21
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMAN 6 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI 2018

ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI DI SMAN 6 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH

OLEH

FAIRUS ASBIYATI

A1A114019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JULI 2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI DI SMAN 6 KOTA JAMBI

Oleh: Fairus Asbiyati1, Rahmat Murboyono2, Arpizal3

1 Mahasiswa Ekonomi PIPS FKIP Universitas Jambi2 Dosen Ekonom PIPS FKIP Universitas Jambi

3 Dosen Ekonomi PIPS FKIP Universitas Jambi

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Jambi

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitasmodel pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep ekonomisiswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design denganpopulasi seluruh siswa kelas XI IPS SMAN 6 Kota Jambi tahun pelajaran 2017/2018 dan sampel penelitianadalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data penelitiandiperoleh dengan memberikan tes kepada siswa yang sebelumnya diberi perlakuan terlebih dahulu menggunakanmodel pembelajaran NHT dan Konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman konsep siswa yang menggunakan modelpembelajaran NHT lebih tinggi dari pada tingkat pemahaman konsep siswa yang menggunakan modelpembelajaran konvensional. Dimana pada mata pelajaran ekonomi materi APBN dan APBD, kelompok siswayang diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran NHT memperleh nilai rata-rata 87.42, lebih tinggidibandingkan nilai rata-rata siswa yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional sebesar74.78. Hasil ini diperkuat dengan perhitungan hasil uji-t sebesar 6.02, dengan taraf signifikansi 0.05 diperolehnilai t tabel 1.99. Dengan demikian thitung > ttabel atau 6.02 > 1.99 berarti Ha diterima. Penerapan modelpembelajaran NHT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan lebih efektif dibandingkan denganmodel pembelajaran konvensional. Saran dalam penelitian ini guru ekonomi sebaiknya dalam melakukanpengajaran menggunakan model pembelajaran NHT agar siswa dapar memperoleh pemahaman konsep yanglebih baik..

Kata kunci: : Efektivitas, Numbered Heads Together, Pemahaman Konsep.

PENDAHULUANPendidikan merupakan suatu kegiatan

yang diprogramkan oleh pemerintah untuk

Fairus Asbiyati (A1A114019) 2

Page 3: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

dapat meningkatkan kualitas Sumber DayaManusia di Negaranya. Setiap WargaNegara Indonesia mempunyai hak yangsama untuk mendapatkan pendidikan yangbaik. Menurut Undang-Undang No. 20Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, Pendidikan merupakan usahasadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaranagar siswa secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan olehdirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan dapat dilaksanakan melaluibeberapa jalur dan salah satu di antaranyaadalah pendidikan formal yangdiselenggarakan di sekolah. Melaluikegiatan sekolah, siswa dapat memperolehpengetahuan, keterampilan danpembentukan sikap. Sekolah selaluberupaya untuk menciptakan pembelajaranyang berkualitas agar dapat menghasilkanlulusan yang berkualitas pula.Pembelajaran yang berkualitas akanmembuat peserta didik mendapatkanmakna dari pembelajaran yangsesungguhnya. Agar pembelajaran semakinbermakna, maka di dalam kegiatan belajarmengajar tersebut diperlukan adanya peranaktif dari guru maupun siswa.

Pembalajaran dalam eknomi memuatbanyak materi tentang pengertian-pengertian yang menuntut siswa untukmenghafalnya. Disamping itu, siswacenderung kurang atau lemah dalammenghafal. Akan tetapi, hafal saja tidakcukup untuk mencapai tujuanpembelajaran. Hal demikian menjadikanminat siswa kurang dalam belajar ekonomikarena cenderung menghafal. Siswa jugaharus dapat memahami dengan baik materiyang diajarkan. Untuk mengatasi masalahtersebut diperlukan model pembelajaranyang tepat dalam pembelajaran ekonomi.Model pembelajaran yang digunakanhendaknya yang berpotensi memberikankesempatan kepada siswa untuk terlibataktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan

siswa akan mendorong untuk lebihmemahami dan mendalami materipelajaran yang diajarkan. Modelpembelajaran yang sesuai dengan materipelajaran diharapkan dapat meningkatkanpemahaman konsep siswa.

Observasi awal di SMA Negeri 6 KotaJambi tahun pelajaran 2017/2018 yaitukelas XI IPS diperoleh data yangmenunjukkan masih banyak nilai ekonomisiswa kurang dari ketuntasan. Hal inidibuktikan dengan nilai ekonomi ujianakhir semester siswa kelas XI IPS banyakdibawah standar ketuntasan yang telahditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Untuklebih jelasnya berikut tabel ketuntasanbelajar siswa:Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ujian Akhir

Ekonomi Semester Ganjil Siswa Kelas XI IPS Tahun Ajaran 2017/2018

No Kelas NilaiRata-rata

KKM

1 XI-IPS-1 70 75

2 XI-IPS-2 72 75

3 XI-IPS-3 78 75

4 XI-IPS-4 75 75

Sumber: Dokumentasi nilai guru MataPelajaran Ekonomi SMAN 6 Jambi

Berdasarkan wawancara kepada gurubidang studi yang dilakukan penulis diSMAN 6 Kota Jambi, sebagian siswamasih sulit untuk memahami konsepekonomi.”Anak-anak sering mengalamikesulitan dalam memahami konsep, jikadiberi contoh soal mereka mengerti tetapisetelah dicoba menggunakan soal yangberbeda mereka tidak dapatmengerjakannya.” Ujar guru ekonomiSMAN 6 Kota Jambi. Hal ini menunjukkanbahwa siswa tidak memahami konsepdengan baik, sehingga tidak dapatmengerjakan soal yang berbeda dengancontoh yang diberikan dalam satu materipelajaran.

Setelah melakukan obervasi ternyatadalam kegiatan pembelajaran pada

Fairus Asbiyati (A1A114019) 3

Page 4: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

umumnya guru SMAN 6 Kota Jambimasih menggunakan model pembelajarankonvensional. Terkhusus pada matapelajaran ekonomi guru masihmendominasi kelas. Pembelajarandilakukan dengan penyampaian materi,pemberian contoh soal dan kemudiandilanjutkan dengan pemberian tugaskepada siswa. Pembelajaran seperti inijelas membosankan bagi siswa. Siswatidak mendapatkan ruang gerak dalambelajar. Selain itu, guru cenderungmentransfer informasi kepada peseta didikdan belum menggunakan modelpembelajaran yang bervariasi dalampembelajaran dan tidak melengkapi diridengan perangkat pembelajaran sehinggakegiatan pembelajaran kurang sistematis.

Untuk membuat pembelajaran yangmenyenangkan, dan dapat memberikandampak terhadap peserta didik diperlukanmodel pembelajaran yang tepat untukmenyampaikan materi. Modelpembelajaran menurut Harjanto (dalamAqib 2016: 2) didefinisikan sebagaikerangka konseptual yang digunakansebagai pedoman atau acuan dalammelakukan kegiatan pembalajaran. Senadadengan definisi ini, Murtadlo (dalam Aqib2016:2) menjelaskan bahwa modelpembelajaran disini dapat diartikan sebagaikerangka konseptual yang digunakansebagai pedoman dalam melakukanpembalajaran. Model pembelajaran adalahbentuk pembelajaran yang disajikan secarakhas oleh pendidik dikelas. Modelpembelajaran yang dapat digunakanpendidik, diantaranya: model pembelajaranlangsung, cooperative, problem solving,problem based instruction, dan perubahankonseptual. Model sangat pentingperanannya dalam pembelajaran karenamelalui pemilihan model yang tepat dapatmengarahkan pendidik pada kualitaspembelajaran efektif (Aqib, 2016: 3)

Cooperative learning dapatmeningkatkan pemahaman siswa tentangisi materi, memahami konsep-konsep sertamendorong siswa aktif, partisipatif, dankonstruktif terlihat dalam pembelajaran.

