Upload
vonhan
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI
DI DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
ARI PRATAMA PUTRA
NIM: 107051002478
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI
DI DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
ARI PRATAMA PUTRA
NIM: 107051002478
Di Bawah Bimbingan
Drs. Sugiharto, MA
NIP. 19660806 199603 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri di
Depok”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 14 Juni 2011
Panitia Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarofah, MA
NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19710816 199703 2 002
Anggota
Penguji I. Penguji II.
Drs. S. Hamdani, MA Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19550309 199403 1 001 NIP. 19700903 199603 1 001
Pembimbing,
Drs. Sugiharto, MA
NIP. 19660806 199603 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 30 Mei 2011
ARI PRATAMA PUTRA
NIM: 107051002478
iv
ABSTRAK ARI RATAMA PUTRA / NIM: 107051002478 RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI DI DEPOK
KH. Ahmad Damanhuri adalah seorang muballigh yang berprinsip kepada Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (NU), yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Beliau diberi julukan oleh para da’i di kota Depok yaitu singa podium dalam berdakwah dengan sistem penyampaian dan intonasi yang baik sehingga pada tahun 2004-2009 beliau dipercaya oleh masyarakat Depok untuk menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Kota Depok), beliaupun berhasil menyampaikan dakwah melalui bidang pendidikan formal di Yayasan Pesantren Al-Karimiyah yang berada di daerah Sawangan-Depok dan non formal di berbagai Majlis Ta’lim, peringatan hari besar Islam dan kegiatan keagamaan yang ada di Sawangan-Depok.
Berdasarkan latar belakang di atas, batasan masalahnya adalah tentang bagaimaa retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri. Sedangkan rumusan maslahnya adalah bagaimana konsep retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok? dan bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok?. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana konsep retorika dakwah KH. Ahmad Damahuri dan bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri. Manfaatnya adalah memberikan kontribusi positif bagi pengembangan penelitian melalui pendekatan Ilmu Komunikasi, menambah pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang lain yang terjun pada dunia dakwah, khususnya retorika dakwah KH. Ahmad damanhuri.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Deskriftif Analisis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan, yaitu mendeskripsikan konsep retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri dan penerapan retorika dakwah KH. Ahmad damanhuri. Waktunya dari 1 Mei-30 Mei 2011 yang berlokasi di Yayasan Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Depok. Tekniknya dengan observasi langsung ke kediaman beliau dan tempat dimana beliau melakukan dakwah, wawancara langsung dengan KH. Ahmad Damanhuri dan ketua jama’ah majlis ta’lim, guru, dosen, mahasiswa serta santri dan mengumpulkan dokumentasi tentang KH. Ahmad Damanhuri. Analisisnya berpedoman sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang oleh CeQDA (Center for Quality Develoment and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah bagaimana cara seorang da’i berbicara yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri sehingga orang yang mendengar itu bisa tertarik dengan apa yang dibicarakan, dari mulai gaya bahasa, penampilan dan tehnik berbicara yang memiliki daya sentuh kepada hati audience, sehingga mereka khusu’ mendengarkan dan meresap terhadap apa yang disampaikan oleh para penceramah.Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah mengajak kepada semua manusia termasuk non muslim, agar mereka mengimani Allah. Sedangkan penerapan retorika Dakwah KH. Ahmad damanhuri adalah bahasa yang digunakan dalam berdakwah adalah bahasa sehari-hari dalam pergaulan di masyarakat dan menggunakan suara yang keras, berapi-api dan ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap persoalan-persoalan yang tengah terjadi di masyarakat dan bahasa tubuh, gaya, penampilan dan gerakan tangan, kepala dan perhatian yang fokus kepada jama’ah. Bahasa tubuh beliau menunjukan kewibawaan, kesegaran dan keberanian, beliau memiliki tubuh yang bisa dibilang, tegar, lincah dengan intonasi suara yang bass yang mengisyaratkan bahwa umat Islam harus jaya, berkibar dan semangat jihad di jalan Allah SWT.
v
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, pemilik
semesta alam dan sumber segala ilmu, dan dengan hidayah-Nya selalu tercurah
kepada makhluk-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah pada manusia biasa yang berakhlak luar
biasa, manusia agung yang diciptakan oleh yang Maha Agung, manusia besar
yang diciptakan yang Maha Besar, yaitu baginda nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umatnya dari masa kegelapan (jahiliyah) hingga menuju
cahaya terang benderang dengan al-Quran dan as-Sunnahnya.
Penulis menyadari benar, bahwa skripsi yang sudah merupakan bagian tak
terpisahkan dari penulis, ternyata adalah suatu kebanggaan dan begitu banyaknya
orang yang ikut memberikan semua yang dibutuhkan oleh penulis dalam proses
penyelesaiannya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, beserta seluruh pembantu dekan.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Ibu Umi Musyarofah, MA, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
4. Bapak Drs. Sugiarto, MA, Pembimbing skripsi ini, yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
vi
5. Bapak serta Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta seluruh
staf dan karyawannya yang telah melayani dan menyiapkan fasilitas literatur,
sampai penulis bisa menyelesaikan studi ini.
7. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta seluruh staf
dan karyawannya yang telah melayani dan menyiapkan fasilitas literatur.
8. Para pegawai/staf fakultas dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
pelayanan yang prima kepada penulis.
9. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Sukendi, Ibu Nurjannah dan Ibu Susilawati
yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan ikhlas
mengasuh dan mendidik serta senantiasa mendoakan penulis, sehingga bisa
mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi hingga selesai.
10. Nenek Lamih dan Kakek Mursan yang telah memberikan bantuan materi
untuk kuliah saya sampai dengan tahap akhir.
11. Bapak KH Ahmad Damanhuri, MA sebagai Pimpinan Yayasan Pesantren Al-
Karimiyah dan subjek dari penelitian skripsi ini, yang telah membantu penulis
mendapatkan informasi retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri.
12. Para Muballigh, Dosen, Guru, Mahasiswa, Santri, Ketua majlis Ta’lim
Ummahatul Aula, Majlis Sahabat serta seluruh pengurus Yayasan Al-
Karimiyah yang telah berkenan untuk menjadi responden dalam skripsi yang
berjudul Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok.
13. Untuk adik-adikku tersayang; Hadi Dwi Putra dan Aditia Suwandi, yang ikut
andil dalam memberikan bantuan dan motivasi pada penulis baik moril
maupun materil, serta semua saudara-saudaraku yang pernah memberikan
dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
vii
14. Teman-teman seperjuangan yang ikut andil dalam memberikan bantuan dan
dorongan terutama KPI C angkatan 2007 khususnya; Muhammad Reza, Hasan
Saladhin, Ega Maulana, Sofyan Hadi rahman, Maulana Yusuf, Arip Hidayat,
Angga Gurnita, Qori’atun Shalihah, serta teman-teman yang lain yang penulis
tidak sebutkan akan tetapi penulis tidak akan pernah lupakan. Dan Taman-
teman Pesantren dan Mahasiswa STAISKA Al-Karimyah
Dengan hamparan kedua tangan serta ketulusan, penulis mendoakan
semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan oleh
semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT
disertai limpahan rahmat, hidayah serta berkah-Nya, Amin ya Roobal ’Alamin
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sepenuhnya dapat
menentramkan kegelisahan intelektual serta menyirami dahaga ilmiah, untuk itu
penulis sangat berlapang dada menerima masukan-masukan yang bersifat
membangun. Semoga skripsi di hadapan anda ini dapat memberikan kontribusi
positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah khazanah perpustakaan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ciputat, 06 Juni 2011
Penulis,
Ari Pratama Putra
NIM: 107051002478
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................ 15
A. Ruang Lingkup Retorika ......................................................... 15
1. Pengertian Retorika ............................................................... 15
2. Unsur Dasar Retorika ............................................................ 18
3. Hukum dan Prinsip Retorika ................................................. 20
4. Pembagian Retorika .............................................................. 23
5. Tipologi Retorika .................................................................. 25
6. Organisasi, Struktur dan Imbauan Pesan Retorika ................ 25
7. Tujuan dan Fungsi Retorika .................................................. 28
8. Tehnik Retorika ...................................................................... 32
B. Ruang Lingkup Dakwah ........................................................... 33
1. Pengertian Dakwah ............................................................... 33
2. Unsur-unsur Dakwah ............................................................ 35
3. Bentuk-bentuk Dakwah ......................................................... 41
C. Hubungan Retorika dengan Dakwah ...................................... 41
ix
BAB III BIOGRAFI KH. AHMAD DAMANHURI ................................. 45
A. Riwayat Hidup KH. Ahmad Damanhuri .................................. 45
B. Pendidikan dan Organisasi KH. Ahmad Damanhuri ................ 48
C. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri.............................. 52
D. Karya-karya KH. Ahmad Damanhuri....................................... 55
BAB IV RETORIKA DAKWAH KH AHMAD DAMANHURI ............ 57
A. Konsep Retorika KH. Ahmad Damanhuri ................................ 57
B. Konsep Dakwah KH. Ahmad Damanhuri ................................. 67
C. Penerapan Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri .............. 72
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 88
A. Kesimpulan ............................................................................... 88
B. Saran-saran ................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... . 92
LAMPIRAN .................................................................................................... . 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kegiatan yang oleh setiap orang dalam kehidupan di
masyarakat adalah bertutur kata atau berbicara. Kegiatan bertutur kata atau
berbicara mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting dalam aktivitas
manusia berbangsa, bermasyarakat, dan berpradaban.1
Dalam dunia komunikasi cara berbicara disebut retorika yaitu ilmu
yang mengajarkan cara berbicara yang baik, dengan menggunakan berbagai
macam disiplin ilmu pendukung. Sering kali retorika disamakan dengan public
speaking, yaitu suatu bentuk kemunikasi lisan yang disampaikan kepada
kelompok orang banyak tetapi sebenarnya retorika itu tidak hanya sekedar
berbicara di hadapan umum, melainkan ia merupakan sebuah gabungan antara
seni bicara dan pengetahuan atau suatu masalah tertentu untuk meyakinkan
pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif. Dikatakan seni karena
retorika menuntut keterampilan dalam penguasaan atas bahasa dan dikatakan
pengetahuan disebabkan adanya materi atau masalah tertentu yang harus
disampaikan kepada pihak orang lain.2
1 Wahidin Saputra, Buku Ajar Retorika Dakwah Lisan [Teknik Kithabah], (Fakultas
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2006), h.1. 2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet,ke-2,
hal. 136.
2
Islam adalah Agama yang menyerukan kepada Amar Maruf Nahyi
Munkar, atau dengan kata lain Islam adalah agama dakwah. Dakwah
mengandung arti, ajakan, atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku.
Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di manapun
berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan melainkan
harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai
pendirian.3
Adapun pengertian dakwah nenurut Prof. H.M. Toha Yahya Umar,
yaitu, mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar
sebagaimana perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.4
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl (16) ayat 165:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahlu: 125)
3 H. Naan Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), Cet Ke-1,
hal. 164. 4 Rafiuddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung:
Pustaka Setia,1997) hal. 31.
3
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diajak kepada agama Allah
melalui tiga cara, Dakwah dengan Hikmah, Mauizhah Hasanah dan al-Jidal
(perdebatan).5
Hikmah adalah al-Burhan al-Aqli (argumentasi yang logis).
Maksudnya argumentasi yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah.
Argumentasi yang memuaskan, yang bisa mempengaruhi jiwa siapa saja.
Karena manusia tidak dapat menutupi akalnya dihadapan argumentasi-
argumentasi yang pasti serta pemikiran yang kuat.
Mauizhah Hasanah atau peringatan yang baik, itu berarti
mempengaruhi perasaan manusia tatkala akal mereka diseru dan
mempengaruhi pemikiran mereka tatkala pemikirannya diseru, sehingga
pemahaman mereka terhadap apa yang mereka dakwahkan senantiasa diliputi
oleh semangat untuk melaksanakannya serta beraktifitas untuk meraihnya.
Adapun cara yang ketiga, al-Jidal (perdebatan) dengan cara yang baik
dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi
terbatas pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan
argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-
argumentasi yang jitu dan benar.
5 Anonim, Islam, Dakwah dan Politik (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet. Ke-1,
hal. 33-36.
4
Tujuan dakwah adalah mengajak manusia kejalan Allah SWT, jalan
yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk
mempengaruhi cara berfikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan
bertindak, agar hidup manusia sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.6
Dakwah akan diterima dengan baik apabila para da’i mengetahui
secara tepat kepada siapa dakwah itu di tujukan, dikarenakan setiap manusia
itu tidak sama, baik dari segi usia, tingkat kecerdasan dan status sosial dalam
masyarakat. Yang kesemua itu menuntut agar penyeru dakwah arif dan
bijaksana kepada siapa dan bagaimana ia harus menghadapi jama’ah.7
Menguasai materi saja belum cukup untuk meraih sukses dalam dunia
pidato tanpa dibarengi dengan keindahan bahasa. Rangkaian kata dan susunan
bahasa yang indah dan berirama dalam pidato merupakan akar dalam retorika.
Hitler mampu menggiring manusia dalam kancah perang dunia kedua,
Napoleon Bonaparte berhasil menguasai duapertiga daratan Eropa, Bung
Tomo tokoh 10 November yang dikenal dengan Hari Pahlawan dan Sukarono
yang mampu membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk bangkit
berjuang melawan penjajah Belanda dalam meraih kemerdekaan. Semua itu
kalau kita kaji dan analisa tidak lain bersumber dari sebuah pidato serta
keindahan bahasa yang mampu menggerakkan hati manusia untuk melakukan
apa yang orator ingini. Dengan pidato bisa membakar semangat banyak orang
agar mau maju ke medan perang dan membangun bersama untuk negeri ini.
6 Rafiuddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1997) Cet. Ke-1, hal. 32. 7 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1
hal 2
5
Banyak sekali orang yang pandai berbicara sehingga berpidato panjang
lebar, akan tetapi tidak memperoleh apa-apa selain kelelahan dan kebosanan,
hal ini disebabkan pembicara banyak mempunyai bahan materi tetapi tidak
mampu mengorganisasikannya. Oleh karena itu, bila seseorang mau menjadi
ahli pidato, maka perlu memperhatikan dan memahami tahap penyusunan
pidato.8
Penggunaan retorika dalam berdakwah merupakan persuasi dari da’i
untuk menyakinkan mad’u bahwa ajaran Islam sebagai pedoman hidup yang
mampu menyelamatkan manusia untuk hidup di dunia dan akhirat. Retorika
akan berpengaruh pada isi pesan dakwah yang disampaikan da’i. Ekspresi
komunikasi efektif da’i dalam menyampaikan dakwah Islam akan dilihat dan
didengar oleh mad’u, sehingga mad’u akan mengikuti apa yang disampaikan
dan diharapkan da’i.
Pada saat ini para da’i dalam berdakwah menggunakan metode pribadi
yang dapat memberikan perhatian kepada masyarakat. Seiring dengan harapan
kehadiran para da’i di tengah masyarakat agar memberikan nuansa baru dalam
berdakwah sehingga masyarakat dapat menerima dan mengamalkan apa yang
disampaikan oleh para da’i.
Seorang da’i dituntut untuk mampu menggunakan kata yang baik dan
teratur sehingga pesan dakwah memiliki relevansi dalam kehidupan di
masyarakat yang dapat dimengerti dan difahami oleh mad’u menganai pesan
dakwah yang disampaikan. Walaupun ayat dan hadits yang digunakan oleh
8 Wahidin Saputra, Buku Ajar Retorika Dakwah Lisan [Teknik Khithabah], hal. 1.
6
para da’i memiliki kesamaan, namun mereka berbeda dalam menjelaskan ayat
dan hadits tersebut, tergantung pada persiapan dan keilmuan da’i. Maka
retorika berfungsi sebagai ilmu yang membimbing untuk merancang kata agar
tercapai tujuan dakwah.
KH. Ahmad Damanhuri adalah seorang muballigh yang berprinsip
kepada Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (NU), yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah SAW. Beliau diberi julukan oleh para da’i di kota Depok yaitu
singa podium dalam berdakwah dengan sistem penyampaian dan intonasi
yang baik beliau dapat merekrut begitu banyak kalangan mad’u dari berbagai
status, beliaupun berhasil menyampaikan dakwah melalui bidang pendidikan
formal di Yayasan Pesantren Al-Karimiyah yang berada di daerah Sawangan-
Baru Kota-Depok dan non formal, seperti Majlis Ta’lim, peringatan hari besar
Islam dan kegiatan keagamaan yang ada di Sawangan-Depok.
Beliau adalah salah satu Kyai yang segani di daerah Sawangan-Depok,
beliau pernah berdakwah di Pemerintahan Kota Depok ketika menjadi
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok (DPRD Kota Depok)
pada tahun 2004-2009 dan pernah berdakwah di dalam Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) pada tahun 1988-2009. Dakwah beliau dijadikan contoh oleh
para da’i. Diantara Kyai yang tidak asing di daerah Sawangan-Depok dan
mengikuti gaya dakwah beliau yakni, KH. Encep Hidayat, MA, K.H. Hasan
Ansori, MA dan KH. Abdullah Syafi’i, MA.
Berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagaimana yang telah
diuraikan diatas dikuatkan juga oleh pernyataan bahwa retorika adalah suatu
7
ilmu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang da’i dalam proses
pelaksanaan dakwahnya agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Dari
sebab itulah penulis tertarik untuk membahas sosok Kyai yang memiliki cita-
cita luhur untuk menegakkan dan memajukan Agama Allah. Untuk membahas
lebih dalam tentang konsep retorika dakwah dan penerapan retorika dakwah
yang digunakan oleh KH. Ahmad Damanhuri dalam menyampaikan dakwah
Islam pada sebuah skripsi yang berjudul ”Retorika Dakwah KH. Ahmad
Damanhuri di Depok”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Karena luasnya tentang pembahasan retorika, untuk lebih
memfokuskan penulisan skripsi ini, maka masalah yang akan dibahas dalam
penulisan skripsi ini tentang bagaimana Retorika Dakwah KH. Ahmad
Damanhuri di Depok.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep retorika KH. Ahmad Damanhuri?
2. Bagaimana konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri
3. Bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad
Damanhuri?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui bagaimana konsep retorika KH. Ahmad Damanhuri.
2. Mengetahui bagaimana konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri
3. Mengetetahui bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad
Damanhuri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan penelitian melalui pendekatan Ilmu Komunikasi. Untuk
menambah pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang lain yang
terjun pada dunia dakwah, yang berkaitan tentang retorika sebagai alat
utama dalam menyiarkan agama Islami.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah
bahan tambahan bagi para da’i untuk dapat menyampaikan dakwah Islam
dengan cara yang efektif dan efesien dalam menyingkapi perkembangan
dakwah di Indonesia, khususnya yang berkenaan dengan retorika dakwah
KH. Ahmad Damanhuri di Depok.
9
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam
penelitian ini maka, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriftif
Analisis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan.9
Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi
bahan utama. Langkah kedua, adalah membahas gagasan primer yang pada
hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang
dideskripsikan.
Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian kualitatif
mendefinisikan ”Metode kualitatif sebaga prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.10
Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah ”Penelitian yang berfungsi untuk mendata atau
mengelompokan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu
bidang persoalan yang ada.”11
Penulis mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis,
factual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan fenomena
yang diteliti.
