85
ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY DI BIDANG PENYIARAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: Rizky Hariyo Wibowo 1110048000043 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

  • Upload
    vonhan

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY

DI BIDANG PENYIARAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Rizky Hariyo Wibowo

1110048000043

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY

DI BIDANG PENYIARAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Rizky Hariyo Wibowo

1110048000043

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Djawahir Hejazziey, S.H,M.A, M.H Ahmad Bahtiar, M.Hum.

NIP.195510151979031002 NIP. 197601182009121002

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 3: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 Mei 2014

Rizky Hariyo Wibowo

Page 4: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)
Page 5: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8

D. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ...................................... 9

E. Kerangka Konseptual ............................................................. 11

F. Metode Penelitian ................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ............................................................. 15

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN GRUP

A. Pengertian Perusahaan Grup ................................................... 17

B. Status Kemandirian Badan Hukum ........................................ 24

C. Alasan Pembentukan Perusahaan Grup .................................. 32

D. Perbuatan Yang dapat Melahirkan Perusahaan Grup ............. 35

Page 6: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

BAB III TINJAUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN

2007 TERHADAP PERUSAHAAN GRUP

A. Hubungan Hukum Perusahaan Induk Dengan Anak

Perusahaa ................................................................................ 41

B. Tanggung Jawab Holding Terhadap Pihak Ketiga ................. 46

C. Tanggung Jawab Holding Karena Doktrin Piercing The

Corporate Veil ........................................................................ 51

BAB IV ANALISIS YURIDIS HOLDING COMPANY

A. Bagaimana Asas Kemanfaatan Hukum Memandang

Legitimasi Terbentuknya Perusahaan Grup Ditinjau Dari

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ................................ 57

B. Bagaimana Akibat Hukum Dari Pelaksanaan Konstruksi

Perusahaan Grup Terhadap Pelaku Usaha Penyiaran

Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 .... 65

C. Analisa Penulis ....................................................................... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 73

B. Saran ....................................................................................... 74

DATAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

Page 7: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

ABSTRAK

Perusahaan grup merupakan gabungan atau susunan perusahaan-

perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang satu sama lain terkait begitu erat

sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk kepada suatu

pimpinan induk perusahaan sebagai pimpinan sentral. Pengaturan perusahaan grup

di Indonesia tidak diatur secara definitif melainkan hanya secara eksplisit yang

dapat dilakukan melalui proses akuisisi badan hukum, pemisahan badan hukum

dan pembentukan badan hukum baru, namun keberadaan bentuk usaha dengan

konstruksi perusahaan grup menimbulkan pertentangan dengan Undang-undang

nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas dimana didalam undang-undang

tersebut menegasikan keberadaan suatu konstruksi perusahaan grup karena

menganut prinsip perseroan tunggal. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus

adalah asas kemanfaatan hukum memandang legitimasi terbentuknya perusahaan

grup (Holding Company) yang bergerak di bidang penyiaran.Penelitian ini

menggunakan metode yuridis normatif, dengan menggunakan bahan-bahan dari

peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum serta jurnal hukum.

Selanjutnya bahan-bahan tadi dianalisis dengan diuraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis

untuk menjawab permasalah yang telah dirumuskan.

Hasil penelitian menemukan bahwa terciptanya model usaha dengan

konstruksi perusahaan grup merupakan akibat perkembangan dunia bisnis yang

semakin pesat, oleh sebab itu perusahaan grup dianggap sebagai cara yang paling

efisien untuk mendapatkan keuntungan yang besar dengan cepat. hal ini didasari

dengan tujuan seseorang melakukan usaha dengan membentuk perseroan yakni

untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun bukan berarti hal

tersebut dapat dijadikan sebagai alasan pembenar untuk melakukan usaha dengan

mencederai hak orang lain. Hal ini yang dikhawatirkan bagi terbentuknya

konstruksi perusahaan grup. Sampai saat ini di Indonesia belum terdapat regulasi

yang secara khusus mengatur keberadaan perusahaan grup. dimana didalam

undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas justru menegasikan

keberadaan perusahaan grup dikarenakan prinsip perseroan di Indonesia menganut

asas perseroan tunggal. Oleh sebab itu konstruksi perusahaan grup yang

terindikasi dapat menciptakan usaha yang bersifat monopoli pada dasarnya adalah

batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur

didalam pasal 1320 kitab undang-undang hukum perdata, yakni sebab yang halal.

