If you can't read please download the document
Upload
lethu
View
264
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH EARNING PER SHARE, KONDISI KEUANGAN
PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINI
AUDIT GOING CONCERN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
ARIEF MULIAWAN
109082000070
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016
tr^
!
UE*,-W
PENGARUH EARNING PER SHARE, KONDISI KEUANGANPERUSAHAA.N, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINIAUDIT GOING CONCERN
(Stuai Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar diBEI Periode 2010-2014).
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan BisnisUntuk Memenuhi syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
ARIEF MULIAWANMM: 109082000070
JI.]RUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1437 W2016
it"
sl,Frb
.i
lI
I
Di Bawah Bimbingan
NIP.I97205 16200901 I 006
r.'i
.
LEMBAR PENGESAI{AN UJIAN KOMPREHENSItr'
Hari ini 13 Septemb,er 2013 telah dilakukan ujian komprehensif aas mahasiswa :
-SJl-.hi
t'. l
il-
KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBT'HAN PERUSAHAAN DANUKURAN PERUSAHAAN TER}IADAP PEMBERIAN OPINI AUDITGOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minurnanyang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).
Setelah mensermati dan memperlihatkan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untukmelanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
l. Nama
Z. NIM
3. Jurusan
4. Judul Skripsi
Jakarta"
1- Yoghi Citra Pratama, SE.. M.Si
NIP: 19830717 20ll0l I 0ll
2. Yusro Rahma, M,Si.NIP : 19800506 200801 2 016
3. Rahmawati, SE., MM.NIP: 19770814 200604 2 003
Arief Muliawan
t09082000070
Akuntansi
PENGARUH EARNNG PER SHARE, KONDISI
W
llr
-EF:!l
..e*
, t,: : r:.:,:P,,.'::: :._Wiryf,tl +
L,EMBAR PENGESAHATT UJIAN SKRIPSI
Hari ini, telah dilakukar ujian skripsi atas matrasiswa :
L Nama2 NIM3. Jurusan4. Judul Skipsi
Arief Muliawan109082fin070Akuntansi
PENGARI,]H EARNING PER SIARE, KONDISIKEUANGA}I PERUSAHAA}.I, PERTI]MBI.]HAN PERUSAHAAN DANUKURA}.I PERUSAI{AA}I TERHADAP PEMBERIAN OPIM AWITGOING CONCERN (Strdi Empiris Pada Penrsatraan Makanan dan Minumanyang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).
Setelah mencermati dan menrperlihatkan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bdrwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salatr satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Islan Negeri Syarif Hidryatullah Jal
r
LEMBAR PERNTATAAN KEASLIAN KARYA ILM-IAB
Yang be*anda tangan dibawah ini
l. Nama2. NTM3. Fakulas4. Jurusan
Arief Muliawan
109082000070
Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi
4.
).
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan danmempertanggun gi awabkannya.
2, Tidak melakukan plagiat atas naskah orang lain.3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karyaTidak melakukan pemanipualsian dan pemalsuan dataMengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas kar_va ini.
Jika dikernudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya say4 dan melaluipembuktiart yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukanbukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenai sangsiHasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN SyarifHidayatullah Jakarta.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Arief Muliawan
2. Tempat, Tanggal Lahir: DKI Jakarta 19 Juni 1991
3. Alamat : Komplek Japos Graha Lestari Blok E2 No. 26
Kelurahan : Jurangmangu Barat
Kecamatan : Pondok Aren
Kota Madya : Tangerang Selatan
Kode Pos : 15223
4. Telepon : 0896 5464 2627
5. Email : [email protected].
II. PENDIDIKAN
1. SDI Al Azhar 08 Kembangan (1997 2003)
2. SMP Al Azhar 10 kembangan (2003 2006)
3. SMAN 86 Jakarta (2006 2009)
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2009 2016)
S1 Akuntansi
vii
ABSTRACT
This study aims to find empirical bouts on the influence To empirically test
the effect of earning per share to the administration of going concern audit
opinion. To empirically examine the influence of corporate finance to
administration going concern audit opinion. To empirically examine the effect of
growth of the company to the administration of going concern audit opinion. To
empirically examine the effect of firm size on the provision of going concern audit
opinion.
This study used a sample of food and beverage companies and is listed on
the Stock Exchange in the year 2010-2014 which is in Indonesia. The number of
food and beverage companies sampled in this study is 12 companies with over 5
years of observation. This study is based on a purposive sampling method. Total
sample of this study were 60 financial statements. Testing the hypothesis in this
study using regression analysis techniques.
The results showed that the company's financial condition and growth of
the company does not affect the audit opinion going condern. While Earning Per
Share and the size of the company has an influence on the going concern audit
opinion
Keywords: earnings per share, the company's financial, growth and size of the
company to the administration of going concern audit opinion.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan buti empiris mengenai
pengaruh Untuk menguji secara empiris pengaruh earning per share terhadap
pemberian opini audit going concern. Untuk menguji secara empiris pengaruh
keuangan perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern. Untuk
menguji secara empiris pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian
opini audit going concern. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan makanan dan minuman
dan terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014 yang berada di Indonesia. Jumlah
perusahaan makanan dan minuman yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah 12 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Penelitian ini
berdasarkan metode purposive sampling. Total sampel penelitian ini adalah 60
laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going condern.
Sedangkan Earning Per Share dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh
terhadap opini audit going concern
Kata kunci : earning per share, keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan
dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern.
ix
KATA PENGANTAR
Assalammu alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil alamin
Tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali rasa syukut yang sedalam-
dalamnya ke hadirat Allah SWT Sang Pencipta Alam Raya, Yang Maha Agung,
Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : PENGARUH
EARNING PER SHARE, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi
Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI
Periode 2010-2014). Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, rahmatan lil alamin yang telah mengubah kegelapan menjadi
terang benderang bagi kehidupan umat manusia di dunia maupun akhirat.
Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan dan keberhasilan saya dalam
menyusun skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, baik dari dosen,
keluarga maupun rekan-rekan seperjuangan. Dengan segenap kerendahan dan
ketulusan hati yang paling dalam, saya menyampaikan untaian beribu ucapan
terima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
x
1. Papa dan Mama tercinta, Juliantoro dan Endang Surti Darmini. Terima kasih
atas untaian doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan dukungannya baik
moril maupun material yang telah diberikan selama ini, sehingga saya mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Kakak tercinta Rezki Puji Lestari, yang senantiasa mendoakan dan
memberikan dukungan untuk kesuksesan saya.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA., AK., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yesi Fitria selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berdiskusi, member nasihat,
semangat, motivasi dan bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini.
Terima kasih atas ilmu yang telah bapak berikan.
7. Teman special Sinta Suciana Rahayu P, yang selalu memberikan dorongan
dan motivasi semangat dalam proses penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat terbaik Widyadita Hasna Zulda yang memberikan masukan-masukan
saran dan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
xi
9. Seluruh doesn dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan
kepada saya selama menempun masa studi.
10. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2009. Terima kasih telah menjadi teman
terbaik dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sukses untuk kita semua aamiin.
11. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima
kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan saya dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sehubungan dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki, saya
benar-benar menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang difatnya membangun dari berbagai
pihak.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta 7 Juni 2016
ARIEF MULIAWAN
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 13
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Yang Berhubungan Dengan Judul Penelitian ........... 15
1. Signalling Theory (Teori Sinyal) ................................. 15
2. Agency Theory ............................................................. 17
3. Opini Audit .................................................................. 19
4. Kualitas Auditor ........................................................... 23
5. Opini Audit Going Concern ......................................... 27
6. Earning Per Share (EPS) ............................................. 33
7. Kondisi Keuangan Perusahaan..................................... 40
8. Pertumbuhan Perusahaan ............................................. 44
9. Ukuran Perusahaan ...................................................... 46
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ...... 50
1. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Pemberian Opini
Audit Going Concern ................................................... 50
2. Pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhada
pemberian opini audit going concern........................... 51
3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pemberian
Opini Audit Going Concern ......................................... 52
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pemberian Opini
Audit Going Concern ................................................... 52
5. Pengaruh earning per share, kondisi keuangan
perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern 53
xiv
C. Penelitian Sebelumnya ....................................................... 55
D. Kerangka Berfikir .............................................................. 58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 60
B. Metode Sampling ............................................................... 60
C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 63
D. Teknik Analisis Data .......................................................... 63
E. Pengujian Hipotesis ........................................................... 68
F. Operasional Variabel Penelitian ........................................ 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................... 74
1. Earning Per Share (EPS) ............................................. 75
2. Kondisi Keuangan Perusahaan (X2) ............................ 76
3. Pertumbuhan Perusahaan (X3) ..................................... 78
4. Ukuran Perusahaan (X4).............................................. 79
5. Opini Going Concern (Y) ............................................ 80
B. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 81
1. Uji Normalitas .............................................................. 81
2. Uji Multikolinieritas .................................................... 83
3. Uji Autokorelasi .......................................................... 85
4. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 87
C. Pengujian Hipotesis ........................................................... 88
1. Analisis Regresi Berganda ........................................... 88
xv
2. Uji Hipotesis ................................................................ 90
D. Pembahasan ........................................................................ 92
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 98
B. Saran-saran ........................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 102
LAMPIRAN ................................................................................................. 106
xvi
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
Tabel 2.1 Skala Besar Kantor Akuntan Publik ........................................ 25
Tabel 2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................... 55
Tabel 3.1 Tabel Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi .... 67
Table 3.4 Operasional Variabel................................................................ 73
Tabel 4.1 Prosedur Pengambilan Sampel ................................................ 74
Tabel 4.2 Hasil Earning Per Share (EPS) Tahun 2010-2014 .................. 75
Tabel 4.3 Descriptive Statstics ................................................................. 76
Tabel 4.4 Hasil Kondisi Keuangan Perusahaan (X2) tahun 2010-2014 .. 76
Tabel 4.5 Descriptive Statstics ................................................................. 77
Tabel 4.6 Hasil Pertumbuhan Perusahaan (X3) tahun 2010-2014............ 78
Tabel 4.7 Descriptive Statstics ................................................................. 79
Tabel 4.8 Hasil Ukuran Perusahaan (X4) tahun 2010-2014 .................... 79
Tabel 4.9 Descriptive Statstics ................................................................. 80
Tabel 4.10 Hasil Opini Audit Going Concern (Y) tahun 2010-2014 ......... 80
Tabel 4.11 Descriptive Statstics ................................................................. 81
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas ................................................................ 82
Tabel 4.13 Multikolinieritas ...................................................................... 85
Table 4.14 Tabel Autokorelasi .................................................................. 86
Tabel 4.15 Hasil Analisis Parsial ............................................................... 87
Tabel 4.15 Uji heteroskedastisitas ............................................................. 87
xvii
Tabel 4.16 Hasil Analisis Simultan ............................................................ 88
Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial ....................................................................... 89
Tabel 4.18 Hasil Uji Simultan .................................................................... 90
xviii
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern ................... 32
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berfikir...................................................... 59
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot ................. 83
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
Lampiran 1 Sampel Data Penelitian ................................................... 107
Lampiran 2 Tabulasi Data ................................................................... 108
Lampiran 3 Hasil Output SPSS ........................................................... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perkembangan Indonesia
semakin pesat dapat dilihat dari banyaknya pembangunan di berbagai bidang
terutama sektor ekonomi. Untuk melakukan pembangunan suatu negara maka
memerlukan tambahan dana. Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana atau tambahan modal adalah melalui pasar modal. Menurut
Tandelilin (2007) pasar modal (capital market) adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan
cara memperjualbelikan sekuritas.
Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk berbagai
instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat
utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrument derivatif maupun
instrument lainnya. Pasar modal merupakan pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Suatu perusahaan tidak akan selamanya berada dalam keadaan baik
atau selalu memperoleh laba yang tinggi. Sewaktu-waktu perusahaan akan
mengalami masa-masa sulit. Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain kondisi perekonomian negara, nilai tukar mata uang dan faktor-
2
faktor lain dalam perusahaan itu sendiri seperti terjadinya korupsi dan tidak
tersedianya modal sehingga bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut.