Melalui cooperative learning siswamemperoleh kesempatan memunculkanpertanyaan, mendiskusikan tugas-tugasmereka dan menyatakan opini mereka.Cooperative learning dapatmengintegrasikan berbagai gagasan dansaling menguji berbagai konsep.Cooperative learning merupakan strategipembelajaran untuk meningkatkan dayamenghafal siswa. Cooperative learninguntuk meningkatkan penalaran tingkattinggi dan kemampuan siswamentransformasikan pengetahuan padaberbagai situasi. Cooperative learningmenciprtakan belajar menyenangkan danmengurangi ketergantungan pada guru(Suprijono, 2016: 56).

Didalam pembelajaran kooperatifterdapat banyak tipe, salah satunya adalahNumbered Heads Together (kepalabernomor) yang dikembangkan olehSpencer Kagan (1992). Number HeadsTogether atau NHT adalah suatu modelpembelajarn yang lebih mengedepankanpada aktivitas peserta didik dalam mencari,mengolah dan melaporkan informasi dariberbagai sumber yang akhirnyadipresentasikan didepan kelas (Rahayudalam Aqib, 2016: 305).

Pembelajaran kooperatif tipe NHTmerupakan salah satu tipe pembelajarankooperatif yang menekankan pada strukturkhusus yang dirancang untukmemengaruhi pola interaksi peserta didikdan memiliki tujuan untuk meningkatkanpenguasaan akademik. Tipe inidikembangkan Kagan dikutip dari Ibrahim(dalam Aqib, 2016: 306) denganmelibatkan para peserta didik dalammenelaah materi pelajaran dan mengecekpemahaman mereka terhadap isi pelajarantersebut. Salah satu keunggulan modelpembelajaran NHT yang dijelaskan olehHill, yaitu: dapat meningkatkan prestasibelajar peserta didik, mampumemperdalam pemahaman peserta didik,menyenangkan peserta didik dalam belajar.

Menurut Robbins dikutip dariDaryamto (dalam Pratiwi), efektivitasmerupakan suatu konsep yang lebih luas

Fairus Asbiyati (A1A114019) 4

Page 5: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

mencakup berbagai faktor di dalammaupun di luar diri dari seseorang,efektivitas tidak hanya dilihat dari hasiltetapi juga dari sisi persepsi maupun sikapseseorang dan sebagai ukuran kepuasanyang dicapai oleh seseorang. Efektifitaspembelajaran akan meningkat apabila gurudapat memilih dan menggunakan modelpembelajaran yang tepat.

Penelitian ini diharapkan memeberikandampak yang baik nantinya untuk pesertadidik agar lebih bisa memahami Konseppelajaran dengan mudah. Adapun yangdimaksud dengan efektivitas dalampenelitian ini mengacu pada peningkatanpemahaman siswa terhadap konseppelajaran setelah dilaksanakanpembelajaran Numbered Heads together.Penilaian efektivitas di dalam penelitian initerbagi menjadi dua, yaitu penilaian prosesdan penilaian hasil. Penilaian proses dilihatsaat penerapan pembelajaran NumberedHeads Together, sedangkan penilaian hasildilihat dari nilai post-test siswa yangdilakukan setelah pembelajaran. Kriteriakeefektifan dalam penelitian ini mengacupada peningkatkan pemahaman siswaapabila secara statistik hasil belajar siswamenunjukkan perbedaan yang signifikanantara pemahaman kelas eksperimendengan pemahaman kelas kontrol.

Tujuan pembelajaran ini dimulai darimenampilkan sikap ingin tahu siswa untukmemahami konsep ekonomi, setelahmereka memahami diharapkan dapatmenerapkannya di dalam kehidupansehari-hari, jika siswa tidak memiliki sikapingin tahu dari awal pembelajaran, makauntuk memahami konsep mata pelajaranekonomi tidak akan tercapai. Maka dariitu, pembelajaran Nmbered HeadsTogether ini di anggap cocok untukmenampilkan sikap ingin tahu siswa untukmemahami dan bukan hanya sekedarmenghafal materi. Karena salah satukelebihan dari pembelajaran NumberedHeads Together ini yaitu siswa belajaruntuk lebih memahami materi, dengan caradiskusi kelompok dan mereka di mintauntuk mempresentasikan tugasnya sesuai

dengan pemahaman mereka padapelajaran. Jadi dengan pembelajaranNumbered Heads Together siswa akanmampu memahami konsep pelajaranEkonomi secara mudah.

Berdasarkan latar belakang masalahdi atas, penulis tertarik untuk mengangkatpermasalahan ini dalam bentuk penelitiandengan judul “EFEKTIVITAS MODELPEMBELAJARAN NUMBEREDHEADS TOGETHER TERHADAPPEMAHAMAN KONSEP PADAMATA PELAJARAN EKONOMI DISMAN 6 KOTA JAMBI”

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Konsep

2.1.1 PemahamanWiggins (2012: 217) menyatakan

bahwa, pemahaman adalah suatukesimpulan penting, yang ditarik daripengalaman para ahli, dinyatakan sebagaisebuah generalisasi tertentu dan berguna.Pemahaman mengacu pada sesuatu yangdapat ditransferkan, ide-ide besar yangmemiliki nilai abadi di balik topik tertentu.Pemahaman melibatkan ide-ide abstrak,berlawanan dengan intuisi, dan mudahdisalah pahami. Pemahaman yang terbaikdiperoleh dengan “mengungkapkan”(yaitu, harus dikembangkan secarainduktif, dikonstruksi oleh siswa) dan“menggunakan” subjek yaitu, denganmenggunakan ide-ide dalam pengaturanrealistis dan dengan masalah di dunianyata.

2.1.2 KonsepMenurut Sapriya (2015: 62) konsep

merupakan pokok pengertian yang bersifatabstrak yang menghubungkan orangdengan kelompok benda, peristiwa, ataupemikiran (ide). Lahirnya konsep karenaadanya kesadaran atas atribut kelas yangditunjukkan oleh symbol. Konsep “tanah”bagi siswa merupakan sebutan umumuntuk sumber alam yang produktif. Konsepburuh menurut siswa merupakan sebutan

Fairus Asbiyati (A1A114019) 5

Page 6: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

abstrak tentang apa yang dimiliki olehsemua anggota kelas/kelompok.

Konsep bersifat abstrak dalampengertian yang berkaitan bukan dengancontoh tertentu melainkan dengan semuaanggota kelas. Konsep dapat dianggapsebagai suatu model kelompok benda yangterpikirkan. Konsep “buruh”, misalnya,dapat dipandang sebagai kesan mentaltentang semua yang memiliki ciri umumpekerja. Dengan demikian, konsepmerupakan cara berpikirmenggeneralisasikan sejumlah anggotakelas yang khusus ke dalam satu contohmodel yang tidak Nampak, termasukatribut semua contoh yang berbeda-beda(Supriya, 2015: 62).

Konsep bersifat subjektif dan menyatu.Semua orang membentuk konsep daripengelamannya sendiri. Dari pengalamanseperti mencatat contoh-contoh danmendengarkan diskusi yang melibatkankelas, setiap orang menjadi sadar akanpengertian dan atribut. Konsep “novel”sebagai ilustrasi, dapat diperoleh daridiskusi di ruang kelas dan membacalangsung novelnya. Akibat daripengalaman ini, setiap siswa akanmengaitkan atribut dengan symbol untukkelompok yang disebut “novel” (Supriya,2015: 63).

Konsep bukanlah verbalisasi melainkankesadaran yang bersifat abstrak tentangatribut umum dari suatu kelas. Konsepmerupakan kesadaran mental internal yangmemengaruhi perilaku yang tampak.Apakah siswa mengetahui suatu konsepmaka kemampuan tersebut dapatditentukan dari tindakan yang ditunjukkan.Konsep-konsep yang digunakan dalamproses pembelajaran dapat diperoleh darikonsep disiplin ilmu atau dari konsep yangtelah biasa digunakan di lingkungankehidupan siswa atau masyarakat setempat(Supriya, 2015: 63).

Pemerolehan Konsep merupakansebuah strategi yang memungkinkan paramurid mengeksplorasi konsep-konsepkritis secara aktif dan mendalam. Denganmemeriksa berbagai contoh dan noncontoh

sebuah konsep tertentu, para muridmembangun pemahaman mereka “daridasar ke atas”, menguji dan memperhaluspemahaman konsep tersebut dan atribut-atribut kritisnya hingga pemahamantersebut reliable/akurat (Silver, Strong,Perini, 2012: 99).