Kata kunci : Holding Company, Asas Kemanfaatan Hukum, Penyiaran

Daftar pustaka : Dari Tahun 1979 Sampai 2012

Pembimbing : Dr.Djawahir Hejjaziey, S.H, M.H dan Ahmad Bahtiar, M.Hum

Page 8: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan keberadaan hukum, bukan hanya untuk membahas mengenai

keadilan dankepastian hukum saja sebagai pesan lahirnya hukum, melainkan juga

membahas mengenai kemanfaatan.1Perumusan sebuah undang-undang diharapkan

adanya sebuah manfaat yang dapat diterima masyarakat dari adanya hukum itu

sendiri yakni memiliki kewibawaaan dan nondiskriminatif, hal itu bertujuan

memberikan kesejahteraan bagi sebesar-besarnya masyarakat secara

umum.Keterkaitan antara etika hukum dan moral penting untuk dibahas dalam

memaknai tujuan hukum itu sendiri, yang antara lain telah disinggung diatas yaitu

mengenai aspek kemanfaatan.Asas kemanfaatan didalam tujuan hukum

diamanatkan kepada seluruh undang-undang, termasuk undang-undang yang

mengatur etika dalam berniaga maupun bisnis.Salah satu permasalahan terkait

etika dalam berbisnis yakni mengenaiholding company dibidang penyiaran.

Permasalahan tersebutpada dasarnya timbul akibat persyaratan dalam pasal 7 ayat

1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang

mengharuskan sebuah badan hukum didirikan oleh dua orang atau lebih baik

orang perseorangan maupun badan hukum berdasarkan perjanjian. Mungkin hal

1 http://bolmerhutasoit.wordpress.com/2011/10/07/artikel-politik-hukum-tujuan-hukum-

menurut-gustav-radbruch/

Page 9: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

tersebut bukanlah sebuah masalah apabila subjek hukumnya adalah orang

(naturlijke person). Namun akan timbul masalah apabila subjek hukum tersebut

merupakan sebuah badan hukum (recht person), maka hal tersebut akan dapat

melahirkan konstruksi perusahaan grup yang dikhawatirkan dapat melahirkan

monopoli, termasuk apabila badan hukum tersebut bergerak dibidang penyiaran.

Selain itu permasalahan yang lain adalah setelah adanya putusan atas

permohonanjudicial review terkait undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang

penyiaran oleh Mahkamah Konstitusi dengan Perkara Nomor 78/PUU-

IX/2011yang pada pokoknya tujuan judicial review tersebut adalah untuk menguji

substansi yang terkandung pada pasal 18 ayat 12 dan pasal 34 ayat 4

3 undang-

undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran (yang selanjutnya akan disebut

Undang-undang penyiaran) terkait tidak diaturnya secara defintif mengenai

pembatasan terhadap pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga penyiaran

swasta (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS) yang dikhawatirkan akan

dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam hal ini adalah

pengusaha dibidang penyiaran, dalam melanggengkan usahanya dengan tidak

memperhatikan kepentingan masyarakat umum dan dikhawatirkan akan

menghalalkan para pengusaha untuk melakukan monopoli dibidang penyiaran.4

Yakni dengan cara melakukan pembentukan suatu anak perusahaan sebagai usaha

pengembangan usahanya melalui konstruksi perusahaan grup. Salah satu

2 Bunyi Pasal 18 ayat 1 undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran :”

Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau

satu badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran, dibatasi”; 3 Bunyi Pasal 34 ayat 4 undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran : “Izin

penyelenggaraan penyiaran dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain”; 4 Penyampaian dissenting opinion oleh hakim Mahkamah Konstitusi, Achmad Sodiki dalam

