

Terbentuk

Lampiran 2 Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang

Terbentuk Untuk Temperatur Kalsinasi 800°C Pada Milling

15 Jam

Lampiran 3 Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang

Terbentuk Untuk Temperatur Kalsinasi 1000°C Pada Milling 15 Jam Lampiran 4 Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang

Terbentuk Untuk Temperatur Kalsinasi 1200°C Pada Milling 15 Jam Lampiran 5 Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang

Terbentuk Untuk Milling 5 Jam Pada Temperatur 800°C Lampiran 6 Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang

Terbentuk Untuk Milling 10Jam Pada Temperatur 800°C

Page 18: Ardiansyah Fst 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini perkembangan industri peleburan logam baik di dunia

maupun di Indonesia sendiri sudah sangat pesat, seiring perkembangan tersebut

banyak industri peleburan logam yang dalam proses pengerjaannya menggunakan

alat-alat yang terbuat dari bahan isolator, baik sebagai pelapis maupun bahan

utama. Salah satu bahan terbaik yang bersifat isolator adalah material keramik

yang berbasis zirconia, namun ternyata senyawa zirconia tidak dapat langsung

dipergunakan melainkan perlu dilakukan proses purifikasi atau pemurnian

terlebih dahulu, karena biasanya senyawa zirconia yang terdapat di alam masih

berikatan ataupun bercampur dengan unsur-unsur lainnya.

Senyawa zirconia memiliki sifat-sifat yang istimewa diantaranya sifat

refractorissnya yang sangat tinggi yaitu sekitar 2750° C, mudah dalam

bertransformasi fasa untuk menghasilkan sifat mekanik tertentu, serta mudah

untuk distabilkan oleh oksida logam lain untuk memodifikasi sifat fisik, mekanik

dan kimianya. Aplikasi lain dari senyawa zirconia diantaranya dalam bidang

kesehatan (terutama sebagai heads untuk hydroxyapatite), pelapisan komponen

listrik dan elektronika sebagai komponen pada oksigen sensor dan SOFC [1] .

Ada dua sumber utama senyawa zirconia yaitu Zircon (ZrSiO4) dan

Baddeleyite (ZrO2). Senyawa Zircon (ZrSiO4) sebagai salah satu mineral (termasuk

Page 19: Ardiansyah Fst 1

2

logam tanah jarang) yang memiliki potensi cadangan yang cukup besar dan tersebar

di seluruh wilayah Indonesia, seperti di Kalimantan Selatan senyawa zircon

ditemukan dalam jumlah yang cukup besar sehingga diharapkan dapat mencukupi

kebutuhan sebagai bahan baku industri, khususnya industri peleburan logam.

Dalam satu dekade terakhir ini, penelitian tentang senyawa zirconia sudah

dilakukan secara intensif di luar negeri, sedangkan di Indonesia penelitian tentang

senyawa ini masih relatif jarang. Hal ini berdampak pada ketergantungan

Indonesia terhadap produk senyawa zirconia dari luar negeri. Pada dasarnya

pembuatan atau pemurnian senyawa zirconia tidak terlalu sulit, namun yang

menjadi kendala untuk mendapatkan senyawa zirconia murni selama ini yaitu

dibutuhkannya temperatur ekstraksi yang tinggi hingga mencapai 2550° C, hal ini

menyebabkan proses pemurnian memakan waktu yang cukup lama dengan biaya

yang tinggi. Salah satu metode permurnian yang sudah digunakan selama ini

adalah dengan Alkali Fusion yang telah dilakukan oleh mahasiswa teknik

metalurgi ITB tahun 2007. Pada metode ini pemurnian sudah dapat dilakukaan,

namun senyawa ZrSiO4, ditemukan masih dalam persentase yang cukup besar, hal

ini menandakan masih adanya kekurangan pada metode Alkali Fusion. Oleh

karenanya, menjadi sangat penting untuk dilakukan riset tentang pemurnian

senyawa zirconia dengan metode yang lebih efektif, dalam hal ini akan dilakukan

proses pemurnian senyawa zirconia melalui metode mechanical activation atau

aktivasi mekanis.

Page 20: Ardiansyah Fst 1

3

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mendapatkan ekstrak zirconia dari pasir zircon dengan metode Mechanical

Activation.

Mengetahui persentase senyawa zirconia yang terbentuk dari pasir zircon dengan

Metode Mechanical Activation.

Mengetahui hubungan perbandingan persentase senyawa zirconia yang terbentuk

terhadap temperatur serta lama milling pada proses Mechanical activation.

Mengetahui perbandingan persentae senyawa zirconia yang terbentuk pada

metode Mechanical activation dengan metode lain khususnya metode Alkali

Fusion.

1.3. Batasan Masalah

Ruang lingkup tugas akhir ini terbatas hanya pada masalah ekstraksi serta

karakterisasi dari senyawa zircon yang didapat dari Pulau Kalimantan sehingga

terbentuk kristal zirconia. Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi senyawa zircon

dengan metoda Mechanical activation dan carbon sebagai pengikat silika dengan

temperatur kalsinasi 800°C ,1000°C dan 1200°C serta variasi milling 5 jam, 10 jam dan

15 jam dengan rasio Mol ZrSiO4 : Mol C adalah 1 : 1. Pada akhir percobaan akan dilihat

persentase senyawa zirconia yang terbentuk dengan mengkarakterisasi sampel akhir

serta ukuran kristal dari senyawa zirconia tersebut.[2]

.

1.4. Manfaat Penelitian

Page 21: Ardiansyah Fst 1

4

Manfaat dari penelitian ini yaitu mengetahui keberhasilan metode yang

digunakan selain dari metode yang selama ini sudah digunakan, Serta penelitian

ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dalam hal meningkatkan

persentase senyawa zirconia.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Penulisan penelitian ini dibagi menjadi dua segmen di mana segmen

pertama terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel

sedangkan segmen kedua dimulai dengan abstrak dan dilanjutkan dengan laporan

penelitian.Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yang sistematika dan

tujuannya dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN.

Pada bab ini diuraikan singkat mengenai latar belakang mengapa dilakukannya

penelitian ini, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan laporan.

BAB II. DASAR TEORI.

Bab ini merupakan rangkuman teori-teori dan data-data yang dikumpulkan dari

berbagai literatur, yang berhubungan dengan tugas ini. Sebagian dari teori dan

data-data tersebut selanjutnya akan dijadikan rujukan dalam melakukan analisa

dari pengolahan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi Diagram alir penelitian, alat dan bahan, serta prosedur percobaan.

BAB IV. ANALISA DATA.

Page 22: Ardiansyah Fst 1

5

Pada bab ini akan diuraikan tentang analisa data penelitian. Dari pengolahan data

akan dijelaskan tentang fenomena-fenomena apa yang terjadi.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.

Bab ini berisi point-point singkat yang mengulas kesimpulan dari penelitian

dengan memaparkan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian diikuti

dengan saran penulis untuk penelitian - penelitan berikutnya.

