3
1. Melahirkan di usia yang terlalu muda menimbulkan risiko kesehatan cukup serius bagi seorang perempuan. Salah satu ancaman yang patut diwaspadai adalah risiko kanker. Para ahli memperingatkan adanya ancaman kanker akibat proses persalinan usia dini melalui hasil penelitian terbaru. Riset para peneliti di Keck School of Medicine, University of Southern California (USC) mengindikasikan, perempuan yang melahirkan di bawah usia 25 tahun memiliki risiko besar mengidap kanker endometrium. Sebaliknya, perempuan yang melahirkan di atas usia 40 atau lebih mengalami penurunan risiko kanker endometrium sebesar 44 persen (artikel oleh Asep chandra 26 Juli 2012 kompas.com) (http://health.kompas.com/read/2012/07/26/13442769/Bahaya.Melahirk an.di.Usia.Muda) 2. Kehamilan pada remaja wanita berusia 14 tahun kebawah memiliki resiko komplikasi medis lebih besar daripada wanita dengan usia lebih dewasa karena panggul belum berkembang dengan sempurna. Dari penelitian Royston Erica, 1994 ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2–9% dan tinggi badan 1%, sehingga tidak mengherankan apabila persalinan akibat disproporsi antara ukuran kepala bayi dan panggul ibu (disproporsi sefalopelvik) paling sering ditemukan pada ibu yang sangat muda. Selain itu alat reproduksinya juga belum siap sepenuhnya. Masalah-masalah ini dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi. Di negara-negara yang sudah maju, biasanya problem ini diatasi dengan tindakan bedah Caesarea. Namun, di negara berkembang dimana pelayanan kesehatan mungkin tidak tersedia, hal ini dapat menyebabkan eklampsia (kejang saat melahirkan), fistula obstetrik, kematian bayi, maupun kematian ibu. (artikel 05 Agustus 2009 http://remaja-asyik.blogspot.co.id/2009/08/mencegah- kehamilan-usia-dini.html) 3. Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan di usia yang sangat muda ini ternyata berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun. Angka kematian ibu usia di bawah 16 tahun di Kamerun, Etiopia, dan Nigeria, bahkan lebih tinggi hingga enam kali lipat. Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa obstructed labour serta obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di antara persalinan di usia dini disertai dengan

Artikel Pernikahan Dini & Persalinan Usia Dini

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel

Citation preview

Page 1: Artikel Pernikahan Dini & Persalinan Usia Dini

1. Melahirkan di usia yang terlalu muda menimbulkan risiko kesehatan

cukup serius bagi seorang perempuan. Salah satu ancaman yang patut

diwaspadai adalah risiko kanker. Para ahli memperingatkan adanya ancaman

kanker akibat proses persalinan usia dini melalui hasil penelitian terbaru. Riset

para peneliti di Keck School of Medicine, University of Southern California (USC)

mengindikasikan, perempuan yang melahirkan di bawah usia 25 tahun

memiliki risiko besar mengidap kanker endometrium. Sebaliknya, perempuan

yang melahirkan di atas usia 40 atau lebih mengalami penurunan risiko kanker

endometrium sebesar 44 persen (artikel oleh Asep chandra 26 Juli 2012

kompas.com)

(http://health.kompas.com/read/2012/07/26/13442769/Bahaya.Melahirkan.di.Us

ia.Muda)

2. Kehamilan pada remaja wanita berusia 14 tahun kebawah memiliki resiko komplikasi medis lebih

besar daripada wanita dengan usia lebih dewasa karena panggul belum berkembang dengan sempurna.

Dari penelitian Royston Erica, 1994 ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang

anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2–9% dan tinggi badan 1%, sehingga

tidak mengherankan apabila persalinan akibat disproporsi antara ukuran kepala bayi dan panggul ibu

(disproporsi sefalopelvik) paling sering ditemukan pada ibu yang sangat muda. Selain itu alat reproduksinya

juga belum siap sepenuhnya. Masalah-masalah ini dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi.

Di negara-negara yang sudah maju, biasanya problem ini diatasi dengan tindakan bedah Caesarea. Namun,

di negara berkembang dimana pelayanan kesehatan mungkin tidak tersedia, hal ini dapat menyebabkan

eklampsia (kejang saat melahirkan), fistula obstetrik, kematian bayi, maupun kematian ibu. (artikel 05

Agustus 2009 http://remaja-asyik.blogspot.co.id/2009/08/mencegah-kehamilan-usia-

dini.html)

3. Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun meningkatkan risiko

komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan di usia yang sangat muda ini ternyata

berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14

tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24

tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun. Angka kematian ibu

usia di bawah 16 tahun di Kamerun, Etiopia, dan Nigeria, bahkan lebih tinggi hingga enam kali lipat. Anatomi

tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi

berupa obstructed labour serta obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di

antara persalinan di usia dini disertai dengan komplikasi kronik, yaitu obstetric fistula. Fistula merupakan

kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran urin atau feses ke dalam vagina. Wanita

berusia kurang dari 20 tahun sangat rentan mengalami obstetric fistula. Obstetric fistula ini dapat terjadi pula

akibat hubungan seksual di usia dini. Pernikahan anak berhubungan erat dengan fertilitas yang tinggi,

kehamilan dengan jarak yang singkat, juga terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Mudanya

usia saat melakukan hubungan seksual pertama kali juga meningkatkan risiko penyakit menular

seksual dan penularan infeksi HIV. Banyak remaja yang menikah dini berhenti sekolah saat mereka

Page 2: Artikel Pernikahan Dini & Persalinan Usia Dini

terikat dalam lembaga pernikahan, mereka seringkali tidak memahami dasar kesehatan reproduksi,

termasuk di dalamnya risiko terkena infeksi HIV. Infeksi HIV terbesar didapatkan sebagai

penularan langsung dari partner seks yang telah terinfeksi sebelumnya. Lebih jauh lagi, perbedaan

usia yang terlampau jauh menyebabkan anak hampir tidak mungkin meminta hubungan seks yang

aman akibat dominasi pasangan. Pernikahan usia muda juga merupakan faktor risiko untuk

terjadinya karsinoma serviks. Keterbatasan gerak sebagai istri dan kurangnya dukungan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan karena terbentur kondisi ijin suami, keterbatasan ekonomi, maka

penghalang ini tentunya berkontribusi terhadap meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada

remaja yang hamil.1(penulis Eddy Fadlyana, Shinta Larasaty Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas

Padjajaran/RS Dr Hasan Sadikin Bandung, Pernikahan usia dini dan permasalahannya; Sari Pediatri, Vol.

11, No. 2, Agustus 2009)

opportunity

Membangun program agar setiap dokter anak berperan aktif

untuk ikut mengurangi pernikahan dini yang mengakibatkan

persalinan pada usia dini

Membangun kerjasama antara pihak pemerintah dengan non

pemerintah agar program2 ttg pernikahan dini dan persalianan pada

usia dini dapat terpenuhi

Threat

Program pemerintah yang tidak berjalan maksimal

Strengt- Dukungan Organisasi non pemerintah seperti koalisi perempuan indonesia yang dalam workshopnya 10-13 September 2015 mengeluarkan ide bank darah di setiap wilayah/area Balai Perempuan Indonesia dan penyediaan informasi tentang kesehatan reproduksi, lebih khusus lagi upaya pencegahan pernikahan dini dan untuk advokasi ke depan adalah pentingnya Undang-Undang Perlindungan Sosial dan UU Kepalangmerahan