9

Click here to load reader

Artikel Evaluasi Program

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel ikm

Citation preview

Page 1: Artikel Evaluasi Program

Evaluasi Program Sarana Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang Periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015

Ani Kusumadewi AkbarDepartemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

[email protected]

Abstrak

Tantangan global Millennium Development Goals(MDGs) bidang sanitasi, saat ini dihadapkan pada kenyataan bahwa diperkirakan masih 2,6 miliar orang (40% dari populasi dunia saat ini) tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar, khususnya di Asia dan Afrika. Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik dan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak di perkotaan(72,54%) dan di pedesaan (38,97%) dengan target MDGs 2015 perkotaan (76,82%) dan pedesaan yaitu (55,55%). Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS. Puskesmas Batujaya penyakit diare merupakan salah satu dari 5 kunjungan penyakit terbanyak tahun 2014 yang datang ke Puskesmas dengan persentase sebesar 18,4%. Metode yang digunakan dalam evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program pengawasan jamban di Puskesmas Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolak ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil pengawasan jamban didapat Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban sebesar 60,07 % dari target 75% dengan besar masalah 14,93% dan cakupan presentasi penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu sebesar 22% dari target 75% dengan besar masalah 53%. Untuk itu perlu dilakukan adanya perbaikan dalam penanganan pengawasan jamban, yaitu dengan cara meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program, koordinator melalui rapat bulanan di puskesmas Batujaya, melakukan setiap kegiatan sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan sejak awal kegiatan, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat desa tentang jamban secar berkala, dan melaksanakan kerja sama lintas sektoral dengan pemerintah setempat dalam hal ini dinas pekerjaan umum untuk pembangunan sarana MCK di wilayah yang akses jambannya sedikit.

Kata kunci : Puskesmas Batujaya, Evaluasi Program, Cakupan Jamban

1

Page 2: Artikel Evaluasi Program

Pendahuluan Lingkungan merupakan salah satu

faktor yang sangat berperan dalam riwayat timbulnya penyakit. Berdasarkan studi Water and Sanitation Program - East Asia and Pasific Region (WSP-EAP) 2007 lebih dari 94 juta penduduk Indonesia (43% dari populasi) tidak memiliki jamban sehat dan hanya 2% memiliki akses pada saluran air limbah perkotaan.1,2

Kepmenkes RI No.852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS (Buang Air Besar Sembarangan) atau Open Defecation Free(ODF).1

Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan Pusat Statistik dan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011, Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak di perkotaan(72,54%) dan di pedesaan (38,97%) dengan target MDGs 2015 perkotaan (76,82%) dan pedesaan yaitu (55,55%).2,3

Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pembuangan akhir tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Masih terdapat rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL,kolam/sawah, langsung ke sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun).1,7

Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62% dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2% MCK/WC Umum dan 38% BABS.4,6

Kondisi BABS berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diaredi Indonesia. Data angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian LuarBiasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Provinsi Jawa barat termasuk dari 7 daerah di Indonesia yang memiliki Insiden dan Prevalensi diare tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 4,3% dan 8,6%.8

Penyakit diare merupakan salah satu dari 5 kunjungan penyakit terbanyak tahun 2014 yang datang ke Puskesmas Batujaya dengan persentase sebesar 18,4%. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan,mengetahui tingkat keberhasilan program pengawasan jamban,menindaklanjuti upaya perbaikan dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan di Puskesmas Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

Materi dan Metode Materi yang dievaluasi dalam program

pengawasan jamban periode Juni 2014- Mei 2015 di UPTD ( Unit Pelaksana Teknis Dinas ) Puskesmas Batujaya , Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, antara lain: Pendataan jumlah sarana jamban yang ada., Jumlah penduduk yang menggunakan jamban, Jenis jamban yang ada atau yang digunakan, jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan, penyuluhan tentang sarana jamban, pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat, program pengawasan/inspeksi jamban., pencatatan dan pelaporan penyuluhan tentang sarana jamban.Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program pengawasan jamban di Puskesmas Batujaya periode Juni 2014 sampai dengan

2

Page 3: Artikel Evaluasi Program

Mei 2015 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.