Page 23: Ardiansyah Fst 1

6

BAB II

TEORI DASAR

2.1. Material Keramik

Material keramik merupakan material yang unik, hal ini ditunjukan pada

sifat-sifat yang dimilkinya. Material keramik biasa digunakan sebagai material

refraktori karena mampu bertahan pada temperatur tinggi tanpa mengalami

melting ataupun terdekomposisi. Material keramik juga sering dimanfaatkan

untuk pelapis benda-benda yang digunakan pada lingkungan korosif karena

material keramik tahan terhadap karat ataupun ketika kontak dengan bahan yang

bersifat korosif[3].

Pada dua dekade terakhir material keramik banyak digunakan dalam

dunia industri, biasanya diaplikasikan pada industri yang menggunakan peralatan

yang tahan terhadap temperatur tinggi seperti industri peleburan logam di mana

dibutuhkan material yang mampu melapis tungku pelebur sebagai pengaman saat

operasionalnya.Selain itu material keramik juga bersifat isolator pada suhu ruang,

oleh karena itu material keramik juga dapat dimanfaatkan pada komponen-

komponen elektronik khususnya sebaga isolator.Beberapa contoh dari material

keramik yaitu Zirconia silikat, Zirconia oxide, Silicon oxide, silicon carbida, dll.

2.2. Zirconium (Zr)

Zirconium merupakan salah satu unsur di alam yang memiliki sifat tahan

terhadap temperatur tinggi. Zirconium tidak terdapat dalam bentuk bebas di alam

melainkan dalam bentuk zirconium silikat pada zircon (ZrSiO4 ) dan zirconium

Page 24: Ardiansyah Fst 1

7

oksida pada baddelleyit (ZrO2 ). Zirconium terletak di golongan IVB dengan

nomor atom 40 dan massa atom relative 91.22 serta memiliki bilangan oksida 4

dan maksimumnya 8.

Tabel 2.1. sifat-sifat Zirconium(Zr)

Sifat – sifat senyawa zirconia Nilai

Radius Atom 1.6 Å

Volume Atom 14.1 cm3/mol

Massa Atom Relatif 91.224

Titik Didih 4682 K

Massa Jenis 6.51gr/ cm3

Konduktifitas Listrik 2.3 x 10 6 Ω

-1cm-1

Elektronegatifitas 1.33

Konfigurasi Elektron [Kr] 4d25s2

Formasi Entalphi 21 kj / mol

Konduktifitas Panas 22.7 Wm-1K-1

Potensial Ionisasi 6.84 V

Titik Lebur 2128 K

Bilangan Oksidasi 4

Kapasitas Panas 0.278 jg-1K-1

Entalphi Penguapan 590.5 kj / mol

Page 25: Ardiansyah Fst 1

8

2.3. Senyawa Zircon (ZrSiO4)

Zircon atau zirconium silikat (ZrSiO4) merupakan mineral zirconium

yang paling banyak di bumi. Zircon ditemukan dalam bentuk mineral aksesori

pada batuan baku hasil pembekuan magma yang kaya akan silica seperti granit,

pegmatte, dan nepheline syenite. Batuan sediment juga mengandung zircon

namun dalam jumlah kecil. Zircon ditemukan terkosentrasi dengan mineral berat

lainnya seperti ilmenit, rutile, monazite, leucoxene dan garnet pada pasir sungai

dan pantai dengan kandugan utama besi dan titanium. Zircon memiliki melting

point sekitar 2550°C[4].

Zircon juga merupakan mineral yang berifat tahan korosi dan kestabilan

pada tempratur tinggi yag baik. Zircon tidak larut dalam air namun larut dalam

larutan asam serta dapat mengendap pada larutan basa.Pada umumnya warna dari

zircon bervariasi dari putih bening,kuning,kehijauan, coklat kemerahan, kuning

kecoklatan, hingga gelap. System kristalnya dapat berupa monoklinik,

heksagonal,tetragonal dan dipiramid. Berat jenis dari zircon 4,6-5,8[5].

Tabel 2.2. tabel mineral penghasil senyawa zirconia

No. mineral Persentase zircoia

1. Zircon 66%

2. Baddeleyite 97 %

Page 26: Ardiansyah Fst 1

9

2.4. Senyawa Zirconia (ZrO2)

Zirconia merupakan material keramik yang berbentuk oksida kristalin

hasil dari ekstraksi pasir zircon. Zirconia memiliki sifat-sifat yang istimewa

diantaranya memiliki temperatur refraktori sebesar 2750°, mudah untuk

bertransformasi fasa untuk menghasilkan sifat mekanik tertentu, serta mudah

untuk distabilkan dengan oksida logam yang lain untuk memodifikasi sifat

fisik,mekanik dan kimianya. Zirconia memilki sifat polimorf dimana pada suhu

yang sangat tinggi (> 2370 °C) bahan tersebut memiliki struktur kubik. Pada

suhu menengah (1170-2370 °C) memiliki struktur tetragonal,sedangkan pada

temperatur rendah (di bawah 1170 °C) membentuk struktur monoklinik[6].

Sumber utama penghasil zirconia yaitu zircon (ZrSiO4) yang terdapat

pada pasir zircon serta baddeleyite (ZrO2). Untuk menghasilkan zirconia dari

zircon tentunya perlu dilakukan pemurnian sedangkan pada baddeleyite tidak

perlu dilakukan pemurnian lagi.

Zirconia cukup stabil secara kimia pada temperatur rendah. Bentuk

struktur yang diperoleh pada temperatur rendah adalah monoklinik dengan

densitas murni sekitar 5.56 gr/ml. dalam industri manufacture secara luas kita

dapat menemukan zirconia sebagai pelapis pada tungku pelebur, tegel, kiln

furniture dan aplikasi mekanik sebagai cutting tools.

Selain itu dalam satu dekade ini zirconia (ZrO2) digunakan sebagai salah

satu komponen di solid oxide fuel cell (SOFC) dan oxygen sensor. Pada solid

oxide fuel cell (SOFC) zirconia (ZrO2) berfungsi sebagai electrolyte material.

solid oxide fuel cell (SOFC) beroprasi antara 650 - 1000°C, dimana pada keadaan

Page 27: Ardiansyah Fst 1

10

tersebut terjadi konduksi ionic ion oxygen (O=), dan (Ni- ZrO2) bertindak sebagai

anoda serta strontium-doped lanthanum magnetite sebagai katodanya[7].

Ada beberapa cara yang selama ini sudah dilakukan untuk mendapatkan

zirconia, cara tersebut yaitu :

1. Dekomposisi zircon pada temperatur 1750°C pada reactor atau tungku listrik

yang kemudian diikuti dengan pendinginan cepat sehingga dapat memisahkan

ZrO2 dan SiO2.

2. Teknik Lime Fusion

tenik ini dilakukan dengan cara mendekomposisi zircon bersama CaO pada

temperatur 1600°C.