uji materil undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran

Page 10: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

kemungkinan dari adanya perusahaan grup dibidang penyiaran adalah dapat

menimbulkan penguasaan pasar yang sifatnya monopolistik dan tentu akan

berdampak pada kerugian-kerugian baik materil maupun immaterial kepada

masyarakat, Sebagai contoh kerugian materil adalah pengusaha akan leluasa

mengatur kekuatan pasar yang berimbas kepada control of power dalam penyiaran

yang dapat membuat ketergantungan masyarakat kepada produk yang disiarkan

oleh lembaga penyiaran swasta miliknya hal itu otomatis pengusaha dapat

melakukan kontrol terhadap harga. Contoh kerugian immaterial yang dapat

dirasakan oleh masyarakat adalah pengusaha dapat melakukan propaganda yang

bersifat politis oleh lembaga penyiaran swasta miliknya sehingga dapat

mengarahkan opini publik kepada sesuatu yang sifatnya tidak terpuji dan

menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Tujuan seseorang melakukan kegiatan bisnis adalah untuk mencari

keuntungan yang sebesar-besarnya, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan

sebagai alasan pembenar seseorang dapat menghalalkan segala cara demi

mendapatkan profit yang besar. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar para

penanam modal mengembangkan usahanya dalam bentuk perseroan terbatas,

selain karena berbentuk badan hukum, kontinuitas perseroan terbatas juga tidak

tergantung pada pribadi para pemilik melainkan oleh modal, serta pemisahan

tanggung jawab (limited liability) antara pemilik perusahaan dengan perusahaan

itu sendiri.5Selain itu dapat memberikan rasa aman dan memberikan kepastian

hukum dalam hal perlindungan hukum bagi si penanam modal selain memberikan

5

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas. (Bandung:

CV.Nuansa Aulia. 2012) h.4

Page 11: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

kemudahan untuk keluar dan masuk dari kepemilikan suatu perseroan terbatas

maka bentuk perseroan terbatas sering disebut mesin uap kapitalisme.6 Namun,

karena prinsip pertanggung jawaban yang terbatas itulah banyak perseroan yang

memanfaatkan celah tersebut sebagai ruang pengembangan usahanya melalui

pembuatan anak perusahaan (subsidiary) sebagai penggerak roda usaha

perusahaan holding. Namun, karena terdapatnya prinsip separate legal entity

perusahaan induk dapat membela dirinya tidak terlibat atas segala kerugian yang

timbul akibat kelalaian anak perusahaannya, karena induk perusahaan tidak

bertanggung jawab atas perbuatan hukum anak perusahaan yang berbentuk badan

hukum mandiri.7

Realita bisnis perusahaan grup ini mengindikasikan bahwa

tergabungnya anak perusahaan pada perusahaan grup merupakan strategi

perusahaan grup untuk menciptakan sinergi kegiatan usaha anak-anak

perusahaan.8Secara proporsional hal ini dirasa tidak mencerminkan rasa adil

karena segala keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan anak dapat juga

menjadi keuntungan bagi perusahaan holding.Namun, ketika perusahaan anak

mengalami kerugian,perusahaan induk dapat saja menolak untuk ikut bertanggung

jawab dengan alasan kedua perusahaan tersebut adalah entitas yang terpisah, Hal

tersebut bertentangan dari konsepsi keadilan menurut pemikiran filosof Yunani,

Phytagoras.Ia berpendapat, keadilan adalah persamaan perlakuan (equality) yang

dimanifestasikan melalui konsep “balas dendam”, yang berarti bahwa keadilan

6

Chatamarrasjid Ais.Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Actual Hukum

Perusahaan. (Bandung : Citra Aditya Bakti,2004) h.3 7Sulistyowati.aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia.( Jakarta:

Erlangga. 2010) h.4 8Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.4

Page 12: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

memberikan hal yang sama kepada prestasi yang sama.9Tentunya hal tersebut

memunculkan sikap oportunis perusahaan induk melalui pengalihan risiko kepada

anak perusahaan.Karena pada dasarnya perseroan berdasarkan undang-undang

nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas menganut prinsip kemandirian.

Artinyadireksi dalam suatu perseroan melaksanakan usahanya tidak dapat

dipengaruhi atau diintervensi pihak luar selain karena kepentingan para

stakeholdersnyadan para pemegang saham tidak dapat mencampuri kepengurusan

direksi karena fungsi dari pemegang saham hanyalah memberikan modalnya

kepada perseroan berdasarkan prinsip kepercayaan (fiduciary duty) untuk dikelola

oleh direksi berdasarkan prinsip business the judgment rule Direksi bertanggung

jawab kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) didalam sebuah

perseroan untuk melaksanakan fungsi dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.