Menurut Silver, dkk (2012: 105),pemetaan konsep secara tertulismeningkatkan kualitas pemahaman paramurid dalam tiga hal. Pertama, pemetaanmengajarkan kepada para murid strukturdasar yang dimiliki semua konsep. Kedua,pemetaan mempertajam keterampilan paramurid menganalisis, karena merekamempelajari cara membedah (menganalisissecara mendetail) ide-ide penting denganmemecah ide-ide penting tersebut menjadikomponen-komponen penting. Ketiga,dengan menempatkan konsep-konsep dankomponen-komponen pentingnya menjadisuatu rangka visual yang sederhana,pemetaan menyediakan para murid dengansuatu catatan yang mudah diingat tentangpembelajaran mereka serta suatu panduanbelajar yang instan terkait istilah-istilahdan ide-ide paling penting yang terdapatdalam unit pelajaran manapun.

Kegiatan belajar konsep adalahbelajar mengembangkan inferensi logikaatau membuat generalisasi dari fakta kekonsep. Konsep merupakan kata kunci.Tidak semua kata disebut kata kunci, jikakata itu tidak memiliki sifat umum danabstrak. Konsep adalah ide atau pengertianumum yang disusun dengan kata, symbol,dan tanda. Konsep merupakan satu ideyang mengombinasikan beberapa unsursumber-sumber berada ke dalam satugagasan tunggal. Konsep dapat diartikansebagai suatu jaringan hubungan dalamobjek, kejadian, dan lain-lain yangmempunyai ciri-ciri tetap dan dapatdiobservasi. Konsep atau kata kunci adalahvariabel yang mempunyai variasi nilai.Konsep mengandung hal-hal yang umumdari sejumlah objek maupun peristiwa JhonTravers (dalam Suprijono, 2016: 7).

Dengan belajar konsep, peserta didikdapat memahami dan membedakan benda-

Fairus Asbiyati (A1A114019) 6

Page 7: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

benada, peristiwa atau kejadian yang adadalam lingkungan sekitar. Melalui kegiatanbelajar konsep ada beberapa keuntunganyaitu: (1) mengurangi beban berat memorikarena kemampuan manusia dalammengkategorisasikan berbagai stimulusterbatas; (2) merupakan unsur-unsurpembangunan berpikir; (3) merupakandasar proses mental yang lebih tinggi; (4)diperlukan untuk memecahkan masalah.

2.1.3 Pemahaman KonsepMenurut Sanjaya (dalam Ulia: 57)

mengatakan apa yang di maksudpemahaman konsep adalah kemampuansiswa yang berupa penguasaan sejumlahmateri pelajaran, dimana siswa tidaksekedar mengetahui atau mengingatsejumlah konsep yang dipelajari, tetapimampu mengungkapkan kembali dalambentuk lain yang mudah dimengerti,memberikan interprestasi data dan mampumengaplikasikan konsep yang sesuaidengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Pemahaman konsep adalahkemampuan untuk menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengerti apayang diajarkan, memberikan penjelasanyang lebih rinci dengan kalimat sendiri,menyatakan ulang suatu konsep,mengklasifikasikan suatu objek danmengungkapkan suatu materi yangdisajikan ke dalam bentuk yang lebihmudah dipahami (menggunakan bahasanyasendiri) (Rengganis, 2014: 23).

Hasil belajar meliputi tiga domain yaitudomain kognitif, afektif, dan psikomotor.Menurut taksonomi Bloom dikutip dariJihad (dalam Rengganis, 2014: 23), hasilbelajar domain kognitif meliputi enamjenjang kemampuan. Yakni pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesisdan evaluasi. Pemahaman(comprehension), jenjang setingkat di ataspengetahuan ini akan meliputi penerimaandalam komunikasi secara akurat,menempatkan hasil komunikasi dalambentuk penyajian yang berbeda,mereorganisasikannya secara setingkat

tanpa merubah pengertian dan dapatmengeksplorasikan.

2.2 Teori Belajar

2.2.1 Pengertian BelajarDalam dunia pendidikan, belajar dapat

dimaknai sebagai suatu proses yangmenunjukkan adanya perubahan yangsifatnya positif sehingga pada tahapakhirnya akan didapat keterampilan,kecakapan, dan pengetahuan baru yangdidapat dari akumulasi pengalaman danpembelajaran. Hasil dari proses belajartersebut diindikasikan dengan prestasi danhasil belajar (Saefuddin, 2015: 8).

Gagne (dalam Saefuddin, 2015: 8)mengemukakan bahwa, “Learning ischange in human disposition or capacity,which persist over a period time, andwhich is not simply ascribable to process agrowth.” Artinya belajar adalah perubahanyang terjadi dalam kemampuan manusiasetelah belajar secara terus-menerus, bukanhanya disebabkaan proses pertumbuhansaja. Gagne mengemukakan bahwa belajardipengaruhi oleh faktor dari luar diri danfaktor dalam diri dan keduanya salingberinteraksi.

Selanjutnya, Soejanto (dalamSaefuddin, 2015: 8) menyatakan bahwabelajar adalah segenap rangkaian aktivitasyang dilakukan dengan penambahanpengetahuan secara sadar oleh seseorangdan mengakibatkan perubahan dalamdirinya yang menyangkut banyak aspek,baik karena kematangan maupun karenalatihan. Perubahan ini memang dapatdiamati dan berlaku dalam waktu relativelama. Perubahan yang relative lamatersebut disertai dengan berbagai usaha.

Menurut Saefuddin (2015: 8) belajarpada hakikatnya merupakan proseskegiatan secara berkelanjutan dalamrangka perubahan tingkah laku pesertadidik secara konstruktif yang mencakupaspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Proses belajar disekolah adalah prosesyang sifatnya kompleks, menyeluruh, danberkesinambungan. Banyak konponendapat mendukung proses pembelajaran

Fairus Asbiyati (A1A114019) 7

Page 8: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

agar terselenggara dengan efektif. Guruberperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitatoryang berusaha menciptakan kondisi belajarmengajar yang efektif, mengembangkanbahan pelajaran dengan baik, danmeningkatkan tujuan pendidikan yangharus mereka capai. Untuk memenuhi haltersebut, guru dituntut mampu mengelolapembelajaran yang memberikanrangsangan kepada peserta didik sehinggaia mau belajar, karena peserta didiklahsubjek utama dalam belajar.

Taksonomi belajar dalam domainkognitif yang paling umum dikenal adalahtaksonomi Bloom. Banjamin S. Bloommembagi taksonomi hasil belajar dalamenam kategori, yakni: 1) pengetahuan(knowledge); 2) pemahaman(comprehension); 3) penerapan(application); 4) analisis; 5) sintesis; dan6) evaluasi. Tingkat pemahamanpesertadidik dianggap berjenjang dengantingkat paling rendah (C1): pengetahuanatau mengingat, sampai tingkat palingtinggi (C6): evaluasi (Sani, 2015: 53).Pengertian masing-masing tingkatankognitif adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan: peserta didik dapatmengingat informasi konkretataupun abstrak

2. Pemahaman: peserta didikmemahami dan menggunakan(menterjemahkan,menginterpretasi, danmengekstrapolasi) informasi yangdikomunikasikan.

3. Aplikasi: peserta didik dapatmenerapkan konsep yang sesuaipada suatu problem atau situasibaru.

4. Analisis: peserta didik dapat dapatmenguraikan informasi atau bahkanmenjadi beberapa bagian danmendefinisikan hubungan antarbagian.

5. Sintesis: peserta didik dapatmenghasilkan produk,menggabungkan beberapa bagiandari pengalaman atau

bahan/informasi baru untukmenghasilkan sesuatu yang baru.

6. Evaluasi: peserta didik memberikanpenilaian tentang ide atau informasibaru.Jadi, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkahlaku berdasarkan pengalaman dari melihat,mengamati dan memahami yang terjadidilingkungan sekitar.