9 Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin Ilmu, (Bandung:
Pusjarlit Dan Nuansa, 1998). Cet. Ke-1, hal. 45. 10
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kulaitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyda
Karya, 1993) cet ke-10, h. 3 11
Dean J. Champion, Metode Dan masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998)
h. 6
10
Adapun secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh
penerapan metode kualitatif.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah KH. Ahmad Damanhuri. Dan
objek dari penelitian ini adalah retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di
Depok.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dimulai pada tanggal 1
Maret 2011 sampai 31 Mei 2011. Sedangkan tempat penelitian ini adalah
Yayasan Pesantren Al-Karimiyah di Sawangan-Depok.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu pengambilan data yang didapatkan melalui
pengamatan, pencatatan sistematik dan fenomena-fenomena yang
diselidiki langsung kepada objeknya dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.12
Teknik pada penelitian ini penulis mendatangi dewan Dosen, Guru,
Asatidz yang bermukim di lingkungan Pondok Pesantren Al-
Karimiyah, ketua Majlis Sahabat dan Ummahatul Aula yang bertempat
12
Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007) Cet. Ke-1, hal. 186.
11
tinggal di Sawangan-Depok serta mengikuti dan mencatat dakwah KH.
Ahmad Damanhuri di Majlis Sahabat dan Ummahatul Aula, guna
memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang berkaitan tentang
penerapan retorika dalam berdakwah KH. Ahmad Damanhuri.
Dalam hal ini penulis mengamati selama tiga bulan setiap hari
selasa pagi di masjid al-Aula dan hari rabu malam kamis setiap dua
minggu sekali di kediaman KH. Ahmad Damanhuri. Dan menghadiri
peringatan hari besar Islam yang beliau hadiri untuk ceramah, yaitu
Peringatan Mulid Nabi Muhammad SAW di Musholla As-Siddiqiyah
daerah Cidokom Gunung Sindur pada tanggal 18 April 2011 dan
Peringatan Maulid di Masjid Al-Aula Sawangan-Baru Kota Depok
pada tanggal 20 April 2011.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan kepada informan.13
Penulis melakukan
wawancara secara langsung dengan KH. Ahmad Damanhuri untuk
mengetahui jawaban langsung tentang konsep retorika dan dakwah
yang beliau lakukan, KH. Encep Hidayat, K.H. Hasan Ansori, KH.
Abdullah Syafi’i, Ust. Rohimi Azhari,Ust. Ahmad Fatih Ghazali, Ust.
Syahruddin al-Qosimi, S.Hi, Ustjh. Hjh. Suharti, Ust. Muhammad
13
Joko Subagyo, Metode Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), Cet
Ke-1.
12
Kahfi, S.Pdi, Muhammad Fathi dan beberapa dosen juga santri,
jama’ah beliau dari beberapa Majelis Ta’lim. Guna mendapatkan
informasi tentang retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri dalam
ceramahnya, serta wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi
data, guna menjawab perumusan masalah yang peneliti ajukan.
c. Dokumentasi
Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi yang
berkaitan tentang retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok
baik berupa buku, tulisan atau juga foto beliau ketika berdakwah dan
berkas-berkas lain yang berkaitan dengan retorika dakwah. Dokumen
ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang
sebelumnya telah dilakukan.
5. Analisis Data
Apabila telah terkumpul langkah selanjutnya adalah
mengklarifikasikan data untuk kemudian dianalisis, sesuai dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam
laporan ilmiah. Dalam penulisan penelitian ini penulis berpedoman kepada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
yang oleh CeQDA (Center for Quality Develoment and Assurance)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
13
6. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah
pertama adalah meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi
terdahulu yang mempunyai objek dan subjek yang hampir sama. Antara
lain.
1. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansur. Karya Sulnah
Syafitri. Nim: 103051028556, Tahun 2007. Angkatan 2003.
2. Retorika Dakwah KH. Ahmad Syafi’i Al-Mustawa. Karya Abdul
Fatah. Nim: 105051001919, Tahun 2009.
3. Retorika Dakwah KH. Abdurrahman Al-Madinah di Pondok
Pesantren al-Hidayah. Karya Heryanto, Tahun 2010.
4. Retorika Nasaruddin Umar Pada Pengajian Rutin Di Masjid Agung
Sunda Kelapa. Karya Tiara Zulharbi, Angkatan 2001.
5. Retorika Dakwah KH. Habib Ali Alwi Bin Thohir. Karya Syarifah
Sa’diyah. Angkatan 2003.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lain adalah subyek
penelitian ini KH. Ahmad Damanhuri yang berlatar belakang pendidikan
formal sampai ke jenjang Doktoral, sosok yang lantang, tegas, pemberani,
pemilik Yayasan Pesantren Al-Karimiyah (MTS, MA, STAISKA, KBIH,
Majlis Ta’lim dan Wali Santri) dan pernah menjadi Anggota DPRD Kota
Depok. Perbedaan yang lain yaitu objek penelitian ini di Kota-Depok baik
di Pemerintahan maupun lembaga sosial yang ada di masyarakat,
khususnya di Sawangan-Baru Yayasan Pesantren Al-Karimiyah.
14
7. Sistematika Penulisan
Penulisan ini ditulis secara sistematis, dan terbagi menjadi lima
bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub dengan sistematika.
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang
lingkup retorika, yang membahas pengertian retorika, unsur
dasar retorika, hukum dan prinsip retorika, tipologi retorika,
organisasi, struktur dan imbauan pesan retorika, tujuan dan
fungsi retorika, dan tehnik retorika. Ruang lingkup dakwah,
yang membahas pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah,
bentuk-bentuk dakwah dan hubungan retorika dengan
dakwah.
BAB III : Biografi KH. Ahmad Damahuri, yang terdiri dari riwayat
hidup, pendidikan, organisasi, aktivitas dakwah dan karya-
karya KH. Ahamad Damanhuri.
BAB IV : Hasil dan Analisis, yang terdiri dari konsep retorika dan
dakwah KH. Ahmad Damanhuri, serta penerapan retorika
dakwah KH. Ahmad Damanhuri.
BAB V : Yang merupakan bagian terakhir dari skripsi ini, terdiri dari
kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
a. Pengertian Bahasa
Ditinjau dari segi bahasa, perkatan retorika berasal dari bahasa
yunani, yaitu ”rhetor” yang mengandung arti seorang juru pidato,
yang mempunyai sinonim Orator.1 Dalam bahasa Inggris ”Rhetoric”
bersumber dari perkataan ”Rhetorica yang berarti ilmu bicara”2 dan
dalam bahasa arab disebut fannul khitabah.3
b. Pengertian Istilah
Definisi retorika dari segi istilah, beberapa pendapat antara lain:
1. Retorika menurut Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Fross,
dalam bukunya Theories of Human Communication,
didefinisikan sebagai the art of constructing arguments and
speechmaking4 (seni membangun argumentasi dan seni bicara).
2. Retorika menurut Donald C. Bryant adalah proses untuk
menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang
1 M.H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet,
Ke-1, hal 10. 2 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 53. 3 T.A Lathief Rousydy, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: PT.
Firma Rimbow, 1989), h. 40. 4 Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,
Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cetakan Pertama, hal. 43.
16
dengan ide melalui berbagai macam pesan (adjusting ideas to
people to ideas in messages of all kinds).5
3. Retorika menurut Morissan dan Andy Corry Wardhani adalah
segala hal bagaimana manusia menggunakan simbol untuk
mempengaruhi siapa saja yang ada di dekatnya dan
membangun dunia di mana mereka tinggal.6
4. Retorika menurut Jalaludin Rahmat adalah pemekaran bakat-
bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa
selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan
pikiran.7
5. Retorika menurut Gorys Kraf adalah suatu pemakaian bahasa
sebagai seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada
suatu pengetahuan yang tersusun rapi dan baik.8
6. Retorika menurut I Gusti Ngurah Oka adalah ilmu yang
mengajarkan tindakan dan usaha efektif dalam persuasi
penataan dan penampilan kultur untuk membina saling
pengertian, dan kerjasama serta kedamaian dalam kehidupan
masyarakat.9
5 Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,
Percakapan, dan Hubungan, hlm. 43. 6 Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,
Percakapan, dan Hubungan, hlm. 44. 7 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT, Remaja
Rosdakarya, 1998), hal. 5. 8 Gorys Kraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet.
Ke-13, hlm. 3 9 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, (Bandung: Terate, 1976),
Cet, Ke-1, hal. 13.
17
7. Retorika menurut Wahidin Saputra adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana bertutur kata di hadapan orang
lain dengan sistematis, logis, untuk memberikan pemahaman
dan meyakinkan orang lain.10
8. Retorika menurut ahli publisistik Jamaluddin Adinegoro,
seperti yang dikutip T.A Lathief Rousydiy adalah kepandaian
mengarang atau pengetahuan teknik yang melahirkan fikiran
dan perasaan dengan lisan dan tulisan secara sempurna.11
9. Retorika menurut encyclopedia britania adalah kesenian
menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang
diinginkan terhadap pembaca dan pendengar.12
10. Retorika menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
keterampilan berbahasa secara efektif dalam karang mengarang
atau seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.13
Dengan demikian, penulis dapat memahami dan merangkum
pengertian retorika dari berbagai pendapat adalah pemekaran bakat-
bakat tertinggi manusia, yaitu seni beribcara manusia melalui cita rasa
lewat bahasa yang menggunakan simbol untuk membangun
kemampuan argumentasi berkomunikasi dalam medan pikiran dan
10
Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan, (Teknik Khitabah), (Buku Ajar Fakultas
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Pres 2006), hal. 2. 11
T.A Lathief Rousydy, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: PT.
Firma Rimbow, 1989), h. 7. 12
Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, (Jakarta: PT, Rhineka
Cipta), hal. 36. 13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), Edisi Ke-2, hal. 953.
18
menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide
dengan sistematis, logis dan efektif agar orang lain terpengaruh dan
mau membina saling pengertian, kerjasama serta kedamaian dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Unsur Dasar Retorika
Retorika sebagai alat persuasi memiliki pola dasar retorika sebagai
berikut:
1. To Start of Fire, sebagai pendahulu dengan tujuan menarik minat
dan perhatian pendengar:
a. Menciptakan suasana yang cerah, ceriah bagi masalah pokok
yang hendak dikemukakan.
b. Mewujudkan massa psychologis agar pendengar tertarik
terhadap apa yang hendak dikemukakan.
c. Melukiskan pokok persoalan yang disentuhkan kepada jiwa
para pendengar, sehingga dirasakan sebagai hal yang baru dan
penting baginya.
2. To Bulid a Bridge, (membangun jalan pikiran dengan pendengar)
dengan tema yang tepat dan padat, memilih ilustrasi dan
argumentasi yang meyakinkan.
Bagaimana da’i dapat membagun jalan pikiran pendengar atas
tema yang disampaikan dengan menggunakan ilustrasi yang jelas
dan tepat.
3. For Instace
a. Confiratio (positif), yaitu: argumen yang memperkuat
pendapat/gagasan yang telah dikemukakan dengan ditopang
oleh pendapat/pendirian tokoh-tokoh terkemuka.
b. Refutatio (negatif), yaitu: argumen yang melumpuhkan
pendapat/gagasan pihak lain yang berbeda dengan
pendapat/pendirian kita sendiri, sambil mengetengahkan bukti-
bukti yang konkrit, dengan disertai humor.
4. So What yaitu membuat kesimpulan sebelum penutup, agar pidato
itu sebagai suatu kebulatan sehingga kesan terakhir dapat
membekas dalam ingatan para pendengar.14
14
A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya:
PT Usaha nasional, 1982), h. 26.
19
Ada lima unsur dalam retorika:
1. Act (tindakan), tindakan adalah tingkah laku yang dilakukan orang
dalam setiap harinya, sebagian orang dapat memperhatikan
tindakan orang lain dengan hanya melihat bagaimana ia bertingkah
laku.
2. Scene (medan), medan adalah tempat yang dapat digunakan untuk
berpidato, seperti panggung, mimbar, dan lain sebagainya.
3. Agent (pelaku), pelaku adalah orang yang melaksanakan pidato dan
orang yang menjadi sasaran atau pendengar dalam pidato tersebut,
dalam ilmu dakwah pelaku disebut da’i dan mad’u, pelaku retorika
adalah sebagai sumber kekuatan atas unsur yang ada.
4. Agency (sasaran tindak), sasaran tindak adalah alat yang digunakan
oleh orator untuk menyampaikan materi pidatonya. Alat ini bisa
berbentuk media mimbar, media cetak dan media elektronik.
5. Porpusa (tujuan), tujuan adalah salah satu faktor yang sangat
penting dalam pelaksanaan retorika, karena dengan tujuan itulah
dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dan dengan tujuan pula
orang yang mendengar pidato akan memahami terhadap isi pesan
yang disampaikan. Sehingga akan timbul perubahan dalam diri
pendengar sesuai dengan apa yang diharapkan pembicara.15
15
A.H Hasanuddin, Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya:
PT Usaha nasional, 1982), h. 25-27.
20
Menurut Toto Tasmara, hal yang paling dominan dalam retorika yaitu:
1. Pengetahuan bahasa
2. Pengetahuan atas materi
3. Kelincahan berlogika
4. Pengetahuan atas jiwa massa
5. Pengetahuan atas sistem sosial budaya masyarakat
(pengetahuan interdisipliner)16
3. Hukum dan Prinsip Retorika
1. Hukum Retorika
Ada lima tahapan membuat pidato atau yang sering dikenal dengan
(the five connons rethoric) atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles
dalam buku diksi dan gaya bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf, berikut
ini.
1. Inventio atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-
materi. Langkah ini mencangkup kemampuan untuk
menemukan, mengumpulkan, menganalisis dan memilih materi
yang cocok untuk pidato. Menurut Aristoteles argumen-
argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan efeksi. Karena
ini dianggap sebagai bagian yang sang sangat penting.
16
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama), hal. 136.
21
2. Dipositio atau Taxis atau Oikonomia, adalah peyusunan dan
pengurutan materi (argumen) dalam sebuah pidato.
3. Elocutio atau Laxis, yaitu pengungkapan atau peyajian gagasan
dalam bahasa yang sesuai, meliputi komposisi bahasa,
kerapian, kemahiranan, ketajaman, kesopanan, kemegahan dan
hiasan pikiran.
4. Memoria atau mneme yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk
mengingat gagasan-gagasan dalam pidato yang sudah disusun.
5. Pronuntiatio atau Hypokrisis, yaitu menyajikan pidato,
penyajian efektif dari sebuah pidato yang ditentukan oleh suara,
sikap, dan gerak-gerik tubuh.17
Dalam perkembagannya, kelima kanon retorika tersebut mendapat
penafsiran yang semakin luas. Saat ini, pengertian ’penciptaan’ sudah
meluas dan mengacu pada pengertian konseptualisasi, yaitu proses
pemberian makna terhadap data melalui interpretasi (the process through
which we assign meaning to data through interpretation).18
Ini berarti
suatu pengakuan terhadap fakta bahwa kita tidak sekedar menemukan apa
yang ada, tetapi menciptakannya melalui kategori interpretasi yang kita
gunakan. Pengaturan adalah proses mengorganisir simbol, yaitu mengatur
17
Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984),
Cet. Ke-7, hal.9-10. 18
Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,
Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cetakan Pertama, hal. 44.
22
informasi yang terkait dengan hubungan di antara manusia, simbol dan
konteks yang terlibat.19
2. Prinsip Retorika
Setelah bahan pidato dipersiapkan, kemudian mengatur materi
dakwah dan disusun dengan menarik yang harus didasari pada tiga prinsip
yaitu:
1. Kesatuan (unity) komposisi yang baik adalah merupakan
kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan
sifat. Dalam isi maksud adalah gagasan tunggal harus
mendemonasi uraian, mengenai tujuan harus jelas, apakah
tujuan pidato itu untuk menghibur, memberitahukan dan
mempengaruhi, begitupun sifat pembicara apakah serius,
informal, formal apakah bermain-main. Dengan demikian akan
jelas apa yang akan disampaikan dalam pidato tersebut.
2. Pertautan-pertautan (coherency) ini menunjukan yang baik
adalah merupakan urutan bagian yang berkaitan satu sama lain,
pertautan meyebabkan perpidahan dari pokok yang satu ke
pokok yang lain secara lancar.
3. Titik berat (emphasis) bisa persatuan dan pertautan membantu
pendengaran untuk mengikuti dengan mudah proses
19
Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,
Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cetakan Pertama, hal. 45.
23
pembicaraan, maka titik berat menunjukan mereka pada
bagian-bagian yang penting patut diperhatikan.20
4. Pembagian Retorika
Pidato yang baik dapat menghitam putihkan jiwa pendengar, dapat
menggetarkan jiwa dan mempengaruhi mereka, membuat mereka sedih,
marah, bersemangat, sadar dan sikap mental yang lain-lain.21
Aristoteles mengemukakan bahwasannya retorika sebagai bagian
dari ilmu bina bicara ini terbagi empat bagian yaitu:
1. Bentuk dan Sususnan (Arrangment)
Maksudnya bentuk dan susunan pidato itu mengandung nilai
estetika. Dengan kata lain, tidak monoton, atau kaku. Akan tetapi
bervariasi. Adakalnya pidato itu berbentuk induktif dan adakalanya
deduktif. Adakalanya monolog dan adakalanya dialog. Monolog adalah
seni berbicara dimana hanya seorang yang berbicara. Sedangkan dialog
adalah dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian
dalam satu proses pembicaraan. Adapun bentuk dialog yang penting
adalah diskusi, tanya-jawab, perundingan, percakapan dan debat.
20
Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2002), Cet.
Ke-6, hlm, 32-34. 21
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, Teknik Dakwah dan Lidership, (Bandung: CV.
Diponogoro, 1981), cet. Ke-2, hlm. 99.
24
2. Penggunaan Bahasa (Expression)
Maksudnya seni berpidato atau retorika terletak dalam penggunaan
bahasa. Bahkan boleh dibilang penggunaan bahasa berpidato itu
merupakan kunci dalam menilai retorika. Penggunaan yang dimaksudkan
disini ialah kemampuan menempatkan ragam bahasa yang komunikatif.
3. Pembinaan Teknik Bicara
Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik
bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu
pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika.
Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik
bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.22
4. Sikap Persuasi (Persuasion)
Yang dimaksudkan dengan sikap persuasi ini ialah suatu sikap
yang akan mengandung simpati orang (audience). Apabila orang sudah
simpati, hatinya sudah terpikat, itu adalah keberhasilan dalam memainkan
retorika, sebab hakikat dari retorika itu tidak lebih dari untuk mengundang
atau menarik perhatian audience terhadap pidato yang kita sajikan.23
22
Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Tampil Berpidato Berdiskusi Berargumentasi
Bernegosiasi, (Yogyakarta: Kansius 1991), Cet. Ke-1, hlm. 16. 23
Basrah Lubis, Retorika Dakwah I, (Jakarta: CV. Primadinar), hlm. 67.