Hak tersebut diberikan secara limitatif kepada seorang direksi karena dalam

hukum perseroan tidak memberikan pengakuan yuridis terhadap status perusahaan

grup vis-à-vis badan hukum lainnya.10

Dalam hal perusahaan grup terkadang tidak

ada pemisahan yang jelas, bagaimana perbedaan dan pemisahan mengenai

asset,pertanggung jawaban dan eksistensi ekonomi antara perusahaan induk

dengan perusahaan anak.Kemandirian yuridis anak perusahaan tidaklah

menghalangi kewenangan induk perusahaan untuk mengendalikan anak

perusahaan.Sebaliknya, pengendalian induk perusahaan tidak menghapuskan

9 Munir fuady . Dinamika Teori Hukum. (Bogor: Ghalia Indonesia. 2007) h.82

10Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.98

Page 13: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

kemandirian yuridis status badan hukum anak perusahaan.11

Keberadaan holding

company sendiri di dalam undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan

terbatas tidak dijelaskan secara jelas seperti apa konsep holding company yang

dikehendaki. Namun, secara eksplisit keberadaan holding company dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengambilalihan saham (akuisisi) maupun

dengan cara membentuk perseroan baru. Pengambilalihan (akuisisi) menurut pasal

125 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas dapat

dilakukan oleh orang perseorangan maupun badan hukum. Dengan peristiwa

tersebut, maka seluruh pengendalian perusahaan berpindah kepada pihak yang

mengakuisisi.Ketentuan tersebut menjadi legitimasi dan celah atas keberadaan

prinsip kemandirian perusahaan untuk disiasati oleh para pelaku usaha dalam

membentuk perusahaan berdasarkan payung hukum (umbrella up) perusahaan

grup atau holding company.

Hal tersebut bukan tidak akan menimbulkan masalah, meskipun secara

legalitas kehadiran perusahaan grup ditengah-tengah realitas bisnis yang ada tetap

memiliki payung hukum, tetapi belum tentu memberikan manfaat dikalangan

masyarakat umum. Justru yang dikhawatirkan adalah ketika legitimasi tersebut

disalah gunakan bagi yang memiliki kepentingan sehingga berdampak kurang

baik terhadap masyarakat luas ataupun pihak-pihak lain yang berhubungan atau

memiliki kepentingan dengan perusahaan grup.Gustav Radbuch

mengatakanbahwa hukum yang baik adalah yang memiliki substansi hukum yang

11

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.98

Page 14: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

memenuhi keadilan,kemanfaatan, dan kepastian hukum12

. Artinya dalam

pembuatan hukum harus dapat terpenuhi unsur keadilan dimana seluruh

masyarakat memiliki hak yang sama dihadapan hukum untuk tidak diperlakukan

tidak adil. Hukum harus memiliki kepastian agar hukum memiliki kewibawaan

serta memiliki manfaat karena hukum semata-mata bertujuan memberikan

kemanfaatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya

warga masyarakat.

Oleh karena itu, penulis tertarik membahas topik terkait eksistensi

perusahaan grup dibidang penyiaran ditinjau dari prinsip kemanfaatan hukum

dalam penelitian berjudul “ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING

COMPANY DI BIDANG PENYIARAN”

B. Pembatasan dan perumusan masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan terkait hukum perseroan terbatas

dan juga perusahaan grup maka penelitian ini difokuskan mengkaji tentang asas

kemanfaatan hukum holding company dibidang penyiaran. Yakni bagaimana asas

kemanfaatan hukum memandanglegitimasi yang diberikan oleh undang-undang

perseroan terbatas dan juga undang-undang tentang penyiaran yang dapat

mengakibatkan terjadinya pembentukan konstruksi perusahaan grup .

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

12

Ahmad Zaenal Fanani, Teori Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum Dan Islam.