Hasil Evaluasi dan PembahasanEvaluasi program kesehatan yang menyeluruh adalah evaluasi yang dilakukan terhadap komponen-komponen yaitu masukan, proses, keluaran, dan lingkungan. Hal ini mengandung pengertian bahwa evaluasi program sarana jamban keluarga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem.

MasukanDalam pelaksanaan, program sarana

jamban keluarga di Puskesmas Batujaya dikoordinasi oleh seorang petugas yang merangkap sebagai koordinator penganggung jawab dari program sarana jamban keluarga dimana sebagai petugas pengawasan/inspeksi jamban, petugas penyuuhan tentang jamban serta sebagai petugas pencatatan dan pelaporan program. Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan program diperoleh dari APBD tingkat II dan BOK yang dinilai cukup untuk melaksanakan program. Sarana yang terdapat di Puskesmas Batujaya untuk melaksanakan program dirasa cukup. Metode yang digunakan mengacu pada buku Pedoman Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan. Karawang. Meliputi: Pendataan, Penyuluhan/pemicuan, pemetaan jamban, pengawasan/inspeksi jamban, dan pencatatan pelaporan hasil kegiatan. Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai akhir tahun berupa jumlah jamban yang ada, jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis jamban yang digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi.

Penyuluhan/pemicuan mengenai saran jamban yang memenuhi syarat kesehatan yang berdasarkan program STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ). Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat.Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa binaan. Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan melalui lingkup area/daerah. Pengawasan/inspeksi sarana jamban. Inspeksi dilakukan secara berkala 4 kali dalam sebulan (1 minggu 1 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di wilayah kerja puskesmas Batujaya. Yang diawasi adalah jamban yang menggunakan septic tank atau tidak dan kloset menggunakan kloset leher angsa atau tidak. Pencatatan dan pelaporan. Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentukgrafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan dan tahunan). Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan secara periodik (bulanan dan tahunan).

Proses Perencanaan

Perencanaan kegiatan di buat 1 bulan sebelumnya. Perencanaan yang dilakukan yaitu Perencanaan untuk pembuatan jadwal pengawasan/inspeksi dari jamban sehat, perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan pendataan dan inspeksi sarana jamban yan direncanakan sebanyak minimal 8 kali

3

Page 4: Artikel Evaluasi Program

dalam sebulan (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih, perencanaan dalam pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat (1 bulan sekali dalam hidup), perencanaan dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor dan yang terakhir perencanaan dalam Pencatatan dan pelaporan kegiatan . Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul 09.00-12.00 WIB). Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.

PengorganisasianKepala puskesmas sebagai

penanggung jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program. Kepala Puskesmas bertugas sebagai penanggung jawab program, monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan, melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Koordinator Kesehatan Lingkungan bertugas untuk mengkoordinasikan program, menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah setempat, dan melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas Batujaya dalam waktu tiap bulan.

Pelaksanaan

Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara berkala: pengumpulan data dilakukan 1 kali selama 1 tahun di tiap-tiap desa di

wilayah kerja Puskesmas Batujaya. Kegiatan penyuluhan hanya dilakukan 2 kali selama 1 tahun yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor, tetapi data tertulis tidak lengkap. Pengawasan jamban 4 kali dalam sebulan dengan pengawasan yang tidak terjadwal. Dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat tetapi tidak lengkap jenis jamban yang ada di tiap-tiap desa.

PengawasanAdanya pencatatan setiap bulan

dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali. Adanya rapat bulanan di Puskesmas Batujaya tentang hasil pencapaian program pengawasan jamban.

Keluaran

Pada Program sarana jamban keluarga, ditetapkan angka minimal cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban dan angka presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban. Pada cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban didapat persentase sebesar 60,07% dengan target keluaran yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten karawang sebesar 75 % yang dimana berarti cakupan belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah 19,90 % . Sedangkan pada persentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban didapat persentase sebesar 22 % dengan target keluaran yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten karawang sebesar 75 % yang dimana berarti cakupan belum mencapai target sebesar 75 % jadi besarnya masalah adalah 70,66 %.