2.2.2 Pengertian PembelajaranMenurut Saefuddin (2015: 8)

pembelajaran secara harfiah berarti prosesbelajar. Pembelajaran dapat dimaknaisebagai proses penambahan pengetahuandan wawasan melalui rangkaian aktivitasyang dilakukan secara sadar oleh seseorangdan mengakibatkan perubahan dalamdirinya, sehingga terjadi perubahan yangsifatnya positif, dan pada tahap akhir akandidapat keterampilan, kecakapan danpengetahuan baru.

Kurikulum 2013, mengisyaratkanbahwa kegiatan pembelajaran merupakanproses pendidikan yang memberikankesempatan kepada peserta didik untukmengembangkan potensi mereka menjadikemampuan yang semakin lama semakinmeningkat dalam sikap, pengetahuan, danketerampilan yang diperlukan dirinyauntuk hidup dan untuk bermasyarakat,berbangsa, serta berkontribusi padakesejahteraan hidup umat manusia. Olehkarena itu, kegiatan pembelajarandiarahkan untuk memberdayakan semuapotensi peserta didik menjadi kompetensiyang diharapkan (Saefuddin, 2015: 8).

Permendikbud RI Nomor 65 Tahun2013 tentang Standar Pendidikan Dasardan Menengah menyatakan bahwa, prosespembelajaran pada satuan pendidikandiselenggarakan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang,memotivasi peserta didik untukberpartisipasi aktif, serta memberikanruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik serta

Fairus Asbiyati (A1A114019) 8

Page 9: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

psikologis peserta didik (Saefuddin, 2015:9).Berdasarkan beberapa pendapat di atas,maka penulis menyimpulkan pembelajaranadalah proses yang dilakukan oleh gurudan siswa dalam kegiatan belajar mengajaruntuk mencapai hasil belajar yang efektifdan efisien.

2.2.3 Kontruktivisme dalam Pembelajaran

Menurut Saefuddin (2015: 13)konstruktivisme dalam belajar dimaknaisebagai experimental learning, yangmerupakan adaptasi kemanusiaanberdasarkan pengelaaman konkret dilapangan, di laboratorium, berdiskusidengan teman dan dikembangkan menjadipengetahuan, konsep, serta ide baru.Peserta didik sebagai subjekpembelajaranlah yang harus aktifmengembangkan pengetahuan merekasebagai bentuk tanggung jawabnya sebagaipembelajaran.

Vigotsky (dalam Saefuddin, 2015: 13)lebih mantap lagi dalam mengembangkanteori konstruktivisme ini, denganmengemukakan pemikirannya bahwamengkonstruksi pengetahuan baru dengancara kooperatif (cooperative learning).Pembelajaran dapat terlibat secra aktifdalam interaksi sosial untuk bekerja samamencapai tujuan pembelajaran. Melaluidiskusi kelompok-kelompok kecil, parapembelajar dapat membangun pengetahuanbaru atau suatu kesimpulan berdasarkanpemikiran bersama.

Konstruktivisme pada dasarnyamengharapkan pembelajaranmengkonstruksi dan mengembangkanpengetahuannya dengan menggali dariberbagai pengalaman dan informasi yangdidapat. Pembelajaran tidak hanyamenyerap apa yang dijelaskan olehgurunya. Pembelajar dan guru diharapkanlebih kreatif, inovatif. Guru sebagaipencerdas sebaiknya memosisikanpembelajar tidak sebagai objek belajar,tetapi sebagai subjek belajar (Saefuddin,2015: 14)..

Ilustrasi pembelajaran berdasarkanteori konstruktivisme dicontohkan sepertiberikut: Guru memfasilitasi peserta didikbelajar berkelompok dan berdiskusi untukmempelajari suatu materi, merekamenggali setiap informasi dari berbagaiwacana atau sumber belajar. Peserta didikbelajar membuka wawasan danmengembangkan gagasan untukmenyimpulkan pengetahuan baru(Saefuddin, 2015: 14).

Suprijono (2016: 39) menyatakanbahwa konstruktivisme beraksentuasibelajar sebagai proses operatif, bukanfigurative. Belajar operatif adalah belajarmemperoleh dan menemukan strukturpemikiran yang lebih umum yang dapatdigunakan pada bermacam-macam situasi.Belajar operatif tidak hanya menekankanpada pengetahuan deklaratif (pengetahuantentang “apa”), namun juga pengetahuanstructural (pengetahuan tentang“mengapa”) serta pengetahuan procedural(pengetahuan tentang “bagaimana”).Belajar figuratif adalah belajarmemperoleh pengetahuan dan penambahanpengetahuan.

Konstruktivisme menekankan padabelajar autentik, bukan artifisial. Belajarautentik adalah proses interaksi sesseorangdengan objek yang dipelajari secara nyata.Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks (tekstual), terpenting ialah bagaimanamenghubungkan teks itu dengan kondisinyata atau konstektual (Suprijono, 2016:39).

2.3 Efektivitas Pembelajaran

Menurut Sumantri (2015: 1) pengertianefektivitas secara umum menunjukansampai seberapa jauh tercapainya suatutujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Haltersebut sesuai dengan pengertianefektivitas menurut Moore D. Kenneth(dalam Sumantri, 2015: 1) yangmenjelaskan bahwa efektivitas adalahsuatu ukuran yang menyatakan seberapajauh target (kuantitas, kualitas dan waktu)telah tercapai, atau makin besar persentase

Fairus Asbiyati (A1A114019) 9

Page 10: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

target yang dicapai, makin tinggiefektivitasnya. Adapun pengertianefektivitas menurut Munandir (dalamSumantri, 2015: 1) efektivitas adalahseberapa besar tingkat kelekatan tujuanpembelajaran yang tercapai dengan tujuanpembelajaran yang diharapkan darisejumlah input.

Menurut Robbins dikutip dari Daryanto(dalam Pratiwi), efektivitas merupakansuatu konsep yang lebih luas mencakupberbagai faktor di dalam maupun di luardiri dari seseorang, efektivitas tidak hanyadilihat dari hasil tetapi juga dari sisipersepsi maupun sikap seseorang dansebagai ukuran kepuasan yang dicapai olehseseorang. Efektifitas pembelajaran akanmeningkat apabila guru dapat memilih danmenggunakan model pembelajaran yangtepat.

Suprijono (2016: xi) menyatakanbahwa efektivitas pembelajaran merujukpada berdaya dan berhasil guna seluruhkomponen pembelajaran yang diorganisiruntuk mencapai tujuan pembelajaran.Pembelajaran efektif mencakupkeseluruhan tujuan pembelajaran baik yangberdimensi mental, fisik, maupun sosial.Pembelajaran efektif “memudahkan”peserta didik belajar sesuatu yang“bermanfaat”.

Menurut Sani (2015: 43) efektivitaspembelajaran tidak terlepas dari aktivitasyang berkualitas dalam perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukanoleh guru. Oleh sebab itu, guru seharusnyamemperhatikan elemen penting sebuahdesain pembelajaran, yakni:

1. Kejelasan tujuan pembelajaran2. Kegiatan pembelajaran yang efektif3. Latihan terbimbing4. Pengecekan pemahaman dan

evaluasi.

Kegiatan pembelajaran yang efektifpada umumnya meliputi aspek-aspeksebagai berikut:

1. Berpusat pada peserta didik(student centered)

Peserta didik merupakan subjekutama dalam kegiatan pendidikansehingga semua aktivitashendaknya diarahkan untukmembantu perkembangan pesertadidik. Keberhasilan prosespembelajaran terletak dalamperwujudan diri peserta didiksebagai prbadi yang mandiri,pembelajaran efektif, dan pekerjaproduktif. Pembelajaran yangberpusat pada peserta didik padaumumnya merupakan pembelajaranaktif yang melibatkan peserta didikdalam ektivitas fisik ataumelibatkan peserta didik secaramental dalam berpikir.

2. Interaksi edukatif antara gurudengan siswaPembelajaran yang efektifmensyaratkan terjadinya hubunganyang bersifat mendidik danmengembangkan. Oleh sebab itu,perlu dibangun interaksi antaraguru dengan peserta didik yangdidasarkan pada kasih sayang,saling memahami, danmenimbulkan rasa percaya diri.