Page 15: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

a. Bagaimana asas kemanfaatan hukum memandang legitimasi terbentuknya

perusahaan grup khususnya penyiaran ditinjau dari undang-undang nomor 40

tahun 2007 tentang perseroan terbatas?

b. Bagaimana akibat hukum dari pelaksanaan konstruksi perusahaan grup

terhadap pelaku usaha penyiaran dikaitkan dengan undang-undang nomor 5

tahun 1999 anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentangapakah yang

dimaksud dengan perusahaan grup menurut undang-undang nomor 40 tahun

2007 tentang perseroan terbatas dan mengetahui bagaimana pola pertanggung

jawaban holding company berdasarkan asas kemanfaatan hukum. Sedangkan

secara khusus penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui apakah konstruksi perusahaan grup khususnya di

bidangpenyiaran dapat memberikan manfaat kepada masyarakat

b. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum yang timbul apabila sebuah

perjanjian antar perusahaan yang membentuk perusahaan grup terindikasi

dapat menciptakan persaingan usaha yang tidak sehat

2. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Page 16: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan mengenai apa yang dimaksud dengan perusahaan grup (holding

company)dan melihat efektivitas adanya konstruksi perusahaan grup di

Indonesia terkait apakah keberadaan perusahaan grup dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat secara umum.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi pelaku usaha dan masyarakat yang hendak melakukan hubungan usaha

atau menanamkan modalnya pada suatu perseroan untuk lebih cerdas dalam

memahami realita yang terjadi dalam praktik dan bagaimana regulasi yang

ada mengatur tentang keberadaan perusahaan grup dalam melakukan kegiatan

usahanya.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Penelitian yang terkait dengan penelitian ini berjudul “ Tinjauan Yuridis

Penggabungan Induk Perusahaan (Holding Company) Dengan Anak Perusahaan

(Subsidiary) Menurut Undang-Undang Nomor 40 Taun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas (Studi Kasus Penggabungan PT. ABC dengan

PT.GBC,PT.DBC,PT.WBC, dan PT.RDC)” Penelitian ini disusun oleh Eddie

Prabowo Dewanda, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun 2008,dalam

skrispsinya yang membahas mengenenai penggabungan (merger) antara

perusahaan yang telah berstatus perseroan terbatas dalam hal ini adalah PT.ABC

sebagai holding company dengan anak perusahaannya yakni PT GBC,PT DBC,

Page 17: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

PT WBC, PT RDC selaku anak perusahaannya. Penelitian ini lebih mengkaji

bagaimana UUPT 2007 memandang penggabungan induk dengan anak

perusahaan dalam hal penggabungan perusahaan (restructuritation

company/merger), karena jika ditelaah pengertian penggabungan perusahaan

berdasarkan UUPT 2007 hanya mengatur secara umum mengenai penggabungan,

tidak mengatur secara khusus penggabungan antara perusahaan induk dengan

anak perusahaan. Dalam penelitian tersebut lebih menekankan mengenai

penggabungan perusahaan dalam hal ini induk dengan anak perusahaan.

Adapun penelitian lain yang berjudul “ Prinsip Kemandirian Perseroan

Terbatas Dikaitkan Dengan Peranan Dan Kedudukan Holding Company”

penelitian ini ditulis oleh riyanto prabowo mahasiswa pascasarjana Universitas

Indonesia pada tahun 2005. Dalam penelitian ini lebih menekankan mengenai

status perseroan terbatas dalam UUPT 1995 yang menekankan pada prinsip

kemandirian daripada sebuah perseroan terbatas, yang mana disebutkan dalam

salah satu pasalnya mengenai separate legal entity antara pemegang saham

dengan perseroan yang diwakili oleh direksi. Oleh sebab itu penelitian ini

mengkaji bagaimana undang-undang perseroan terbatas memandang hak antara

induk kepada anak perusahaan dalam hal prinsip kemandirian perusahaan grup..

Yang membedakan penelitian yang akan penulis angkat dengan

penelitian sebelumnya adalah, peneliti lebih menekankan kepada aspek asas

kemanfaatan hukum yang terkandung dalam undang-undang nomor 40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas dalam memandang kegiatan bisnis dalam mekanisme

perusahaan grup khususnya dibidang penyiaran yang memberikan legitimasi atas

Page 18: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

terbentuknya holding company melalui restrukturisasi perusahaan seperti

akuisisi,pemisahan dan merger terhadap pertanggung jawaban hukum kepada

masyarakat luas apabila terjadi perbuatan melawan hukum yang dilakukan baik

oleh induk perusahaannya ataupun oleh anak perusahaan.