Masalah perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan
dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama
untuk melihat apakah kondisi perekonomian negara itu dalam keadaan baik
atau buruk. Menurut Alexander Ramadhany (2004) bila pergerakan dunia
bisnis (perusahaan turun yang ditandai dengan melemahnya seluruh
instrument ekonomi yang ada menandakan kondisi ekonomi negara tersebut
dalam keadaan buruk.
Going concern adalah kemampuan suatu usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan adanya going concern
maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya
dalam jangka panjang, dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Oleh
karenanya, adalah wajar jika manajemen menjadi pihak yang diandalkan
untuk membawa suatu perusahaan survive selama mungkin Januarti (2006).
Menurut Januarti (2006) going concern merupakan kelangsungan
hidup sebuah entitas bisnis. Suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud
atau berkeinginan untuk melikuidisasi atau mengurangi secara materiil skala
usahanya, sehingga setiap perusahaan tidak hanya bertujuan untuk
menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidupnya (going concern).
3
Krisis multidimensi yaitu krisis ekonomi dan politik yang di alami di
negara-negara Asia termasuk Indonesia mengakibatkan banyak dampak bagi
kelangsungan perusahaan-perusahaan baik yang kecil maupun yang besar. Di
Indonesia tidak hanya krisis ekonomi dan politik yang mengakibatkan
kebangkrutan atau tidak berlangsungnya hidup perusahaan, akhir-akhir ini
banyak terjadi bencana alam yang mengakibatkan banyak perusahaan besar
maupun kecil menjadi financial distress dan bisa menjadi gulung tikar.
Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi
dan politik pada pertengahan tahun 1997 sampai sekarang, membawa dampak
yang signifikan terhadap perkembangan dunia bisnis di Indonesia.
Perekonomian mengalami keterpurukan, sehingga banyak perusahaan yang
gulung tikar tidak bisa meneruskan usahanya. Tidak hanya perusahaan kecil
yang mengalami pailit, namun perusahaan besar juga tidak sedikit yang
akhirnya gulung tikar.
Dampak dari memburuknya kondisi ekonomi tersebut mengakibatkan
makin meningkatnya opini Qualified Going Concern dan Disclaimer untuk
penugasan tahun 1998. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan
manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Penilaian going concern lebih
didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam
jangka waktu 12 bulan ke depan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah
perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan
evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen.
4
Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh
perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada
akhirnya bangkrut, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat
kritikan. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah,
sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Atas dasar banyaknya kasus
tersebut, maka AICPA (2008) mensyaratkan bahwa auditor harus
mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah
pelaporan. Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap kelangsungan
hidup sebuah perusahaan tetapi dalam melakukan audit kelangsungan hidup
perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini.
Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara
kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan
perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Data perusahaan akan lebih
mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila
laporan keuangan tersebutu mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan dan
telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor
dinungkapkan melalui opini audit. Dengan menggunakan laporan keuangan
yang telah diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil
keputusan dengan benar sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Masalah going concern suatu perusahaan merupakan hal yang sangat
penting untuk diketahui dan diungkapkan, agar perusahaan dapat mengambil
tindakan selanjutnya dan dipertimbangkan keputusan yang tepat untuk
5
mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga terhindar dari
kebangkrutan. Pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi
para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam
berinvestasi, karena ketika seorang investor akan melakukan investasi ia perlu
untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama yang menyangkut
tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan
sesungguhnya. Kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan
melihat kondisi internal perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan,dan ukuran perusahaan.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2011) bahwa
keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan
yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa
penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), yang dinyatakan oleh
auditor. Opini audit dengan modifikasi going concern mengindikasikan bahwa
dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan hidup.
ini membantu investor agar tidak mengambil tindakan atau kebijakan yang
salah dalam melakukan investasi.
6
Pengeluaran opini going concern yang tidak diharapkan oleh
perusahaan, berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam
meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur,
pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya
kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan
tersebut akan memberi imbas yang sangat signifikan terhadap keberlanjutan
bisnis perusahaan kedepan.
Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari
kreditur akan menyulitkan perusahaan apabila perusahaan membutuhkan
tambahan dana guna membiayai operasional usahanya. Begitu juga dengan
pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis
perusahaan. Bahkan yang lebih parah lagi adalah timbulnya persepsi
manajemen bahwa suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat
perusahaan mengalami kebangkrutan.
Kelangsungan hidup suatu usaha selalu dihubungkan dengan
kemampuan manajemen dalam mempertahankan usahanya dalam jangka
waktu panjang, oleh karena itu, wajar jika yang pertama kali disalahkan yaitu
manajemen. Namun, hal tersebut berpotensi besar melebar kepada auditor.
Melalui opininya, auditor yang terangkum untuk mengungkapkan
kelangsungan usahanya. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan audit.
7
Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi penerimaan opini
audit going concern telah banyak dilakukan di Indonesia. Agra dan Wedari
(2007) menemukan bukti empiris bahwa kualitas audit dan pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan, kondisi keuangan dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif, sedangkan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada
saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau Earning Per Share
(EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi dengan
jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS) digunakan
sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan.
Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan
perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
masalah going concern. Menurut Mckeown et.al (2001) menyatakan bahwa
semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin
besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern.
Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan
auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi
secara keseluruhan (Setyarno et al, 2006). Perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya,
sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar.
8
Terkait dengan pentingnya opini audit yang dikeluarkan, auditor harus
bertanggung jawab untuk mengeluarkan opini audit going concern yang
konsisten dengan kondisi yang sebenarnya. Ada beberapa faktor yang dapat
dikaji sebagai faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern, yaitu kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun
sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan. Adapun definisi dari masing-
masing faktor tersebut dideskripsikan dalam paragraf selanjutnya.
Menurut penelitian Santoso dan Wedari (2007) kualitas audit yang
baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para pemakai
laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Auditor yang
mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini
audit going concern apabila klien mengalami masalah going concern.