ZrSiO4 + CaO ZrO2 + CaSiO3

3. Teknik Dekomposisi plasma

teknik ini dilakukan dengan cara mendekomposisi zircon dengan

menggunakan reactor stabil plasma argon pada temperature 6000 - 15000°C

dan kemudian meng-quenchnya sehingga zircon tersebut terdisosiasi menjadi

ZrO2 dan SiO2.

4. Alkali Fusion

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan logam alkali sebagai fluxing agent

untuk mendekomposisi zircon pada temperatur 600 - 700°C sehingga

terbentuk senyawa-senyawa seperti natrium zirconat dan natrium silikat.

ZrSiO4 + 4NaOH Na2ZrO3 + Na2SiO3 + 2H2O

Page 28: Ardiansyah Fst 1

11

2.5. Carbon

Carbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C

dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel

periodik, carbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang

berarti bahwa terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk

ikatan kovalen. Terdapat tiga macam isotop carbon yang ditemukan secara alami,

yakni 12C dan 13C yang stabil, dan 14C yang bersifat radioaktif dengan waktu

paruh peluruhannya sekitar 5730 tahun. Carbon merupakan salah satu dari

beberapa unsur yang diketahui keberadaannya sejak zaman kuno. Istilah "carbon"

berasal dari bahasa Latin carbo, yang berarti batu bara. Carbon memiliki

beberapa jenis alotrop, yang paling terkenal adalah grafit, intan, dan carbon

amorf. Sifat-sifat fisika carbon bervariasi bergantung pada jenis alotropnya.

Sebagai contohnya, intan berwarna transparan, manakala grafit berwarna hitam

dan kusam. Intan merupakan salah satu materi terkeras di dunia, manakala grafit

cukup lunak untuk meninggalkan bekasnya pada kertas. Intan memiliki

konduktivitas listik yang sangat rendah, sedangkan grafit adalah konduktor listrik

yang sangat baik. Di bawah kondisi normal, intan memiliki konduktivitas termal

yang tertinggi di antara materi-materi lain yang diketahui. Semua alotrop carbon

berbentuk padat dalam kondisi normal, tetapi grafit merupakan alotrop yang

paling stabil secara termodinamik di antara alotrop-alotrop lainnya. Semua

alotrop carbon sangat stabil dan memerlukan suhu yang sangat tinggi untuk

bereaksi, bahkan dengan oksigen. Keadaan oksidasi carbon yang sangat umum

ditemukan adalah +4, manakala +2 dijumpai pada carbon monoksida dan

Page 29: Ardiansyah Fst 1

12

senyawa kompleks logam transisi lainnya. Sumber carbon anorganik terbesar

terdapat pada batu kapur, dolomit, dan carbon dioksida, sedangkan sumber

organik terdapat pada batu bara, tanah gambut, minyak bumi, dan klatrat metana.

Carbon dapat membentuk lebih banyak senyawa daripada unsur-unsur lainnya,

dengan hampir 10 juta senyawa organik murni yang telah dideskripsikan sampai

sekarang. Carbon termasuk unsur paling berlimpah ke-15 di kerak Bumi dan ke-4

di alam semesta. Carbon terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan pada

manusia, carbon merupakan unsur paling berlimpah kedua (sekitar 18,5%)

setelah oksigen. Keberlimpahan carbon ini, bersamaan dengan keanekaragaman

senyawa organik dan kemampuannya membentuk polimer membuat carbon

sebagai unsur dasar kimiawi kehidupan. Unsur ini adalah unsur yang paling stabil

di antara unsur-unsur yang lain, sehingga dijadikan standar dalam mengukur

satuan massa atom.

Carbon memiliki berbagai bentuk alotrop yang berbeda-beda, meliputi

intan yang merupakan bahan terkeras di dunia sampai dengan grafit yang

merupakan salah satu bahan terlunak. Carbon juga memiliki afinitas untuk

berikatan dengan atom kecil lainnya, sehingga dapat membentuk berbagai

senyawa dengan atom tersebut. Oleh karenanya, carbon dapat berikatan dengan

atom lain (termasuk dengan karbon sendiri) membentuk hampir 10 juta jenis

senyawa yang berbeda. carbon juga memiliki titik lebur dan titik sublimasi yang

tertinggi di antara semua unsur kimia. Pada tekanan atmosfer, carbon tidak

memiliki titik lebur karena titik tripelnya ada pada 10,8 ± 0,2 MPa dan 4600 ±

300 K, sehingga ia akan menyublim sekitar 3900 K.

Page 30: Ardiansyah Fst 1

13

Carbon dapat menyublim dalam busur carbon yang memiliki temperatur

sekitar 5800 K, sehingga tak peduli dalam bentuk alotrop apapun, carbon akan

tetap berbentuk padat pada suhu yang lebih tinggi pada titik lebur logam tungsten

ataupun renium. Walaupun carbon secara termodinamika mudah teroksidasi,

carbon lebih sulit teroksidasi daripada senyawa lainnya (seperti besi dan

tembaga). Carbon merupakan unsur dasar segala kehidupan di Bumi. Walaupun

terdapat berbagai jenis senyawa yang terbentuk dari carbon, kebanyakan carbon

jarang bereaksi di bawah kondisi yang normal. Di bawah temperatur dan tekanan

standar, carbon tahan terhadap segala oksidator terkecuali oksidator yang terkuat.

Carbon tidak bereaksi dengan asam sulfat, asam klorida, klorin, maupun basa

lainnya. Pada temperatur yang tinggi, carbon dapat bereaksi dengan oksigen,

menghasilkan oksida carbon dalam suatu reaksi yang mereduksi oksida logam

menjadi logam. Reaksi ini bersifat eksotermik dan digunakan dalam industri besi

dan baja untuk mengontrol kandungan carbon dalam baja.

Tabel 2.3. Tabel sifat-sifat carbon

Struktur kristal heksagonal Bilangan oksidasi 4, 2 Elektronegativitas 2,55

Energi ionisasi 1086,5 kJ/mol ke-2: 2352,6 kJ/mol ke-3: 4620,5 kJ/mol

Jari-jari atom 70 pm Konduktivitas termal (300K) (119–165) W/(m·K)

Difusivitas termal (300 K) (503–1300) mm²/s

Page 31: Ardiansyah Fst 1

14

2.6. Metalurgi Serbuk

Metalurgi serbuk merupakan ilmu yang membahas mengenai proses

pengerjaan dari suatu unsur atau senyawa logam yang berwujud serbuk, proses

ini dapat disertai pemanasan akan tetapi suhu harus berada di awah titik cair

serbuk.

Gambar 2.1. Diagram pembuatan serbuk

Selain proses-proses di atas terdapat proses tambahan dalam pembentukan

serbuk, diantaranya :

2.6.1. Milling

Milling merupakan suatu proses pengadukan dari suatu material yang

bertujuan agar ukuran partikel dari material tersebut menjadi lebih kecil. Proses

milling juga dapat memudahkan terjadinya pencampuran (mixing) dua zat atau

lebih.

