16
TUGAS HUKUM PIDANA Asas-asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli Dosen Pengajar : Syaifullah Yophi A., SH., MH. oleh : DIENNISSA PUTRIYANDA Nim : 1209114065 Fakultas Hukum Universitas Riau

Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

TUGAS HUKUM PIDANA

Asas-asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

Dosen Pengajar : Syaifullah Yophi A., SH., MH.

oleh :

DIENNISSA PUTRIYANDA

Nim : 1209114065

Fakultas Hukum Universitas Riau

2012/2013

Page 2: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

Asas-asas Hukum Pidana

Asas-asas hukum pidana merupakan hal-hal yang mendasari terjadinya suatu

perbuatan akan dikenakan sanksi hukum apabila melanggar ketentuan hukum pidana di

manapun ia keberadaan dan tidak melihat status orang itu berbuat tindak pidana apabila

melanggar ketentuan hukum pidana akan terkena sanksi sesuai dengan sanksi

perbuatannya.

Asas-asas hukum pidana ini bersumber dalam bagian Buku I menyangkut asas-asas

hukum pidana dan uraian umum dari ketentuan Pasal 1 sampai dengan Pasal 8 KUHP.

Berikut penjelasan mengenai Asas-asas Hukum Pidana, yaitu :

Asas Hukum Pidana

Asas Legalitas

Asas Teritorialitas

Asas Perlindungan atau

Asas Nasional PasifAsas Personalitas

atauAsas Nasional Aktif

Asas Universalitas

Page 3: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

BATAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA

MENURUT WAKTU (TIJDSGEBIED)

Berlakunya hukum pidana menurut waktu menyangkut penerapan hukum pidana

dari segi lain. Dalam hal seseorang melakukan perbuatan (feit) pidana sedangkan

perbuatan tersebut belum diatur atau belum diberlakukan ketentuan yang bersangkutan,

maka hal itu tidak dapat dituntut dan sama sekali tidak dapat dipidana.

Asas hukum pidana berdasarkan batas berlakunya menurut waktu yang terkandung

dalam Pasal 1 KUHP, yaitu :

Pasal 1 KUHP

(1)  Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan-

ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.

(2) Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan,

maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya.

Asas Legalitas (nullum delictum nula poena sine praevia lege poenali) terdapat dalam Pasal

1 ayat (1) KUHP. 

Asas ini dirumuskan oleh Anselm von Feuerbach dalam teori : “vom psychologishen zwang

(paksaan psikologis)” dimana adagium nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali

yang mengandung tiga prinsip dasar :

1. Nulla poena sine lege (tiada pidana tanpa undang-undang/Asas legalitas/Lex

scripta)

Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu

terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang. Yang

dimaksud dengan UU disini  adalah dalam arti luas, bukan saja yang tertulis yang

Asas Legalitas

Page 4: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

telah dituangkan dalam bentuk UU oleh pemerintah dengan DPR tetapi produk lain

seperti PerPu, PP, Keppres,Per/Instruksi menteri, Gubernur dsb. Intinya harus

dituangkan secara tertulis dalam suatu perundang-undangan.

2. Nulla Poena sine crimine (tiada pidana tanpa perbuatan pidana/Asas larangan

menggunakan analogi/Lex certa)

Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan analogi.

Artinya perbuatan pidana yang dimaksud harus diuraikan unsur-unsurnya oleh

undang-undang secara jelas dan lengkap.

3. Nullum crimen sine poena legali (tiada perbuatan pidana tanpa undang-undang

pidana yang terlebih dulu ada/Asas non-retroaktif)

Aturan hukum pidana tidak berlaku surut. Secara eksplisit tersirat dalam

ketentuan KUHP, dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1).

* Pengecualian terhadap asas tidak berlaku surut (pasal 1 ayat (2) KUHP)

Pemberlakuan hukum pidana yang lebih menguntungkan  dengan keluarnya UU yang

lebih baru.

BATAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA

MENURUT TEMPAT DAN ORANG (GRONDGEBIED/PERSONENGEBIED)

Prof Moeljatno, mengatakan bahwa asas-asas yang terdapat pada pasal 2 sampai 8

KUHP dianggap sebagai batas perlintasan antara hukum pidana dan hukum acara pidana.

Asas hukum pidana (uraian umum) berdasarkan batas berlakunya menurut tempat

dan orang yang terkandung dalam Pasal 2 sampai 8 KUHP, yaitu :

Page 5: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

Pasal 2 KUHP

Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap

orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia.

Ketentuan pasal diatas menunjukkan bahwa, tindak pidana yang terjadi di wilayah

Indonesia (baik di daratan, lautan maupun udara) maka akan dikenakan aturan hukum

pidana Indonesia baik itu dilakukan oleh warga Negara atau warga asing.

Pasal 3 KUHP

Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang

yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air atau

pesawat udara Indonesia.

Ketentuan pasal diatas merupakan perluasan dari Asas Teritorialitas Pasal 2 KUHP. Dan

menunjukkan bahwa :

a) Jika kendaraan/pesawat tersebut berada dilaut lepas yang berlaku adalah

ketentuan pidana Indonesia.

b)  Jika seorang yang berada diatas kendaraan/pesawat  tersebut sedang berlabuh

di tempat asing melakukan suatu tindak pidana, oleh penguasa asing belum

dituntut, maka sekembalinya ke Indonesia petindak tersebut dapat dituntut,

tetapi jika sudah selesai secara juridis maka berlaku asas “nebis in idem”.

c)  Sebaliknya jika ada seseorang asing yang berlabuh/mendarat

kendaraan/pesawat di Indonesia melakukan tindak pidana dapat dituntut sesuai

ketentuan pidana Indonesia.

Asas Teritorialitas

Page 6: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

Pasal 4 KUHP

Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap

orang yang melakukan di luar Indonesia :

(1) Salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107, 108 dan 131;

(2) Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara

atau bank, ataupun mengenai materai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan

oleh Pemerintah Indonesia;

(3) Pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan Indonesia, atas

tanggungan suatu daerah atau bagian daerah Indonesia termasuk pula pemalsuan

talon, tanda deviden atau tanda bunga, yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan

tanda yang dikeluarkan sebagai pengganti surat tersebut atau menggunakan surat-

surat tersebut di atas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah asli dan tidak pals.

(4) Salah satu kejahatan yang tersebut dalam pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446

tentang pembajakan laut dan pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada

kekuasaan bajak laut dan pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat udara

secara melawan hukum, pasal 479 huruf l, m, n dan o tentang kejahatan yang

mengancam keselamatan penerbangan sipil.

Ketentuan pasal diatas mengutamakan pada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan

suatu negara, atau dengan kata lain yang diutamakan adalah keselamatan kepentingan

suatu negara. Sehingga asas ini dinamakan ‘asas perlindungan’ (beschermingsbeginsel). Inti

dari pasal di ats mengenai :

- Ketentuan Hukum Pidana Indonesia dapat diberlakukan terhadap WNI maupun WNA

baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia untuk melindungi kepentingan hukum

Indonesia, seperti yang disebut Pasal 4 KUHP.

Asas Perlindungan atau Nasional Pasif

Page 7: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

- Pasal 4 KUHP adalah jenis kejahatan yang mengancam kepentingan hukum Indonesia

yang mendasar, berupa keamanan, dan keselamatan negara, perekonomian Indonesia,

serta sarana dan prasarana angkutan Indonesia.

Pasal 5 KUHP

(1) Ketetentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi warga

Negara yang di luar Indonesia melakukan :

Ke-1 : Salah satu kejahatan yang tersebut dalam Bab I dan Bab II Buku Kedua dan

Pasal-Pasal 160, 161, 240, 279, 450 dan 451.