Penelitian Mutchler et. al. (1997) dalam Santoso dan Wedari (2007)
menemukan bukti univariat bahwa auditor big four lebih cenderung
menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami
financial distress dibandingkan auditor non big four. Auditor skala besar dapat
menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor skala kecil,
termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala
auditor, akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini
audit going concern.
Menurut penelitian Ramadhany (2004) dalam penelitian Santosa dan
Wedari (2007) kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat
kesehatan perusahaan sesungguhnya. Semakin kondisi perusahaan terganggu
9
atau memburuk, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan
menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak
pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan
opini audit going concern.
Menurut penelitian Ramadhany (2004) dalam penelitian Aisiah (2012)
hal ini konsisten dengan bukti empiris yang menyatakan bahwa semakin
kondisi keuangan perusahaan terganggu atau memburuk, maka akan semakin
besar probabilitas perusahaan menerima opini audit going concern dan
sebaliknya pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat,
maka probabilitas untuk menerima opini audit going concern akan semakin
kecil.
Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun
sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor
dalam mengeluarkan opini audit going concern tahun berjalan jika kondisi
keuangan auditee tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan atau tidak adanya
rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi
perusahaan. Penelitian Ramadhany (2004) dalam penelitian Aiisiah (2012)
memperkuat pernyataan ini dengan menemukan bukti empiris yang
menyatakan bahwa opini audit going concern yang diterima suatu perusahaan
pada tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaaan
opini audit going concern pada tahun berikutnya.
10
Suatu perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan yang positif
memberikan indikasi bahwa perusahaan lebih mampu untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan kemungkinan perusahaan terhadap kebangkrutan
adalah kecil. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan
perusahaan, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk
menerbitkan opini audit going concern. Sementara itu perusahaan dengan
rasio pertumbuhan penjualan negatif mengindikasikan kecenderungan yang
lebih besar ke arah kebangkrutan, sehingga apabila manajemen tidak segera
mengambil tindakan perbaikan, maka perusahaan dimungkinkan tidak akan
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya
kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan
dan variabel lag laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim
(contrary information), seperti default. Jika default ini telah terjadi atau proses
negosiasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya,
auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern.
Berbeda dengan Eko Januarti dan Faisal (2006) yang mendapatkan bukti
bahwa kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit Going Concern.
Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah Earning Per Share, Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pemberian Opini Audit Going
11
Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang
Terdapat di BEI Periode 2010-2014).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
serta adanya ketidakseragaman hasil penelitian, peneliti ingin meneliti
kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini
going concern. Penelitian ini mengacu pada penelitian Badingatus Solikah
(2007). Namun perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu :
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel
tambahan seperti EPS dan ukuran perusahaan.
2. Periode tahun penelitiannya. Penelitian Badingatus Solikah (2007)
menggunakan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun 2003-2007, sedangkan penelitian ini
menggunakan perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014. Adapun alasan pemilihan
perusahaan makanan dan minuman adalah untuk menghindari adanya
industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antar suatu sektor
industri yang satu dengan yang lain.
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak dibanding
dengan penelitian yang dilakukan Badingatus Solikah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan
dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
12
1. Apakah earning per share berpengaruh terhadap pemberian opini audit
going concern?
2. Apakah faktor keuangan perusahaan berpengaruh terhadap pemberian
opini audit going concern?
3. Apakah faktor pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pemberian
opini audit going concern?
4. Apakah faktor ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini
audit going concern?
5. Apakah faktor earning per share, keuangan perusahaan , pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap
pemberian opini audit going concern?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh earning per share terhadap
pemberian opini audit going concern.
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh keuangan perusahaan terhadap
pemberian opini audit going concern.
3. Untuk menguji secara empiris pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap pemberian opini audit going concern.
4. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap
pemberian opini audit going concern.
13
5. Untuk menguji secara empiris pengaruh secara simultan earning per
share, keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus
pertimbangan bagi pihak-pihak berwenang yang berhubungan dengan
penelitian ini dalam menetapkan kebijakan.
b. Bagi Investor
Sebagai bahan informasi mengenai hal-hal yang mempengaruhi
pertimbangan investor untuk melakukan investasi pada perusahaan.
c. Bagi Auditor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi auditor
dalam hal pengembangan akuntabilitas dan profesionalisme.
d. Bagi KAP
Kantor Akuntan Publik untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang
dapat digunakan untuk pemberian opini audit, terutama terhadap opini
audit going concern
14
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan untuk
menambah pengetahuan penulis dalam bidang auditing dan akuntansi
keuangan, khususnya tentang keputusan opini audit.
b. Bagi Praktisi Akuntan Publik Terutama Bagi Auditor
Sebagai bahan informasi dalam memberikan penilaian keputusan opini
audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini dengan memperhatikan
kondisi keuangan dan non keuangan pada perusahaan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai tambahan informasi dan masukan untuk membantu
memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti yang ingin
melakukan penelitian dengan judul yang sama.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Yang Berhubungan Dengan Judul Penelitian
1. Signalling Theory (Teori Sinyal)
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa
yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
bagaimana pesaraan efeknya. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat
waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis
untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada
waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi
diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut,
dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau
sinyal buruk (bad news).
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham saham, dimana harga
saham menjadi naik. Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal
bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang
16
(good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan
saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalu
perubahan dalam harga saham. Dengan demikian hubungan antara
publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun
social politi terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi
pasar.Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita
memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar
modal. Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah
karena asimetri antara perusahaan dan pihak luar, karena perusahaan
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan
datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Asimetri informasi dapat
terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil
sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat
signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan harga
saham (Sartono, 2006). Teori sinyal juga mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan.Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik atau pihak yang berkepentingan lainnya
(contoh : investor). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa
yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
17
pemilik., atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.