Page 32: Ardiansyah Fst 1

15

2.6.2. Kompaksi

Kompaksi merupakan proses pembuatan pellet (padatan) dari suatu

material yang berbentuk serbuk. Biasanya kompaksi dilakukan sebelum proses

pembakaran, hal ini bertujuan agar pada saat proses pembakaran atau pemanasan

terjadi perubahan fasa dari material tersebut.

2.6.3. Kalsinasi

Kalsinasi pada percobaan ini didefinisikan sebagai proses pemanasan

dengan tujuan memicu terjadinya perubahan susunan atom pada senyawa yang

direaksikan serta dapat pula memicu terjadinya perubahan struktur kristal dari

senyawa tersebut.

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam proses kalsinasi beserta hal yang

terjadi selama proses tersebut :

1. Pada tahap ini terjadi pelepasan ikatan, penghilangan cairan yang terkandung

dalam sampel dan konversi zat additive seperti organometallic atau polimer.

Secara tipikal biasanya penahanan temperatur pertama ini dilakukan dalam

temperatur yang masih rendah yaitu hanya sekitar beberapa ratus derajat.

Peningkatan laju temperatur harus dikontrol secara hati-hati, selain itu jika

dillakukan proses pemanasan dengan cepat maka akan mengakibatkan sampel

mendidih dan penguapan dari bahan organik, menjadikan sampel tersebut

menggembung atau bahkan dapat memusnahkan sampel tersebut.

2. meningkatkan terjadinya proses homogenisasi kimia atau terjadinya reaksi

pada komponen serbuk.

Page 33: Ardiansyah Fst 1

16

3. peningkatan temperatur untuk menuju keadaan isothermal kalsinasi (proses

kalsinasi dalam temperatur yang sama)

4. Isothermal kalsinasi, dalam proses ini terjadi densifikasi utama dan

pengembangan mikrostruktur yang kemudian diikuti oleh pendinginan secara

lambat.

5. penahan temperatur untuk untuk pendinginan akhir dari tahap pendinginan

selanjutnya

6. mengurangi internal stress atau memberikan kesempatan pada presipitasi

(penyisispan) atau reaksi yang lainnya[8].

Gambar 2.2. Grafik hubungan temperatur dengan waktu

Dalam isothermal kalsinasi, temperatur meningkat secara monoton sampai

pada penahan temperatur kalsinasi (secara tipikal 0.5 sampai 0.8 dari temperatur

leleh untuk kalsinasi pada zat padat, atau berapapun dibawah temperatur eutectic

untuk fasa liquid), dan kemudian didinginkan dibawah temperatur ruang. Pada

T

time

heat

Isothermal

Page 34: Ardiansyah Fst 1

17

umumnya lama waktu penahanan sebanding dengan lamanya waktu yang

dibutuhkan untuk menaikkan temperatur hingga temperatur penahanan. Lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur ini dibatasi oleh ukuran

sampel dan karakteristik panas dari furnace yang digunakan. Waktu penaikkan

temperatur untuk ukuran sampel yang besar membutuhkan waktu yang lama, hal

ini dilakukan untuk menghindari gradien temperatur yang dapat menyebabkan

cracking (kerusakan/pecah) atau pembentukan lapisan luar yang memadat namun

bagian intinya tidak memadat secara sempurna, hal ini merupakan hasil dari

densifikasi yang berbeda.

Selama fasa penaikan suhu dalam kalsiasi isothermal, proses densifikasi dan

perubahan mikrostruktur tejadi secara signifikan. Isothermal sintering dipilih

untuk memperoleh densitas akhir yang dibutuhkan dalam batas-batas waktu yang

masuk akal. Temperatur kalsinasi yang tinggi dapat mempercepat proses

densifikasi, tetapi pertumbuhan butir juga meningkat. Jika temperatur kalsinasi

terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan butir yang abnormal sehingga

dapat membatasi densitas akhir.

Adapun hasil pembuatan serbuk dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

serbuk paduan dan serbuk berlapis, adapun perbedaannya dapat dilihat pada tabel

2.4.

Page 35: Ardiansyah Fst 1

18

Tabel 2.4. Tabel perbedaan serbuk paduan dan berlapis

2.7. XRD

XRD merupakan suatu teknik karakterisasi nonkontak dan non desktruktif

yang sangat presisi untuk mengidentifikasi fasa kristalin yang terdapat dalam

suatu material. XRD juga dapat digunakan untuk menginvestigasi structural dari

suatu material seperti strain state, ukuran kristal, komposisi fasa, orientasi dan

struktur defek. XRD memberikan akurasi yang tidak tertandingi untuk mengukur

spasi atom dan puncak hasil XRD dapat digunakan untuk analisa kuantitatif yang

akurat akan susunan atom suatu material.

2.7.1. Prinsip XRD

Siar X adalah bentuk radiasi dari radiasi gelombang electromagnet,

dihasilkan dari benda yang ditumbuk oleh electron. Panjang gelombang sinar X

dari 1010 sampai 10-8 m,dan hanya 0,3 Å – 2,5 Å yang digunakan untuk difraksi

sinar X. sinar X memiliki daya penetrasi yang besar sehingga sinar X dapat

dipakai untuk mengetahui periodisitas kristal.

Serbuk Paduan Serbuk Berlapis

Lebih mudah dibuuat Dapat dilapisi unsur tertentu

Tekanan lebih rendah Setiap partikel tersalut dengan rata

Sifat yang dihasilkan sama dengan paduannya

Mengadopsi karakteristik tertentu dari bahan pelapisnya

Komposisi paduan tinggi Lapisan serbuknya jauh lebih homogen

Menghasilkan karakteristik yang diinginkan

Page 36: Ardiansyah Fst 1

19

Apabila sebuah gelombang sinar X ditembakkan pada material kristalin ,

maka fenomena yang dapat teramati adalah difraksi dari sinar X dengan sudut

bervariasi tergantung pada gelombang pertama. Hukum yang digunakan pada

sinar X adalah hukum bragg, yaitu:

n λ = 2 d sin θ

pada gambar diatas terlihat fenomena dari difraksi sinar X. secara

eksperimen hukum bragg dapat diamati melalui dua cara yaitu dengan metode

analisa struktur dan metode X ray spectroscopy. Pada metode analisa struktur kita

menggunakan panjang gelombang (λ) tertentu dan mengukur (θ) sehingga kita

dapat meghitung nilai panjang kisi (d), sedangkan pada metode X ray

spectroscopy panjang kisi (d) sudah diketahui dan kemudain mengukur (θ) lalu

kita akan mengetahui nilai panjang gelombang (λ).

2.7.2. Difraktometer

Alat yang digunakan untuk menganalisa struktur kristal material

dinamakan difraktometer yang terjadi pada tabung Coolidge.