3. Suasana demokratisSuasana demokratis perlu dibangunagar semua pihak memperolehpenghargaan sesuai dengan prestasidan potensinya sehingga dapatmemupuk rasa percaya diri, yangmenimbulkan kemampuanberinovasi dan berkreasi sesuaidengan kompetensi masing-masingpeserta didik.

4. Variasi metode mengajarPenggunaan metode menagajaryang bervariasi yang sesuai dengantujuan dan bahan yang diajarkandapat mengatasi kejenuhan pesertadidik dalam belajar. perlu diketahuibahwa peserta didik hanya dapatberkonsentrasi mendengar ceramahselama 15 menit saja. Guru perlumenggunakan variasi metodemengajar untuk membuat siswalebih seniang dan bersemanagat

Fairus Asbiyati (A1A114019) 10

Page 11: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

dalam belajar sehingga dapatmemberikan hasil pembelajaranyang lebih baik.

5. Bahan yang sesuai dan bermanfaatSeperti telah dijelaskan sebelumnyabahwa pembelajaran yang efektifdan bermakna seharusnyamembahas tentang bahan ajar yangbermanfaat bagi peserta didik.Walaupun bahan yang diajarkanbersumber dari kurikulum yangditetapkan secara baku, guru dapatmengelola bahan ajar menjadisajian yang dapat dicerna olehpeserta didik secara tepat danbermakna bagi kehidupannya. Olehsebab itu, bahan ajar hendaknyadisesuaikan dengan kondisi pesertadidik dan lingkungannya, sertasesuai dengan kebutuhannyasehingga memberikan manfaat bagimereka.

6. Lingkungan yang kondusifPembelajaran dapat terjadi dilingkungan sekolah dan di luarlingkungan sekolah sehinggadibutuhkan suasana ataulingkungan yang kondusif yangmenunjang bagi prosespembelajaran secara efektif.

7. Sarana belajar yang menunjangProses pembelajaran danpengajaran akan berlangsung secaraefektif jika didukung dengan saranadan prasarana yang memadai.Pembelajaran ilmu pengetahuanalam membutuhkan peralatanlaboratorium, pembelajaranolehraga membutuhkan prasaranalapangan olehraga dan saranapendukungnya, demikian jugadengan pembelajaran yang lain.

Pembelajaran dikatakan efektif apabilamencapai sasaran yang diinginkan, baikdari segi tujuan pembelajaran dan prestasisiswa yang maksimal, sehingga yangmerupakan indikator keefektifanpembelajaran yaitu ketercapaianketuntasan belajar, ketercapaiankeefektifan aktivitas siswa, yaitu

pencapaian waktu ideal yang digunakansiswa untuk melakukan setiap kegiatantermuat dalam rencana pembelajaran,ketercapaian efektivitas kemampuan gurumengelola pembelajaran, respon siswaterhadap pembelajaran yang positif(Perdomuan dalam Erfian, 2011: 24).

Indikator Efektivitas Pembelajaranmenurut Kistiono yaitu: (1) kemampuanguru dalam mengelola pembelajaran baik;(2) aktivitas siswa dalam pembelajaranbaik; (3) hasil belajar siswa tuntas secaraklasikal. Dengan syarat aspek ketuntasanbelajar terpenuhi.

1. Kemampuan guru dalam mengelolapembelajaran

Menurut Hudoyono Herman(dalam Kistiono) syarat mutlakyang harus dimiliki seorang guruadalah penguasaan materi dan carapenyampaiannya. Seorang guruyang tidak menguasai materi yangakan diajarkan tidak akan bisamengajar dengan baik. Demikianpula bila seorang guru tidakmenguasai berbagai carapenyampaian materi, maka akandapat menimbulkan kesulitanpeserta didik dalam memahamimateri. Selain itu, seorang guruyang baik harus memilikikemampuan dalam menerapkanprinsip – prinsip psikologis,kemampuan dalammenyelenggarakan proses belajarmengajar serta kemampuan dalammemyesuaikan diri dengan situasiyang baru.

2. Aktifitas siswa dalam kegiatanpembelajaran.

Banyak aktifitas-aktifitasyang dilakukan anak-anakdisekolah, tidak hanyamendengarkan dan mencatat sepertiyang lazim disekolah tradisional.Paul B. Diedrich (dalam Kistiono)membuat suatu daftar yang berisi177 macam kegiatan murid antaralain:

Fairus Asbiyati (A1A114019) 11

Page 12: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

a. Visual activities (13) sepetimembaca, memperhatikan,menggambar, demonstrasi,percobaan, pekerjaan oranglain, dan lain-lain.

b. Oral activities (43) sepertimenyatakan, merumuskan,bertanya, memberi saran,diskusi, interupsi, dan lain-lain.

c. Listening activities (11) sepertimendengarkan uraian, musik,pidato, dan lain-lain.

d. Writing activities (22) sepertimenulis cerita, karangan,laporan, tes, angket, menyalin,dan lain-lain.

e. Motor activities (47) sepertimelakukan percobaan,membuat konstruksi, model,mereparasi, bermain, berkebun,memelihara binatang, dan lain-lain

f. Drawing activities (8) sepertimenggambar, membuat grafik,peta, dan lain-lain

g. Mental activities (23) sepertimenanggap, mengingat,memecahkan soal,menganalisis, melihathubungan, mengambilkeputusan, dan lain-lain.

h. Emotional activities (23) sepertimenaruh minat, bosan, gembiradan lain-lain.

3. Hasil belajar Kriteria ketuntasan belajarperorangan dan klasikal yaitu: a. Siswa dikatakan tuntas secara

individu jika siswa menyerap75 % (sesuai kriteria ketuntasanminimal).

b. siswa dikatakan tuntas secaraklasikal apabila minimal 75 %siswa mengalami ketuntasanindividu.

Dari beberapa pendapat ahli diatas,dapat disimpulkan bahwa efektivitaspembelajaran adalah pengaruh atau akibatyang ditimbulkan dari pembelajaran yangtelah dilaksanakan. Efektifitas

menunjukkan taraf tercapainya suatutujuan, pembelajaran dikatakan efektifapabila telah mencapai tujuanpembelajaran yeng ditetapkan. Kriteriaefektifitas pembelajaran dapat dilihat darihasil belajar siswa. mendengarkan.Mendengarkan membutuhkan perhatiandan sikap empati, sehingga orang merasadimengerti dan dihargai.

2.4 Model PembelajaranModel pembelajaran menurut Harjanto

(dalam Aqib, 2016: 2) didefinisikansebagai kerangka konseptual yangdigunakan sebagai pedoman atau acuandalam melakukan kegiatan pembelajaran.Senada dengan definisi ini, Murtadlo(dalam Aqib, 2016: 2) menejalaskanbahwa modelpembelajaran di sini daoatdiartikan sebagai kerangka konseptualyang digunakan sebagai pedoman dalammelakukan pembelajaran. Modelpembelajaran adalah bentuk pembelajaranyang tergambar dari awal sampai akhiryang disajikan secara khas oleh pendidik dikelas. Dalam model pembelajaran terdapatstrategi pencapaian kompetensi pesertadidik dengan pendekatan, metode, danteknik pembelajaran.2.4.1 Model Pembelajaran Numbered

Heads TogetherModel pembelajaran Kepala

Bernomor (Number Heads Together)dikembangkan oleh Spence Kagan (1992).Teknik ini memberikan kesempatankepada peserta didik untuk salingmembagikan ide dan mempertimbangkanjawaban yang paling tepat. Selain itu,teknik ini juga mendorong peserta didikuntuk meningkatkan semangat kerja samamereka. Model ini dapat digunakan untuksemua mata pelajaran dan tingkatan usiaanak didik (Aqib, 2016: 304).

Number Head Together atau NHTadalah suatu model pembelajaran yanglebih mengedepankan pada aktivitaspeserta didik dalam mencari, mengolah,dan melaporkan informasi dari berbagaisumber yang akhirnya dipresentasikan didepan kelas (Rahayu dalam Aqib, 2016:

Fairus Asbiyati (A1A114019) 12

Page 13: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

305). Model NHT adalah bagian darimodel pembelajaran kooperatif structural,yang menekankan pada struktur-strukturkhusus yang dirancang untukmemengaruhi pola interaksi peserta didik.