25
5. Tipologi Retorika
Ada empat tipologi retorika. Pertama, tipe impromptu yang
mengungkapkan gagasan secara spontan, fleksibel, dan berorientasi pada
orsinalitas forum. Tipe ini kekurangannya pada susunan kalimat dan
logika berfikir yang kurang sistematis. Kedua, tipe manuscript atau
paparan yang berorientasi pada naskah yang telah dipersiapkan. Ketiga,
tipe memoriter, yakni mengandalkan pada hapalan-hapalan, bukan pada
penguasaan yang mendalam. Keempat, tipe ekstemporer, yakni
mempersiapkan outline dan pokok-pokok penunjang pembahasan. 24
Dengan outline itulah da’i mengelaborasi berbagai isi pesan
dakwah Islam sehingga mampu menyakinkan pihak lain bahwa Islam
sebagai Rahmatalil ‘Alamin. Dari keempat tipologi itu, tentu akan terlihat
da’i mana yang mampu menguasai materi sehingga bisa menjadi salah satu
indikator keberhasilan dakwah Islam yang dapat dibaca.
6. Organisasi, Struktur, dan Imbauan Pesan Retorika
1. Organisasi Pesan
Retorika mengenal enam macam organisasi: deduktif, induktif,
kronologis, logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai dengan
menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan
keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. Sebaliknya, dalam
urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian
24
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta Barat: PT
Lasswell Visitama), Cet Pertama,, April 2010, hal. 41-42.
26
menarik kesimpulan. Dengan urutan kronologis, pesan disusun
berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa; dengan urutan logis,
pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab;
dengan urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat; sedangkan
dengan urutan topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan;
klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari
yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing.25
2. Struktur Pesan
1) Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan
kontra), tidak ada keuntungan untuk berbicara yang pertama,
karena berbagai kondisi (waktu, khalayak, tempat dan
sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling
berpengaruh.
2) Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi
yang lain tidak mungkin mengubah posisi mereka. Sikap ini
mungkin timbul karena kebutuhan untuk mempertahankan
harga diri. Mengubah posisi akan membuat orang keliatan tidak
konsisten, mudah dipengaruhi dan bahkan tidak jujur.
3) Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita bisanya
lebih mudah dipengaruhi oleh sisi yang disajikan lebih dahulu.
25
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
Cet Ke-26, hal. 295.
27
4) Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang
dikehendaki atau yang diterima disajikan sebelum gagasan
yang kurang dikehendaki.
5) Urutan pro-kon lebih efektif dari pada urutan kon-pro bila
digunakan oleh sumber yang memiliki otoritas dan dihormati
oleh khalayak.
6) Argumentasi yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada
jangka waktu cukup lama di antara dua pesan, dan pengujian
segera terjadi setelah pesan kedua. 26
3. Imbauan Pesan
Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang
lain maka kita harus menyentuh motif yang menggerakkan atau
mendorong perilaku komunikate.
a. Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia
pada dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada
imbauan emosional, bila imbauan rasional tidak ada.
b. Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau
bahasa yang menyentuh emosi komunikate.
c. Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan,
mengancam, atau meresahkan.
26
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, hlm. 298.
28
d. Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan
komunikate sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka
inginkan.
e. Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif (motive
appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia.27
7. Tujuan dan Fungsi Retorika
a. Tujuan Retorika
Retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri yang berujuan
menurut Aristoteles adalah persuasi.28
Menurut Erwin P Bettinghaus
(1973), persuasi merupakan usaha yang disadari untuk mengubah
sikap, kepercayaan atau prilaku orang melalui transmisi pesan.29
Aristoteles meyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi orang lain:
a. Ethos: anda harus bisa dan sanggup menunjukan pada khayalak
bahwa anda memiliki pengetahuan yang luas dan status
terhormat.
b. Phatos: anda mampu meyentuh hati, khayalak (perasaan,
emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka).
27
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, hlm 299-301. 28
I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, hal. 63. 29
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta Barat: PT
Lasswell Visitama), Cet Pertama,, April 2010, hal. 90.
29
c. Logos: anda harus meyakinkan khayalak dengan mengajukan
bukti. Pada situasi ini anda harus mendekati khayalak melalui
otak atau pola pikir mereka.30
Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut:
a) to inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian
kepada massa, guna memberikan penerangan yang
mampu menanamkan pengertian dengan sebaik-
baiknya.
b) to convine, yaitu meyakinkan atau menginsafkan.
c) to inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik
dan sistem penyampaian yang baik dan bijaksana.
d) to entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau
menyenangkan dan memuaskan.
e) to ectuate (to put into action), yaitu menggerakkan dan
mengarahkan mereka untuk bertindak merealisir dan
melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan oleh
orator di hadapan massa.31
b. Fungsi Retorika
Menurut Plato, retorika berfungsi untuk memberikan
kemampuan dalam menggunakan bahasa yang sempurna, dan
30
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal. 156. 31
T,A Lathief Rosydy, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan: PT.
Firma Rinbow, 1939), hal. 234-235.
30
merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang
luas.32
I Gusti Ngurah Oka menjelaskan bahwa retorika adalah untuk:
a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama
dalam hubungan kegiatan bertutur kata, termasuk ke dalam
gambaran ini antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia
terdodong untuk bertutur ketika ia mengidantifikasi pokok
persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.
b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda
yang bisa diangkat menjadi topik tutur, misalkan gambaran
tentang hakikat, struktur dan fungsi topik tutur.
c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah
tutur misalkan dikemukakan tentang hakikat, struktur, bagian-
bagian topik tutur.
Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal
tersebut di atas disiapkan pula bimbingan tentang:
a) Cara memiliki topik.
b) Cara-cara memandang dan menganalisi topik tutur untuk
menentukan sasaran ulasan yang persuasif dan objektif.
c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang
hendak dicapai.
32
Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003), hal.
55.
31
d) Pemilihan materi bahasa serta peyusunan menjadi kalimat-
kalimat yang padu, utuh, dan berfariasi. pemilihan gaya
bahasa dan gaya tutur dalam penampilan tutur kata.33
Jika kita memahami fungsi retorika, maka akan sejalan dengan
empat fungsi komunukasi yakni:
1) Mass Information untuk memberi dan menerima informasi
kepada khayalak. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang
dengan pengetahuan yang dimiliki. Tanpa komunikasi
informasi tidak dapat disampaikan dan diterima.
2) Mass Educatian, yaitu memberi pendidikan. Fungsi ini
dilakukan oleh guru kepada murid untuk meningkatkan
pengetahuan atau oleh siapa saja yang memiliki keinginan
untuk memberi pendidikan.
3) Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa
dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang memberi
dukungan. Dan ini biasa digunakan oleh orang yang bisnis,
dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat.
4) Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur. Hal ini biasa
digunakan oleh radio, televisi atau orang yang memiliki
profesional menghibur.34
33
I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, hal. 65. 34
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), Cet. Ke-1, hal. 52.
32
8. Tehnik Retorika
Pembinaan teknik lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas,
teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.35
Ada tiga prinsip pidato yaitu:
a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khayalak
(kontak).
b. Gunakan lambang-lambang audikif atau usahakan suara anda
memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda
(olah fokal).
c. Berbicara dalam seluruh kepribadian anda: dengan wajah,
tangan, dan tubuh anda (olah visual).36
Penampilan wicara-tutur kata bisa dibagi dalam dua hal:
a. Vokal
a.) Volume suara supaya ditentukan batas yang terkeras dan yang
terendah dengan memperhatikan ruangan dan jumlah publik
yang hadir.
b.) Artikulasi (pengucapan masing-masing suku kata harus cukup
jelas) hindarkan suara sengau/minir/sumbang.
c.) Infleksion (lagu pengucapan kalimat) irama dan tekanan
intonasi nada dan tempo tepat pada bagian yang dipentingkan.
d.) Pause (istirahat secara sadar) dengan menjaga ketenangan diri.
b. Fisik
a.) Pose (sikap badan secara keseluruhan dan tata busana) diatur
sesimpatik mungkin
b.) Mimik (perubahan raut muka) selaras dengan saat infleksion
c.) Gesture (gerakan anggota badan) tidak berlebih-lebihan
d.) Movement (perubahan tempat) dari duduk ke berdiri lau naik
mimbar dan seterusnya selalu wajar dan sopan serta tidak
dibuat-buat.37
35
P Rudi Wuwur Hendrikus, Retorika; Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,
Bernegosiasi, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), h. 16-17. 36
A.H Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,
(Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), hal.5. 37
A.H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, h. 24
33
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
a. Pengertian Bahasa
Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu
bentuk isim masdar dari kata da’a-yad’u-da’watan yang artinya meyeru,
memanggil, mengajak dan menjamu.38
Di dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang menunjukan kata
tersebut, antara lain, dalam surat Yunus ayat 25.
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”.(Q.S. Yunus : 25)
b. Pengertian Istilah
Ada beberapa pengertian istilah menurut para pakar ilmu dakwah,
antara lain:
Dakwah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah mengajak
manusia agar beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan cara
membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka
perintahkan.39
38
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah, 1973), hal. 127. 39
Said Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah : Pendekatan Personal dalam Dakwah,
(Surakarta: Era Intermedia, 2000), Cet, Ke-2., hal. 13-14.
34
Dakwah menurut M. Quraish Shihab adalah seruan atau ajakan
kepada jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi
lebih baik dan senpurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.40
Dakwah menurut M. Arifin adalah suatu kajian dalam seruan, baik
dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan
berancana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian,
kesadaran, serta penghayatan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.41
Dakwah menurut Abu Risman adalah segala usaha yang dilakukan
oleh seorang muslim atau lebih untuk merangsang orang lain agar
memahami, meyakini dan kemudian menghayati ajaran Islam sebagai
pedoman hidup dan kehidupan.42
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah
adalah mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang bersifat
individu maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Kegiatan tersebut
disampaikan dengan menggunakan lisan, tulisan dan tingkah laku yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang
lain agar timbul pengertian keinsyafan dalam diri individu dengan
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
40
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke,.XIX, hal. 194. 41
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),
hal.6. 42
Abu Risma, Dakwah Islam Praktis dalam Pembangunan Suatu Pendekatan Sosiologis,
(Yogyakarta: PLP2M, 1985), h. 12.
35
2. Unsur-Unsur Dakwah
a. Da’i
Da’i secara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa’il dari
asal kata da’a-yad’u-da’watan, artinya orang yang melakukan dakwah.
Secara terminologi, da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil
baligh) dengan kewajiban dakwah.43
Menurut DR. Musthafa ar-rafi’i syarat-syarat dan sifat yang harus
dipenuhi sosok juru dakwah adalah ”Pertama, amal dan kegiatan da’i
harus ikhlas karena mencaru ridha Allah dan karena ingin meraih pahala
dari Allah. Kedua, seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam
amal shaleh. Ketiga, menempuh cara hikmah (bijaksana) terhadap orang
orang pelajar dan intelek, dan melakukan metode ”mauizhah hasanah”
(nasihat yang baik) dalam menghadapi orang awam dan orang biasa.
Keempat, seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang
sesuai dengan jama’ah dan menguasai teori dari bahasa aliyah pemikiran.
Kelima, seorang juru dakwah harus lembut dalam menyampaikan nilai-
nilai dan pandangan serta lembut dalam mengingkari kesesatan. Keenam,
dalam berdakwah ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan
kemudharatan. Ketujuh, harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.
Kedelapan, harus mengetahui tabiat kewajiban jama’ah. Kesembilan, sang
43
Idris A Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi, 2004), hal.6.
36
juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila cara hikmah, jidal dan
mauizhah hasanah tidak mempan”.44
b. Mad’u
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia
penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia
yang beragama Islam maupun tidak. Dengan kata lain, manusia secara
keseluruhan.45
Menurut Muhammad Abduh dalam buku managemen dakwah
karangan M. Munir dan Wahyu Illahi mad’u terbagi menjadi tiga
golongan.46
a. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat
berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.
b. Golongan awam yaitu orang kebanyakan yang belum dapat
berpikir secara krisis dan mendalam, serta belum mendapat
pengertian-pengertian yang tinggi.
c. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut,
mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas
tertentu saja, dan tidak dapat membahas secara terdalam.
Sedangkan mad’u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat di
kelompokan dalam delapan rumpun, yaitu47
:
44
Mustthafa ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar, 2002), hal
38-50. 45
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group), edisi ke-1, Cet. Ke-2, hal.23. 46
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal.23-24.
37
a. Para ulama.
b. Ahli juhud dan ahli ibadah.
c. Penguasaan dan pemerintahan.
d. Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya.
e. Faqir miskin dan orang lemah.
f. Anak, istri dan kaum hamba.
g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiat.
h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosulnya.
Dengan demikian seorang da’i harus mengetahui keberagaman
audiense dari sudut ideologi, mereka ada yang atheis, Musyrik, Yahudi,
Nasrani dan Munafiq. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan
bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga
berbeda dari segi intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, ada
yang buta huruf, ada yang kaya, miskin, ada yang sehat dan yang sakit.
c. Materi Dakwah
Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat mempelajari
realitas masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka
pada tempatnya masing-masing, kemudian ia mengajak mereka
berdasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabi’at, tingkat keilmuan dan
status sosial mereka dan seorang dai yang bijak adalah yang mengetahui
metode yang akan di pakainya.48
47
Munzier Saputra dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2006),
Cet. Ke-2. ed.rev, hal. 106. 48
Sa’id al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), Cet Ke-1, Hal.97.
38
Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi
yang di sampaikan dai dan mad’u, pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an
dan hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan
akhlak.49
d. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkatan yaitu ”meta”
(melalui) dan ”hodos” (jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.50
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang
da’i untuk meyampaikan meteri dakwah.51
Atau kumpulan kegiatan untuk
mencapai satu tujuan tertentu.
Pada surat an-Nahl ayat 165 menerangkan bahwa berdakwah itu
hendaknya dengan menggunakan metode hikmah (bijaksana) karena di
dalam berdakwah tidak ada unsur paksaan dan juga menggunakan
mau’idzah hasanah (nasehat yang baik) agar orang-orang yang diajak
selalu mendapatkan siraman rohani yang merupakan obat penenang hati di
dalam setiap masalah. Bahkan ayat Al-qu’ran yang memanggil umat Islam
untuk melalukan dakwah bil hikmah dan mau’idzah hasanah serta
mujadalah bil ihsan pada saat ini telah difahami secara luas sebagai proses
komunikasi dan edukasi. Dengan demikian, prinsip-prinsip metode serta
teknik komunikasi dan edukasi berlaku dan berkembang dalam kegiatan
49
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 109. 50
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61. 51
Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34.
39
dakwah, selain itu juga terus menerus mengolah dan mengembangkan
pesan dari kegiatan dakwah tersebut.52
e. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan atau meyalurkan meteri dakwah.53
Dewasa ini, jenis-jenis
media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain, radio,
video, rekaman, televisi, surat kabar, majalah, tabloit dan bahkan jaringan
informasi melalui komputer internet.
Media dakwah merupakan sarana untuk meyampaikan pesan
agama dengan mendayagunakan alat-alat atau temuan teknologi modern
yang ada pada zaman ini. Dengan begitu banyaknya media dakwah yang
tersedia. Mereka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja
sesuai dengan tujuan atau hendak yang dicapai sehingga apa yang menjadi
tujuan dakwah dapat tercapai dengan efektif dan efesien.
f. Tujuan Dakwah
Jika ditinjau dari aspek psikologis tujuan dakwah untuk
menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran
agama yang disampaikan oleh seorang da’i. Sehingga ruang lingkup
dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan
motivasi yang bersifat positif dalam segala aspek kehidupan.54
52
M. Habib Chirzin, Orientasi Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah Masa Depan,
Saminar Nasional Dakwah dan Politik, (Jakarta : 12 September 1995), h.5. 53
Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34 54
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bina Aksara, 1997), Cet. Ke-4, h.5.
40
g. Keberhasilan Dakwah
Ada beberapa kemungkinan menurut Ahmad Mubarok untuk
keberhasilan dakwah. Kemungkinan pertama, karena pesan dakwah yang
disampaikan seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan masyarakat
yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehinga
mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.
Kemungkinan kedua, karena faktor seorang da’i, yaitu da’i tersebut
memiliki daya tarik dan pesona yang menyebabkan masyarakat sudah
dapat menerima pesan dakwahnya meski kualitas dakwahnya bisa jadi
sederhana saja.
Kemungkinan ketiga, karena kondisi psikologi masyarakat yang
sedang haus terhadap siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki
persepsi positif pada setiap da’i, sehingga pesan dakwah sebenarnya
kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran jelas.
Kemungkinan keempat, karena faktor keemasan yang menarik,
masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadap
da’i setelah paket dakwah yang diberi keemasan lain, maka paket dakwah
berhasil menjadi stimuli yang menggelitik persepsi masyarakat dan
akhirnya merekapun merespon positif.55
55
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999) cet. Ke-1,
hal.161.
41
3. Bentuk-Bentuk Dakwah
a. Dakwah bi al-Lisan
Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain,
Qaulun ma’rufun, dengan bebicara dalam pergaulan sehari-hari yang
disertai dengan misi agama yaitu agama Islam.
b. Dakwah bi al-Hal
Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang
langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau
berdakwah melalui perbuatan, mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai
pada kerja bentuk nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin,
sekolah-sekolah, rumah ibadah dll.56
c. Dakwah bi al-Qalam
Berbicara dakwah tentang dakwah bi al-Qalam tidak terlepas
dengan memahami makna tulisan. Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua
fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang
produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi
ekspresi yang produknya berupa karya seni (jurnalistik).57
C. Hubungan Retorika dengan Dakwah
Untuk tersebar luasnya agama Islam yang merupakan rahmat bagi
seluruh alam, kepada seluruh umat manusia, maka para da’i atau muballigh
semenjak dari dulu hingga sekarang, dalam setiap kesempatan khutbah atau
56
Rafi’uddin, dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2001), hal. 24. 57
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 175.
42
ceramah, tidaklah hanya bicara demi bicara. Akan tetapi bagaimana agar
pembicaraan tersebut dapat merangsang mereka yang mendengarkan (mad’u)
untuk berbuat sesuatu yang nyata dalam kehidupannya sesuai dengan
tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
Menurut Efendi M Siregar retorika adalah ”Sebuah seni (sistem)
berpidato menggunakan bahasa lisan, agar dapat menghasilkan kesan
terutama para pendengar. Retorika termasuk seni yang paling tua dalam
komunikasi massa. Karena itu berpidato termasuk salah satu cara dari sekian
banyak cara berkomunikasi yaitu antara si pembicara (komunikator) dengan
sejumlah orang (komunikan/audiense). Jadi berpidato termasuk untuk
menyampaikan isi hati, pesan (message), ide (butiran pikiran, program,
perasaan dan sebagainya oleh seseorang kepada sejumlah orang. Dengan kata
lain pidato merupakan salah satu sarana informasi dan komunikasi yang
sangat penting. Karena melalui pidato orang akan dapat menyebarluaskan
idenya, data menanamkan pengaruhnya bahan dapat memberikan arah berfikir
yang baik dan sistemasis, bukan ”omong kosong” dan berteriak-riak tidak
karuan, melainkan dengan moral, dan harus didukung oleh rithme, volume,
penyajian dan penampilan yang sempurna”.58
Dakwah dengan menggunakan retorika adalah memaparkan sesuatu
masalah agama dan kemudian orang merasa begitu concern (terlibat) dengan
masalah yang dipaparkan tersebut, sama halnya apabila seorang orator
menyampaikan suatu persoalan kemudian merasa terdorong untuk mencari
58
Efendi M Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa (Jakarta: Yayasan Mari
Belajar, 1992). Cet. Ke-2, hlm. 29
43
sebab deviasi (penyimpangan) dan kemudian membuat keputusan tertentu
untuk mencari pemecahannya.