Gambar 2.3. Diagram refleksi sinar-x pada bidang kisi

Page 37: Ardiansyah Fst 1

20

Gambar 2.4. proses pembentukan sinar x pada tabung Coolidge.

Sebuah tabung sinar X memiliki dua elektroda, sebuah anoda (material

target) yang dipertahankan pada potensial netral (ground), dan sebuah katoda

dipertahankan pada tegangan potensial negative yang tinggi, biasanya pada rentan

30.000 sampai 50.000 volt agar dapat mendifraksi. Tabung sinar X terbagi atas

dua tipe berdasarkan pada jenis suplai electron pada tabung tersebut., yaitu:

a). Tabung gas ( gas tube), electron pada tabung ini dihasilkan dari ionisasi

sejumlah kecil gas ( udara residu dari tabung yang terevakuasi.Tabung ini

merupakan tabung sinar X yang pertama yang diguakan oleh Roentgen. Tipe

tabung jenis ini sudah tidak terpakai lagi.

b). Tabung Filamen ( filament tube), tabung ini ditemukan oleh Coolidge pada

tahun 1913. tabung ini terdiri dari tabung gelas yang divakum, pada satu

bagian terdapat anoda dan bagian lain terdapat katoda. Untuk katoda terdapat

tungsten, dan untuk anoda sebagai material target digunakan blok tembaga

yang didinginkan oleh air.

Page 38: Ardiansyah Fst 1

21

Pada dasarnya sebuah alat difraktometer dirancang dengan penggunaan

detector penghitung (counter) yang dapat digerakkan. Pada istrumen tersebut

yang terpenting adalah digunakan radiasi sinar monokromatik dan

menggunakan detektor sinar X ( film atau counter) yang diletakkan

disekeliling lingkaran dan serbuk specimen sebagai pusat lingkaran tersebut.

2.8. Mechanical Activation /Aktivasi Mekanis

Mechanical Activation /Aktivasi Mekanis adalah proses fisik yang terjadi

pada bahan atau zat kimia di dalam mesin penggerak mekanis yang dapat

mempengaruhi terjadinya perubahan struktur ketika diberi perubahan temperatur.

Pada penelitian ini proses aktivasi mekanis terjadi pada mesin milling, di mana

atom-atom senyawa atau unsur yang dicampur akan mengalami tumbukan

sehingga terjadi pengecilan jari-jari atom yang nantinya akan mempermudah

Gambar 2.5. Prinsip difraksi sinar-x pada monokristal 1) kolimator, 2) target, dan 3) counter

Page 39: Ardiansyah Fst 1

22

proses pencampuran (mixing) ataupun penguraian (dekomposisi) setelah dipicu

dengan perubahan temperatur biasanya temperatur kalsinasi.

Gambar 2.6. Gambar perubahn ukuran atom setelah proses milling

2.9. Ukuran Kristal

Semua logam serta beberapa jenis material keramik dan polimer

membentuk suatu susunan kristal, yang tentunya material tersebut dalam keadaan

membeku atau padatan. Dengan terbentuknya susunan kristal ini berarti atom-

atom berada pada posisi yang teratur dan berulang dalam pola tiga dimensi. Pola

teratur dalam jangka panjang yang menyangkut puluhan jarak atom dihasilkan

oleh koordinasi atom dalam bahan, disamping itu pola ini terkadang menentukan

pula bentuk luar dari kristal.

Tabel 2.5. Tabel sistem kristal

Sistem Sumbu ( axes ) Sudut Sumbu

( axial angel )

Kubik a=b=c α =β =γ=90°

Tetragonal a=b≠c α =β =γ=90°

Ortorombik a≠b≠c α =β =γ=90°

о ° º

∙ • °

Ο О º

О • Ọ

Page 40: Ardiansyah Fst 1

23

Monoklinik a≠b≠c α =γ=90°≠ β

Triklinik a≠b≠c α ≠β ≠γ≠90°

Heksagonal a=b≠c α =β = 90°; γ=120°

Rombohedral a=b=c α =β =γ≠90°

Pada table di atas dapat terlihat beberapa bentuk sistem kristal serta

perbedaan pada sudut yang dibentuk serta jarak antar atom penyusun kristalnya.

Sedangkan untuk menghitung ukuran kristal dari sampel yang sudah di karakterisasi

dengan XRD dapat digunakan metode linieritas Williamson Hull Plot

Dimana :

FW (S) = Perbandigan lebar puncak dengan tinggi puncak

K = 0.94

λ = panjang gelombang yang digunakan

θ = sudut pada peak yang muncul

ε0 = Strain

Adapun bentuk dari sistem kristal dapat dilihat pada gambar 2.11

( ) ( ) ( )θλθ sin4cos ××+×=× StrainSize

KSFW

Page 41: Ardiansyah Fst 1

24

Gambar 2.7. Gambar sistem kristal

Page 42: Ardiansyah Fst 1

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas pelaksanaan penelitian yang secara garis besar yang dapat

dibagi menjadi tiga bagian yaitu karakterisasi awal dan preparasi, proses mechanical

activation, dan karakterisasi akhir. Pada bagian karakterisasi awal dan preparasi

akan dibahas mulai dari bahan dasar pasir kalimantan yang diasumsikan

mengandung senyawa zircon sampai didapatkan sampel awal senyawa zircon tanpa

pengotor. Pada bagian mechanical activation akan dibahas tahapan yang dilakukan

hingga proses pemanasan, sedangkan pada bagian karakterisasi akhir akan dibahas

hasil XRD serta perhitungannya.

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Fisika LIPI PUSPIPTEK Serpong

selama tiga bulan sejak tanggal 21 februari hingga 1 mei 2011.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Pasir zircon dari Kalimantan

2. Carbon ( jenis carbon black )

3. Silica murni

4. Etanol

Page 43: Ardiansyah Fst 1

26

Bahan dasar pasir zircon yang digunakan didapat langsung dari Kalimantan

sedangkan carbon black, silica murni dan etanol disediakan oleh Pusat Penelitian

Fisika, LIPI - PUSPIPTEK, Serpong.

Alat yang digunakan yaitu:

1. Kertas timbang

2. Timbangan

3. Plastik sampel

4. Spatula

5. HEM ( Camber, Ball mill )

6. Alat Kompaksi

7. Tungku heat treatment

Page 44: Ardiansyah Fst 1

27

3.3. Tahapan Penelitian

Bagian ini memaparkan keseluruhan rangkaian penelitian secara umum yang

ditunjukan dengan diagram alir pada gambar 3.1

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Preparasi alat dan bahan

Karakterisasi awal sampel dengan XRD

Milling dengan variasi waktu 5 jam,10 jam dan 15 jam

Kompaksi dengan tekanan 70 gr/cm2

Kalsinasi dengan variasi temperatur 800ºC,100ºC dan 1200ºC

Karakterisasi akhir sampel dengan XRD

Page 45: Ardiansyah Fst 1

28

Sedangkan parameter dalam penelitian ini mengacu pada literatur dan hasil

penelitian sebelumnya serta memperkirakan dari proses reaksi yang akan terjadi.

