Upload
muhammad-jaenuddin
View
37
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian 1
KONSEPSI KEDUDUKAN KEPOLISIAN DI BAWAH KEMENTRIAN
Oleh: Ispan Diar Fauzi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepolisan negara adalah alat kelengkapan atau organisasi pemerintahan
negara yang mempunyai tugas utama melindungi, mengayomi segenap
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Dalam kalimat yang lebih
normatif bahwa kepolisian adalah alat negara dan alat pemerintah yang
bertujuan untuk mewujudakan keamanan dalam negeri, memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (law and order) termasuk
gangguan keamanan negara baik dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.1
Mencermati begitu kompleksnya peran dan fungsi Kepolisian maka
dibutuhkan kepolisian yang mandiri, professional, proporsional, modern dan
berwatak sipil yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejarah
perkembangan kepolisian di Indonesia dalam prakteknya banyak mengalami
dinamika terutama perubahan dalam kedudukan Kepolisian , yang tentunya
mengikuti dinamika dan perkembangan sistem ketatanegaraan Indonesia.
Perkembangan sejarah Kepolisian diawali ketika pemerintah Belanda
mengembangkan organisasi Kepolisian yang terdiri dari : Bestuur Politie
(Polisis Pamong Praja) dan Algemeene Politie (Polisi Umum). Kedua kesatuan
Polisi ini ditempatkan dibawah Procereur General (Jaksa Agung) berada pada
naungan Hooegrrechtshof (Mahkamah Agung). Pada saat itu Kepolisian
bertugas sebagai penanggung jawab pemeliharaan keamanan dan ketertiban
umum.2
1 Irwan Suwarto, Polri dalam Dinamika Politik Hukum Tata Negara, PTIK Press, Jakarta, 2009, hlm.
21. 2 Harsja W. Bachtiar, Ilmu Kepolisian Suatu Cabang Ilmu Baru, PT. Gramedia Widya Sarana
Indonesia PTIK, Jakarta, 1994, hlm. 38.
Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian 2
Tahun 1914 ketika pejabat-pejabat yang berasal dari Eropa dan pribumi
disatukan, terjadi perubahan administrasi Pemerintahan Belanda. Pada
Departemen Van Binnenlansch Bestuur (Departemen Dalam Negeri), terdapat
suatu Dienst der Algemene Politie (Dinas Kepolisan Umum). Dienst der
Algemene Politie (Dinas Kepolisan Umum) ini berlangsung hingga
berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia.3
Pada maret 1942, Jepang berhasil menaklukan Belanda. Petugas
Kepolisia Belanda ditangkapi oleh tentara Jepang dan dipenjarakan dikamp-
kamp tahanan. Pada tanggal 8 Agustus 1942 Jepang membentuk Keimubu
(Departemen Kepolisian) sebagai departemen tersendiri, berarti kedudukan
kepolsian tidak lagi dibawah Departemen Dalam Negeri atau Departemen
Kehakiman.4
Kekuatan penjajahan Jepang di Indonesia berakhir akibat adanya
serangan yang dilakukan oleh tentara sekutu ke kota Hiroshima dan ke kota
Nagasaki. Akibat serangan tersebut Jepang menyatakan menyerah pada
kekuatan sekutu. Sehingga momentum tersebut dimanfaatkan oleh Bangsa
Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, Ir. Soekarno dan
Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Kemudian pada 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) menetapkan kepolisian sebagai bagian dari Kementrian
Dalam Negeri, dengan sebuah jawatan Kepolisian.5 Kedudukan seperti ini
hampir sama dengan pada zaman Hindia Belanda, administrasi kepolisian
dlaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri (Departemen van Binnenlansch
Bestuur).
Pada 1 Juli 1946, jawatan kepolisan yang semula bagian Kementrian
Dalam Negeri berpindah menjadi dibawah Kantor Perdana Menteri
berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor 11/SD/1946. Kedudukan seperti ini
berlangsung sampai tahun 1949. Berdasarkan penetapan Presiden Nomor 1
3 Irwan Suwarto, op.cit., hlm. 3.
4 Ibid.
5 Momo Kelana, Memahami Undang-Undang Kepolisian (Undang-Undang No. 28 Tahun 1997),
PTIK dan PT. Radinas Eka Saputra, Jakarta, 1998, hlm. 78.
Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian 3
tahun 1949, kembali berubah. Kedudukan Kepolisian negara ditempatkan di
bawah Menteri pertahanan.6
Perjalanan panjang perubahan kedudukan kepolisan mewarnai eksistensi
kepolisan di Indonesia sampai saat ini. Salah satu tuntutan reformasi dan
tuntutan masyarakat adalah menuju kepolisian yang professional, penegakan
supremasi hukum, penegakan hak asasi manusia, globalisasi, demokratisasi,
desentralisasi, transparansi dan akuntabilitas, Kepolisian dituntut untuk
melakukan perubahan paradigma dalam tugas fungsi, wewenang dan tangung
jawab Kepolisian. Terutama adalah tuntutan dan harapan masyarakat terhadap
pelaksanaan tugas Kepolisian ke arah profesionalisme.7
Problematika yang dihadapi kepolisian saat ini adalah tentang
kedudukan Kepolisian, dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa Kepolisian Negara
Republik Indonesia berada di bawah Presiden. Polri dengan kedudukannya
yang cukup strategis tersebut mengakibatkan Polri menjadi institusi yang
selalu menjadi sorotan baik mengenai keberhasilan maupun kesalahannya.
Akhir-akhir ini muncul wacana dari berbagai pihak untuk mereposisi
kedudukan Kepolisian dengan tidak lagi menempatkan di bawah presiden
langsung, melainkan di bawah kementerian. Terkait permasalahan tersebut di
atas penulis akan memberikan pandangan tentang: KONSEPSI
KEDUDUKAN KEPOLISIAN DI BAWAH KEMENTRIAN.
B. Landasan Hukum
1. Pasal 30 ayat (4) dan (5) UUD 1945.
2. Tap MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Tap MPR Nomor VII/MPR/2000 Tentang peran Tentara Nasional
Indonesia dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.
6 Irwan Suwarto, loc.cit.
7 Ibid., hlm. 9.
Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian 4
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian
Dengan dikeluarkannnya Tap MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang
pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, kedudukan Kepolisian
Indonesia langsung berada di bawah Presiden. Kekuasaan Polri dipandang
sangat besar dengan kedudukannya di bawah Presiden. Sehingga ada wacana
bahwa kedudukan Kepolisian harus dirubah tidak lagi dibawah Presiden
langsung, melainkan dibawah kementerian.
Penulis akan memberikan rasionalisasi kenapa Kepolisian harus direposisi
menjadi di bawah kementerian:
1. Dalam UUD Negara RI 1945 sesungguhnya tidak ditegaskan tentang
posisi kelembagaan Polri di bawah Presiden. Dalam Pasal 30 ayat (5)
hanya mengatur bahwa kedudukan Polri dan TNI diatur lebih lanjut
dengan Undang-undang. Sehingga jika dirubah kedudukan kepolisian
menjadi dibawah kementrian tidak akan bertentangan dengan UUD
1945;
2. Bahwa dalam konteks negara demokrasi, kepolisian sejatinya berada
dibawah kementerian. Sehingga pemerintah bisa mengontrol
wewenang dan kinerja aparat keamanan secara langsung;
3. Kekuasaan Polri dipandang sangat besar dengan kedudukannya di
bawah Presiden sehingga seolah-olah menjadi alat kekuasaan
penguasa dan tidak memiliki sense of crisis terhadap permasalahan
yang ada di masyarakat;
4. Kedudukan Polri di bawah Presiden rawan dipolitisir, terutama dalam
hal pengangkatan Kapolri, karena pengangkatan Kapolri merupakan
Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian 5
hak prerogratif Presiden sesuai dengan Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002;
5. Dengan kedudukan langsung di bawah presiden, Polri memposisikan
diri sebagai lembaga yang memproduksi kebijakan, dan operasional
sekaligus, hal tersebut merupakan suatu kondisi yang tidak tepat bagi
tata pemerintahan yang baik (good governance);
6. Kalaupun situasi seperti sekarang tetap dipertahankan, yaitu
kedudukan Polri di bawah Presiden langsung, maka Polri akan selalu
disibukan untuk melakukan counter opinion untuk mempertahankan
kedudukannya, sehingga energi yang seharusnya dihabiskan untuk
melaksanakan fungsi dan perannya akan habis hanya untuk
membahas masalah tersebut;
7. Dengan mereposisi kedudukan Polri menjadi di bawah kementerian,
maka akan timbul independensi kepolisian. Sehingga Kepolisian
fokus dalam menjalankan fungsi dan perannya.