Ke-2 : Salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-

undangan Indonesia dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut

perundang-undangan Negara dimana perbuatan itu dilakukan diancam

dengan pidana.

(2) Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga jika

terdakwa menjadi warga Negara sesudah melakukan perbuatan.

Ketentuan pasal diatas menunjukkan bahwa, bagi warga negara yang melakukan tindak

pidana di luar wilayah Indonesia menyangkut pasal-pasal yang tertera pada ayat (1) Pasal

5 KUHP, maka pelakunya akan dituntut menurut aturan hukum pidana Indonesia oleh

pengadilan Indonesia. Kepentingan nasionalnya disini terlihat agar pelaku tindak pidana

yang warga negara Indonesia itu, walaupun peristiwanya terjadi di luar negara Indonesia,

tidak diadili dan dikenakan hukuman dari negara tempat terjadinya peristiwa hukum atau

perbuatan pidana itu dilakukan. Inti dari asas ini, yaitu :

- Bergantung atau mengikuti subyek hukum atau orangnya yakni warga negara di

manapun keberadaannya (Nasional Aktif).

- Asas ini tidak dapat diterapkan pada semua tindak pidana.

Asas Personalitas atau Nasional Aktif

Page 8: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

- Diatur dalam Pasal 5 KUHP dan diperluas Pasal 5 ayat (2), diperlunak Pasal 6,

diatur lebih lanjut dalam Pasal 7 dan Pasal 8 KUHP.

Pasal 6 KUHP

Berlakunya pasal 5 ayat 1 butir 2 dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak dijatuhkan

pidana mati, jika menurut perundang-undangan negara di mana perbuatan dilakukan,

terhadapnya tidak diancamkan pidana mati.

Tertonjolkannya asas personalitas dalam pasal 5 dan 6 KUHP, jelas ditentukan secara tegas

bahwa subyeknya adalah warga negara Indonesia. Perbedaan antara pasal 5 ayat 1 ke-1

dengan  sub ke-2 ialah bahwa tersebut dalam sub ke-1 tidak dipersoalkan apakah tindakan

itu merupakan tindak pidana atau tidak diluar negeri yang bersangkutan.

Pasal 7 KUHP

Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap pejabat

yang di luar Indonesia melakukan salah-satu tindak pidana sebagaimana dimaksudkan

dalam Bab XXVIII Buku Kedua.

Ketentuan pasal diatas memperluas asas personalitas yaitu walaupun pegawai negeri

Indonesia (seseorang yang diangkat oleh penguasa umum dan ditetapkan untuk

melakukan suatu tugas umum yang merupakan sebagian dari tugas negara atau badan-

badan negara) itu pada umumnya berkewarganegaraan Indonesia, tapi tidak kurang

banyaknya yang berkewarganegaraan asing terutama dikedutaan-kedutaan RI, konsulat RI.

Dalam hal ini yang berkewarganegaraan asing itu lebih diutamakan kepegawaiannya dari

pada kewarganegaraannya.

Pasal 8 KUHP

Page 9: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi nakoda dan

penumpang perahu Indonesia, yang di luar Indonesia, sekalipun di luar perahu melakukan

salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Bab XXIX Buku Kedua, dan Bab

IX Buku Ketiga; begitu pula yang tersebut dalam peraturan mengenai surat laut dan pas

kapal Indonesia, maupun dalam Ordonansi Perkapalan.

Ketentuan pasal diatas berlaku jika :

- Tindak pidana diatas perahu

- Petindaknya yang telah ditentukan, yitu nakhoda dan penumpang

-  Kepentingan “perahu Indonesia” atau “pelayaran Indonesia” yang harus mendapat perlindungan

Berlakunya pasal 2-5 dan 8 KUHP dibatasi oleh pengecualian-pengecualian dalam

hukum internasional. Bahwa asas melindungi kepentingan internasional (asas universal)

adalah dilandasi pemikiran bahwa setiap Negara di dunia wajib turut melaksanakan tata

hukum sedunia (hukum internasional).