E. Kerangka konseptual

Holding company merupakan suatu tatanan diantara sejumlah perseroan-

perseroan yang secara yuridis masing-masing merupakan subjek hukum yang

mandiri,tapi sebenarnya semaunya merupakan satu kesatuan ekonomis.13

Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, masyarakat mengharapkan

manfaat dalam pelaksanaan maupun penegakan hukum, oleh sebab itu

pelaksanaan dan penegakan hukum harus memberikan manfaat atau kegunaan

bagi masyarakat.14

Akuisisi adalah salah satu cara untuk menjadi perusahaan grup yakni

dengan cara pengambilalihan saham dan pengalihan pengendalian kepada pihak

yang melakukan akuisisi, dan perusahaan yang di akuisisi berubah menjadi anak

perusahaan (subsidiary).

Konstruksi perusahaan grup menurut Emmy Pangaribuan adalah suatu

kesatuan ekonomi yang tersusun dari perusahaan-perusahaan berbadan hukum

mandiri yang dipandang sebagai induk dari anak perusahaan.15

13

Suryani Bhekti. 215 Tanya Jawab Perseroan Terbatas. (Lascar Aksara) h.5 14

Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (Yogyakarta : Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. 2010) h.161 15

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia.(Jakarta:

Erlangga. 2010) h.21

Page 19: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Kegiatan Monopoli adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha

yang merupakan satu-satunya penjual bagi produk barang dan jasa tertentu yang

memiliki posisi dominan sehingga dapat mempengaruhi serta menentukan

kestabilan harga suatu barang dan jasa dan diidentifikasi dapat mematikan usaha

pelaku usaha lain yang tidak dapat masuk kedalam persaingan usaha karena

adanya pemblokiran pasar oleh pelaku usaha yang melakukan monopoli.

Perseroan berdasarkan undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas menganut prinsip kemandirian, artinya direksi dalam suatu

perseroan melaksanakan usahanya tidak dapat dipengaruhi atau diintervensi pihak

luar selain karena kepentingan para stakeholdersnya,dan para pemegang saham

tidak dapat mencampuri kepengurusan direksi karena fungsi dari pemegang saham

hanyalah memberikan modalnya kepada perseroan berdasarkan prinsip

kepercayaan (fiduciary duty) untuk dikelola oleh direksi berdasarkan prinsip

business the judgment rule.

F. Metode Penelitian

1. Tipe penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis

dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.

Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah

berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.16

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.III, (Jakarta : Universitas Indonesia

Press, 1986), h. 42.

Page 20: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Sedangkan penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan

pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisanya, kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu pada norma

hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan keputusan

pengadilan serta norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang

menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.17

2. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis

normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual

approach).Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-

aturan terkait status perusahaan grup dalam UUPT No.40 Tahun 2007.Pendekatan

konsep dilakukan untuk memahami konsep hubungan antara perusahaan grup

dengan anak perusahaan.

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi

perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

17

Soerdjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di

Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia, 1979), h. 18.

Page 21: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim18

. Dalam

penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah Undang-

Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, Undang-undang

No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dan Undang-undang No.5 Tahun

1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.

b. Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-

komentar atas putusan pengadilan.

c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder yang dipandang perlu. Bahan non hukum dapat berupa

buku-buku mengenai Ilmu Politik, Ekonomi, Sosiologi, Filsafat,

Kebudayaan atau laporan-laporan penelitian non-hukum sepanjang

mempunyai relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan non-hukum

tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas wawasan

peneliti.

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun sumber non-hukum

yang telah didapatkan itu kemudian dikumpulkan berdasarkan rumusan masalah

dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya.

18

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. cet.VI (Jakarta : kencana, 2010) h. 141.

Page 22: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder

maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga

ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalah

yang telah dirumuskan.Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif

yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi19

. Selanjutnya setelah bahan hukum diolah,

dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang akhirnya akan diketahui

bagaimana suatu perusahaan grup menjalankan aktivitas usahanya melalui

perantara anak perusahaan.

G. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun berdasarkan buku Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sistematika yang

terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab sesuai

pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, memuat Latar Belakang, dilanjutkan dengan Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review)

kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB IITinjauan Umum Perusahaan grup (holding company), pada bab ini penulis

membahasPengertian perusahaan grup (holding company), syarat suatu

19

Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.Cet-II, (Malang :

Bayumedia Publishing. 2006) h. 393

Page 23: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

perusahaan dapat mendirikan anak perusahaan (subsidiary),hubungan

hukum antara perusahaan induk (holding company) dengan anak

perusahaan (subsidiary).

BAB IIIPeraturan mengenai tanggung jawab perseroan terhadap pihak ketiga ,

pada bab ini penulis membahas tentang bagaimana undang-undang

nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mengatur tanggung

jawab perusahaan induk yang melakukan intervensi terhadap anak

perusahaan, sanksi bagi perusahaan induk yang melakukan ultra vires,

dan tanggung jawab direksi dalam penyelesaian sengketa akibat

perbuatan hukum yang dilakukan oleh perusahaan induk maupun anak

perusahaan.

BAB IVAsas kemanfaatan hukum dalam pertanggung jawaban holding company.

pada bab ini penulis membahas bagaimanakah esensi daripadaundang-

undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, undang-

undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, serta undang-undang nomor 32 tahun

2002 tentang penyiaran. Apakah telah cukup memberikan manfaat bagi

terciptanya kondisi hukum yang kondusif dalah hal pemberian tanggung

jawab dalam konstruksi perusahaan grup

BAB VSimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi

ini, untuk itu penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian,

disamping itu penulis menengahkan beberapa saran yang dianggap

perlu.

Page 24: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN GRUP (HOLDING COMPANY)

A. Pengertian Perusahaan grup

Perkembangan bisnis di Indonesia sudah sangat berkembang pesat

bukan hanya dari segi jenis usaha melainkan juga metode

pengembangannya. Salah satu caranya adalah dengan membentuk suatu

mekanisme perusahaan yang membawahi perusahaan lain sebagai anak

usahanya. Secara yuridis keberadaan perusahaan grup di Indonesia tidak

diatur secara komprehensif. Tidak ada pengaturan yang jelas dalam suatu

regulasi perundang-undangan di Indonesia yang membahas secara definitif

apa yang dimaksud dengan perusahaan grup dan bagaimana cara kerja

serta hal-hal lain yang selayaknya di atur secara jelas sebagai bentuk

perlindungan terhadap pihak-pihak yang terkait dan demi menjaga

kepastian hukum di Indonesia. Tetapi merupakan kebutuhan pula agar

bisnis yang telah dipecah-pecah tersebut, yang masing masing akan

menjadi Perseroan Terbatas yang mandiri masih dalam kepemilikan yang

sama dengan pengontrolan yang masih tersentralisasi dalam bentuk-bentuk

dan batas-batas tertentu.20

Di Negara-negara yang belum mengatur secara

khusus perusahaan grup, kerangka pengaturan terhadap perseroan-

perseroan yang tergabung dalam perusahaan grup masih menggunakan

pendekatan perseroan tunggal.Artinya pengaturan mengenai perseroan

20

Munir fuady.Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek.Buku kesatu. (Bandung : PT Citra

Aditya Bakti,1996) h. 88

Page 25: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

yang tergabung dalam konstruksi perusahaan grup menjadi bagian dari

hukum perseroan.21

Di mana dalam hukum perseroan hanya mengatur

hubungan hukum antara induk dan anak perusahaan sebagai dua entitas

hukum yang mandiri, karena dalam hukum perseroan terdapat karakteristik

yang membedakan perseroan sebagai badan hukum dengan perusahaan

yang tidak berbadan hukum, dan salah satu karakteristik tersebut adalah

terdapatnya karakter kemandirian dari perusahaan yang berbadan hukum

dimana terdapat entitas yang terpisah antara perusahaan dengan

pemiliknya yaitu pemegang saham (separate legal entity) dengan

demikian secara umum eksistensi dan validitasnya tidak terancam oleh

kematian, kepailitan, penggantian atau pengunduran diri individu

pemegang saham.22

Yang berarti tanggung jawab pemegang saham hanya

sebatas jumlah penyertaan modal yang disertakannya kepada perseroan

dan tidak bertanggung jawab terhadap utang perseroan (limited liability).23

Namun, hal itu tidak berlaku apabila dengan itikad buruk pemegang saham

bersangkutan tanpa itikad baik memperalat perseroan untuk kepentingan

pribadi melakukan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan maka

pemegang saham tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi

akibat perbuatan yang ditimbulkannya.