Struktur Kagan menghendaki agarpara peserta didik bekerja salingbergantung pada kelompok-kelompok kecilsecara kooperatif. Struktur tersebutdikembangkan sebagai bahan alternatifdari struktur kelas tradisional, sepertamengacungkan tangan terlebih dahulu,kemudian ditunjuk oleh pendidik untukmenjawab pertanyaan yang telahdikemukakan. Suasana seperti inimenimbulkan kegaduhan dalam kelaskarena para peserta didik saling berebutandalam mendapatkan kesempatan untukmenjawab pertanyaan (Tryana dalam Aqib,2016: 305).

Pembelajaran kooperatif menurutAqib (2016: 305) merupakan strategipembelajaran yang mengutamakan adanyakerja sama antar peserta didik dalamkelompok untuk mencapai tujuanpembelajaran. Para peserta didik dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dandiarahkan untuk mempelajari materipelajaran yang telah ditentukan. Tujuandibentuknya kelompok kooperatif adalahuntuk memberikan kesempatan kepadapeserta didik agar dapat terlibat secaraaktif dalam proses berpikir dan kegiatan-kegiatan belajar. dalam hal ini, sebagianbesar aktivitas pembelajaran berpusat padapeserta didik, yakni mempelajari materipembelajaran dan berdiskusi untukmemecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHTmerupakan salah satu tipe pembelajarankooperatif yang menekankan pada strukturkhusus yang dirancang untukmemengaruhi pola interaksi peserta didikdan memiliki tujuan untuk meningkatkanpenguasaan akademik. Tipe inidikembangkan Kagan dalam Ibrahim(2000: 28) dengan melibatkan para pesertadidik dalam menelaah materi pelajaran danmengecek pemahaman mereka terhadap isipelajaran tersebut (Aqib, 2016: 306).

Menurut Aqib (2016: 306) terdapattiga tujuan yang hendak dicapai dalampembelajaran kooperatif dengan tipe NHT,yaitu sebagai berikut:

1. Hasil belajar akademikstructural: Bertujuan untukmeningkatkan kinerja pesertadidik dalam tugas-tugasakademik.

2. Pengakuan adanya keragaman:Bertujuan agar peserta didikdapat menerima teman-temannya yang mempunyaiberbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilansosial: Bertujuan untukmengembangkan keterampilansosial peserta didik.

Keterampilan yangdimaksud antara lain berbagitugas, aktif bertanya,menghargai pendapat oranglain, mau menjelaskan ide ataupendapat, bekerja dalamkelompok, dan sebagainya.Penerapan pembelajarankooperatif tipe NHT merujukpada konsep Kagan dariIbrahim (dalam Aqib, 2016:306), dengan tiga langkah yaitu:

a. Pembentukankelompok,b. Diskusi masalah,danc. Tukar jawabanantarkelompok.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan desain

Pretest-Posttest Control Group Design.Desain ini merupakan yang paling efektifdalam istilah penunjukkan hubungan sebabakibat. Desain ini melengkapi kelompokkontrol maupun pengukuran perubahan,tetapi juga menambahkan suatu pratesuntuk menilai perbedaan antara keduakelompok sebelum studi dilakukan (Emzir,2015: 98).

Penelitian ini akan dilaksanakan disemester genap pada tahun ajaran2017/2018. Tempat pelaksanaan penelitian

Fairus Asbiyati (A1A114019) 13

Page 14: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Kota Jambi tepatnyadilaksakan pada kelas XI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian4.1.1. Deskripsi Data Pre Test Kelas Ekperimen

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kemampuan awal pemahaman konsep ekonomisiswa kelas ekperimen pada lampiran 16 dapat diuraikan sebagai berikut : skor maksimal = 75; skor minimal = 41.67 ; range = 33.33 ; banyak kelas = 6 ; panjang interval = 6 ; rata-ratanilai = 58.5 ; varians = 90.46. Dengan demikian untuk melihat distribusi frekuensi data pretest kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:Tabel 4.4 Data pre test pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen

Kelas Interval Frekuensi Frekuensi (%)1 41 – 46 4 102 47 – 52 11 27.53 53 – 58 4 104 59 – 64 6 155 65 – 70 12 306 71 – 76 3 7.5

Jumlah 40 100

Gambar 4.1 Histogram data pre test pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen

Berdasarkan tabel rekapitulasi dan diagram diatas, dapat diketahui bahwa hanya ada beberapasiswa yang nilainya mencapai KKM

4.1.2. Deskripsi Data Pre Test Kelas KontrolBerdasarkan data yang diperoleh dari hasil kemampuan awal pemahaman konsep

ekonomi siswa kelas kontrol pada lampiran 17 dapat diuraikan sebagai berikut : skormaksimal = 75 ; skor minimal = 13.89 ; range = 61.11 ; banyak kelas = 7 ; panjang interval =9 ; rata-rata nilai = 55.5 ; varians = 206.73. Dengan demikian untuk melihat distribusifrekuensi data pre test kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Data pre test pemahaman konsep siswa pada kelas kontrolKelas Interval Frekuensi Frekuensi (%)

1 13 – 21 2 4.262 22 – 30 2 4.263 31 – 39 3 6.384 40 – 48 3 6.385 49 – 57 11 23.406 58 – 66 16 34.047 67 – 75 10 21.28

Jumlah 47 100

Gambar 4.2 Histogram data pre test pemahaman konsep siswa pada kelas kontrol

Berdasarkan tabel rekapitulasi dan diagram diatas, dapat diketahui bahwa hanya ada beberapaorang siswa yang nilainya mencapai KKM.

Fairus Asbiyati (A1A114019) 14

Page 15: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

4.1.3. Deksripsi Data Post Test Kelas EkperimenBerdasarkan data yang diperoleh dari hasil pemahaman konsep ekonomi siswa kelas

ekperimen setelah digunakan model pembelajaran NHT pada lampiran 18 dapat diuraikansebagai berikut : skor maksimal = 100 ; skor minimal = 65.89 ; range = 34.11 ; banyak kelas =6 ; panjang interval = 6 ; rata-rata nilai = 87.42 ; varians = 98.77. Dengan demikian untukmelihat distribusi frekuensi data post test kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawahini:Tabel 4.6 Data post test pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen

Kelas Interval Frekuensi Frekuensi (%)1 65 – 70 3 2.52 71 – 76 3 03 77 – 82 8 04 83 – 88 10 05 89 – 94 5 156 95 – 100 11 82.5

Jumlah 40 100Gambar 4.3 Histogram data post test pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen

Berdasarkan tabel rekapitulasi dan diagram diatas, dapat diketahui bahwa setelahdilakukannya perlakuan hanya ada beberapa orang siswa yang nilainya tidak mencapai KKM

4.1.4. Deskripsi Data Post Test Kelas KontrolBerdasarkan data yang diperoleh dari hasil pemahaman konsep ekonomi siswa kelas

ekperimen setelah digunakan model pembelajaran konvensional pada lampiran 19 dapatdiuraikan sebagai berikut : skor maksimal = 94.44 ; skor minimal = 55.56 ; range = 38.88 ;banyak kelas = 7 ; panjang interval = 6 ; rata-rata nilai = 74.78 ; varians = 79.72. Dengandemikian untuk melihat distribusi frekuensi data post test kelas kontrol dapat dilihat padatabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Data post test pemahaman konsep siswa pada kelas kontrolKelas Interval Frekuensi Frekuensi (%)

1 55 – 60 2 4.262 61 – 66 9 19.153 67 – 72 9 19.154 73 – 78 11 23.405 79 – 84 11 23.406 85 – 90 3 6.387 91 – 96 2 4.26

Jumlah 47 100

Fairus Asbiyati (A1A114019) 15

Page 16: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

Gambar 4.4 Histogram data post test pemahaman konsep siswa pada kelas kontrol

Berdasarkan tabel rekapitulasi dan diagram diatas, dapat diketahui bahwa ada beberapa orangsiswa yang nilainya tidak mencapai KKM.