Pada penelitian ini, perbandingan mol serbuk zircon dengan karbon yaitu 1 : 1 ,

perbandingan ini disesuaikan dengan persamaan reaksi awal yaitu :

ZrSiO4 + C ( reaksi awal)

ZrSiO4 + 3C ZrO2 + SiC + 2CO ( reaksi akhir/ setimbang)

Dari perbandingan mol tersebut akan diperoleh perbandingan massa yang akan

digunakan dari masing-masing senyawa. Sedangkan untuk temperatur yang

digunakan yaitu 800°C, 1000°C dan 1200°C. penggunaan suhu 800°C karena pada

stemperatur tersebut senyawa zircon sudah dapat berubah fasa serta akan dilihat

perbedaan dari segi bentuk kristal maupun persentase zirconia yang akan terbentuk

[10].

3.3.1. Preparasi Bahan

Pada tahap ini semua bahan disiapkan, kemudian sampel disiapkan untuk

diseparasi, tahap ini bertujuan memisahkan sampel dengan pengotor dari unsur

logam yang tidak diperlukan, namun karena sampel yang didapat sudah di separasi

maka dalam penelitian ini sampel tidak diseparasi lagi.

Page 46: Ardiansyah Fst 1

29

Gambar 3.2. Proses Separasi Sampel

3.3.2. Karakterisasi Awal Sampel Dengan XRD

Pada tahap ini sampel ( pasir zircon ) yang sudah bersih dari pengotor

dikarakterisasi dengan XRD,tujuannya agar terlihat spesifikasi dari sampel sehingga

Page 47: Ardiansyah Fst 1

30

sampel yang berupa serbuk ini siap untuk diproses lebih lanjut. Krakterisasi ini

menggunakan XRD tipe Simazzu 7000 dengan logam target Cu.

3.3.3. Proses Milling Sampel Uji

Sampel yang sudah dikarakterisasi ( pasir zircon ) dicampur dengan carbon

black sesuai dengan perbandingan yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Pebandingan mr,mol dan massa ZrSiO4 dengan Carbon

Proses pencampuran ini dilakukan dengan alat penggerak mekanis berupa

ball milling, namun sebelumnya camber atau wadah untuk mencampur dibersihkan

terlebih dahulu dengan etanol dan sedikit silica dengan tujuan agar camber tidak

tekontaminasi unsur lain. Proses milling untuk membersihkan camber selama 30

menit, setelah itu mengeluarkan silica dan etanol dari camber sampai bersih

kemudian masukkan serbuk zircon dan carbon yang sudah ditimbang, untuk sampel

pertama milling selama 5 jam kemudian dilanjutkan dengan milling 10 jam dan 15

jam.

Mr Mol Massa ( gr)

ZrSiO4 183 n 183

Carbon black (C) 12 n 12

Page 48: Ardiansyah Fst 1

31

Gambar 3.3. HEM

Page 49: Ardiansyah Fst 1

32

3.3.4. Kompaksi/Pembuatan Pelet

Setelah sampel dicampur melalui proses milling kemudian dilakukan proses

kompaksi agar sampel mejadi bentuk pellet. Proses ini bertujuan agar lebih mudah

terbentuk kristal senyawa zirconia pada sampel ketika dikalsinasi.Untuk pembuatan

pellet sampel yang sudah dimilling dikeluarkan dari camber lalu timbang 4 gram,

kemudian masukkan ke alat kompaksi serta tambahkan sedikit (2 sendok spatula)

etanol. Untuk mendapatkan hasil pellet yang baik tekanan ditahan pada posisi 70

gr/cm2 selama 3 menit.

Gambar 3.4. Alat Kompaksi

Page 50: Ardiansyah Fst 1

33

3.3.5. Kalsinasi

Sampel yang sudah dibuat pellet kemudian dikalsinasi menggunakan suhu

800°C,1000°C dan 1200°C dan ditahan selama 2 jam. Proses kalsinasi membutuhkan

waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan kenaikan suhunya secara perlahan serta

waktu untuk pendinginannya relative sama dengan waktu untuk mencapai suhu

tingginya.

Gambar 3.5. Tungku Heat Treatment

Page 51: Ardiansyah Fst 1

34

3.4. Karakterisasi Akhir Sampel Uji Dengan XRD

Sampel yang sudah melalui proses kalsinasi dikarakterisasi dengan XRD,

jika permukaan sampel rata maka dapat langsung dikarakterisasi namun jika

permukaannya tidak rata sebaiknya sampel dihancurkan sehingga berbentuk serbuk

seperti pada sampel awal.

Gambar 3.6. Mesin XRD

Page 52: Ardiansyah Fst 1

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas sampel hasil ekstraksi serta karakterisasi sampel

pasir zircon dengan XRD dan melihat perbandingannya dengan sampel awal.

Gambar 4.1. Zircon sebelum proses milling

Page 53: Ardiansyah Fst 1

36

4.1. Karakterisasi Awal

Sampel awal dikarakterisasi menggunakan XRD, dari hasil karakterisasi

dapat dilihat bahwa sampel merupakan senyawa zirconia silicat ( ZrSiO4).

ZrSiO4 aw al

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0 20 40 60 80 100

ZrSiO4 aw al

Gambar 4.2. Grafik puncak-puncak senyawa zircon

Page 54: Ardiansyah Fst 1

37

Dari hasil karakterisasi awal muncul peak atau puncak-puncak milik zircon

( ZrSiO4) sesuai dengan literatur sudut (2θ) dari zircon itu sendiri, di mana sudut (2θ)

dari zircon berada pada 20°, 27°, 35,5°, 68,9° dan 88,7° sesuai kode PDF dengan

nomor 06-0266[4-5]. Pada grafik terlihat hampir tidak ada puncak-puncak lain yang

muncul selain puncak dari senyawa zircon ( ZrSiO4) hal ini menandakan serbuk

zircon yang didapat sudah melalui proses separasi yang sangat baik. Namun pada

sampel awal sudah terdapat fasa zirconia dengan persentase 0.4 %.

Tabel 4.1. Persentase zirconia pada sampel awal

Kode PDF Fasa Persen Berat 060266 Zirconium silicat (ZrSiO4) 99.6 % 371413 Zirconia (ZrO2) 0.4 %

4.2. Hasil Karakterisasi Akhir Senyawa Zircon (ZrSiO4)

4.2.1. Hasil Karakterisasi Akhir Dengan Variasi Temperatur 800ºC, 1000°C

,1200°C Pada Milling 15 Jam

Pada karakterisasi akhir sampel dengan variasi temperatur yaitui 800°C ,

1000°C dan 1200°C terdapat puncak-puncak baru yang berbeda pada hasil

karakterisasi awal. Puncak-puncak terebut adalah puncak milik senyawa zircon

(ZrSiO4), senyawa zirconia (ZrO2), senyawa silcon carbide ( SiC ) serta senyawa

silicon oxide ( SiO2).