Dengan kata lain, di dalam proses retorika merupakan usaha untuk
melibatkan emosi dan rasio dari pihak khalayak agar merasa terlibat dengan
masalah atau persoalan yang disajikan merupakan inti dari pemaparan retorika
sebagai sarana menuju tujuan akhir yaitu suatu tindakan yang sesuai dengan
harapan komunikator. Sementara tujuan yang ingin dicapai dakwah antara
lain, agar manusia mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejahatan, serta
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Hubungan retorika dengan dakwah menurut T.A Latief Rosydi dalam
bukunya Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi adalah
”Kemampuan dalam kemahiran menggunakan bahasa untuk melahirkan
pikiran dan perasaan itulah sebenarnya hakikat retorika. Dan kemahiran serta
kesenian menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam menyampaikan
dakwah. Karena itu antara dakwah dengan retorika tidak dapat dipisahkan.
Dimana ada dakwah disitu ada retorika”.59
Kesuksesan para da’i atau muballigh dalam khutbah lebih banyak
ditunjang dan ditentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da’i
tersebut. Dan kalaulah dakwah belum berhasil menurut yang dicata-citakan
dan menurut garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara
persuasi (retorika) tidak menjadi perhatian dan tidak terpenuhi oleh para da’i.
59
Efendi M Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa, hlm. 94.
44
Dan dalam hal ini diungkapkan oleh T.A Latief Rosydi dalam dalam
bukunya Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi tentang faktor
penyebab kegagalan dalam berdakwah adalah karena kurangnya keberhasilan
kita, baik dalam menanamkan pengertian dan keyakinan, apa lagi dalam
menggunakan massa rakyat untuk membuat, berjuang dan berkorban (sesuai
dengan ajaran Islam), salah satu dari penyebabnya adalah karena kelemahan
kita dalam memanfaatkan retorika dakwah dalam penyampaiyannya.60
Komunikasi dan retorika memliki kesamaan, terutama dalam hal
media yang dipergunakan. Apakah medium yang digunakan medium lisan,
tulisan dan sebagainya, yang terutama dalam hal ini adalah unsur bahasa yang
memegang peranan yang sangat penting dan sangat menentukan yaitu gaya
bahasa yang digunakan oleh seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dakwah dan retorika
sangat berhubungan erat, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kehidupan
umat manusia kepada keadaan yang lebih baik sesuai dengan tuntutan al-
Qur’an dan Hadits. Sedangkan retorika adalah cara bagaimana kita
mempengaruhi orang lain untuk mengikuti apa kemauan kita, yang intinya
adalah sama-sama untuk saling mempengaruhi orang lain.
60
Efendi M Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa, hlm. 95.
45
BAB III
BIOGRAFI KH. AHMAD DAMANHURI
A. Riwayat Hidup KH. Ahmad Damanhuri
KH. Ahmad Damanhuri dilahirkan pada tanggal 27 April 1959 di
Sawangan-Depok, yang bertepatan dengan ulang tahun Kota Depok. Beliau
berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU) yang sederhana. Ayah beliau
bernama H. „Abdul Karim bin H. Zainal „Abidin bin H. Maksum, ayah beliau
berpendidikan di Pesantren serta bekerja sebagai pegawai KUA dan guru
ngaji. Ibu beliau bernama Hjh. Maryam sebagai guru ngaji.
KH. Ahmad Damanhuri tergolong anak yang sangat disayangi oleh
kedua orang tuanya. Beliau merupakan anak pertama dari lima bersaudara
yaitu KH. Ahmad Damanhuri, MA, Ustdzh. Hjh. Suharti, Hjh. Sumidah, H.
Badruddin AK, S.Pdi, dan H. Fu‟ad El-Halimi, S. Pdi. Sejak kecil mereka
semua dididik dalam keluarga yang taat pada Agama. Mereka berada di
lingkungan pendidikan Agama yang sangat kuat dan patuh dalam menjalankan
Syari‟at Allah. Oleh sebab itu ayah beliau selalu menekankan agar kelak
dewasa nanti menjadi anak yang berilmu dan mampu meneruskan perjuangan
ayahnya.
Kemudian KH. Ahmad Damanhuri menikah dengan keluarga dari
Muhammadiyah yang bernama Hjh. Prawati Ningsih, beliau mempunyai dua
anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Pertama, Sayyidah Rifqoh, S.Sos,
yang sudah mempunyai dua anak perempuan yang bernama Naswah dan
46
Yasmin dan sedang menyelesaikan pendidikan S2 di IBNU KHLALDUN.
Kedua, Sayyidah Qonita, S. Pdi, yang sudah mempunyai satu anak yang
bernama Mulaiki Bilqis. Ketiga, Muhammad Fathi, yang sedang semester 2 di
UIN dan semester 4 di STAISKA). Keempat, Muhammad Nabil Bahnesi,
yang baru lulus MA) dan anak yang Kelima adalah Muhammad Nahdo, yang
baru lulus SD. 1
KH. Ahmad Damanhuri adalah seorang Muballigh yang mempunyai
Pondok Pesantren Al-Karimiyah, MTS, MA, STAISKA, KBIH dan Majlis
Ta‟lim yang berlokasi di Jl. H. Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok
16511 Tlp/Fax. 0251 8617335. Latar belakang didirikannya Pondok Pesantren
Al-Karimiyah adalah: Pertama, ingin mencetak santri-santri yang unggul,
berakhlak mulia dan berpengetahuan agama yang luas. Kedua, ingin mencetak
santri yang memiliki kemampuan orasi atau ahli dalam berpidato sehingga
dapat berdakwah dan mengembangkan syi‟ar Islam. Ketiga, untuk mencari
keridhaan Allah SWT. Keempat, untuk menyebarkan dakwah Islamiyah,
Kelima, untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah
SWT dan yang terakhir turut serta membantu program pemerintah untuk
mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang bertaqwa, sehat jasmani
dan rohani dengan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, serta
bertanggung jawab terhadap umat manusia dan bangsa untuk saat ini dan masa
1 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri yang berlokasi di Jl. H.
Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax. 0251 8617335 (Kediaman Rumah
KH. Ahmad Damanhuri) pada hari Jum‟at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011, jam 19.30 WIB
s/d Selesai.
47
depan dalam bidang pendidikan/ kebudayaan, keagamaan dan kegiatan soaial
lainnya.2
Sosok yang senantiasa menyeru ke jalan Allah serta mengamalkan
sunnah-sunnah Nabi, akhlaknya yang mulia menjadi panutan bagi keluarga
dan masyarakat.
KH. Ahmad Damanhuri merupakan salah satu kyai yang disegani di
mata masyarakat, karena ilmu dan wibawanya yang menjadi figure seorang
ulama. Beliau dikenal di masyarakat sebagai panutan bagi para ustad-ustad
atau para kyai, khususnya yang berada di daerah Sawangan Baru Kota Depok
dan sekitarnya. Karena kegigihan beliau dalam berdakwah, beliau berhasil
mendirikan Yayasan Pesantren Al-Karimiyah.
KH. Ahmad Damanhuri merupakan figure seorang bapak yang sholeh.
Beliau dikenal dimasyarakat sebagai orang baik dan tekun melaksanakan
ibadah, yang semangat berjuang mensyiarkan ajaran Islam dengan segala
kemampuannya. Beliau ingin apabila mempunyai seorang anak, ingin
menjadikan anak-anaknya yang sholeh dan sholehah, dengan memberikan
sebuah pendidikan agama mengirimkannya ke Pondok Pesantren. Yang
akhirnya berhasil meneruskan perjuangan dakwah beliau sebagai seorang da‟i
yang menyiarkan dan menanamkan nilai-nilai keislaman di masyarakat serta
pesantren yang beliau sudah kembangkan sampai saat ini.
2 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri
48
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an Surah An-Nisa ayat 9 yang
berarti:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
baik dan benar”. (An-Nisa: 9)
Dalam satu hadits Rasul dikatakan yang artinya sebagai berikut:
“Jika Anak Adam Meninggal Maka Terputuslah Amal Ibadahnya Kecuali
Tiga. Yang Pertama. Shodaqoh Jariyah. Kedua. Ilmu Yang Bermanfaat Dan
Ketiga Anak Yang Selalu Mendoakan Kedua Orangtuanya”.3
B. Pendidikan dan Organisasi KH. Ahmad Damanhuri
1. Pendidikan KH. Ahmad Damanhuri
Sebagaimana umumnya orang-orang yang pintar dan berhasil itu
diawali dengan sebuah perjalanan hidupnya dalam menuntut ilmu. Berikut
ini perjalanan pendidikan KH. Ahmad Damanhuri:
1. Tahun 1965-1973 Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Atfal Sawangan-
Baru Kota-Depok.
2. Tahun 1973-1976 Madrasah Tsanawiyah dan Pesantren Salafiyah
Al-Mashad di bawah asuhan Al-Habib Hamid Bin Hud Bin Alwi
Al-„Athos Cijurai Sukabumi.
3 Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih At-Targib Wa At Tarhih, (Hadits-
Hadits Sahih Tentang Anjuran Dan Janji Pahala, Ancaman & Dosa, (Jakarta. PT. Tim Pustaka
Sahifa, 2007). Hal. 180
49
3. Tahun 1976-1979 Madrasah Aliyah dan Pesantren Modern Darur
Rahman Kebayoran Baru Jakarta di bawah pimpinan KH. Syukron
Ma‟mun.
4. Tahun 1979-1980 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ushuluddin Jurusan Dakwah (tidak sampai selesai).
5. Tahun 1980-1983. Madinah University Saudi Arabia KSA Jurusan
Lenguistik Bahasa Arab (Diploma 1 dan 2).
6. Tahun 1983-1988 Madinah University Saudi Arabia KSA Fakultas
Syari‟ah (S1).
7. Tahun 2006-2009 Pascasarjana UNISMA 45 Bekasi Fakultas Syari
‟ah (S2) Magister.
8. Tahun 2009 s/d Sekarang Pascasarjana Universitas IBNU
KHOLDUN BOGOR (S3) Doctoral.4
2. Organisasi KH. Ahmad Damanhuri
Organisasi merupakan kumpulan kepentingan individu yang
memiliki tujuan yang sama. Berikut ini data organisasi KH. Ahmad
Damanhuri tentang pengalaman dalam bidang organisasi dari tahun 1990-
2011.
1. Tahun 1990 s/d Sekarang mendirikan dan menjadi Pimpinan
Yayasan Pesantren Al-karimiyah yang menaungi Pondok Pesantren
Modern, MTS, MA, STAISKA, Kegiatan Bimbingan Ibadah Haji
dan Umroh (KBIH), Koprasi dan Majlis Ta‟lim yang berlokasi di
4 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.
50
Jl. H. Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax.
0251 8617335.
2. Tahun 1998-2009 bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB). KH. Ahmad Damanhuri bergabung dengan PKB sejak
berdiri PKB yang di Deklarasikan pada tahun 1988, karena dalam
pemikiran KH. Ahmad Damanhuri orang NU yang termarjinalkan
di Daerah Sawangan-Baru Kota-Depok dan pilihan pada waktu itu
bagi beliau untuk berada di PKB dan didorong juga oleh tokoh-
tokoh masyarakat.
KH. Ahmad Damahuri tertarik dengan pemikiran KH.
Abdurrahman Wahid “Gusdur” (Almarhum), walaupun pemikiran
Gusdur banyak kontraversial di masyarakat, akan tetapi menurut
KH. Ahmad Damanhuri bahwa pemikiran Gusdur kalau diamati
ada kebenaran yang ditemukan dalam pemikiran Gusdur.
3. Tahun 2004-2009 menjadi Anggotan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Depok (DPRD). KH. Ahmad Damahuri menjadi
Anggota DPRD Kota Depok merupakan kemauan masyarakat
untuk mengangkat beliau menjadi anggota DPRD Kota Depok dan
masuk ke dalam dunia pemerintahan, istilah yang beliau sampaikan
kepada penulis “kalau abi ga mau jadi Anggota DPR, nanti
mengecewakan masyarakat”.
Oleh karena itu beliau terpilih menjadi Anggota DPRD
Kota Depok periode 2004-2009. Dan setelah selesai menjabat
51
menjadi Anggota DPRD Kota Depok, beliau tidak mau dicalonkan
lagi menjadi anggota DPRD, bahkan beliau pada tahun 2009 akan
dicalonkan menjadi Wakil Walikota Depok, akan tetapi beliau
tidak mau, karena tekat beliau sudah bulat untuk keluar pada tahun
2009 dari PKB dan Pemerintahan untuk memfokuskan diri kepada
Yayasan Pesantren Al-Karimyah dan Lingkungan Masyarakat di
Sawangan Baru Kota Depok.
Selain itu, alasan beliau untuk keluar dari partai dan
pemerintahan adalah karena melihat situasi dan kondisi PKB yang
sudah tidak kondusif. Oleh karena itu beliau tidak mau dipartai
lagi. Pengalaman beliau selama menjadi Anggota DPRD Kota
Depok adalah menimba Ilmu politik dan pemerintahan untuk
menjadi wasilah dakwah Islam, sehingga kalau beliau diminta
untuk berbicara tentang politik dan pemerintahan, beliau mampu,
karena didukung dengan pengalaman praktek dalam dunia politik
dan pemerintahan.
4. Tahun 1973-1978 yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama),
GP ANSOR (Gerakan Pemuda ANSOR), KNPI (Komite Pemuda
Nasional Indonesia), AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan
Indonesia), KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama
Madinah), PPI (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Madinah),
Ittihadul Muballigin DKI.
52
5. Tahun 1998 s/d sekarang di LDNU DKI Jakarta (Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama DKI Jakarta).
6. Tahun 1998-2001 mendirikan FPI (From Pembela Islam) dan
sekaligus menjadi wakil ketua FPI.
7. Tahun 2005 s/d saat ini sebagai wakil ketua DPP (Dewan Pimpinan
Pusat) Forum Ulama dan Habaib Betawi.5
C. Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri
KH. Ahmad Damanhuri sebagai pengasuh Yayasan Pesantren Al-
Karimiyah yang menanungi (pondok pesantern, MTS, MA, STAISKA, KBIH
dan Majlis Ta‟lim). Beliau juga masih aktif menghadiri undangan ceramah
atau dakwah mimbariyah di masjid, mushalla, kantor, lembaga dan rumah ke
berbagai daerah di Indonesia, diantaranya: Sawangan-Depok, Jabotabek,
Jawa-Barat, Jawa-Tengah, Jawa-Timur, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan
Sumatra. Beliau berdakwah dalam acara peringatan hari besar Islam dan sosial
seperti: Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj, Muharram, Nuzulul Qur‟an, „Idul Fitri,
Pernikahan, Sunatan, Syukuran, dan lain sebagainya.
KH. Ahmad Damanhuri membina pengajian kaum pemuda/i pada hari
Minggu Pukul 19.30 WIB di kediaman beliau/di masjid Al-Aula yang diberi
nama Majlis Sahabat sebanyak 350 remaja putra-putri. Beliau juga membina
Majlis Ta‟lim kaum ibu Ummahatul Aula yang terdiri dari 20 majlis ta‟lim se-
Kecamatan Sawangan bertempat di Masjid Al-Aula. Jama‟ah tersebut
5 Hasil wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.
53
berjumlah 400 orang ibu-ibu yang diadakan pada hari Selasa setiap seminggu
sekali Pukul 08.30 WIB. Selain itu Beliau juga membina pengajian kaum
bapak pada malam Jum‟at untuk lingkungan Sawangan-Baru Kota Depok di
Masjid Al-Aula. Semua pengajian tersebut berada di bawah naungan
Pesantren Al-Karimiyah.6
Dengan cara penyampaiannya yang bagus dan mudah dicerna oleh
masyarakat serta memadukan materi ceramah dengan humor yang dapat
menyegarkan suasana mad‟u. KH. Ahmad Damanhuri mampu merekrut
jama‟ah dari berbagai kalangan, bahkan banyak jama‟ah yang menginginkan
majlis ta‟limya diajar oleh beliau. Beliau juga sebagai dosen di Sekolah Tinggi
Swasta Al-Karimyah (STAISKA), beliau juga mempunyai usaha tanaman
hias, madu lebah dan usaha-usaha lain yang halal dan baik menurut Al-Qur‟an
dan Sunnah Rasulullah SAW.
Lembaga yang beliau asuh menjadi tempat kegiatan dakwah yang di
lakukan oleh KH. Ahmad Damanhuri di Pondok Pesantren Al-Karimiyah dan
Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta Al-Karimyah (STAISKA), melalui
Peringatan Hari Besar Islam, Pengajian Wali Santri, Pengajian Santri dan
Seminar Pendidikan.
A. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Peringatan
Hari-hari Besar Islam
Peringatan hari-hari besar Islam dilaksanakan secara terbuka tidak
hanya di hadiri oleh para Mahasiswa, Santriawan dan Santriawati, tetapi
6 Hasil wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri
54
juga tidak tertutup bagi warga sekalian untuk ikut hadir atau meramaikan
peringatan hari-hari besar islam tersebut. Acara ini diisi dengan ceramah
atau nasihat keagamaan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Damanhuri dan
para Muballigh lainya.
B. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Pengajian
Wali Santri
Pengajian Wali Santri yang di bawah naungan pengasuh Pondok
Pesantren Al–Karimiyah Sawangan-Depok yang di laksanakan sebulan
sekali pada hari minggu pagi pukul 08.00-12.30 WIB. Materi yang di
berikan dalam pengajian ini adalah tentang aqidah, akhlak, fiqih dan lain-
lain. Adapun metode yang di gunakan oleh KH. Ahmad Damanhuri adalah
dengan metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah ini adalah
suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak di warnai oleh ciri
karakteristik berbicara seorang da‟i atau mubaligh pada suatu aktifitas
dakwah. Sedangkan metode tanya jawab adalah penyampaian materi
dengan cara mendorong sasarannya untuk mengatakan suatu masalah yang
di rasa belum mengerti dan muballigh atau da‟i sebagai penjawabnya.
C. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Pengajian
Santri
Pelaksanaan penyuluhan agama ini di laksanakan dalam bentuk
Shalat Tasbih, Shalat Dhuha dan Pengajian. Khusus bagi para santri putra
maupun santri putri secara keseluruhan, tetapi acara tersebut di laksanakan
55
di masjid Al-Aula. Acara ini di laksanakan setiap hari Minggu sekali
Pukul 08.00-10.00 WIB yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad
Damanhuri dengan penyampaian pelajaran agama dan tanya jawab, baik
yang bersifat organisasi maupun yang bersifat keilmuan.
D. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Seminar
Pendidikan di STAISKA
Acara ini diadakan oleh mahasiswa untuk membahas tentang
masalah yang dibutuhkan dan menjadi perbincangan dimasyarakat, namun
peserta yang hadir tidak hanya mahasiswa melainkan, strukutural
Pesantren, Dosen, santri, masyarakat, pejabat pemerintah dan organisasi
yang bersifat umum dengan membahas tema seperti: Terorisme, Faham
Radikalisme, Ahmadiyah dan Pendidikan. Dalam hal ini KH. Ahmad
Damanhuri menjadi pembicara tentang hukum tersebut dalam Islam.
D. Karya-Karya KH. Ahmad Damanhuri
1. “Sikap Yahudi Terhadap Islam” dan Keutamaan Jihad di Jalan Allah
(Abdul Aziz Abdullah Bin Baz) Terjemahan dari Bahasa Arab ke
Bahasa Indonesia. Penerjemah KH. Ahamad Damanhuri, Editor Drs.