4.2 Hasil Analisis Data4.2.1. Uji Normalitas Pre Test

Uji normalitas data yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat, dapat dilihat pada tabel4.8 dibawah ini:

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Pre-TestNo Kelas χ2 tabel χ2 hitung

1 Eksperimen 54.57 12.832 Kontrol 62.83 18.77

Berdasarkan tabel di atas untuk kelas eksperimen diperoleh χ2 hitung = 12.83 dengannilai dk 39 dan taraf nyata α = 0,05 dari tabel kritis diperoleh χ2 tabel = 54.57. Dengan demikianχ2 hitung < χ2 tabel atau (12.83 < 54.57) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimenberdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh χ2

hitung = 18.77 dengan nilai dk 46 dan taraf nyata α = 0,05 dari tabel kritis diperoleh χ2 tabel =62.83. Dengan demikian χ2 hitung < χ2 tabel atau (18.77 < 62.83) sehingga dapat disimpulkanbahwa kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Untuk perhitungandapat dilihat pada lampiran 16 dan lampiran 17.

4.2.2. Uji Normalitas Post TestUji normalitas data yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat, dapat dilihat pada tabel

4.9 dibawah ini:Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Pos-Test

No Kelas χ2 tabel χ2 hitung

1 Eksperimen 54.57 24.382 Kontrol 62.83 9.45

Berdasarkan tabel di atas untuk kelas eksperimen diperoleh χ2 hitung = 24.38 dengannilai dk 39 dan taraf nyata α = 0,05 dari tabel kritis diperoleh χ2 tabel = 54.57. Dengan demikianχ2 hitung < χ2 tabel atau (24.38 < 54.57) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimenberdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh χ2

hitung = 9.45 dengan nilai dk 46 dan taraf nyata α = 0,05 dari tabel kritis diperoleh χ2 tabel =62.83. Dengan demikian χ2 hitung < χ2 tabel atau (9.45 < 62.83) sehingga dapat disimpulkan bahwakelas eksperimen berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Untuk perhitungan dapatdilihat pada lampiran 18 dan lampiran 19.

4.2.3. Uji Homogenitas Pre TestUji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas sampel

mempunyai varians yang sama (homogen) atau tidak. Uji yang dimaksud adalah uji Hartleydengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

- Terima Ho dan tolak Ha jika F (max) hitung ≤ F (max) tabel, yang berarti varians dua populasi homogen- Tolak Ho dan terima Ha jika F (max) hitung > F (max) tabel, yang berarti varians dua populasi tidak homogen

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pre-Test

Fairus Asbiyati (A1A114019) 16

Page 17: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

Sumber Data Fhitung Ftabel KesimpulanTes Pemahaman Konsep 2.29 4.88 Homogen

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas seperti yang tertera di atas diperolehFhitung < Ftabel,. Berdasarkan kriteria pengujian yang digunaka, maka Ho diterima. Jadi, datayang diperoleh, baik kelas ekperimen maupun kelas kontrol yang digunakan dalam penelitianmemiliki varians yang homogen. Perhiitungan selengkapnya pada lampiran 20.

4.2.4. Uji Homogenitas Post TestUji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelas sampel

mempunyai varians yang sama (homogen) atau tidak. Uji yang dimaksud adalah uji Hartleydengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

- Terima Ho dan tolak Ha jika F (max) hitung ≤ F (max) tabel, yang berarti varians dua populasi homogen- Tolak Ho dan terima Ha jika F (max) hitung > F (max) tabel, yang berarti varians dua populasi tidak homogen

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Post-TestSumber Data Fhitung Ftabel Kesimpulan

Tes Pemahaman Konsep 1.24 4.39 HomogenBerdasarkan hasil perhitungan uji homogenotas seperti yang tertera di atas diperoleh

Fhitung < Ftabel,. Berdasarkan kriteria pengujian yang digunaka, maka Ho diterima. Jadi, datayang diperoleh, baik kelas ekperimen maupun kelas kontrol yang digunakan dalam penelitianmemiliki varians yang homogen. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 21.

4.2.5. Uji HipotesisUji hipotesis ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah terdapat

perbedaan antara rata-rata skor post test kelas eksperimen dengan rata-rata skor post test kelaskontrol. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4.12 adapun perhitungan ujihipotesis hasil post test selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.

Tabel 4.12 Hasil Uji HipotesisKeterangan Kelas Ekperimen Kelas Kontrol

Jumlah Sampel 40 47Nilai Rata-Rata 87.42 74.78

Thitung 6.02Ttabel 1.99

Kesimpulan Berbeda

Dari hasil perhitungan di atas, ternyata thitung (6.02) > ttabel (1.99). Maka Ha diterima, dengandemikian hipotesis Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Tingkat pemahaman konsepsiswa yang menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together lebih tinggi daripada tingkat pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensionaldi SMAN 6 Kota Jambi.

4.2 Pembahasan Hasil PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dua tipe model

pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada kelas XI semester 2 diSMAN 6 Kota Jambi. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaranNumbered Heads Together dan model pembelajaran konvensional.

Setelah siswa pada kedua kelas sampel mendapatkan materi yang sama dengan teknikpembelajaran yang berbeda selama 6 kali pertemuan, maka diberikan soal tes kemampuan

Fairus Asbiyati (A1A114019) 17

Page 18: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

pemahaman konsep. Tes kemampuan konsep diberikan untuk mengetahui atau mengukurtingkat kemampuan pemahaman konseo dari seluruh siswa pada dua kelas sampel. Teskemampuan pemahaman konsep diberikan dengan soal yang sama dan dalam waktu yangberdekatan

Proses awal pembelajaran pada kelas ekperimen adalah guru menjelaskan tentang modelpembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan memberikan apersepsi untuk mengetahuisejauh mana pengetahuan siswa terhadap pokok bahasan APBN dan APBD. Guru membagisiswa menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok mendiskusikan materi yang telahdiberikan dengan memberikan pertanyaan atau mengajukan permasalahan tentang APBN danAPBD dalam lembar soal sebagai panduan diskusi.

Guru mengawasi aktifitas dan membimbing siswa dalam pelaksanaan diskusi. Selanjutnyamengevaluasi kegiatan siswa dengan cara memanggil siswa sesuai nomor yang telahditentukan, kemudian siswa dengan nomor tersebut mengangkat tangan dan guru kembalimenyebut nomor sebagai tanda kelompok yang dimaksud, dan siswa dengan nomortersebutlah yang hasrus menjawab pertanyaan.

Selesai pembelajaran guru mengingatkan untuk mempelajari materi yang sudah dibahas.Sebagai bentuk penilaian, guru meminta siswa intuk menyelesaikan soal-soal LKS danmemberikan pekerjaan rumah (PR). Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukandalam enam kali pertemuan dengan alokasi waktu mata pelajaran ekonomi pada kelas X IISsetiap pertemuan 2x45 menit.

Sebelum pembelajaran tahap pertama dilaksanakan peneliti sudah memberikan pre-testyang membutuhkan waktu 60 menit pada pertemuan sebelumnya. Hal ini dilakukan untukmengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap pokok bahasan APBN dan APBD.Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru sekaligus menjelaskan secara singkatpembelajaran Numbered Heads Together (NHT) kemudian diterapkan kepada siswa dandiakhiri dengan evaluasi.

Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi oleh guru untuk mengingat kembalimateri sebelumnya dan menginformasikan tentang pembelajaran NHT serta tujuanpembelajaran yang akan dicapai. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit.Setelah itu guru memberikan materi pengertian APBN dan APBD dan memberikan batasan-batasan materi yang akan dipelajari. Kemudian membagi siswa dalam kelompok-kelompokkecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 5 sampai 6 orang siswa. Dalam kelas eksperimenini jumlah siswa sebanyak 40 Orang terbagi menjadi 8 kelompok.

Setelah kelompok belajar terbentuk, siswa melakukan diskusi dan menyelesaikan soaldiskusi yang diberikan guru secara berkelompok. Kemudian guru melakukan evaluasi denganmemanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkantangannya untuk mewakili kelompoknya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruhkelas. Pada kegiatan akhir guru dan siswa membahas hasil diskusi dan menyimpulkan materi.

Pembelajaran NHT yang terakhir dilaksanakan dengan cara guru mereview materi yangtelah disampaikan kemudian mengkondisikan siswa untuk bergabung kembali ke dalamkelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan soal diskusi yang telah diberikan guru.Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran denganbaik, hal ini didukung karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran NHT yang telahdilaksanakan.