Page 55: Ardiansyah Fst 1

38

Grafik puncak zircon untuk variasi temperatur pada milling 15 jam

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

0 20 40 60 80 100

Gambar 4.3. Grafik puncak sampel dengan variasi temperatur

pada milling 15 jam

Pada hasil karakterisasi sampel ini senyawa zirconia yang terbentuk

mengalami peningkatan dalam persentasenya, serta sudah terbentuk senyawa baru

selain dari senyawa zirconia. Persentase dari masing-masing senyawa yang terbentuk

dapat dilihat pada tabel 4.2.

1200°C

1000ºC

800ºC

Page 56: Ardiansyah Fst 1

39

Tabel 4.2. Persentase senyawa-senyawa yang terbentuk pada variasi temperatur

Dari data tersebut terlihat bahwa persentase senyawa zirconia (ZrO2) semakin

tinggi ketika temperatur semakin naik atau dapat dikatakan persentase senyawa

zirconia (ZrO2) yang terbentuk berbanding lurus dengan temperatur kalsinasinya.

Namun pada senyawa zircon ( ZrSiO4 ) Berlaku sebaliknya. Hal ini berarti jika

temperatur kalsinasi yang digunakan semakin tinggi atau mendekati melting point

senyawa zircon (ZrSiO4), maka senyawa tersebut akan terdekomposisi dengan baik,

hal ini terlihat pada senyawa-senyawa yang terbentuk. Pada sampel awal hanya

terdapat senyawa zircon (ZrSiO4) dan sedikit senyawa zirconia ( ZrO2 ), namun

setelah diproses dengan metode mechanical activation serta pembakaran dengan

temperatur 800°C,1000°C dan 1200°C terbentuk senyawa-senyawa baru yaitu silicon

carbide ( SiC ) dan silicon oxide ( SiO2 ). Hubungan persentase senyawa zirconia

(ZrO2) yang terbentuk dengan temperatur kalsinasinya dapat dilihat pada gambar 4.4.

Senyawa Temperatur Persen Berat

Zircon ( ZrSiO4 ) 800°C 43.8 % 1000°C 34.6 % 1200°C 21.2 %

Zirconia ( ZrO2 )

800°C 23.1 % 1000°C 34.5 % 1200°C 39.4 %

Silicon Carbide ( SiC )

800°C 23.1 % 1000°C 20 % 1200°C 30.3 %

Silicon Oxide ( SiO2 )

800°C 9.9 % 1000°C 10.9 % 1200°C 9.1 %

Page 57: Ardiansyah Fst 1

40

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Gambar 4.4. Grafik hubungan temperatur terhadap senyawa zirconia yang terbentuk

Pada hasil karakterisasi akhir sampel dengan variasi temperatur juga dapat

dilihat perbedaan ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk dari masing-

masing temperatur yang digunakan. Untuk mendapatkan ukuran kristal yang

terbentuk dapat digunakan metode Linieritas Williamson Hull Plot dengan

persamaan :

Dimana : FW = Perbandingan tinggi puncak dengan lebar puncak

K = 0.94

λ = Panjang gelombang sinar X = 1.540598 Å

Size = Ukuran kristal

( ) ( ) ( )θλθ sin4cos ××+×=× StrainSize

KSFW

Page 58: Ardiansyah Fst 1

41

Untuk ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk pada temperatur 800°C

diperoleh ukuran kristal sebagai berikut:

y = -0.0002 X + 0.15

FW cos θ = - 4 strain sin θ + k λ / size

0.15 = k λ / size

size = k λ / 0.15

size = 0.94 x 1.540598 / 0.15

= 9.654414 Å

y = -0.0002x + 0.15

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0 1 2 3

Gambar 4.5. Linieritas Williamson Hull Plot untuk senyawa zirconia pada

temperatur 800°C.

Page 59: Ardiansyah Fst 1

42

Untuk senyawa zirconia pada temperatur 1000°C dan 1200°C dilakukan

tahap yang sama untuk menghitung ukuran kristalnya seperti perhitungan di

atas.Ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3. Ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk dengan variasi temperatur

pada milling 5 jam.

Senyawa Temperatur Ukuran Kristal

Zirconia 800°C 9.654414 Å 1000°C 32.61626 Å 1200°C 38.41279 Å

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ukuran kristal dari senyawa zirconia

yang terbentuk semakin besar seiring makin besarnya temperatur yang digunakan,

hal ini sesuai dengan teori dasar tentang pembentukan kristal[11] dimana untuk

memperbesar ukuran kristal dibutuhkan temperatur yang tinggi pula.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Gambar 4.6. Grafik kecendrungan ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk

dengan temperatur

Page 60: Ardiansyah Fst 1

43

4.2.2. Hasil Karakterisasi Akhir Dengan Variasi Milling 5 Jam, 10 Jam Dan 15

Jam Pada Temperatur 800ºC

Pada karakterisasi akhir dengan variasi milling 5 jam, 10 jam dan 15 jam

memiliki grafik yang hampir sama dalam hal posisi ( 2θ ) dari peak-peak yang

muncul namun berbeda dalam persentase senyawa-senyawa yang terbentuk.

Grafik puncak senyawa zircon untuk variasi milling pada temperatur 800

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

0 20 40 60 80 100

Gambar 4.7. Grafik puncak sampel dengan variasi milling

pada temperatur 800ºC

15 jam

10 jam

5 jam

Page 61: Ardiansyah Fst 1

44

Jika dilihat grafik yang terbentuk tidak memiliki perbedaan dalam posisi (2θ)

namun berbeda pada intensitasnya, hal ini berdampak pada persentase dari masing-

masing senyawa yang terbentuk. Persentase dari masing-masing senyawa dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Persentase senyawa-senyawa yang terbentuk pada variasi milling

Dari tabel tersebut terlihat perbedaan persentase senyawa zirconia (ZrO2)

yang terbentuk pada lama milling yang dilakukan pada sampel. Pada tabel terlihat

semakin lama sampel dimilling maka semakin bertambah persentase senyawa

Senyawa Milling Persen Berat

Zircon ( ZrSiO4 )

5 Jam 45.6 %

10 Jam 45.3 %

15 Jam 43.8 %

Zirconia ( ZrO2 )

5 Jam 17.4 %

10 Jam 20.5 %

15 Jam 23.1 %

Silicon Carbide ( SiC )

5 Jam 32.7 %

10 Jam 23.9 %

15 Jam 23.1 %

Silicon Oxide ( SiO2 )

5 Jam 4.4 %

10 Jam 10.3 %

15 Jam 9.9 %

Page 62: Ardiansyah Fst 1

45

zirconia yang terbentuk walaupun tidak terlalu signifikan peningkatanya karena jika

dihitung secara kuantitatif hanya terjadi kenaikan sebesar 3 % saja.Pada senyawa

lain seperti senyawa zircon ( ZrSiO4 ) mengalami penurunan dalam hal persentase

namun tidak signifikan, fenomena yang sama juga terjadi pada senyawa silicon

carbide, sedangkan pada senyawa silicon oxide cendrung naik persentasenya

walaupun ada penurunan pada saat milling 15 jam, hal ini kemungkinan terjadi

akibat kesalahan pada saat proses pencampuran di dalam camber.Grafik hubungan

lama milling dengan persentase senyawa zirconia yang terbentuk dapat dilihat pada

gambar 4.8.