4

Page 5: Artikel Evaluasi Program

Hasil ini didapat perhitungan yang telah dilakukan berdasarkan hasil dari data dasar kesehatan lingkungan tahun 2014, sebab perhitungan harus dalam jangka 1 tahun, dan dari hasi rekapitulasi laporan bulanan penyehatan lingkungan Juni 2014 - Mei 2015.

Kesimpulan dan saran Berdasarkan dari hasil Evaluasi

Program Sarana Jamban Keluarga di Puskesmas Batujaya dengan cara pendekatan sistem dapat diambil kesimpulan bahwa Program pengawasan jamban di Puskesmas Batujaya periode Januari hingga Desember 2014 dikatakan berhasil tetapi hasil yang dicapai tidak sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan. Dari hasil kegiatan program, didapatkan : 1) Jumlah sarana jamban yang ada sebanyak 3.983, jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3.572 , dan tidak ada data tertulis tentang jenis jamban yang digunakan, serta jumlah penduduk dengan akses sanitasi jamban sehat sebanyak 19.915 jiwa. 2) Data tertulis tentang penyuluhan sarana jamban sehat tidak ada. 3) Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 60,07% belum memenuhi target yaitu dari target 75% dengan besar masalah 19,90% pada periode Juni 2014 – Mei 2015. 4) Persentase penduduk yang menggunakan jamban 22,% belum memenuhi target yaitu 75% dengan besar masalah 70,66 % pada periode Juni 2014 - Mei 2015.Disarankan :

1. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam Program sarana jamban keluarga di Puskesmas Batujaya di tahun yang akan datang, disarankan : Melakukan setiap kegiatan sesuai dengan jadwal yang

sudah direncanakan sejak awal kegiatan. Melakukan pendataan meliputi jenis jamban untuk melihat wilayah kerja yang belum memiliki akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat.

2. Mengumpulkan dan melatih kader-kader dari tiap-tiap desa yang ada untuk dapat melakukan pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana jamban secara berkala di daerah tempat tinggalnya.

3. Melakukan penyuluhan/pemicuan kepada masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggalnya sehingga penyuluhan yang intensif dapat tercapai.

4. Melaksanakan kerja sama lintas sektoral dengan pemerintah setempat dalam hal ini dinas pekerjaan umum untuk pembangunan sarana MCK di wilayah yang akses jambannya sedikit.

Daftar Pustaka

1. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf pada tanggal Juli2015.

2. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 tahun 2013. Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), 2013. Diunduh darihttp://new.pamsimas.org/data/2013/surat%20edaran%20Menkes%20no%20132%20th%202013.pdf pada tanggal 5 Juli 2015.

3. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2011. Memastikan Kelestarian Hidup. Jakarta : Kementerian Perencanaan Pembangunan

5

Page 6: Artikel Evaluasi Program

Nasional/Badan Perencanaan Pembanguan Nasional (BAPPENAS);2012.h.86-9.

4. Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang tahun 2014 sampai 2018.https://www.google.com/url.ppsp.nawasis.dokumenperencanaansanitaspokjakab.karawangdiunduh pada tanggal 2 Juli2015.

5. Saatnya Memilih yang Lebih Baik Bukan Sekedar Membangun Jamban. Propinsi Jawa Barat,2010. https://www.diskes.jabarprov.go.id%2Fassets%2Fdata%2Fmenu%2FSTBM2.pdf&ei=b7z9U6KuJsGwuASFk4C4BA&usg=AFQjCNHAy

zFARXodLgBaI9I9uhlHtUTxlA&bvm=bv.74035653,d.c2E diunduh pada tanggal 9 April 2015.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan. Karawang : Kegiatan Pengembangan dan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan APBD II; 2014. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh dari: http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pd f pada tanggal 9 April 2015.

6