KH. Hasan Anshori, MA, Desain Cover M. Hidayatullah di terbitkan
olehYayasan Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Baru Kota-Depok
021-91272 996, 1813 8000 5543 dan Di cetak oleh CV. Kreasi
Gemilang Percetakan, Advertising, sablon dan Perijinan Depok, 021.
77883770.
56
2. Kewarisan Anak diluar Nikah. Penulis dan Penyusun KH. Ahmad
Damanhuri MA, Imfaq cetak H. Adi Sunaryo, Editor Drs. H. Hasan
Anshori, MA, Setting “CINTA ILMU”, Layout Abu Sab‟ah Desain
Cover M. Hidayatullah, Cetakan Pertama Agustus 2008 dan Penerbit
Yayasan Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Baru Kota-Depok.
3. 35 Penyebab di Ampuni Dosa (Tulisan Sendiri).
4. Kunci Memperoleh Rizki. (Tulisan Sendiri)
5. Rahasia Terkabulnya Do‟a. (Tulisan Sendiri)
57
BAB IV
ANALISIS RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI DI
DEPOK
A. Konsep Retorika KH. Ahmad Damanhuri
Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah bagian dari dakwah,
yaitu cara untuk mempengaruhi orang lain agar tertarik kepada kebaikan yang
sesuai dengan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW dan sebagai alat utama
yang sangat berperan penting bagi seorang da‟i dalam berdakwah untuk
menentukan gaya bahasa, penampilan dan tehnik berbicara yang memiliki
daya sentuh kepada hati nurani mad‟u agar khusu‟ mendengarkan dan
meresapi pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i.1
Langkah-langkah yang beliau lakukan adalah pertama, menyesuaikan
materi dakwah dengan topik yang sedang menjadi perbincangan di masyarakat
atau dengan kata lain materi dakwah harus sesuai dengan acara yang
diperingati. Kedua, mencari dalil atau argument yang sesuai dengan materi,
baik berupa dalil al-Qur‟an, hadits, ijma‟, qiyas maupun pendapat pribadi yang
memiliki daya rasionalitas dan emosional sehingga dapat menyentuh hati
jama‟ah. Ketiga, menyisipkan pengalaman pribadi yang dapat membangkitkan
semangat audiens. Keempat, menyusun materi dakwah yaitu mana yang lebih
dahulu untuk disampaikan dan mana yang diakhirkan untuk disampaikan,
1 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri yang berlokasi di Jl. H.
Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax. 0251 8617335 (Kediaman Rumah
KH. Ahmad Damanhuri) pada hari Jum‟at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011, jam 19.30 WIB
s/d Selesai.
58
mana yang penting dan mana yang tedak begitu penting, dan menyisipkan
humor dari setiap materi dengan bahasa sehari-hari. Yang kelima, menguasai
dan memahami materi untuk disampaikan kepada jama‟ah.2
Retorika merupakan seni atau gaya dalam penyampaian materi, berarti
materi yang disampaikan dikemas dengan cara yang menarik, sebagaimana
tujuan dari retorika dalam berdakwah adalah mengutarakan pesan dakwah
lewat bahasa lisan dengan menganjurkan jama‟ah mengikuti ajaran Islam, agar
jama‟ah lebih paham dan tertarik untuk mengikuti apa yang disampaikan.
Dalam ilmu retorika seorang orator disaat berbicara harus melakukan
persiapan-persiapan, seperti, penguasaan materi, pemilihan topik dan
penyampaian pesan dengan gaya bahasa yang baik, karena itu semua menjadi
syarat dalam mencapai keberhasilan dakwah, karena persiapan adalah
setengah dari kesuksesan.
KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah menggunakan bahasa
sehari-hari dalam pergaulan di masyarakat dan menggunakan suara yang
keras, berapi-api dan ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap
persoalan-persoalan yang tengah terjadi di masyarakat. Seperti status hukum
jama‟ah Ahmadiyah dan Mensiasati Pengaruh Faham Radikalisme dan
Terorisme. Ciri khas pesan retorika KH. Ahmad Damanhuri adalah bahasa
Indonesia yang berlogat Betawi asli dengan semangat jihad di jalan Allah
untuk menegakkan syari‟at Islam di muka bumi ini, khususnya di Sawangan-
2 Proses pengamatan ketika KH. Ahmad Damanhuri mengajar (ta‟lim) di Yayasan
Pesantren Al-Karimiyah dan wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.
59
Depok yang berbasis Ahlusunnah Wal Jama‟ah (NU), yaitu Al-Qur‟an dan
Sunnah Rasulullah SAW.
KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah menggunakan bahasa tubuh,
gaya, penampilan dan gerakan tangan, kepala dan perhatian yang fokus
kepada jama‟ah.
Bahasa tubuh beliau menunjukan kewibawaan, kesegaran dan
keberanian, beliau memiliki tubuh yang bisa dibilang tegar, lincah dengan
intonasi suara yang bass yang mengisyaratkan bahwa umat Islam harus jaya,
berkibar dan semangat jihad untuk menegakkan syari‟at Islam dan
melestarikan peninggalan budaya (tradisi) orang tua kita („urf sohih), seperti
Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj, Tahlilan dan lain-lain yang sesuai dengan Hukum
Islam.
Gaya yang beliau gunakan adalah gaya dengan posisi badan berdiri
tegap diatas panggung tanpa menggunakan mimbar, dan kadang pula beliau
suka turun dari panggung untuk mendekati, menyapa jama‟ah dan melakukan
proses komunikasi umpan balik.3
Penampilan beliau kertika berdakwah sangat berwibawa, yaitu
membawa mobil warna hitam yang bermerek X-trail, udeng-udeng berwarna
hitam, gamis hitam dan kadang pula gamis putih dengan sarung yang sangat
bagus dan rapih sebagai simbol bahwa umat Islam harus rapih dan bersih
3 Hasil pengamatan penulis ketika penulis ceramah bersama dalam satu acara dengan KH.
Ahmad Damanhuri, yaitu hasil ceramah KH. Ahmad Damahuri di Desa Cidokom Kecamatan
Gunung Sindur di Musholla As-Siddiqiyah dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW. tanggal 18 April 2011.
60
ketika berhadapan dengan sesama manusia. Menurut KH. Ahmad Damanhuri,
bahwa umat Islam harus kaya lahir dan bathin agar mampu mengeluarkan
hartanya di jalan Allah.4
KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah juga memberikan
penjelasan isyarat tangan ke atas dan ke bawah dan menganggukan kepala
ketika menyatakan bagus dan mengelengkan kepala ketika menyatakan
keprihatinan kepada generasi muda yang menyia-nyiakan kesempatan masa
muda untuk menuntut ilmu dan kondisi masyarakat/ faham yang sedang
mewabah di Indonesia seperti pengaruh faham Ahmadiyah.5 Selain itu yang
tidak kalah pentingnya dari retorika beliau adalah beliau suka menghampiri
jama‟ah/ mendekati audience untuk langsung berhadapan dan berkomunikasi.
Ini menunjukkan bahwa beliau sangat mensosialisasikan diri bergabung untuk
mengetahui kondisi dan situasi jama‟ahnya.
Fungsi retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah untuk
mengatur pesan dakwah Islam yang akan disampaikan oleh seorang da‟i
kepada mad‟u agar dapat mempengaruhi dan menarik simpati, sehingga mad‟u
mengamalkan nilai ajaran Islam di dalam kehidupan sehari-hari.6
4 Beliau pernah bercerita kepada penulis ketika beliau didatangi oleh seorang pendeta di
rumah beliau, pendeta itu terkejut melihat seorang Kyai yang bernama KH. Ahmad Damanhuri
memiliki rumah, 2 mobil, Yayasan, Pesantren, dll. Sementara pendeta itu membawa mobil yang
levelnya dibawah beliau, beliau berpesan kepada penulis agar kita tidak dilecehkan oleh agama
lain, bahwa kita juga mampu, bukan hanya menguasai akhirat, akan tetapi isi dunia untuk
menjemabatani kepada kehidupan yang sebenarnya. 5 Sambutan KH Ahmad Damanhuri atas nama tokoh „Ulama Masyarakat Sawangan-Baru
dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Al-Aula pada tanggal 01 Mei 2011. 6 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.
61
Tujuan Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah untuk
mengajak jama‟ah ke dalam suasana santai dan ceria dalam mendengarkan
pesan dakwah Islam, agar dapat menarik perhatian jama‟ah, jika da‟i
menyampaikan dakwah diawali dengan bahasa yang lembut maka jama‟ah
dapat menerima pesan dakwah dengan mudah, namun jika dimulai dengan
penyampaian dakwah yang kasar maka jama‟ah pun akan enggan menerima
pesan dakwah tersebut.
Penggunaan retorika dalam berdakwah merupakan bagian integral
yang sangat penting bagi setiap da‟i dalam menyampaikan pesan dakwah
Islam kepada mad‟u, karena sehebat apapun ilmu yang didapati oleh seorang
da‟i, kalau da‟i tidak mampu untuk menyampaikan pesan dakwah Islam
dengan sistematis, logis dan berbasis al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW,
maka pesan dakwah yang disampaikan oleh para da‟i kepada mad‟u akan sulit
dicerna, difahami dan dimengerti, sehingga kesuksesan da‟i dalam berdakwah
sangat sulit di raih.
Sebaliknya walaupun ilmu yang dimiliki oleh seorang da‟i sedikit,
akan tetapi da‟i menggunakan retorika dalam berdakwah, sehingga pesan
dakwah yang disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u mudah dicerna, difahami
dan dimengerti, maka dakwah da‟i tersebut akan mendapatkan simpati dan
respon positif dari mad‟u, sehingga kesuksesan da‟i dalam berdakwah akan
tercapai.7
7 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri
62
Dengan demikian penggunaan retorika akan sangat memudahkan da‟i
dalam berdakwah mengenai Ilmu Agama Islam yang didapati, untuk
disampaikan kepada mad‟u dengan efektif, efisien dan menarik hati nurani,
sehingga mad‟u memahami pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i dan
mengamalkan ajaran agama Islam di dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan dakwah akan membentuk masyarakat yang Baldatun
Thoyyibatun Warobbun Ghofur, yaitu masyarakat yang sejahtera lahir dan
bathin.
Berdakwah tanpa menggunakan retorika, maka pesan dakwah Islam
yang disampaiakan oleh da‟i akan sulit dicerna, dimengerti, dan difahami oleh
mad‟u. Sebagaimana ungkapan Bpk. Drs. Wahidin Saputra, MA sebagai
Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Dosen mata kuliah Retorika pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam proses perkuliahan di
semester 5 KPI C angkatan 2007 membuat motto dalam pidato “naik mimbar
tanpa persiapan akan turun tanpa penghormatan”. Ini menunjukan persiapan
dalam berdakawah merupakan hal yang wajib untuk mendapatkan
penghormatan dan kesuksesan berpidato.
Menurut KH. Ahmad Damanhuri persiapan sebelum berdakwah
merupakan hal yang sangat penting. Ada tiga unsur yang harus diperhatikan
oleh setiap da‟i yang ingin menyampaikan dakwah Islam kepada mad‟u agar
pesan dakwah dapat diterima dengan baik dan efektif, sebagai berikut:
1. Mental da‟i dalam berdakwah harus berniat ikhlas karena Allah SWT,
bukan karena mengharapkan materi dan pujian dari manusia. da‟i
63
dalam berdakwah harus memiliki Akhlak Mahmudah dan menjauhi
Akhlak Madzmumah.
2. Memahami dan menguasai ilmu al-Qur‟an, tafsir, hadits, hukum
syari‟at, hakikat, ma‟rifat, muamalah dan bahasa Arab.
3. Retorika Dakwah.
Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang
disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar
berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah
SWT. Ceramah atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah
yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Agar
dakwah itu berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal, dan hati
para jama‟ah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang sangat
penting.
Rasulullah SAW bersabda “Khotibunnas „ala Qadri „Uquullihim”
yang berarti “berbicaralah kalian menurut kadar kemampuan mereka”. Oleh
karena itu, sebagai seorang da‟i harus mengetahui dan menyesuaikan diri
kepada kondisi dan situasi mad‟u dalam berdakwah. Menurut KH. Ahmad
Damanhuri, MA, ada tiga klasifikasi mad‟u yang beragama Islam yang harus
disesuaikan oleh da‟i dalam berdakwah, sebagai berikut:
1. Golongan umat muslim yang matang dalam beragama, yaitu mereka
yang menyadari diri bahwa mereka berasal dari Allah dan akan
kembali kepada Allah SWT. Cara berdakwah kepada orang yang
matang dalam beragama yaitu dengan cara mengajak mereka untuk
64
selalu istiqomah dalam menjalankan pengabdian diri yang ikhlas
kepada Allah SWT.
2. Golongan umat muslim yang berada dipertengahan yaitu mereka yang
belum matang dalam beragama, mereka berada dalam golongan ittiba‟
(mengikuti kepada orang yang mengerti dan mengetahui dari mana
sumber ajaran tersebut, namun mereka belum memfokuskan diri untuk
mendalami tentang pengetahuan agama Islam). Cara berdakwah
kepada orang yang berada di pertengahan dalam beragama yaitu
dengan cara mengajak mereka untuk mencapai kepada kematangan
dalam beragama atau lebih memantapkan diri dalam beragama dan
menyakini dalam hati bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada
Allah SWT.
3. Golongan muslim yang awam, yaitu mereka yang belum mengetahui
agama secara mendalam, mereka tergolong orang-orang yang taqlid
(ikut-ikutan dalam beragama, belum mengetahui agama Islam secara
kafah). Cara berdakwah kepada orang yang awam yaitu dengan cara
mengajak mereka agar lebih mengetahui dan mencintai terhadap ajaran
agama Islam yang dapat menyelamatkan mereka hidup di dunia dan
akrirat.
Dalam berdakwah seorang da‟i dituntut agar memahami betul apa yang
dimau oleh mad‟u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada
masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam
perbuatan yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Retorika menjadi
65
hal yang paling pokok untuk mengaktualisasikan tujuan dakwah tersebut, seni
berbicara yang baik akan memudahkan jama‟ah untuk menerima dan
memahami materi yang disampaikan. Seni berbicara merupakan rasa atau
warna yang melengkapi setiap kata yang terlontar dalam berkomunikasi,
sehingga setiap kata yang keluar dari lisan menjadi indah dan enak didengar
serta mampu menghipnotis jama‟ah.
Menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA penggunaan humor dalam
berdakwah itu hanya sisipan untuk menghidupkan suasana dakwah itu sendiri.
Tanpa humor pun yang penting isi ceramah itu mempunyai daya sentuh yang
kuat untuk audience, maka akan berhasil dakwahnya, yang namaya humor itu
sisipan boleh ada boleh tidak, kembali kepada karakter muballigh dan ilmu
pengetahuan yang da‟i miliki. Yang terpenting adalah mad‟u harus khusu‟ dan
meresapi pesan dakwah yang disampaikan oleh para penceramah.
KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah di hadapan ribuan jama‟ah,
beliau menampilkan seluruh gaya yang dimiliki tanpa harus meniru gaya
orang lain, terkadang beliau menggunakan bahasa tubuh (gesture) seperti
menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah, mimic wajah yang dibuat secara
spontan, dan kontak mata beliau yang tidak pernah lengah kehadapan jama‟ah,
sehingga dakwah beliau dapat menarik perhatian jama‟ah.
Salah satu petunjuk al-Qur‟an bagi mereka yang menjalankan dakwah
adalah dianjurkan para da‟i dalam melakukan dakwah itu sesuai dengan kadar
66
kemampuan orang yang didakwahi dan dengan bahasa kaum mereka dan
bukan dengan bahasa yang tidak dipahami oleh para pendengar dakwah.8
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat empat:
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka
Allah menyesatkansiapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa
yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana”.(Q.S. Ibrohim : 4)
Apabila mad‟u sebagai seorang petani, maka gunakanlah penyampaian
dakwah dengan bahasa petani, apabila mad‟u sebagai orang yang
berintelektual, maka gunakanlah dakwah dengan bahasa yang intelektual.
Oleh karena itu bagi seorang da‟i jangan sampai salah menggunakan bahasa
dalam berdakwah kepada khalayak, karena itu dapat mengurangi keberhasilan
dalam berdakwah.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, ternyata sebelum KH.
Ahmad Damanhuri berdakwah langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengenal mad‟u atau medan yang akan didakwahi, agar pesan dakwah mudah
diterima dan bisa menjangkau pola pemikian audience. Beliau bisa beradaptasi
dengan jama‟ah. Jika berceramah dengan para pejabat maka gaya bahasa yang
beliau gunakan pun dengan bahasa intelek dan ilmiah dan jika bicara
8 Musthafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara Kelembutan
Dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, hal. 21.
67
dihadapan jama‟ah yang biasa saja, maka bahasa yang digunakan sederhana
dan mudah dimengerti.
B. Konsep Dakwah KH. Ahmad Damanhuri
KH. Ahmad Damanhuri, MA memulai berdakwah setelah beliau
pulang menuntut ilmu dari Madinah University Saudi Arabia, karena beliau
mendapatkan amanah, tanggung jawab moral dan ilmu yang didapati untuk
disampaikan kepada masyarakat.
Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah mengajak kepada
semua golongan manusia termasuk non muslim, agar mereka mengimani
Allah SWT. Dengan kata lain dakwah mempunyai nilai ajakan kepada orang
lain agar mereka tertarik pada agama Islam.9 Selain itu, dakwah adalah
mengajak mad‟u agar senantiasa melaksanakan perintah Allah, menjalankan
apa yang diperintah Rasulullah SAW dan menjauhi apa yang dilarang oleh
Allah dan Rasulullah.
Dengan demikian dakwah secara luas bukan hanya ceramah
mimbariyyah saja, akan tetapi merupakan praktek dalam kehidupan sehari-hari
yang mempunyai nilai ajakan kepada orang lain agar mereka tertarik pada
pengamalan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, memberikan contoh kepada
orang lain dalam kebaikan, maka itu disebut dakwah.
9 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri yang berlokasi di Jl. H.
Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax. 0251 8617335 (Kediaman Rumah
KH. Ahmad Damanhuri) pada hari Jum‟at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011, jam 19.30 WIB
s/d Selesai.
68
Konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri, MA lebih memprioritaskan
masalah-masalah yang sedang actual di masyarakat, seperti Ahmadiyah,
teroris, nabi dan malaikat palsu, serta aliran-aliran sesat yang
mengatasnamakan Islam, agar masyarakat tidak ikut-ikutan dalam hal yang
dapat merugikan diri sendiri dan juga terlebih bagi Agama.
Tujuan dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA adalah untuk
membuat orang agar menyadari dari mana, dimana, untuk apa dan akan
kemana orang tersebut akan kembali dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu
Allah SWT.
Metode dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA adalah cara da‟i
dalam menyampaikan dakwah mengenai ajaran agama Islam agar pesan
dakwah yang disampaikan dapat dimengerti, difahami dan diamalkan oleh
mad‟u dalam kehidupan sehari-hari.