Model pembelajaran NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatanpemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Pembelajaran berlangsung secaramenyenangkan, siswa dituntut untuk terlibat aktif selama pembelajaran. Hal ini dikarenakansetiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya.

Setelah penelitian ini selesai dengan diadakannya post-test maka dari hasil post-testdidapat rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen (87.42) lebih tinggi dibandingkan rata-

Fairus Asbiyati (A1A114019) 18

Page 19: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

rata hasil belajar siswa kelas kontrol (74.78). Perbedaan hasil belajar ini disebabkan dariperlakuan yang diberikan. Dari hasil perhitungan post test diketahui bahwa nilai thitung (6.02) >ttabel (1.99). Maka Ha diterima, dengan demikian hipotesis Ho ditolak. Artinya jika dilihat darihasil belajar antara pembelajaran NHT dengan pembelajaran konvensional, maka dapatdikatakan pembelajaran NHT mempunyai efektivitas yang lebih tinggi dibandingkanpembelajaran pada kelas konvensional. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianterdahulu. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yangsama. Hasil penelitian oleh Rahman Erfian (2011) menunjukkan bahwa model pembelajarankooperatif tipe NHT memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan model pembelajarankonvensional. Penelitian oleh Pradyani, dkk (2013) menunjukkan bahwa prestasi belajarsiswa kelas yang menggunakan model pembelajaran NHT lebih baik daripada prestasi belajarsiswa kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian

diperoleh simpulan bahwa modelpembelajaran Numbered Heads Together(NHT) lebih efektif untuk meningkatkankemampuan pemahaman konsep siswapada kelas XI pada materi APBN danAPBD. Hal ini dibuktikan dengadiperolehnya nilai rata-rata hasil teskemampuan pemahaman konsep kelasNHT adalah 87.42 dan kelas konvensionaladalah 74.78. ini berarti bahwakemampuan pemahaman konsep siswapada kelas yang menerapkan modelpembelajaran NHT lebih baik daripadakemampuan pemahaman konsep siswapada kelas konvensional. Selain itu, hasiluji hipotesis diperoleh thitung (6.02)sedangkan ttabel (1.99). Hal ini menunjukkanberarti thitung (6.02 > ttabel (1.99) sehingga Ha

diterima, dan Ho ditolak. Dengan kata lainterdapat perbedaan terhadap hasil post testantara siswa kelas ekperimen dengan siswakelas kontrol. Dan dapat disimpulkanbahwa kegiatan balajar kelas eksperimenlebih efektif dibanding kelas kontroldengan indikasi rata-rata lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKATeks Book :

Afnitasari, Nanda Clara, dan Sumardi.2014. “Peningkatan PemahamanKonsep dan Pemecahan MasalahMatematika Melalui PendekatanScientific Learning”. Skripsi.

Surakarta: UniversitasMuhammadiyah Surakarta

Afrilianto, M. 2012. “PeningkatanPemahaman Konsep danKompetemsi Strategis MatematisSiswa SMP dengan PendekatanMetaphorical Thinking”. JurnalVol 1 (2). Bandung: STIKIPSiliwangi Bandung

Ali, Mohammad, dan Asrori, Muhammad.2014. Metodologi & Aplikasi RisetPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aqib, Zainal., dan Murtadlo, Ali. 2016.Kumpulan Metode Pembelajaran(Kreatif dan Inovatif). Bandung:Satu Nusa

Eggen, Paul., dan Kauchak, Don. 2016.Strategi dan Model Pembelajaran(Mengajarkan Konten danKeterampilan Berpikir) EdisiKeenam. Terjemahan Wahono.Satrio. Jakarta: Indeks

Emzir, 2015. Metodologi PenelitianPendidikan (Kuantitatif danKualitatif). Jakarta: RajaGrafindoPersada

Erfian, Rahman. 2011. “KomparasiEfeltivitas PembelajaranKooperatif Tipe Numbered HeadTogether (NHT) denganPembelajaran Konvensionalterhadap Hasil Belajar Pada Mata

Fairus Asbiyati (A1A114019) 19

Page 20: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

Pelajaran Akuntansi Siswa KelasXI IS SMA Negeri 14 Semarang”.Skripsi. Semarang: UniversitasNegeri Semarang

I.A.R, Pradnyani., A.A.I.N, Marhaeni., danI Made, Ardana. 2013. “PengaruhModel Pembelajaran terhadapPrestasi Belajar Matematikaditinjau dari Kebiasaan Belajar diSD” Jurnal (3). Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha

Irianto, Agus. 2015. Statistik (KonsepDasar, Aplikasi, danPengembangannya) EdisiKeempat. Jakarta: Kencana

Isjoni. 2010. Cooperative Learning(Efektivitas PembelajaranKelompok). Bandung: Alfabeta

Joyce, Brucer., Weil, Marsha., danCalhoun, Emily. 2016. Models ofTeaching Edisi Kesembilan,Terjemahan Pancasari. RianayatiKusmini. Yogyakarta: PustakaPelajar

Kistiono, dan Suhandi, Andi.“Penyusunan dan Analisis TesPemahaman (Understanding)Konsep Fisika Dasar MahasiswaCalon Guru”.

Moleong, J, Lexy. 2007. MetodologiPenelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya

Neolaka, Amos. 2014. Metode Penelitiandan Statistik. Bandung: RemajaRosdakarya

Pratiwi, Wahyuningrum. “EfektivitasPenggunaan Model PembelajaranStudent Teams AchievementDivision (STAD) dan GroupInvestigation (GI) ditinjau dariPrestasi Belajar IPS pada SiswaKelas IV di SD Kasihan Bantu”.Skripsi. Yogyakarta: UniversitasPGRI

Rahmawati, Dessy. “MeningkatkanPemahaman Konsep Siswa KelasXI-IPS dalam Belajar Matematikamelalui Metode Guided DiscoveryInstruction”. Skripsi. Tangerang:Universitas Pelita Harapan

Rengganis, Willy. “KemampuanPemahaman Konsep GeometriSiswa Kelas VII AntaraPembelajaran Model NHT danMake A Match”. Skripsi.Semarang: Universitas NegeriSemarang

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional.Lembaran Negara RI Tahun 2003.Sekretariat Negara. Jakarta.

Riduwan. 2014. Pengantar StatistikaSosial. Bandung: Alfabeta

_______. 2015. Dasar-dasar Statistika.Bandung: Alfabeta

Saefuddin, A., 2015. Pembelajaran Efektif.Bandung: Remaja Rosdakarya

Sani, Abdullah Ridwan. 2015. InovasiPembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Sapriya, 2015. Pendidikan IPS (Konsepdan Pembelajaran). Bandung:Remaja Rosdakarya

Silver, Harvey F., Strong, Richard W.,Perini, Matthew J, 2012. Strategi-Strategi Pengajaran, TerjemahanE. Tjo. Jakarta: Indeks

Fairus Asbiyati (A1A114019) 20

Page 21: ARTIKEL ILMIAH OLEH FAIRUS ASBIYATI A1A114019

Sudaryono., Margono, Gaguk., Rahayu,Wardani. 2013. PengembanganInstrumen Penelitian Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu

Sudijono, Anas. 2015. Pengantar EvaluasiPendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono. 2016. Metode PenelitianPendidikan (PendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. S. 2013. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya

Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. StrategiPembelajaran (Teori dan Praktikdi Tingkat Pendidikan Dasar).Jakarta: Rajawali Pers

Suprijono, Agus. 2016. CooperativeLearning. Yogyakarta: PustakaPelajar

Ulia, Nuhyal. “Peningkatan PemahamanKonsep Matematika MateriBangun Datar denganPembelajaran Kooperatif TipeGroupInvestigation denganPendekatan Saintifik di SD”.Semarang: Universitas Islam SultanAgung

Wiggins, Grant, dan McTighe, Jay. 2012.Pengajaran Pemahaman melaluiDesain, Terjemahan Widjaya. FridaDwiyanti. Jakarta: Indeks

Fairus Asbiyati (A1A114019) 21