2. Agency Theory
Agency Theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak
yang memberikan mandat kepada pihak lain yaitu agent, untuk melakukan
semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil
keputusan (Sinkey, 1992:78; Jansen dan Smith, 1984:7). Dalam hubungan
keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap
informasi perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi
yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal
perusahaan, termasuk investor. Untuk memperkecil asimetris informasi,
maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk
memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan
kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini
menimbulkan apa yang disebut sebagai agency cost, yang menurut teori
ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan
biaya enforcement nya. Agency cost ini mencangkup biaya untuk
pengawasan oleh pemegang saham, biaya yang dikeluarkan oleh
manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya
audit yang independen dan pengendalian internal serta biaya yang
disebabkan karena menurunya nilai kepemilikian pemegang saham
18
sebagai bentuk bonding expenditures yang diberikan kepada manajemen
dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan
kepentingan manajemen dengan pemegang saham. B. Theory Legitimacy
Menurut Haniffa et al., (2005) (dalam Riswari, 2012), dalam legitimacy
theory perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan
kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan
menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan semakin menyadari bahwa
kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan
dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut
menjalankan setiap aktivitasnya. Menurut Haniffa et al (2005) (dikutip
dari Sayekti dan Wondabio, 2007), jika terjadi ketidakselarasan antara
sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan
akan kehilangan legitimasinya dan selanjutnya akan mengancam
kelangsungan hidup perusahaan. Keselarasan antara tindakan organisasi
dan nilai-nilai masyarakat ini tidak selamanya berjalan seperti yang
diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan potensial antara
organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam legitimasi
perusahaan bahkan dapat membuat perusahaan tersebut ditutup. 14 Oleh
karena itu perusahaan harus bersikap responsif atas perkembangan yang
terjadi di masyarakat untuk mengurangi adanya legitimacy gap.
Memberikan informasi mengenai corporate social responsibility
merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mendapatkan
19
legitimasi dalam masyarakat. Perusahaan dapat menyampaikan kinerja
sosial yang telah dilakukannya melalui laporan tahunan perusahaan, media
massa, website perusahaan, maupun laporan terpisah mengenai kinerja
sosial perusahaan (Sari dan Kurniasih, 2012).
3. Opini Audit
Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan
opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan
pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum (SPAP, alenia 1 tahun 2004).
Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau
proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai
informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Laporan keuangan merupakan sarana bagi auditor untuk
menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk
tidak menyatakan pendapat.
Terdapat lima jenis pendapat auditor menurut Mulyadi (2002:416),
yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor
menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam
semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
20
umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi:
a. Semua laporan neraca, laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat
dipenuhi oleh auditor.
c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
untuk melakukan tiga standar pekerjaan lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia.
e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah
paragraph penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
(unqualified opinion with explanatory language)
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf
penjelas atau bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, meskipun
tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan auditan. Paragaraf penjelas dicantumkan setelah paragraf
pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya
suatu paragraph penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit
baku adalah:
21
a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup.
c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
d. Penekanan atas suatu hal.
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,
kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar
dengan pengecualian diberikan kepada perusahaan yang berada dalam
kondisi sebagai berikut:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adnya pembatasan
terhadap lingkup audit.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak
material, dan dia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat
tidak wajar.
4. Pendapat tidak Wajar (adverse opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan
keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
22
5. Tidak memberikan pendapat (disclaimer of Opinion)
Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika dia tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan
auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga
diberikan apabila dia dalam kondisi tidak independen dalam
hubungannya dengan klien Mulyadi (2002).
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah
terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas.
Pada saat auditor menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan
klien untuk melanjutkan usahanya, auditor harus memberikan opini
audit dengan modifikasi mengenai going concern, auditor diijinkan
untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report
atau disclaimer opinion.
Menurut PSAK 29, bahwa keraguan yang besar tentang
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah
paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian,
yang dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk
mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh
akuntan publik untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada
pemakai laporan.
23
4. Kualitas Auditor
Konsep kualitas auditor dapat dilihat dari dua aspek, yaitu reputasi
auditor dan independensi auditor dan kliennya. KAP adalah satu dari
banyak organisasi bisnis yang bergerak disektor jasa, merupakan dunia
industrial jasa yang relatif kompetititf. Lingkungan ekstrenal audit
dicirikan oleh kompetisi yang intens, tekanan fee dan pertumbuhan yang
lambat untuk berkompetisi secara sukses dalam lingkunagan KAP harus
secara kontinyu berusaha keras untuk melampaui harapan klien dan
memaksimalkan kepuasan klien, dengan cara memahami atribut penentu
kepuasan klien.
Dalam keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
43/KMK/017/1997 tentang jasa Kantor Akuntan Publik, pasal 1 butir b,
mendefinisikan Kantor Akuntan Publik sebagai berikut : Lembaga yang
memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik
dalam menjalankan pekerjaannya. Arens, Alvin A, James L. Loebbecke.
(2003) menatakan ukuran Kantor Akuntan Publik berkisar dari yang
mempunyai satu orang staf sampai ribuan staf dan partner. Ada 4 ukuran
kategori akuntan publik, yaitu :
a) Kantor Akuntan Publik Internasional
Ada empat Kantor Akuntan Publik terbesar di Amerika Serikat
yang disebut Kantor Akuntan Publik Internasional dengan julukan
The Big Four masing-masing memiliki kantor disetiap kota besar di
Amerika Serikat dan kota-kota besar lainnya di seluruh dunia,
24
termasuk Indonesia. Kelompok ini sempat dikenal sebagai Delapan
Besar, dan berkurang menjadi Lima Besar melalui serangkaian
kegiatan marger. Lima Besar menjadi Empat Besar setelah keruntuhan
Arthur Andersen pada 2002, karena terlibatnya dalam Skandal Enron.
Kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum
karena menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
pengauditan Enron, dan menutup-nutupi kerugian jutaan dolar dalam
Skandal Enron yang meledak pada tahun 2001.
Hasil keputusan hukum secara efektif menyebabkan
kebangkrutan global dari bisnis Arthur Andersen. Kantor-kantor
koleganya di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur
Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor
akuntan internasional lainnya. Di Britania Raya, para partner Arthur
Andersen setempat kebanyakan bergabung dengan Ernst & Young dan
Deloitte Touche Tohmatsu. Di Indonesia, para partner Arthur
Andersen pada akhirnya bergabung dengan Ernst & Young.