0

5

10

15

20

25

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 4.8. Grafik kecendrungan lama milling dengan persen berat

Page 63: Ardiansyah Fst 1

46

Pada hasil karakterisasi akhir sampel dengan variasi lama milling juga dapat

diketahui ukuran kristal dari senyawa zirconia yang terbentuk dengan menggunakan

metode yang sama yaitu menggunakan metode Linieritas Wlliamson Hull Plot. Untuk

sampel dengan lama milling 5 jam didapat ukuran kristal sebagai berikut.

y = -0.0394x + 0.1675

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Gambar 4.9. Linieritas Williamson Hull Plot untuk senyawa zirconia pada lama

milling 5 jam pada temperatur 800°C.

y = -0.0394 X + 0.1675

FW cos θ = - 4 strain sin θ + k λ / size

0.1675 = k λ / size

size = k λ / 0.1675

size = 0.94 x 1.540598 / 0.1675

= 8.645744 Å

Page 64: Ardiansyah Fst 1

47

Untuk sampel dengan lama milling 10 jam dan 15 jam dilakukan perhitungan

dengan metode yang sama dan didapat ukuran kristal seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk dengan variasi lama

milling pada temperatur 800° C.

Senyawa Lama Milling Ukuran Kristal

Zirconia ( ZrO2)

5 Jam 8.645744 Å

10 Jam 8.543729 Å

15 Jam 6.869839 Å

Dari tabel di atas terlihat perbedaan ukuran kristal senyawa zirconia yang

terbentuk semakin kecil ketika proses milling dilakukan lebih lama, hal ini karena pada

saat waktunya milling semakin lama maka partikel sampel akan semakin kecil sehingga

berdampak pada saat pembentukan kristal senyawa zirconia itu sendiri. Hubungan antara

ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk dengan lama milling dapat dilihat pada

gambar 4.10

Page 65: Ardiansyah Fst 1

48

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 4.10. Grafik kecendrungan ukuran kristal senyawa zirconia yang terbentuk

dengan lama milling pada temperatur 800° C

Page 66: Ardiansyah Fst 1

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dengan metode Mechanical Activation senyawa zirconia sudah terbentuk pada

temperatur kalsinasi 800°C.

2. Semakin tinggi temperatur kalsinasi yang digunakan maka semakin tinggi

persentase berat senyawa zirconia yang dihasilkan, dan semakin besar pula

ukuran kristal yang dihasilkan.

3. Semakin lama waktu milling yang digunakan semakin meningkat senyawa

zirconia yang terbentuk, namun ukuran kritalnya semakin kecil

4. Persentase senyawa zirconia yang dihasilkan dengan metode Mechanical

Activation lebih tinggi yaitu 23.1% pada temperatur yang lebih rendah

dibandingkan dengan metode Alkali Fusion sebesar 15.9%

5.2. Saran 1. Untuk mendapatkan ekstrak senyawa zirconia yang lebih maksimal disarankan

untuk melakukan variasi waktu penahanan temperatur kalsinasi.

2. Perlu dilakukan penelitian unsur lain sebagai pengikat silica selain carbon black.

Page 67: Ardiansyah Fst 1

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Effendi, Ruslan. 2001. Pengaruh Ukuran Partikel, Komposisi YTTRIA, dan Suhu

Sintering Terhadap Karakteritik Elektrolit Zirconia. Universitas Indonesia.

2. N.Rigopoulus, A. Oh, M.Yousuff, R.G. O’Donnel and M.B. Trigg. The

Carbothermal Reduction of Zircon to Zirconia and Silicon Carbide for Ceramics

and Refractories.

3. Nugraha,Aditya Setiawan.2007. Ekstraksi Zirconia dengan Metode Alkali

Fusion.Institut Teknologi Bandung.

4. Newton, C. Robert. 2010. Free Energy of Zircon Based on Solubility

Measurments at High and Pressure. Memorial University. Canada.

5. Schuiling, D. Roelof. Gibbs.1976. Energies of Formation of Zircon,Thorite, and

Phenacite. Utrech University. Netherland.

6. http: // en. Wikipedia.org/wiki/ zirconia

7. http: // en. Wikipedia. Org/wiki/ zircon

8. Fu Yui, Tzen. 2010.Genesis of Guatemala Jadeitite and Related Fluid

Characteristics : Insight From Zircon. Institute of Earth Science. Taiwan.

9. Abdel-Rehim, Aly M. 2005. A New Technique for Extracting Zirconium from

Egyptian Zircon Concentrate. Alexandria University. Egypt.

10. Yamagata, Chieko. High Purity Zirconia and Silica Powders Via Wet Process :

Alkali Fusion of Zircon Sand. Universidade de Sao Paulo. Brazil.

Page 68: Ardiansyah Fst 1

51

11. Leture,P. 2001.Low Temperature Synthesis of Zircon by Sol-Gel Process.

12. Abdelkader, A.M. 2008.Novel Decomposition Method for Zircon. Cairo

University. Egypt.

13. Chandradass,J. Sop-Han, Kyong. 2008. Synthesis and Characterization of

Zirconia and Silica-Doped Zirconia Nanopowders by Oxalate Processing.

Changwan National Unervisity. South Korea.

14. Biswas, R.K.,Habib,M.A. Karmakar. 2010. A Novel Method for Process of

Bangladesh Zircon : Baking and Fusion with NaOH. Rajshahi University.

Bangladesh.

Page 69: Ardiansyah Fst 1

LAMPIRAN 1

Grafik Sampel Awal Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang Terbentuk

Page 70: Ardiansyah Fst 1

LAMPIRAN 2

Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang Terbentuk Untuk

Temperatur Kalsinasi 800°C Pada Milling 5 Jam

Page 71: Ardiansyah Fst 1

LAMPIRAN 4

Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang Terbentuk Untuk

Temperatur 1200°C Pada Milling 15 Jam

Page 72: Ardiansyah Fst 1

LAMPIRAN 5

Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang Terbentuk Untuk

Milling 5 Jam Pada Temperatur 800°C

Page 73: Ardiansyah Fst 1

LAMPIRAN 6

Grafik Sampel Akhir Dan Nilai Kuantitatif Senyawa Yang Terbentuk Untuk

Milling 10 Jam Pada Temperatur 800°C