8
Nama : Ardiansyah Sistem Terapeutik NIM : 2012730009 Ps.Kediokteran FKK-UMJ Bagaimana tatalaksana medikamentosa pada kasus skenario, protokol dan jelaskan? Panduan tatalaksana DM Tipe 2 Menurut AACE-ACE (2015) The American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) dan American College of Endocrinology (ACE) telah mengeluarkan panduan yang lebih komprehensif dalam tatalaksana dan perawatan optimal bagi pasien DM tipe 2 di tahun 2015 ini. Pada panduan ini juga dicantumkan suatu algoritma dengan fomat yang mudah digunakan untuk membantu para klinisi membaca dengan lebih sederhana dan disediakan dalam informasi singkat namun update yang membahas juga mengenai penggunaan insulin padaDM. Update yang terjadi adalah perubahan yang signifikan dalam menggunakan agen antihiperglikemik, disertai dengan tatalaksana kasus hipertensi, nefropati dan hipoglikemia pada pasien DM tipe 2. Panduan terbaru juga meng-cover vaksinasi, risiko kanker, obesitas, gangguan tidur, dan depresi dan bagaimana cara mengatasi pasien yang bekerja dengan ancaman terjadinya hipoglikemia serius. Yang cukup menarik dalam algoritma ini adalah penentuan batas target A1c, di mana A1c < 6,5 % ditargetkan bagi pasien DM tanpa penyakit penyerta yang serius dan dengan risiko hipoglikemia rendah, sedangkan A1c > 6,5 %

ardi_pbl terapeutik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tatlaksana diabetes mellitus new

Citation preview

Nama : ArdiansyahSistem TerapeutikNIM: 2012730009Ps.Kediokteran FKK-UMJBagaimana tatalaksana medikamentosa pada kasus skenario, protokol dan jelaskan?Panduan tatalaksana DM Tipe 2 Menurut AACE-ACE (2015)The American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) dan American College of Endocrinology (ACE) telah mengeluarkan panduan yang lebih komprehensif dalam tatalaksana dan perawatan optimal bagi pasien DM tipe 2 di tahun 2015 ini. Pada panduan ini juga dicantumkan suatu algoritma dengan fomat yang mudah digunakan untuk membantu para klinisi membaca dengan lebih sederhana dan disediakan dalam informasi singkat namun update yang membahas juga mengenai penggunaan insulin padaDM.Update yang terjadi adalah perubahan yang signifikan dalam menggunakan agen antihiperglikemik, disertai dengan tatalaksana kasus hipertensi, nefropati dan hipoglikemia pada pasien DM tipe 2. Panduan terbaru juga meng-cover vaksinasi, risiko kanker, obesitas, gangguan tidur, dan depresi dan bagaimana cara mengatasi pasien yang bekerja dengan ancaman terjadinya hipoglikemia serius. Yang cukup menarik dalam algoritma ini adalah penentuan batas target A1c, di mana A1c < 6,5 % ditargetkan bagi pasien DM tanpa penyakit penyerta yang serius dan dengan risiko hipoglikemia rendah, sedangkan A1c > 6,5 % ditujukan bagi pasien DM dengan penyakit penyerta serius dan memiliki risiko hipoglikemia. Algoritme baru menekankan pada 8 hal:

Pada algoritma di bawah ini menekankan penambahan dan intensifikasi insulin, dimana titrasi insulin dapat dilakukan tiap 2-3 hari untuk mencapai target terapi yang diinginkan.

Tatalaksana sulih insulin: Dibutuhkan dosis insulin bila terdapat komplikasi diabetes selain terapi hidup sehat dan oral namun bila terdapat keberhasilan terapi hidup sehat insulin hanya tidak perlu dosis intensif, kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar antara 5-150U sehari tergantung dari keadaan pasien, banyak pasien yang mendapat insulin memerlukan makanan kecil menjelang tidur untuk mencegah hipoglikemia pada malam hari. Dosis awal pasein DM muda 0,7-1,5U/kg berat badan. 8-10U insulin kerja sedang berikan 20-30 menit sebelum makan makan pagi hari dan 10U sebelum makan malam. DM dewasa dengan gemuk 20U pagi hari dan 10U sebelum makan malam dosis ditingkatkan secara bertahap sesuai hasil pemeriksaan glukosa darah dan urin.

Keterangan:*Titrasi Metformin: Dimulai dengan metformin dosis rendah (500 mg) yang diberikan 1 atau 2 kali perhari bersama makan (sarapan dan/atau makan malam), atau 850 mg OD. Setelah 5-7 hari, jika efek samping Gastrointestinal tidak terjadi, dosis dapat dinaikkan menjadi 850 mg, atau 1000 mg (2 tab 500 mg), 2 kali perhari. Jika ketika dosis ditingkatkan terjadi efek samping GI, turunkan ke dosis sebelumnya yang lebih rendah, dan dapat dicoba menaikkan kembali dosis setelah efek samping menghilang. Dosis efektif max dapat mencapai 1000 mg 2 kali perhari, tetapi sering hanya 2 x 850 mg per hari. Efek samping GI dapat menjadi pembatas dosis yang dapat diberikan. Untuk kasus DM tipe 2 tanpa komplikasi seperti KAD, KHONK dll. Target jangka panjang dari terapi adalah HbA1C < 7%, HbA1C yang lebih dari atau sama dengan 7% tanda untuk memulai atau merubah (dalam hal ini melanjutkan ke langkahberikutnya) terapi. Evaluasi HbA1C dilakukan setiap 3 bulan. Target terapi kadar gula darah untuk mencapai tujuan A1C adalah gula darah puasa dan preprandial antara 70-130 mg/dl. Untuk Step 2: pemilihan antara basal insulin dan SU dapat mempertimbangkan kadar A1C dan ada tidaknya gejala-gejala klinis yang sekunder disebabkan oleh hiperglikemia. jika kadar A1C > 8,5% atau adanya gejala hiperglikemia, maka lebih dipertimbangkan untuk memakai basal insulin dengan tetap memperhatikan edukasi dan monitoring yang baik. Step 3: jika step 2 gagal, maka langkah selanjutnya adalah menambahkan suntikan insulin tambahan yang dapat berupa short atau rapid-acting insulin yang diberikan sebelum makan untuk mengurangi gula darah postprandial. Jika injeksi insulin dimulai, maka pemberian insulin secretagogues (SU atau glinide) harus dihentikan, atau ditapering kemudian dihentikan. Karena kombinasi keduanya tidak sinergistik.

Tatalaksana Dislipidemia adalahHeart protection study melakukan penelitian yang berskala besar melibatkan 5963 pasien penderita diabetes adalah >40 tahun dengan kadar total kolesterol >135 mg/dl. Pasien diabetes yang diberikan simvastatin mengalami penurunan resiko 22% terhadap terjadinya penyakit CVD. Penurunan resiko ini terjadi pada semua subkategori LDL yang diperiksa, termasuk pasien adalah kadar LDL yang lebih rendah sebelum terapi (