Bangkrutnya Arthur Andersen meninggalkan hanya empat
kantor akuntan internasional di seluruh dunia, yang menyebabkan
masalah besar bagi perusahaan-perusahaan internasional besar, karena
mereka diharuskan untuk menggunakan kantor akuntan yang berbeda
untuk pekerjaan audit perusahaan dan layanan non-auditnya.
25
Karena itu, hilangnya salah satu kantor akuntan besar itu telah
menurunkan tingkat kompetisi di antara kantor-kantor akuntan dan
menyebabkan meningkatnya beban akuntansi bagi banyak klien.
Keempat Kantor Akuntan Publik ini menyelenggarakan audit-audit
bagi hampir semua perusahaan raksasa di Amerika Serikat dan seluruh
dunia dan perusahaan lainnya yang lebih kecil. Sesuai ketentuan yang
berlaku di Indonesia, The Big Four diwakili kepentingannya oleh
Kantor Akuntan Publiknya di Indonesia, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Skala Besar Kantor Akuntan Publik
The Big Four Mitra di Indonesia
Price Weterhous Cooperrs
Ernest & Young
Deloitte Touche Tohmatsu
KPMG
Haryanto Sahari & Rekan
Purwantono, Sarwoko &
Sandjada
Osman Bing Satrio dan Rekan
Sidharta, Sidharta & Widjaja
Sumber : Annual Report, 2009
b) Kantor Akuntan Publik Nasional
Beberapa KAP lainnya di Amereika Serikat dianggap sebagai
KAP berukuran Nasional karena memiliki cabang diseluruh kota besar
Amerika Serikat, kantor Akuntan Publik ini memberikan pelayanan
yang sama dengan The Big Four dan melancarkan persaingan
langsung dengan mereka dalam hal menarik klien. Selain itu juga
memiliki hubungan dengan KAP di luar negeri sehingga juga memiliki
potensi internasional.
26
c) Kantor Akuntan Publik Lokal dan Regional
Sebagian KAP di Indonesia merupakan KAP lokal atau
regional, dan terutama sekali terpusat di Pulau Jawa. Beberapa
diantaranya hanya melayani klien di dalam jangkauan wilayah.
Lainnya memiliki beberapa buah kantor cabang didaerah lain. KAP
inipun bersaing dengan perusahaan lain dalam menarik klien termasuk
bersaing dengan KAP Internasional dan Nasional.
d) Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil
Menurut Aren dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir
Abadi Yusuf, sebagian besar KAP di Indonesia mempunyai kurang
dari orang tenaga kerja professional dalam satu Kantor Akuntan
Publik. Mereka memberikan jasa audit dan pelayanan yang
berhubungan dengan itu terutama bagi badan-badan organisasi kecil
nirlaba, meskipun ada yang diataranya melayani perusahaan go public.
Salah satu faktor yang berkaitan denga reputasi dari Kantor
Akuntan Publik adalah quality dan prestige auditor. Dengan
meningkatkan kualitas audit sehingga akan peran dan tanggung jawab
auditor sebenarnya sudah diatur dalam standar profesional Akuntan
Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Auditing Standar Board (ABS).
Standar tersebut dalam pelaksanaannya sering menimbulkan
expectation gap yaitu terjadinya perbedaan antara apa yang masyarakat
dan pemakai laporan keuangan percaya atau harapakan dari auditor
dengan apa yang aditor yakin tanggung jawab yang diberikan. Maka
27
untuk memberikan kepercayaan kepada klien, pemakaian laporan
keuangan atau masyarakat pada umumnya tentang kualitas atau mutu
jasa.
Dari diperlukannya kode etik pada setiap profesi adalah
kebutuhan akan yang diberikannya karena melalui serangkai
pertimbangan etika sebagaimana diatur dalan kode etik profesi
(Agrianti Komalasari) diperlukan alat prinsip normal yaitu kode etik
Komalasari, Agrianti (2004). Dimana kode etik bertujuan untuk
memberitahu anggota profesi tantangan standar perilaku yang diyakini
dapat menarik kepercayaan dan memberitahu masyarakat bahwa
profesi berkehendak untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas bagi
kepentingan masyrakat.
Berdasarkan Pedoman Etika IFAC, maka syarat-syarat etika
suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip
dasar yang mengatur tindakan atau perilaku seorang akuntan dalam
melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah :
integritas, objektifitas, independen, kepercayaan, standar-standar
teknis, kemapuan profesional dan perilaku etika.
5. Opini Audit Going Concern
Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas
akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama
untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-
aktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas
28
diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau
tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Suatu operasi yang berlanjut dan
berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan suatu konsekuensi
bahwa laporan keuangan yang terbit pada suatu periode mempunyai sifat
sementara, sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan
yang berkelanjutan
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha.
Ketika suatu entitas dinyatakan going concern, artinya entitas tersebut
dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka
waktu panjang, tidak akan mengalami likuidasi dalam jangka waktu
pendek. Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang
dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian
signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan
operasinya. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah going
concern unqualified / qualified dan going concern disclaimer opinion
Setyarno, Januarti dan Faisal (2007).
Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap
akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu
panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam
jangka waktu pendek.
29
Laporan keuangan yang disiapkan pada asumsi bahwa perusahaan
tidak going concern. Laporan keuangan yang disampaikan pada dasar
going concern akan mengasumsikan bahwa perusahaan akan bertahan
melebihi jangka waktu pendek.
Opini audit going concern unqualified / qualified adalah opini
audit yang diberikan kepada auditee dimana selain terdapat opini atas
laporan keuangan, juga dimodifikasi dengan pertimbangan auditor
terhadap ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas
kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan going concern disclaimer
opinion adalah opini audit dimana auditor tidak memberikan opini atas
laporan keuangan auditee dikarenakan pertimbangan auditor terhadap
ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup
perusahaan. Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau
hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe Going Concern
Report yang harus dipilih. Karena pemberian status Going Concern
bukanlah suatu tugas yang mudah Koh dan Tan dalam Mutriyatmi (2003).
SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang
dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas, ia harus :
30
1. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut.
2. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak
kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan
untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat.
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana
tersebut.
1. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat.
2. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor
menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.
3. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi
klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan,
auditor memberikan pendapat tidak wajar.
Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan oleh auditor
dalam menyampaikan laporan audit adalah apakah perusahaan dapat
mempertahankan hidupnya (going concern). Audit report dengan
31
modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam
penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam
bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan
beberapa tahap analisis.
Menurut Altman dan McGough (1974) seperti yang dikutip dari
Mirna dan Indira (2007), masalah going concern terbagi dua, yaitu
masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas,
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta
masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus,
prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan
pengendalian yang lemah atas operasi.
Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai going
concern adalah :
a. Kerugian usaha yang besar dan secara berulang atau kekurangan
modal kerja.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada
saat jatuh tempo dalam jangka pendek.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak
diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perubahan
yang tidak biasa.
d. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah
terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk
beroperasi.
32
Ya
Ya Tidak
Ya
Tidak Ya
Tidak
Ya
Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
Sumber : IAI : SPAP, 2001
Apakah ada kondisi
dan/atau peristiwa yang
berdampak terhadap
kelangsungan hidup entitas?
Apakah auditor
sangsi atas
kelangsungan
hidup entitas?
SA Seksi 508 (PSA
No. 29)
Apakah ada
rencana
manajemen ?
Tidak memberikan
Pendapat
Apakah rencana
manajemen
dapat
dilaksanakan ?
Tidak memberikan
Pendapat
Apakah
cukup
pengungkapa
n?
Pendapat wajar dengan
pengecualian atau
pendapat Tidak Wajar
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan
dengan Kelangsungan Hidup Entitas atau
Penekanan atas Suatu Hal (Emphasis of a
Matter)
Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian
33
6. Earning Per Share (EPS)
Investor seringkali menggunakan informasi laporan keuangan
untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja perusahaan. Investor bisa
menghitung berapa besarnya pertumbuhan laba bersih yang telah dicapai
perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Perbandingan antara
jumlah laba bersih dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat
diketahui melalui rasio Earning Per Share.
Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa
digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan
kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen
(laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata
tertimbang dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per
saham. Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.
Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa
digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan
kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen
(laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata
tertimbang dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per
saham. Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.
Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share (EPS).
Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan
34
mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat
luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan
bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan
prediksi mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga saham
dikemudian hari, serta EPS juga relevan untukk menilai efektivitas
manajemen dan kebijakan pembayaran dividen
Pengertian Earning Per Share (EPS) Menurut Kasmir (2010:116)
mendefinisikan Earning Per Share (EPS) sebagai berikut : Earning per
Share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan
yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang
sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilaan usaha yang
dilakukannya.
Menurut Irham Fahmi (2012), mendefinisikan earning per share
sebagai berikut : Bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada
para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Menurut
Sofyan Syafri Harahap (2009) berpendapat Rasio Laba Per Lembar
Saham ini menujukan berapa besar kemampuan per lembar saham
menghasilkan laba.
Menurut Zaki Baridwan (2008) mendefinisikan Earning per Share
(EPS) sebagai berikut :16 Earning per Share (EPS) atau laba per lembar
saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk
setiap lembar saham yang beredar. Kasmir (2012) Earning Per Share
35
(EPS) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham.
Menurut Tandelilin (2001), Earning Per Share atau laba per
lembar saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang
dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi
EPS merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa
menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.
Earning Per Share menurut Sofyan Syafri Harahap (2009) adalah
Rasio Laba Perlembar Saham ini menunjukan berapa besar kemampuan
perlembar saham menghasilkan laba.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Laba bagian saham yang bersangkutan
Earning Per Share =
Jumlah saham
Menurut Lukman Syamsuddin (2000) mendefinisikan Earning Per
Share (EPS) sebagai berikut : Earnings per share adalah gambaran
jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa, para calon
pemegang saham tertarik dengan Earnings per share yang besar karena hal
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan.
Sedangkan Eduardus Tandelilin (2010) mengartikan Earning Per
Share (EPS) sebagai berikut : Laba Per Saham adalah laba bersih yang
siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar
36
saham perusahaan. Dari pengertian yang diuraikan tersebut diatas, rumus
persamaan untuk Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut :17
Laba bersih setelah bunga dan pajak
Laba Per Saham =
Jumlah saham beredar
Alasan menggunakan Earning Per Share menurut Eduardus
Tandelilin menerangkan bahwa Earning Per Share diutamakan dalam
analisis perusahaan karena tiga alasan:
1. Laba Per Saham biasa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik
saham.
2. Dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari
earning (laba).
3. Adanya hubungan antara perubahan earning (laba) dengan perubahan
harga saham. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa
Earning Per Share (EPS) merupakan bentuk pemberian keuntungan
yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham
yang dimiliki. Earning per share rasio untuk mengukur keuntungan
yang diterima dari setiap per lembar saham nya Eduardus Tandelilin
(2010).
1. Faktor yang mempengaruhi Earning Per Share (EPS)
Adapun faktor faktor yang dapat mempengaruhi Earning Per
share adalah
37
a) Penggunaan hutang
Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan
perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu, juga
mengakibatkan perubahan harga saham. Dari penjelasan tersebut
terlihat bahwa perubahan penggunaan hutang, merupakan faktor
yang mempengaruhi tingkat besaran EPS Ali Akbar Yulianto
(2009).
Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan
perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan
kemungkinan perusahaan dalam struktur modal yang mampu
memaksimumkan harga saham perusahaannya. Menurut Brigham
dan Houston yamh dialihbahasakan oleh Suharto dan Wibowo
(2001) bahwa Perubahan dalam penggunaan hutang akan
mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena
itu juga mengakibatkan perubahan harga saham.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa perubahan
penggunaan hutang, merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
besaran EPS. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Wild et al
bahwa motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha
melalui utang adalah potensi biaya yag lebih rendah. Dari sudut
pandang pemegang saham, utang lebih murah dibandingkan
dengan pendanaan ekuitas.
38
Pendapat tersebut didasarkan oleh karena bunga sebagian
besar jumlahnya tetap, dan jika bunga labih kecil dari
pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih
atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas.