Menurut Moeljatno, pada umumnya pengecualian yang diakui meliputi :

1. Kepala Negara beserta keluarga dari Negara sahabat, dimana mereka mempunyai

hak eksteritorial. Hukum nasional suatu Negara tidak berlaku bagi mereka.

2. Duta besar Negara asing beserta keluarganya mereka juga mempunyai hak

eksteritorial. 

3. Anak buah kapal perang asing yang berkunjung di suatu Negara, sekalipun ada di

luar kapal. Menurut hukum internasional kapal peran adalah teritoir Negara yang

mempunyainya. 

4. Tentara Negara asing yang ada di dalam wilayah Negara dengan persetujuan Negara

itu.

Asas Universalitas

Page 10: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

Pengertian Perbuatan Pidana

menurut Para Ahli

Perbuatan Pidana/Delik/Tindak Pidana/Peristiwa Pidana/Strafbaar feit adalah

tindakan manusia yang memenuhi rumusan Undang-undang yang bersifat melawan hukum

dan dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berikut pengertian dari Perbuatan Pidana menurut beberapa Para Ahli, yaitu :

a. D. Simons

Perbuatan pidana adalah perbuatan salah (met schuld in verband staand) dan

melawan hukum (onrechtmatig) yang diancam pidana (stratbaar gesteld) yang mana

oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar persoon).

b. Van Hamel

Strafbaar feit adalah suatu kelakuan orang (minselijkegedrging) yang

dirumuskan dalam Undang-Undang yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana

dan dilakukan dengan kesalahan.

c. H.B. Vos

Peristiwa pidana adalah suatu peristiwa yang dinyatakan dapat dipidana oleh

Undang-undang.

d. W.P.J Pompe

Strafbaarfeit adalah suatu  pelanggaran  norma  (ganguan  terhadap  ketertiban 

hukum/ law ordeer)  yang  dengan  sengaja  ataupun  tidak  sengaja  telah  dilakukan 

oleh  seorang  pelaku,  dimana  penjatuhan  hukuman  terhadap  pelaku  tersebut 

adalah  perlu  demi  terpeliharanya  tertib  hukum  dan  terjaminnya  kepentingan 

hukum.

Page 11: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

e. Prof. Moeljatno, SH

Perbuatan pidana adalah perbuatan  yang  dilarang  oleh  suatu  aturan  hukum, 

larangan  mana  yang  disertai  ancaman  (sanksi  yang  berupa  pidana  tertentu  bagi 

barang  siapa  yang  melanggar  larangan  tersebut).

f. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH

Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukum

pidana.

g. Dr. Chairul Huda, SH, MH

Tindak pidana adalah perbuatan atau serangkain perbuatan yang padanya akan

dilekatkan sanksi pidana.

h. J.B. Daliyo, SH

Tindak atau peristiwa pidana adalah suatu kejadian yang mengandung unsur-

unsur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang sehingga siapa yang menimbulkan

peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana

i. J. Baumann

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang memenuhi rumusan delik, bersifat

melawan hukum dan dilakukan dengan kesalahan.

j. Roeslan Saleh

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh masyarakat dirasakan sebagai

perbuatan yang tidak boleh atau tidak dapat dilakukan.

k. Jonkers

Strafbaarfeit adalah suatu kelakuan yang dapat diancam pidana oleh undang-

undang, bersifat melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja atau alpa oleh

orang yang dapat dipertanggungjawabkan.

Page 12: Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli

l. Utrecht

Peristiwa pidana adalah suatu peristiwa hukum, yaitu suatu peristiwa

kemasyarakatan yang membawa akibat yang diatur oleh hukum.

m. Andi Zainal Abidin

Peristiwa pidana adalah suatu perbuatan yang diancam pidana, melawan hukum

dilakukan dengan kesalahan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan atas

perbuatan itu.