Metode dakwah Islam yang tepat untuk digunakan da‟i dalam
menyampaikan dakwah tentang pengamalan ajaran agama Islam kepada
mad‟u adalah menggunakan metode dakwah kondisional atau metode haliyyah
yaitu berdakwah dengan melihat siapa jama‟ah yang hadir atau dengan kata
lain dengan siapa kita berhadapan dalam berdakwah. Golongan apa yang akan
menerima pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i.10
Secara umum ada tiga golongan mad‟u menurut KH. Ahmad
Damanhuri yaitu golongan intelektual, menengah dan awam. Secara khusus
10
Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.
69
ada tiga klasifikasi golongan ummat Islam yang didakwahi menurut KH.
Ahmad Damanhuri :
Pertama, golongan umat Islam yang matang dalam beragama, yaitu
mereka yang menyadari diri bahwa mereka berasal dari Allah dan akan
kembali kepada Allah SWT. Berdakwah kepada orang yang matang dalam
beragama yaitu dengan cara mengajak mereka untuk selalu Istiqomah dalam
menjalankan pengabdian diri yang ikhlas untuk Allah SWT.
Kedua, golongan ummat Islam yang berada dipertengahan, yaitu
mereka yang belum matang dalam beragama, mereka berada dalam golongan
ittiba‟ (mengikuti kepada orang yang mengerti dan mengetahui dari mana
sumbernya namun mereka belum memfokuskan diri untuk mendalami agama
Islam itu sendiri). Berdakwah kepada orang yang berada di pertengahan dalam
beragama yaitu dengan cara mengajak mereka untuk mencapai kepada
kematangan dalam beragama atau lebih memantapkan diri dalam beragama
dan menyakini dalam hati bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada
Allah SWT.
Ketiga, golongan ummat Islam yang awam, yaitu mereka yang belum
mengetahui agama Islam, mereka tergolong orang-orang yang taqlid (hanya
ikut-ikutan dalam beragama, belum mengetahui agama Islam). Berdakwah
kepada orang yang awam yaitu dengan cara mengajak mereka untuk lebih
mengetahui dan mencintai terhadap ajaran agama Islam yang dapat
menyelamatkan hidup manusia di dunia dan akrirat.
70
Dakwah ibarat bola lampu kehidupan, yang memberikan cahaya dan
menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang
menderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan
bagian yang cukup terpenting bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda
kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi, kerusuhan,
kecurangan dan sederet tindakan-tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah
merupakan ajakan kepada keinsapan atau usaha mengubah situasi yang rumit
menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna.
Menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA da‟i yang professional yaitu
da‟i yang menganggap bahwa ceramah itu adalah sebagai bagian dari dirinya
sendiri dan yang menjadi tanggung jawab moral bagi da‟i itu sendiri bukan
bertujuan untuk kepentingan diri da‟i itu sendiri.
Kegagalan berdakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA. Pertama
adalah disebabkan da‟i tidak menjadi uswatun hasanah/ mencontahkan yang
baik kepada mad‟u. Kedua adalah da‟i dalam menyampaikan dakwahnya
kurang/ tidak komunikatif yaitu bahasa yang digunakannya sulit dimengerti
dan da‟i mengkomunikasikan apa yang disampaikan baik bentuk ceramah/
prilaku tidak dapat difahami oleh jama‟ah.
Sebagai da‟i harus memberikan uswatun hasanah kepada mad‟u
tentang ibadah dan muamalah dalam praktek kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Dengan demikian ketika da‟i mengajak orang lain untuk
71
melakukan kebaikan sementara da‟i juga mencontohkannya kepada mad‟u,
maka mad‟u akan menerima dan mengikutinya.
Oleh karena itu, nasehat atau pesan KH. Ahmad Damanhuri untuk para
da‟i/ muballigh yang mau mengharapkan kesuksesan dalam berdakwah adalah
sebagai berikut: Pertama adalah tancapkan keikhlasan dengan sebaik-baiknya,
dengan keikhlasan itu akan muncul cahaya-cahaya dakwah dan kalau cahaya
itu bisa menerangi ummat lalu umat itu merasa diterangi dengan cahaya
dakwah, maka dakwah itu sudah memberikan manfaat.
Kedua, bagi para calon da‟i/ muballigh hendaknya berprilaku sesuai
dengan apa yang dibicarakan dalam berdakwah atau ceramah. Ketiga,
perbanyak sabar, sebab ada kalanya orang dapat menerima apa yang
disampaikan dan ada pula kadang-kadang yang menolak, kalau ada yang
menolak dakwah da‟i, maka jangan bersedih hati, selalu tetap optimis dan
mencari solusi bagaimana dakwah agar diterima oleh jama‟ah.
Keempat, setiap da‟i harus memiliki jiwa tasamuh dalam setiap
permasalahan, tapi bukan masalah akidah, da‟i itu harus memiliki rasa
tenggang rasa, dalam hal-hal permasalahan yang lain, Karena seorang
muballigh/ da‟i dihadapkan oleh dua hal: Pertama, dia secara moral
bertanggung jawab terhadap dakwah yang disampaikannya. Kedua, disisi lain
dia pun harus menghargai dan menghormati “Laikrohafiddin”, yaitu tidak ada
paksaan dalam beragama dan “Lakum Dinukum Waliyadin”, yaitu untukmulah
72
agamamu dan untukulah agamaku, sehingga da‟i harus memiliki rasa toleransi
dalam beragama.
C. Penerapan Retorika Dakwah KH. Damanhuri di Depok
KH. Ahmad Damanhuri termasuk salah satu Kyai yang konsisten
dalam berdakwah. Kepentingan umat lebih baliau prioritaskan dari pada
kepentingan pribadi. Beliau tidak kenal lelah dalam berdakwah demi syiarnya
agama Allah dimuka bumi serta tegaknya “Amar Ma‟ruf Nahyi Munkar”. Oleh
karena itu dakwah seharusnya dilakukan dengan baik agar isi dakwah itu dapat
tersampaikan kepada mad‟u.
Ciri khas penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri adalah
ketegasan dalam memberikan kedudukan hukum Islam terhadap persoalan
yang tengah terjadi di masyarakat, pesan dakwah yang beliau sampaikan
sangat mudah dicerna oleh audience dengan menggunakan bahasa sehari-hari
yang bernuansa Betawi yang lantang dalam berbicara, dengan tubuh yang
tegar dan semangat jihad di jalan Allah.11
Dengan demikian, penulis mengartikan bahwa sebagai seorang da‟i
harus tegas terhadap persoalan yang terjadi dimasyarakat dengan memberikan
status hukum dalam Islam meliputi: wajib, sunnah, haram, makruh dan
mubah dan pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i harus sesuai dengan
11
Hasil Penelitian Pribadi terhadap dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Ciputat, Gunung
Sindur dan Yayasan Al-Karimiyah.
73
kondisi dan situasi mad‟u yang hadir. Oleh karena itu, bagi seorang da‟i
jangan sampai lambat memberikan hukum dan salah menggunakan bahasa
dalam berdakwah kepada khalayak, karena itu dapat menghambat
keberhasilan dakwah.
Penerapan retorika dakwah sangat penting demi penunjang
keberhasilan dalam berdakwah. Penerapan retorika dakwah harus tepat pada
tujuan dan sasaran mengingat bervariasinya tingkat kesadaran dan
kemampuan daya nalar masyarakat. Dalam pelaksanaan retorika dakwah
beliau mempersiapkan tahapan-tahapan, seperti, menguasai dan menentukan
topik yang akan dibahas, penyampaian dengan bahasa yang baik, intonasi dan
artikulasi yang jelas, dan humor yang dapat menyegarkan suasana jama‟ah.
Untuk memudahkan penulis dalam melakukan jawaban terhadap penerapan
retorika yang beliau gunakan maka penulis membagi dalam beberapa langkah,
yaitu:
1. Persiapan Sebelum Berdakwah
Setiap da‟i yang berdakwah sangat mengharapkan pesan dakwah
yang disampaikan kepada mad‟u mendapatkan keberhasilan dan
kemanfaatan untuk da‟i dan jama‟ah yang hadir, yaitu mad‟u memamahi
dan mengamalkan pesan dakwah Islam di dalam kehidupan
bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Dakwah dapat
dilakukan dengan baik dan tepat sasaran dengan melakukan persiapan
sebelum berdakwah.
74
Persiapan adalah salah satu faktor untuk mencapai keberhasilan
dalam berdakwah. Sebagaimana ungkapan Bpk. Drs. Wahidin Saputra,
MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, dan Dosen mata kuliah Retorika pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam proses perkuliahan di semester 5
KPI C angkatan 2007, membuat motto dalam pidato “naik mimbar tanpa
persiapan akan turun tanpa penghormatan”. Ini menunjukan persiapan
dalam berdakawah merupakan hal yang wajib untuk mendapatkan
penghormatan dan kesuksesan dalam berpidato.
Walaupun jam terbang KH. Ahmad Damanhuri sangat padat,
namun beliau tidak luput dari persiapan-persiapan yang matang demi
menunjang keberhasilan berdakwah. Ada dua persiapan yang beliau
lakukan sebelum berdakwah, persiapan secara lahir dan persiapan secara
bathin. Diantara persiapan beliau secara lahir yaitu:
a. Istirahat dan tidur yang cukup/sesuai dengan kondisi badan
b. Makan dan minum yang tidak berlebihan
c. Busana dalam berdakwah yang sesuai, rapih dan sopan
d. Menguasai dan memahami materi dakwah yang akan disampaikan
e. Ketepatan Waktu dalam berdakwah
Berdakwah memerlukan persiapan fisik agar ketika kita berada di
atas mimbar tidak tegang dan kaku, dan ketika sedang melakukan dakwah
supaya kondisi fisik kita sehat dengan makan yang cukup, tidur yang
75
cukup, materi yang sesuai dengan mad‟u dan pakaian yang rapih dan
sopan. KH. Ahmad Damahuri dalam berdakwah menggunakan gamis
hitam, mengikat kepala yang sudah dipakai peci dengan sorban (udeng-
udeng)/ peci hitam, kain sarung/ celana, sorban, kaca mata dan
menggunakan kendaraan bermobil warna hitam.12
Adapun persiapan beliau secara bethin yaitu:
a. Dzikir dengan membaca Al-Qur‟an
b. Shalat Tahajjud, Dhuha, Hajat, Tasbih
c. Puasa
d. Tafakkur „Alam
e. Beristigfar dan memohon Ridha kepada Allah SWT
Beliau sebelum berdakwah melakukan persiapan bathin seperti
shalat dhuha dan tasbih setiap hari minggu sekali berjama‟ah dengan santri
Al-Karimiyah di Masjid Al-Aula, membaca Al-Qur‟an dan bertafakkur
sebelum berangkat ceramah mengenai proses Allah menjadikan „Alam
semesta, shalat tahajjud, shalat hajat, berpuasa, beristigfar dan memohon
ridha kepada Allah SWT. Bahkan ketika beliau berada di atas mimbar,
beliau membaca “Robbisyrohlii Sodrii Wayassirlii Amrii Wahlul „Uqdatan
Min Lisaanii Yafqohu Qowlii”. Beliau memohon kepada Allah agar
dakwah yang disampaikan sesuai dengan maksud Al-Qur‟an dan Sunnah
Rasul.
12
Hasil observasi Pribadi ketika KH. Ahmad Damanhuri berceramah di Masjid al-Aula
dan Desa Cidokom Gunung Sindur dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
76
2. Penyusunan dan Penguasaan Materi
Penyusunan dan penguasaan materi dakwah yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat merupakan suatu kewajiban bagi seorang da‟i,
sebab tanpa penguasaan materi yang mendalam maka akan sulit
membangun kredibilitas seorang da‟i, sehingga dakwah yang di sampaikan
ngawur dan asal-asalan, dakwah seperti ini akan membingungkan yang
menerimanya. Namun jika da‟i mampu menguasai materi yang disajikan
dengan bagus otomatis penyampaiannya pun akan bagus pula, da‟i terlihat
tenang dan santai, mad‟u pun akan mudah menerima pesan yang
disampaikan.
Ucapan yang untuk disampaikan kepada orang lain harus sesuai
dengan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, kecuali perkara
yang dikhususkan untuk Nabi Muhammad. Oleh karena itu, beliau dalam
menyusun materi dakwah dimulai dengan pembacaan
“Bismillahirrahmaanirrahim”, karena segala aspek perbuatan mausia
harus mengingatkan kepada Allah dan merupakan Sunnah Rasulullah
SAW, karena al-Qur‟an merupakan cerminan akhlak Rasulullah. Tidak ada
seorang Rasulpun yang dipuji oleh Allah kecuali Nabi Muhammad
sebagaimana firman Allah “Wa Innaka La‟ala Khuluqin „Adzim”, oleh
karena itu, beliau memulai berdakwah dengan memuji Allah dan
bershalawat kepada Rasulullah.13
Berikut ini penerapan penyusunan dan
13
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula.
77
penguasaan materi KH. Ahmad Damanhuri pada Acara pengajian di
Majlis Ta‟lim Ummahatul Aula di Masjid Al-Aula. Beliau
mengungkapkan dalam ceramahnya sebagai berikut:
“Assalamu‟alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Bismillahir
Rahmaanirrahim Robbisyrohlii Sodrii Wayassirlii Amrii Wahlul „Uqdatan
Min Lisaanii Yafqohu Qowlii”, berbicara tentang Adab kepada Nabi. Nabi
adalah tauladan kita dalam perkataan dan perbuatan. Ucapan yang kita
sampaikan kepada orang lain harus sesuai dengan Nabi, kecuali yang
beliau khususkan, bagaimana tuh akhlak Rasulullah? Rosul itu akhlak
Qur‟an, cerminan yang ada di al-Qur‟an, tidak ada seorang Rasul/ semua
manusia yang dipuji oleh Allah kecuali Nabi Muhammad “Wa Innaka
La‟ala Khuluqin „Adzim” Orang sama orang memuji biasa, ada batasnya,
terkadang bosan, tapi Allah ga pernah bosan memuji, saya dinasehatin
sama orang tua saya kalau dipuji jangan bangga, kalau dibenci jangan
marah, dan manusia yang dipuji oleh Allah hanya nabi kita...”14
3. Pemilihan Bahasa
Bahasa adalah momentum sebuah kata yang dapat membuat orang
lain paham mengerti. Seorang da‟i harus pandai memilih kata-kata dan
mengemasnya dengan bahasa yang tepat agar jamaah mudah
menerinmanya. Aristoteles memberikan nasehat gunakanlah bahasa yang
tepat, benar dan dapat di terima. Pilih kata-kata yang jelas dan langsung,
sampaikanlah kalimat yang indah, mulia, hidup dan sesuaikan bahasa
dengan kualitas khalayak.
Dalam dakwah KH. Ahmad Damanhuri menggunakan bahasa yang
mudah di pahami dan mudah di cerna oleh jamaah. Bahasa yang beliau
gunakan merupakan bahasa Indonesia dan logat yang beliau gunakan gaya
14
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula.
78
suara Betawi yang khas. Berikut ini pilihan bahasa KH. Ahmad
Damanhuri dalam berdakwah yaitu:
“…Ketika kita berbuat baik kita akan diberikan keuntungan-
keuntungan sesuai Firman Allah Surat al-Mu‟munun ayat 1-11
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka
Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di
balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya. mereka Itulah orang-orang yang
akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di
dalamnya”.(Q.S. al-Mu‟minun ayat 1-11)
“orang yang beruntung adalah orang-orang yang khusu‟ dalam
shalatnya, Shalat khusu‟ yang kaya gimana, lagi shalat, tapi pikiran mah
kemana-mana, shalat khusu‟ itu bener-bener niat llillah, diucapin dibibir
silahkan ga diucapin ga papa yang penting dihati pake bahasa Indonesia
juga ga papa, jangan Allahu Akbar, tapi otaknya kan kemana-mana, kalau
shalat matanya liat ke tempat sujud, ingetin bacaan kita jangan ingetin
yang macem-macem, dan tidak boleh ada tulisan di tempat sejadah...”15
Gaya bahasa yang di sesuaikan dengan audiencenya yang di
hadapi rangkaian kata-kata yang tidak bertele–tele, susunan kata yang
15
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula.
79
teratur dan sistamatis, membuat ceramah yang enak didengar dan di
pahami, beliau bicara tanpa ada rasa takut, sebab apa yang beliau
sampaikan adalah suatu kebenaran yang harus di ketahui dan di pahami.
Penggunaan bahasa, mimik dan intonasi retorika dakwah KH.
Ahmad Damanhuri mampu meyakinkan mad‟unya dalam pelaksanaan
dakwah bil-lisan, penerapan dan penggunaan gaya serta intonasi retorika
dakwah beliau dapat dikatakan bagus, karena penyampaian sesuai dengan
tingkat variasi keilmuannya.
Banyak para da‟i dalam berdakwah ketika membaca ayat al-
Qur‟an hanya setengah-setengah. Berikut ini da‟i yang berceramah
membaca penggalan ayat saja seperti Firman Allah Surat al-Ahzab ayat 21
yang disinggung dalam ceramah KH. Ahmad Damanhuri yaitu:
“…Laqod Kaana Lakum Fii Rosulillahi Uswatun Hasanah”,
jangan Cuma penggalan ayat sampe disitu aja, terusin lagi, buat siapa,
“Limangkana Yarjullaha Walyaumal Akhir Wadzakarallaha Katsiiro”
untuk orang-orang yang mengharapkan kembali kepada Allah, hari
kemudian dan mengingat atau berdzikir kepada Allah…”16
Berikut ini firman Allah surat al-Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. al-Ahzab : 21)
4. Materi Dakwah
16
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula.
80
Materi yang di angkat harus relevan dengan kondisi atau yang
tengah menjadi perhatian masyarakat saat ini, agar masyarakat berantusias
dalam mendengarkan dakwah yang di sampaikan. Penyampaian materi
harus disampaikan secara mendalam agar mad‟u dapat memahami
masalah-masalah yang sedang di hadapinya.
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada
tujuan dakwah atau sasaran yang di maksud oleh da‟i itu sendiri. Oleh
karena itu seorang da‟i harus mempersiapkan diri dalam melakukan
aktifitas dakwah. Di samping penguasaan materi-materi dakwah, juga
teknik dalam penyampaian dakwah yang dapat di terima oleh masyakat.
Menurut KH.ahmad Damanhuri, selayaknya materi yang akan di
sampaikan da‟i harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
Materi yang beliau sajikan bersumber dari al-Quran, hadist, fatwa „ulama
dan lain sebagainya yang sesuai dengan materi yang akan di bahas. Serta
materi yang diangkatpun harus yang sedang menjadi pembicaraan
masyarakat, di kemas secara mendalam dengan gaya bahasa yang menarik,
karena dengan ini maka dakwah yang di sampaikan akan mengenai kepada
tujuan atau sasaran.
Menurut KH. Ahmad Damanhuri salah satu penyebab kegagalan
dakwah karena da‟i kurang mempersiapkan tema atau materi yang akan di
bahas, sebab jika kurang persiapan dalam berdakwah maka da‟i akan
bingung sendiri apa yang harus ia sampaikan, otomatis karena kurang
81
persiapan maka dakwah akan gagal. Oleh karena itu persiapan materi
dalam berdakwah menjadi salah satu faktor yang utama dalam berdakwah.