Selain itu, karena bunga merupakan beban yang dapat mengurangi
pajak sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya pajak
yang ditanggung perusahaan akan semakin kecil sebagai akibat
dari penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga
pada akhirnya adalah terjadi kanaikan pada EPS.
b) Laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Menurut Sutrisno (2009) Dalam memilih alternatif sumber
dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum
bunga dan pajak (EBIT=Earning Before Interest and Tax) apabila
dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS
yang sama.
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa laba bersih
sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya laba per lembar saham Sutrisno (2009).
Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan
pada beberapa alternatif sumber pendanaan, apakah dengan modal
sendiri atau dengan pinjaman (modal asing). Menurut Sutrisno
Dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu
diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak
39
(EBIT=Earning Before Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai
dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama.
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih
sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya laba per lembar saham Sutrisno (2009).
2. Penyebab Kenaikan dan Penurunan Earning Per Share (EPS).
Menurut Brigham dan Houston, faktor-faktor penyebab kenaikan dan
penurunan Earning Per Share (EPS) adalah :
a. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
tetap.
b. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
turun.
c. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
turun.
d. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada persentase
kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
e. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar dari pada persentase penurunan laba bersih. Jadi bagi
suatu perusahaan, nilai laba per saham akan meningkat apabila
persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar dari pada persentase
kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar, begitu pula
sebaliknya Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston (2009).
40
7. Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan kenyataannya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
indikator masalah going concern Alexander Ramadhany (2004). Kondisi
ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi
apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk
(sakit). Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang besar
dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga
potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan
dengan jika profitabilitasnya rendah.
Menurut Sartono (1997) analisis keuangan yang mencangkup
analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan disbanding
financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa
lalu dan prospeknya dimasa datang Sartono, Mpaata (1997). Dengan
analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang
dimiliki oleh perusahaan. rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah
perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk memenuhi
kewajiban finansialnya, besarnya piutang cukup rasional, efisiensi
manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan
struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham dapat tercapai.
41
Kebangkrutan perusahaan dapat diukur melalui laporan keuangan
setiap tahunnya. Dengan menganalisa laporan keuangan maka akan
diperoleh informasi yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan
tersebut. Selain itu dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan
dapat mengetahui kelemahan-kelemahan serta hasil-hasil yang diperoleh
atau target perusahaan yang belum di capai.
Seperti pada penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005),
dalam penelitian ini di sunakan model prediksi kebangkrutan untuk
mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu The Altman Model.
Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi
kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih akurat
dibandingkan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan
bangkrut dan tidak bangkrut.
Informasi mengenai prediksi kebangkrutan penting artinya bagi
pihak-pihak lain yang terikat diantaranya :
1. Bagi Investor
Informasi adanya prediksi potensi kebangkrutan member masukan
bagi para investor dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka
akan terus menanamkan modal mereka atau menghentikan atau
membatalkan penanaman modal mereka pada perusahaan, sebab
bagaimanapun para investor pasti tidak menginginkan kerugian akibat
mereka salah menanamkan modal.
42
2. Bagi Pemerintah
Prediksi kebangkrutan digunakan pemerintah untuk menetapkan
kebijakan di bidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang
menyangkut hubungan pemerintah dengan perusahaan.
3. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan
Informasi akan kemungkinan kebangkrutan yang dihadapi perusahaan
nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk
menentukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi
pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat utang dan kebijakan lain
sehubungan dengan pemberian pinjaman kepada perusahaan
nasabahnya Harnanto (1984).
Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun
1960 menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya setelah
menyeleksi rasio keuangan, Altman menemukan lima jenis rasio yang
dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang
bangkrut dan berlanjut. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukan
adalah :
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
X1 = (aktiva lancar-hutang lancar) / Total aktiva
X2 = laba ditahan / total aktiva
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva
X4 = Modal Saham Ditempatkan / nilai buku total hutang
43
X5 = Penjualan / Total aktiva
Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu
revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang
dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk
perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat
diaplikasikan untuk perusahaanperusahaan di sektor swasta.
Z score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat
digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan juga dapat
digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan.
Hal yang menarik mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat
analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun
seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan
tajam, menunjukkan adanya indikasi bahwa perusahaan harus waspada
terhadap kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z Score
bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah
diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.
Untuk menghitung Z Score dapat dilakukan dengan menghitung
angka-angka kelima rasio yang diambil dari laporan keuangan. Dengan
cara mengalikan angka-angka tersebut dengan koefisien yang diturunkan
Altman, kemudian hasilnya dijumlahkan (Sawir, 2005 dalam Solikah,
2007). Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut
dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan
44
adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana
dikategorikan sebagai berikut:
Nilai Zi Perusahaan Z-score < 1,81 kemungkinan bangkrut tinggi
Nilai Zi Perusahaan Z-score > 2,99 kemungkinan bangkrut rendah
Nilai Zi Perusahaan 1,81 < Z-score < 2,99 berada dalam kondisi yang
ambigu/abu-abu (meragukan) kemungkinan bangkrutnya.
8. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset diamana
pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan
datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003). Growth adalah
perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset
pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan
difinisi di atas dapat dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset
baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan
selama satu periode (satu tahun). Pertumbuhan aset menggambarkan
pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas
perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva
merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan
(Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan
menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini,
pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi perubahan aset, untuk
membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki
45
oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan
menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang
sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage,
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya
menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi
biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen
perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan
karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut
membayar bunga secara tetatur. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
potensial yang tinggi memiliki kecendrungan untuk menghasilkan arus kas
yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi
sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah,
oleh sebab itu, laverage memiliki hubungan negatif dengan tingkat
pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah
pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain
konstan.
Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai
seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber
pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai
sumber pembiayaannya agar tidak terjadi keagenan (agency cost) antara
pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya perusahaan
46
dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang
sebagai sumber pembiayaannya karena pembayaran hutang akan
mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan size (Kaliapur dan Trombley, 1999). Perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi tentunya memiliki tingkat
kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang
akan datang sehingga memungkinkan perusahaan memiliki biaya m