Terkait independensi Kepolisian, Jimly Asshiddiqie: dalam setiap
sistem demokrasi, maka pada kelompok pertama, terdapat setidaknya
empat fungsi yang seharusnya bersifat independen, yaitu: (i) bank sentral;
(ii) organisasi tentara (militer); (iii) organisasi kepolisian negara; (iv) dan
organisasi penuntut umum atau kejaksaan agung (public attorney).8
B. Implikasi Negatif Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian
Disamping beberapa kelebihan dengan menempatkan kedudukan
Kepolisian di bawah kementerian, penulis juga akan memberikan argumentasi
tentang kelemahan jika kedudukan Kepolisian dibawah kementerian:
8 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi , Bhuana Ilmu
Populer, Jakarta, 2009, hlm. 375.
Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian 6
1. Perubahan kedudukan kepolisian menjadi di bawah kementerian, akan
merubah seluruh pola kebiasaan Kepolisian yang sudah dibangun
begitu lama;
2. Timbul resistensi internal di tubuh Polri, karena saat ini cukup
menikmati keistimewan tertentu, dengan kedudukannya langsung
dibawah presiden;
3. Dengan kedudukan Kepolisian di bawah kementerian, maka
Kepolisian akan terikat pada norma-norma yang bersifat hierarkis;
4. Kepolisian tidak akan berani menangkap bahkan memeriksa atasan
dalam kementeriannya, apabila atasannya tersebut tersangkut kasus
tertentu.
C. Kajian atas Tema
Untuk menciptakan Kepolisian yang independen sesuai fungsi dan
perannya, maka dibutuhkan pengaturan tentang sistem dan kedudukan
Kepolisian yang tepat. Di banyak negara demokratis, posisi Kepolisian selalu
berada dalam bentuk penyelenggara operasional, apakah di bawah departemen
terkait, membentuk departemen sendiri, atau membuat kementerian sendiri
yang khusus mengurusi masalah keamanan dalam negeri. Sesungguhnya
dalam Pasal 37 dan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, telah
mengatur secara jelas tentang Komisi Kepolisian Nasional. Pasal 38 ayat (1)
Komisi Kepolisian Nasional bertugas : a. membantu Presiden dalam
menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan b.
memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan
pemberhentian Kapolri.
Tugas Kompolnas yang seharusnya cukup strategis itu dalam
kenyataannya masih jauh dari harapan. Kompolnas belum dapat memainkan
peranannya secara signifikan. Sehingga penulis memberikan alternatif solusi
untuk mereformasi kedudukan Lembaga Kepolisian Nasional dalam hal ini
adalah Kompolnas menjadi lembaga kementerian tersendiri yang membawahi
Kepolisian Republik Indonesia, bertugas mengatur seluruh operasional
Konsepsi Kedudukan Kepolisian di Bawah Kementerian 7
Kepolisian Republik Indonesia dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
yang dijalankan oleh Kepolisian Republik Indonesia.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kepolisian adalah alat negara dan alat pemerintah yang bertujuan untuk
mewujudakan keamanan dalam negeri, memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat (law and order). Dengan peran dan fungsi
Kepolisian yang cukup kompleks maka dibutuhkan kepolisian yang mandiri,
professional, proporsional, modern dan berwatak sipil yang menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
Kekuasaan Kepolisian dipandang sangat besar dengan kedudukannya di
bawah Presiden. Sehingga ada wacana bahwa kedudukan Kepolisian harus
dirubah, tidak lagi di bawah Presiden langsung, melainkan di bawah
kementrian. Usulan perubahan kedudukan Kepolisian itu timbul dengan
mencermati bahwa ternyata kedudukan Kepolisan dibawah kementerian lebih
banyak aspek positifnya, sehingga reposisi kedudukan Kepolisian itu
dibutuhkan. Untuk menciptakan Kepolisian yang benar-benar melaksanakan
peran dan fungsinya secara maksimal.
B. Rekomendasi
Terkait wacana reposisi kedudukan Kepolisian, Penulis memberikan
alternatif solusi yaitu: mereformasi kedudukan Lembaga Kepolisian Nasional
dalam hal ini adalah Kompolnas menjadi lembaga kementerian tersendiri yang
membawahi Kepolisian Republik Indonesia, bertugas mengatur seluruh
operasional Kepolisian Republik Indonesia dan bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan yang dijalankan oleh Kepolisian Republik Indonesia.