Setelah penulis menghadiri beberapa kali ceramah beliau, baik di
lingkungan pesantren maupun di luar, seperti majelis-majelis yang beliau
asuh. Beliau menggunakan topik atau materi dakwah sesuai dengan
metode yang penulis gunakan pada bab dua yaitu:
Pertama, masalah aqidah (keimanan), masalah pokok yang
menjadi materi dakwah adalah aqidah Islamiyah, aspek akidah ini yang
akan membentuk moral manusia. Kedua, masalah syar‟iah, hukum atau
syariah di sebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika
ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya
dalam hukum-hukumnya. Materi dakwah yang menyajikan unsur syar‟iat
harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di
bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah, dan
haram. Ketiga, masalah mu‟amalah, Islam merupakan agama yang
melakukan urusan mu‟amalah lebih besar porsinya dari pada urusan
ibadah. Ibadah dalam mu‟amalah di sini, di artikan sebagai ibadah yang
mencakup hubungan kepada manusia dalam rangka mengabdi kepada
Allah. Beliau selalu menganjurkan agar kita selalu menjaga tali
siraturahmi kepada siapapun, karena itu akan menyebabkan turunnya
rahmat kepada kita, seperti di panjangkan umurnya dan di permudah
rezekinya. Keempat, masalah akhlak Islam yang mengajarkan agar
82
manusia berbuat baik dengan ukuran yang bersumber kepada Allah.
Sebagaiman telah di aktualisasikan oleh Rasulullah SAW.
Materi dakwah yang beliau sampaikan dapat diketahui dari
pembukaan yang beliau gunakan. Apakah materi itu tentang Maulid, Isra
Miraj, ataupun acara lainnya. Dakwah ini ada beberapa contoh pembukaan
yang beliau gumakan untuk menunjukan judul materi yang akan beliau
sampaikan tentang akhlak manusia kepada Rasulullah SAW:
17
Berikut ini materi dakwah yang pernah KH. Ahmad Damanhuri
sampaikan dalam ceramahnya yaitu:
“….Kita harus berakhlak kepada diri kita, kalau kita tidak
berakhlak kepada diri kita, maka hidup kita kacau, bablas, acak-acakan,
kita harus mempunyai aturan hidup, akhlak kita kepada Allah, manusia
dan alam sekitarnya. Ya bu ya? Jangan ayam lagi lewat maen tempong aja,
bagaimana kita harus berakhlak kepada hewan, diri sendiri dan orang lain.
Akhlak kepada diri kita itu kita harus mengetahui kejadian diri kita dan
pembekalan kita buat hidup baik untuk ruh dan jasad, roh itu bukan nafas,
gerak itu menunjukan roh ada, yang namanya roh, dibuat dari alam
malakut, dari atas, sementara jasad dari alam nafsu yaitu alam hayawan
dari bawah, alam syahwat tidak ada akal padanya, yang tidak bisa
membedakan antara buruk dan baik, dia hanya makan, kawin, kemauan
nafsu. Sedangkan alam malaikat itu ilmu pengetahuan, pemikiran, alam
jauh, alam akal, tidak ada syahwat, kalau nafsu bisa mengalahkan akal,
maka manusia kaya binatang, hidupnya cuma makan, minum, bersetubuh
udah ga ada yang lain, zohirnya saja, sementara kosong ilmunya, akalnya,
agamanya, namun manusia bisa jadi malaikat kalau tidak mengikuti hawa
17
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula.
83
nafsunya, manusia lebih mengutamakan ruhaniahnya, namun demikian
kedua-duanya itu saling membutuhkan bantuan antara ruh dan jasad…”18
5. Humor
Menurut Viktor E. Frankl tokoh Logoterapi, humor adalah senjata
jiwa yang lain dalam mempertahankan diri. Sudah dimaklumi bahwa
humor, lebih dari sesuatu yang lain dalam kehidupan manusia, dapat
menghasilkan sikap menjauhkan diri dari kemampuan untuk bangkit
mengatasi segala situasi, sekalipun hanya beberapa detik.19
Kehidupan manusia tidak terlepas dari humor karena manusia
memiliki “sense of humor”. Terkadang da‟i memakai humor untuk
menarik perhatian jama‟ah. Namun demikian humor dalam ceramah bukan
sembarang humor seperti halnya pelawak. Humor yang dimaksud adalah
humor-humor yang bersifat edukatif dan berisi ceramah.20
Seorang da‟i
yang baik akan menyisipkan pesan–pesan dakwah melalui humor, karena
rasa humor juga dapat di gunakan untuk menjadikan masalah yang serius
menjadi santai.
“Ketika humor lenyap, sirna pula peradaban.” Demikian pendapat
seorang jurnalis internasional, Erna Bombeck (1927-1996). Dalam kamus
bahasa Indonesia kata humor berarti:
- Kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau yang menyenangkan.
18
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula. 19
Ibid, hlm. 14 20
Asmuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), hlm. 120
84
- Keadaan (dalam cerita dan sebagainya) yang menggelikan hati;
kejenakaan; kelucuan. Sedangkan humoris diartikan orang yang
mempunyai rasa humor.21
Humor merupakan bagian dari dakwah da‟i, terkadang dalam
berdakwah para da‟i memilih dengan gaya bercanda, sehingga lebih
memudahkan mad‟u dalam menerima pesan yang di sampaikan oleh da‟i,
namun perlu dipahami juga bahwa humor di gunakan sebagai selingan dan
hanya menyegarkan suasana jama‟ah sehingga dakwah tidak monoton dan
mad‟upun tidak jenuh.
Berikut ini selingan dalam menyampaikan materi Ceramah KH.
Ahmad Damanhuri yaitu:
“…Nabi kita beristigfar sehari 100 kali, beristigfar jangan dibibir
doang, sambil merenungkan, manusia ga ada yang ga pernah shalah,
termasuk saya banyak salahnya. Kita beristigfar setiap abis shalat itu 3 kali
dikali 5 jadi 15 kali sehari minimal, orang-orang yang sering istigfar akan
diberikan kemudahan-kemudahan. Syakh Ulama Basri, ditanya syakh saya
inikan tani biar panen sukses gimana? kata syakh, banyak-banyak istigfar,
syakh ga punya anak dan rizki nih? perbanyak istigfar kan sering dibaca
sama ibu-ibu “Istagfiru Rabbakum Innahu kaana Gofaro”Dzikir kepada
Allah sebuah keharusan, fisik perlu makan, rohani kita perlu makan, ya itu
dzikrullah itu, dzikir dengan lisan, “Hasbunallah Wani‟malwakil Ni‟mal
Maula Wani‟man Nashir”Dzkir yang paling bagus itu membaca al-Qur‟an,
dan dzikir dengan renungan, didepan rumah ada pohon manis dari mana.
Jangan di depan rumah et deh orang punya anu, et deh orang punya ono,
jadi dzikirnya et deh, mikirin orang lain mulu…”22
Menurut KH. Ahmad Damanhuri humor itu tergantung bagaimana
situasi dan kondisi, humor digunakan pada saat mad‟u sudah terlihat
21
Fatmawati Amir dan Ade Sofyan Mulazid, Cara Cepat Menjadi MC Handal, (Jakarta:
kalam Pustaka, 2007), Cet. Ke-I, hlm. 13-14. 22
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula.
85
jenuh. Sering kali beliau katakan bahwa retorika dakwah sangat penting
dalam berdakwah tanpa menguasai retorika dakwah maka kita akan di
tinggali oleh jama‟ah, walaupun dakwah itu terbilang serius, namun
humor itu perlu untuk membumbui dakwah, akan tetapi jangan terlalu
humoris, karena ditakutkan isi dari materi yang kita sampaikan berkurang
dan juga jangan terlalu serius, karena itu akan menjenuhkan jama‟ah.
Seperti yang pernah dicontohkan oleh KH. Ahmad Damanhuri
dalam menyampaikan materi dakwahnya yaitu:
“…Tabeat alam adalah berpasang-pasangan ada basah ada kering,
ada dingin ada panas, ada sehat ada sakit, terlalu panas juga ga baik terlalu
dingin juga ga baik yang sedang-sedang saja. Maka dijaga tabeat-tabeat
itu, jangan berlebih lebihan dan jauhi yang agak berbahaya, istirahat yang
cukup, tidur yang cukup, diem diem yang cukup, bergerak yang cukup,
dan makan yang cukup. Jangan apa bae dimakan, bludak lah dimakan,
kita harus bisa mengatur hidup, untuk keseimbangan antara roh dengan
jasad kita. Makan diatur oleh agama, Makanan itu sumber kesehatan kita,
jangan di tempat besan, semua kuluarga diajak, kondangan Cuma 4000,
empek-empek orang dibungkus semua,malu...”23
Beliau menggunakan humor seperti ini tatkala waktu menunjukkan
sudah sangat larut malam, setelah jamaah merasa terhibur dengan humor-
humor yang menyegarkan barulah beliau menyampaikan tema atau materi
yang akan disampaikan.
Berikut ini humor yang KH. Ahmad Damanhuri gunakan untuk
menyegarkan dan menarik perhatian jama‟ah yaitu
23
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula.
86
“…Bu dengerin nih, rasul berpesan “sebagus bagus amal terus
menerus walaupun sedikit, ini mah sekali sedekah, ampe mati ga sedekah
sedekah, jangan begitu! Kalau mau kaya itu dengan sedekah...”24
Dari seluruh uraian di atas tentang penerapan retorika dakwah KH.
Ahmad Damanhuri dapat disimpulkan bahwa beliau berhasil dalam
melaksanakan dakwah yang sesuai dengan apa yang ada dalam retorika,
materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bahasa yang
mudah dipahami serta ilustrasi yang sesuai dengan tema dan memahami
situasi dan kondisi yang ada di masyarakat.
Hal ini dikuatkan lagi dengan pendapatnya Toto Tasmara bahwa
penerapan retorika ada beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya;
aktualisasi, analisa, persoalan dan situasi, kekuatan bahasa, pengalaman,
intonasi, analogi dan pribahasa.25
Selama pengamatan penulis mengikuti dakwah beliau yang selalu
dihadiri ratusan jamaah walaupun terkadang pengajiannya sesuai sholat
Isya, penulis tidak menemukan jamaah yang mendengarkan dakwahnya
dalam keadaan tidur ataupun bercanda. Akan tetapi mereka justru sangat
antusias mendengarkan ceramahnya.
Dengan retorika yang beliau gunakan dapat menghipnotis jamaah,
tidak lain dan tidak bukan bahwa retorika yang baik serta cara
penyampaian yang dapat menarik hati jamaah.
24
Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim
Ummmahatul Aula. 25
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-3,
hal. 155
87
Dari beberapa jamaah yang diwawancarai semuanya merespon
baik atas retorika dakwah yang beliau gunakan. Wawancara ini tingkatnya
bervariasi mulai dari santri ustad/zh, mahasiswa dan dosen. Kepandaian
KH. Ahmad Damanhuri dalam mengemas retorika sebagai alat dan
dakwah sebagai subjek. Dalam hal ini beliau behasil menggunakan
retorika untuk mencapai keberhasilan dalam berdakwah.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini dapat penulis
simpulkan, terdiri dari tiga butir yang merujuk pada permasalahan dan tujuan
penelitian.
1. Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah bagaimana cara
seorang da’i berbicara yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri
sehingga orang yang mendengar itu bisa tertarik dengan apa yang
dibicarakan, dari mulai gaya bahasa, penampilan dan tehnik berbicara
yang memiliki daya sentuh kepada hati audience, sehingga mereka
khusu’ mendengarkan dan meresap terhadap apa yang disampaikan
oleh para penceramah. KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah
menggunakan pesan retorika verbal berupa bahasa yang digunakan
dalam berdakwah adalah bahasa sehari-hari dalam pergaulan di
masyarakat dan menggunakan suara yang keras, berapi-api dan
ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap persoalan-
persoalan yang tengah terjadi di masyarakat.
KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah selain menggunakan
retorika melalui pesan verbal, beliau juga menggunakan retorika
melalui pesan nonverbal berupa bahasa tubuh, gaya, penampilan dan
gerakan tangan, kepala dan perhatian yang fokus kepada jama’ah.
89
2. Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah mengajak kepada
semua manusia termasuk non-muslim, agar mereka mengimani Allah.
Tujuan dakwah adalah untuk membuat orang agar menyadari dari
mana, dimana, untuk apa dan akan kemana orang tersebut akan
kembali dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu Allah SWT. Metode
dakwah adalah cara da’i dalam menyampaikan dakwah mengenai
ajaran agama Islam agar pesan dakwah yang disampaikan dapat
dimengerti, difahami dan diamalkan oleh mad’u dalam kehidupan
sehari-hari. Konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri, MA lebih
memprioritaskan masalah-masalah yang sedang aktual di masyarakat,
seperti Ahmadiyah, teroris, nabi dan malaikat palsu, serta aliran-aliran
sesat yang mengatasnamakan Islam, dan memberikan ketegasan
hukum agar masyarakat tidak ikut-ikutan dalam hal yang dapat
merugikan diri sendiri dan juga terlebih bagi Agama.
3. Sedangkan penerapan retorika Dakwah KH. Ahmad damanhuri adalah
bahasa yang digunakan dalam berdakwah adalah bahasa sehari-hari
dalam pergaulan di masyarakat dan menggunakan suara yang keras,
berapi-api dan ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap
persoalan-persoalan yang tengah terjadi di masyarakat dan bahasa
tubuh, gaya, penampilan dan gerakan tangan, kepala dan perhatian
yang fokus kepada jama’ah. Bahasa tubuh beliau menunjukan
kewibawaan, kesegaran dan keberanian, beliau memiliki tubuh yang
bisa dibilang, tegar, lincah dengan intonasi suara yang bass yang
90
mengisyaratkan bahwa umat Islam harus jaya, berkibar dan semangat
jihad untuk menegakkan syari’at Islam di muka bumi ini.
Ciri khas penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri
adalah ketegasan dalam memberikan kedudukan hukum Islam terhadap
persoalan yang tengah terjadi di masyarakat, pesan dakwah yang
beliau sampaikan sangat mudah dicerna oleh audience dengan
menggunakan bahasa sehari-hari yang bernuansa Betawi asli yang
lantang dalam berbicara, dengan tubuh yang tegar dan semangat jihad
di jalan Allah.
Dalam pelaksanaan retorika dakwah beliau mempersiapkan
tahapan-tahapan, seperti, menguasai dan menentukan topik yang akan
dibahas, penyampaian dengan bahasa yang baik, intonasi dan artikulasi
yang jelas, dan humor yang dapat menyegarkan suasana jama’ah.
Penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di
Sawangan-Depok dan sekitarnya khususnya Yayasan Pesantren AL-
Karimiyah. Seperti pada umumnya para kyai menyampaikan
dakwahnya dengan salam dan muqaddimah terlebih dahulu, lalu
memulainya dengan ayat atau hadits yang berkaitan dengan tema,
beliau menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami
oleh mad’unya serta menyesuaikan situasi dan kondisi, mengingat
klasifikasi mad’u dan daya tangkapnya yang berbeda.
91
B. Saran-saran
Ada beberapan saran yang peneliti ajukan dalam penerapan retorika
dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok. Semoga saran-saran ini dapat
bermanfaat. Dalam hal ini penulis mengajukan saran yakni:
1. Gunakanlah teknologi sebagai media dakwah dengan menulis agar
pesan dakwah Islam yang Abi sampaikan bisa diakses oleh siapa saja
dan kapan saja.
2. Abi panggilan sehari-hari beliau. Dakwah adalah tugas yang sangat
mulia sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya. Selalu konsisten
(Istiqomah) dalam menjalankan dakwah Islam, dengan selalu
melakukan perbaikan-perbaikan secara terus-menerus, karena figur dan
sosok yang tegas seperti abi yang dibutuhkan sekarang ini di
masyarakat.
3. Kepada segenap dewan guru, dosen, mahasiswa, wali santri, santri,
jama’ah Majlis Sahabat dan Ummahatul Aula agar terus menjalankan
dan mendukung program dengan selalu memberikan gagasan dan juga
ide. Agar Yayasan Pesantren Al-Karimiyah bisa lebih maju dan
berkembang lagi.
92
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Datuk Tombak. Kunci Sukses Penerangan Dan Dakwah, Jakarta: PT.
Rhineka Cipta.
Al-Qathani, Sa’id. Menjadi Da’i Sukses, Jakarta: Qisthi Press, 2005.
Amir, Fatmawati dan Sofyan Mulazid, Ade. Cara Cepat Menjadi MC Handal,
(Jakarta: kalam Pustaka, 2007), Cet. Ke-I, hlm. 13-14.
Anonim. Islam,Dakwah Dan Politik. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002.
Arifin. M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Ar-Rafi’i, Mustthafa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: CV Pustaka al-Kautsar, 2002.
Badrutamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta, Grafindo, 2005.
Chirzin, Muhammad Habib Orientasi Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah
Masa Depan, Saminar Nasional Dakwah dan Politik, (Jakarta : 12
September 1995),,h. 5.
Departemen Pendidikan Nasioanal. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Effendi, Uchana Onong. Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003.
Hasanuddin, A.H. Rhetorika Dakwah dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,
Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982.
Hendrikus, Dori Wuwur. Retorika. (Yogyakarta: Kalisiar, 1993).
Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta Barat: PT
Lasswell Visitama), Cet Pertama,, April 2010.
Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Qutub. Jakarta, Pemadani, 2006.
Israr, M.H. Retorika dan Dakwah Islam Era Modern. Jakarta: CV. Firdaus, 1993.
Keraf, Gorys. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1984.
Lubis, H. Basrah. Metodologi dan Retorika Dakwah Petunjuk Praktis Khutbah
Dan Pidato. Jakarta: PT. Tursina,1999.
93
Malaikah, Musthafa. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara
Kelembutan Dan Ketegasan. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001.
Morissan dan Corry Wardhani, Andy. Teori Komunikasi tentang Komunikator,
Pesan, Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009),
Cetakan Pertama.
Rakhmat, Jalaluddin, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT,
Remaja Rosdakarya, 1998).
West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis
dan Aplikasi Buku 2, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA DENGAN KH. AHMAD DAMANHURI, MA.
HARI/ TANGGAL: Jum’at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011
TEMPAT : Jl. H. Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax.
0251 8617335 (Kediaman KH. Ahmad Damanhuri)
JAM/ Waktu : 19.30 WIB s/d Selesai.
1. Bagaimana Latar Belakang Keluarga, Pendidikan dan Pengalaman dalam Bidang
Organisasi KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Saya berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU) yang sederhana, saya anak
pertama dari lima bersaudara yaitu KH. Ahmad Damanhuri, MA, Ustjh. Hjh. Suharti,
Hjh. Sumidah, H. Badruddin AK, S.Pdi, dan H. Fu‟ad El-Halimi, S. Pdi. Ayah saya
bernama H. Abdul Karim bin H. Zainal Abidin bin H. Maksum, yang berpendidikan
di Pesantren serta bekerja sebagai pegawai KUA dan guru ngaji. Ibu saya bernama
Hjh. Maryam sebagai guru ngaji.
Saya lahir di Sawangan Kota Depok, 27 April 1959. Saya berpendidikan di
Madrasah dan Pesantren. Kemudian tahun 1977 Pesantren Salafiyah dan PGA 4
tahun. Kemudian tahun 1980 Pesantren Salafiyah Modern. Kemudian tahun 1987
kuliah di Indonesia tidak selesai selama 2 tahun, karena studi ke Madinah University
Saudi Arabia KSA Jurusan Lenguistik Bahasa Arab selama 2 tahun (S1). Kemudian
tahun 2006 pendidikan Pascasarjanadi UNISMA 45 Bekasi Fakultas Syari ‟ah (S2).
Kemudian tahun 2009 s/d Saat ini pendidikan Doctoral di Universitas IBNU
KHOLDUN BOGOR (S3). Kemudian saya menikah dengan keluarga Muhammadiyah
yaitu Hjh. Prawati Ningsih, saya mendapatkan dua anak perempuan dan tiga anak
laki-laki. Pertama, Sayyidah Rifqoh, S.Sos,(S2 di IBNU KHLALDUN), mempunyai 2
anak yaitu Naswah dan Yasmin. Kedua, Sayyidah Qonita, S. Pdi, mempunyai 1 anak
yaitu Mulaiki Bilqis. Ketiga, Muhammad Fathi (semester 2 di UIN dan semester 4 di
STAISKA). Keempat, Muhammad Nabil Bahnesi (lulus MA) dan Kelima, Muhammad
Nahdo (lulus SD).
Saya memulai pengalaman dalam bidang organisasi pada tahun 1990-1998
yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), GP ANSOR (Gerakan Pemuda
ANSOR), KNPI (Komite Pemuda Nasional Indonesia), AMPI (Angkatan Muda
Pembaharuan Indonesia), KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Madinah),
PPI (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Madinah), Ittihadul Muballigin DKI.
Kemudian pada tahun 1998- sampai sekarang di LDNU DKI Jakarta (Lembaga
Dakwah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta). Kemudian pada tahun 1999-2001 sebagai
pendiri FPI (From Pembela Islam) dan sekaligus sebagai wakil ketua FPI. Lalu pada
tahun 2005- sampai saat ini sebagai wakil ketua DPP (Dewan Pimpinan Pusat)
Forum Ulama dan Habaib Betawi. Selain itu saya pernah menjadi anggota DPR Kota
Depok.
Saya bergabung dengan partai PKB sejak berdiri partai PKB yang di
Deklarasi pada tahun 1988, karena dalam pemikiran saya, adalah orang NU yang
termarjinalkan di Sawangan-Baru Kota-Depok dan pilihan yang terbaik dan tidak
ada yang lebih baik menurut saya kecuali PKB.
Saya sangat tertarik dengan pemikiran KH. Abdurrahman Wahid “Gusdur”
(Almarhum) sebagai Pembina Partai PKB dan pernah menjadi Presiden Republik
Indoensia, walaupun pemikiran Gusdur banyak kontraversial, akan tetapi menurut
saya adalah kalau kita pelajari dari pemikiran Gusdur, maka banyak kebenaran yang
ditemukan dalam pemikiran Gusdur sesuai dengan prinsip Ahlu Sunnah Wal jama‟ah
(NU), yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Saya pernah menjadi Anggota DPRD Kota Depok 2004-2009 adalah kemauan
masyarakat untuk mengangkat saya di dalam dunia pemerintahan, istilah saya “kalau
abi ga mau jadi Anggota DPR nanti Abi takut mengecewakan kemauan masyarakat”.
Dan setelah selesai menjabat menjadi Anggota DPRD Kota Depok, saya tidak mau
dicalonkan lagi menjadi anggota DPRD, bahkan pada waktu itu saya akan
dicalonkan menjadi Wakil Walikota Depok, akan tetapi tekat beliau sudah bulat untuk
keluar dari partai dan memfokuskan diri untuk Yayasan Pesantren Al-Karimyah dan
Lingkungan Masyarakat di Sawangan Baru Kota Depok.
Selain itu alasan saya untuk keluar dari partai dan pemerintahan adalah
karena melihat situasi Partai PKB yang sudah tidak kondusif. Oleh karena itu saya
tidak mau dipartai lagi. Kemudian di tahun 2009 saya keluar dari partai PKB.
Pengalaman saya di DPRD Kota Depok adalah banyak ilmu politik dan
pemerintahan yang saya dapat, kita juga disana menimba Ilmu dengan kita disitu kita
tau politik itu begini pemerintahan kaya begini, sehingga kalau kita diminta untuk
berbicara tentang pemerintahan kita mampu karena didukung dengan pengalaman
dan praktik dalam dunia pemerintahan.
2. Apa Aktifitas dan Karya KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Saya sebagai pengasuh Yayasan Pesantren Al-Karimiyah yang menanungi
(Pondok Pesantern, MTS, MA, STAISKA, KBIH dan Majlis Ta‟lim). Saya sebagai
tokoh masyarakat, pembina majlis ta‟lim, pengusaha , da‟i/ muballigh dan
menghadiri undangan ceramah dalam peringatan hari besar Islam atau dakwah
mimbariyah di masjid, mushalla, kantor dan lembaga-lembaga lainya ke berbagai
daerah di Indonesia, diantaranya: Sawangan-Depok, Jabotabek, Jawa-Barat, Jawa-
Tengah, Jawa-Timur, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra. Saya membina Majlis
Ta‟lim kaum ibu yang diberi nama Ummahatul Aula di Masjid Al-Aula, terdiri dari
20 majlis ta‟lim se-Kecamatan Sawangan, berjumlah 400 orang ibu-ibu, diadakan
pada hari selasa setiap satu minggu sekali. Saya membina pengajian pemuda/i di
kediaman saya/di masjid Al-Aula yang diberi nama Majlis Sahabat sebanyak 350
remaja putra-putri. Saya membina pengajian kaum bapak pada malam jum‟at untuk
lingkungan Sawangan-Baru Kota Depok di Masjid Al-Aula. Semua pengajian tersebut
berada di bawah naungan Pesantren Al-Karimiyah. Selain berdakwah saya sebagai
dosen di Sekolah Tinggi Swasta Al-Karimyah (STAISKA), saya juga mempunyai
usaha tanaman hias, madu lebah dan usaha-usaha lain yang halal. Karya-karya saya
antara lain:
1. Sikap Yahudi Terhadap Islam Terjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa
Indonesia.
2. 35 Penyebab di Ampuni Dosa (Tulisan Sendiri).
3. Kunci Memperoleh Rizki.
4. Kewarisan Anak diluar Nikah.
5. Rahasia Terkabulnya Do‟a.
3. Bagaimana Pengertian Dakwah Menurut KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Menurut hemat saya Dakwah adalah mengajak. Sedangkan Dakwah Islam
yaitu mengajak kepada semua manusia termasuk non muslim, agar mereka
mengimani Allah. Dengan demikian Dakwah mempunyai nilai ajakan kepada orang
lain agar mereka tertarik pada pengamalan ajaran agama Islam. Selain itu Dakwah
menurut hemat saya adalah mengajak kepada semua golongan manusia yaitu umat
muslim yang memiliki tiga klasifikasi dalam beragama Islam. Golongan umat muslim
yang pertama adalah umat muslim yang matang dalam beragama, mereka menyadari
diri bahwa mereka berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. Dengan
demikian berdakwah kepada orang yang matang dalam beragama adalah dengan
mengajak mereka untuk selalu Istiqomah dalam menjalankan pengabdiannya yang
ikhlas hanya untuk Allah SWT. Golongan umat muslim yang kedua adalah umat
muslim yang berada dipertengahan yaitu mereka yang belum matang dalam
beragama, mereka berada dalam golongan Ittiba‟ (mengikuti kepada orang yang
mengerti dan mengetahui dari mana sumbernya namun mereka belum memfokuskan
diri untuk mendalami agama Islam itu sendiri). Dengan demikian berdakwah kepada
orang yang berada di pertengahan dalam beragama adalah dengan mengajak mereka
untuk mencapai kepada kematangan dalam beragama atau lebih memantapkan
dirinya dalam beragama dan menyakini dalam hatinya bahwa kita milik Allah dan
akan kembali kepada Allah SWT. Dan golongan muslim yang ketiga adalah umat
muslim yang Awam, mereka Taqlid (hanya ikut-ikutan dalam beragama, belum
mengetahui agama Islam). Dengan demikian berdakwah kepada orang yang awam
adalah dengan mengajak mereka untuk lebih mengetahui dan mencintai terhadap
ajaran agama Islam yang dapat menyelamatkan penganutnya hidup di dunia dan
akrirat.
4. Bagaimana Metode Dakwah yang Tepat dan Efektif Menurut KH. Ahmad
Damanhuri?
Jawab:
Menurut hemat saya metode dakwah yaitu cara da‟i dalam menyampaikan
dakwah mengenai ajaran agama Islam agar pesan dakwah yang disampaikan dapat
dimengerti, difahami dan diamalkan oleh audience/ jama‟ah/ mad‟u dalam kehidupan
sehari-hari. Metode dakwah Islam yang tepat untuk digunakan da‟i dalam
menyampaikan dakwah tentang pengamalan ajaran agama Islam kepada audience/
jama‟ah adalah menggunakan metode dakwah kondisional atau metode haliyyah
yaitu berdakwah dengan melihat siapa jama‟ah yang hadir atau dengan kata lain
dengan siapa kita berhadapan dalam berdakwah. Golongan apa yang akan menerima
pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i. Ada tiga golongan jama‟ah menurut saya
yaitu golongan intelektual, menengah dan awam. Sebagai da‟i harus dapat
menyesuaikan penyampaian bahasa dakwahnya kepada jama‟ah yang dihadapi
/hadir.
5. Mengapa KH. Ahmad Damanhuri Tertarik dengan Dunia Dakwah dan Sejak Kapan
KH. Ahmad Damanhuri Mulai Terjun ke Dunia Dakwah?
Jawab:
Pertama, karena berdakwah itu secara luas bukan hanya ceramah
mimbariyyah saja, akan tetapi merupakan praktek dalam kehidupan yang mempunyai
nilai ajakan kepada orang lain agar mereka tertarik pada pengamalan ajaran agama
Islam. Kemudian Saya memulai dakwah setelah saya pulang dari Madinah menuntut
ilmu, karena mengemban tanggung jawab moral untuk disampaikan kepada
masyarakat.
6. Bagaimana Strategi Dakwah agar Mad’u Tertarik Mendengar dan Mengikuti Dakwah
menurut KH.Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Da‟i harus memberikan uswatun hasanah/ contoh kepada mad‟u yang positif
tentang ibadah dan muamalah dalam praktek kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dengan demikian ketika da‟i mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan
sementara da‟i juga mencontohkannya maka mad‟u akan menerima dan
mengikutinya.
7. Apa Tujuan Dakwah Menurut KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Tujuan dakwah menurut hemat saya adalah untuk membuat orang agar
menyadari dari mana, dimana, untuk apa dan akan kemana orang tersebut akan
kembali dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu Allah SWT.
8. Bagaimana Persiapan Dakwah menurut KH.Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Menurut hemat saya persiapan merupakan hal yang sangat penting dalam
berdakwah. Ada tiga unsur yang harus diperhatikan oleh setiap para da‟i yang ingin
menyampaikan dakwahnya kepada jama‟ah/ audience/ mad‟u agar dakwahnya dapat
diterima dengan baik dan efektif. Yang perlu dipersiapkan oleh da‟i sebelum
berdakwah.
Pertama adalah Mental da‟i dalam berdakwah harus berniat ikhlas karena
Allah SWT bukan karena mengharapkan materi dan pujian dari manusia. Selain itu
mental da‟i dalam berdakwah memiliki Akhlak Mahmudah (Kesabaran, Tasamuh)
dan menjauhi Akhlak Madzmumah (Sombong)
Kedua adalah memahami dan menguasai ilmu al-Qur‟an, tafsir, hadits,
hukum syari‟at, hakikat, ma‟rifat, muamalah dan Gramatika bahasa Arab.
Ketiga adalah retorika dakwah.
9. Apa Pengertian Retorika Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Menurut hemat saya retorika dakwah adalah Bagaimana cara seorang da‟I
berbicara yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri sehingga orang yang mendengar
itu (mad‟u/ jama‟ah/ audience) bisa tertarik dengan apa yang dibicarakan (dakwah
da‟i) pertama dari mulai gaya bahasa dalam berdakwah, penampilan dan tekhnik
berbicara yang memiliki daya sentuh kepada hati audience/ jama‟ah/ mad‟u sehingga
mereka akan khusu‟ mendengarkan pesan dakwah, bahkan lebih meresap terhadap
apa yang disampaikan oleh para penceramah.
10. Seberapa Penting Penggunaan Humor dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad
Damanhuri?
Jawab:
Menurut hemat saya Humor dalam dakwah itu hanya sisipan untuk
menghidupkan suasana dakwah itu sendiri. Tanpa humor pun yang penting isi
ceramah itu mempunyai daya sentuh yang kuat untuk audience/, maka akan berhasil
dakwahnya, yang namaya humor itu sisipan boleh ada boleh tidak, kembali kepada
karakter muballigh dan ilmu pengetahuan yang da‟i miliki.
Yang terutama mereka harus khusu‟ dan meresapi pesan dakwah apa yang
disampaikan oleh para penceramah.
11. Seberapa Penting Penggunaan Retorika dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad
Damanhuri?
Jawab:
Penggunaan retorika dalam berdakwah sangat penting digunakan oleh setiap
da‟i, karena sehebat apapun ilmunya kalau tidak bisa bagaimana cara
menyampaikannya maka ilmunya susah dimengarti oleh mad‟u. Sebaliknya walaupun
ilmunya sedikit tapi menggunakan retorika atau cara penyampaiannya menarik dan
mudah dicerna, difahami, dimengerti, maka akan direspon positif oleh mad‟u. jadi
retorika memudahkan da‟i agar ilmu yang didapatnya itu bisa disampaiakan dengan
efektif dan dapat menarik perhatian jama‟ah.
12. Bagaimana Cara Penerapan Retorika yang Efektif menurut KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Cara penerapan retorika Dakwah yang efektif menurut hemat saya adalah
yang paling bisa diterima oleh audience. “Khotibunnas ala Qadri „Uquullihim”.
Artinya berbicaralah kalian menurut kadar kemampuan mereka. Kalau petani
menggunakan bahasa petani kalau intelektual gunakan bahasa yang intelektual.
Maka bagi para da‟i jangan sampai salah pakai dalam penggunaan bahasa kepada
khalayak karena itu dapat mengurangi keberhasilan dalam berdakwah. Cara
penerapan retorika yang efektif harus mengenal mad‟u agar bisa memilih bahasa
yang digunakan da‟i untuk menyampaikan dakwah Islam. Oleh karena itu mengetahui
mad‟u merupakan salah satu faktor terpenting dalam berdakwah.
13. Apa Tujuan dan Fungsi Retorika dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Tujuan retorika adalah agar pesan dakwah yang disampaikannya itu dapat
menarik simpati audience untuk mengikuti dan mengamalkannya. Selain itu dakwah
bertujan mengajak mad‟u agar dapat senantiasa melaksanakan perintah allah,
menjalankan apa yang diperintah Rasul dan menjauhi apa yang dilarangnya, sebab
jika dakwah tidak mempunyai tujuan maka dakwah kita akan ngawur dan ngmbang
maka kita harus tegas dan tahu ke mana mad‟u akan kita bawa. Sebab da‟i ibarat
supir bus kemana penumpang itu akan dibawa tergantung supir. Nah di dalam
membawa penumpang itu tentunya supir harus memiliki ilmu dalam nyupir itu sendiri
agar penumpang itu selamat sampai tujuan.
Fungsi retorika adalah bagian dari dakwah itu sendiri atau sebagai alat untuk
mempengaruhi orang lain agar tertarik kepada kebaikan yang sesuai dengan dakwah
itu sendiri.
14. Apa yang Menyebabkan Kegagalan dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad
Damanhuri?
Jawab:
Pertama, da‟i tidak menjadi uswatun hasanah/ mencontahkan yang baik
kepada mad‟u. Kedua, da‟i dalam menyampaikan dakwahnya kurang/ tidak
komunikatif yaitu bahasa yang digunakannya sulit dimengerti dan da‟i
mengkomunikasikan apa yang disampaikan baik bentuk ceramah/ prilaku tidak dapat
difahami oleh jama‟ah.
15. Bagaimana Da’i yang Professional menurut KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab:
Menurut hemat saya da‟i yang professional yaitu da‟i yang menganggap
bahwa ceramah itu adalah sebagai bagian dari dirinya sendiri dan yang menjadi
tanggung jawab moral bagi da‟i itu sendiri bukan bertujuan untuk kepentingan diri
da‟i itu sendiri.
16. Apa Nasehat atau Pesan KH. Ahmad Damanhuri untuk Calon-calon Da’i pada Masa
Mendatang?
Jawab:
Nasehat atau pesan saya untuk para da‟i/ muballigh yang mau mengharapkan
kesuksesan dalam berdakwah adalah sebagai berikut:
Yang pertama adalah tancapkan keikhlasan dengan sebaik-baiknya, dengan
keikhlasan itu akan muncul cahaya-cahaya dakwah dan kalau cahaya itu bisa
menerangi ummat lalu umat itu merasa diterangi dengan cahaya dakwah, maka
dakwah itu sudah memberikan manfaat.
Yang kedua, nasehat saya bagi para calon da‟i/ calon muballigh adalah
hendaknya da‟i berprilaku sesuai apa yang dibicarakan dalam berdakwah atau
dalam ceramah.
Yang ketiga, perbayak sabar, sebab ada kalanya orang dapat menerima apa
yang disampaikan dan ada pula kadang-kadang yang menolak, kalau ada yang
menolak dakwah da‟i, maka jangan bersedih hati, selalu tetap optimis dan mencari
solusi bagaimana dakwah agar diterima oleh jama‟ah.
Yang keempat, setiap da‟i harus memiliki jiwa tasamuh dalam setiap
permasalahan, tapi bukan masalah akidah, dai itu harus memiliki rasa tenggang
rasa, dalam hal-hal permasalahan yang lain, Karena seorang muballigh/ da‟i
dihadapkan oleh dua hal: Pertama, Dia secara moral bertanggung jawab terhadap
dakwah yang disampaikannya. Yang kedua, disisi lain diapun harus menghargai dan
menghormati Laikrohafiddin “tidak ada paksaan dalam beragama”. Lakum Dinukum
Waliyadin “untukmulah agamamu dan untukulah agamaku” dengan harus memiliki
rasa toleransi dalam beragama.
Mengetahui,
Sawangan, 09 Mei 2011
Peneliti/ Pewawancara Nara Sumber
Ari Pratama Putra KH. Ahmad Damanhuri, MA.
Nim: 107051002478
Nama : Ust. Muhammah Kahfi, S.Pdi.
Hari/Tanggal: Kamis, 05 Mei 2011
Tempat : Kamar Dewan Asatidz Pondok Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Depok
Pekerjaan : Guru dan Sekretaris KBIH Pondok Pesantren Al-Karimiyah
1. Bagaimana sosok KH. Ahmad Damanhuri di mata anda?
Jawab: Perfek, rendah diri, bijaksana dan dermawan.
2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Ahmad Damanhuri?
Jawab: Berani, tegas dan berbicara sesuai dengan dalil yang ada.
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?
Jawab: Menyukai, karena dakwahnya sesuai dengan dalil dan fakta yang ada.
4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?
Jawab: Mengerti.
5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?
Jawab: Sudah cukup efektif, karena lugas dan tegas.
6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?
Jawab: Bagus, karena berbicara dakwahnya sesuai dengan kehidupan sehari-
hari dan mudah dicerna oleh semua golongan.
7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?
Jawab: Iya, karena dengan humor dakwah menjadi lebih segar.
Peneliti Responden
Ari Pratama Putra (Ust. Muhammah Kahfi, S.Pdi.)
Nim: 107051002478