21

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.19 22

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.57 23

Pasal 3 ayat I undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas :

perseroan tidak bertanggung jawab terhadap utang pemegang saham sebaliknya pemegang saham

tidak bertanggung jawab atas utang perseroan

Page 26: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Pada masa sekarang, banyak perseroan yang memanfaatkan prinsip

tanggung jawab terbatas tersebut. Dalam dalam rangka memanfaatkan

limited liability, sebuah perseroan dapat mendirikan “perseroan anak“

untuk menjalankan usaha “perseroan induk”.24

Oleh sebab itu ada

beberapa pandangan mengenai pengakuan yuridis perusahaan grup, yakni

pengakuan yuridis tidak diperlukan karena dengan pengakuan yuridis

perusahaan kelompok akan menghilangkan prinsip kemandirian

perseroan.25

Namun, demikian keberadaan perusahaan grup di Indonesia

sudah banyak terjadi dalam praktik, sehingga keberadaan perusahaan grup

sudah bukan menjadi hal yang asing dalam praktik bisnis di Indonesia.

Yang menjadi legitimasi peraturan perundang-undangan terhadap

munculnya perusahaan grup adalah dengan diizinkannya suatu perseroan

melakukan perbuatan hukum untuk memiliki atau memperoleh saham

pada perseroan lain,pengambil alihan saham pada pearseroan lain, maupun

pemisahan usaha sehingga berimplikasi lahirnya keeterkaitan induk dan

anak perusahaan.26

Pengaturan tersebut diatur dalam pasal 7 ayat (1)

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas

(selanjutnya disebut UUPT 2007),27

dimana dalam klausulnya terdapat hak

konstitusional baik bagi orang perseorangan (naturlijke person) maupun

24

M Yahya harahap.Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.49 25

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.19 26

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.21 27

Pasal 7 ayat (1) undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas :

“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam

bahasa Indonesia”

Page 27: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

badan hukum (recht person) untuk mendirikan sebuah perusahaan baru

dengan syarat di dirikan oleh minimal dua orang. Alasan mengapa UUPT

menetapkan jumlah minimum subjek hukum Perseroan dalam membentuk

perseroan minimal dua orang adalah karena perseroan lahir dari sebuah

perjanjian yang bersifat “kontraktual” yakni suatu perseroan lahir karena

perjanjian, hal tersebut diatur dalam pasal 1 ayat (1) UUPT

2007.28

Legitimasi atas hak mendirikan perseroan itu lah yang menjadikan

suatu badan hukum perseroan merasa mendapat pengakuan secara hukum

atas lahirnya konstruksi perusahaan grup di Indonesia.

Komplikasi permasalahan dalam perusahaan grup bersumber dari

dimasukannya konsepsi pengendalian induk terhadap anak perusahaan ke

dalam ranah hukum perseroan sehingga menimbulkan kontradiksi dengan

prinsip kemandirian perusahaan induk dan anak perusahaan.29

Pengakuan

induk dan anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri tersebut yang

dapat menyebabkan baik antara perusahaan induk maupun anak

perusahaan dapat melakukan perbuatan hukum sendiri sebagaimana

perusahaan berbadan hukum yang memiliki asas keterbatasan tanggung

jawab (limited liability). Sedangkan fakta pengendalian induk dan anak

perusahaan dari realitas bisnis perusahaan grup dikelola sebagai kesatuan

28

Pasal 1 ayat (1) undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas :

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

undang - undang ini serta peraturan pelaksanaannya” 29

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010). h.21

Page 28: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

ekonomi.30

Hal tersebutlah yang seharusnya diperhatikan bagaimana

kedudukan anak perusahaan apakah merupakan suatu badan hukum

mandiri atau tunduk dibawah penguasaan induk perusahaan sehingga tidak

terjadi dualisme status daripada anak perusahaan tersebut yang dapat

menyebabkan tidak terciptanya asas kepastian hukum yang dapat

menyebabkan regulasi peraturan perundang-undangan tersebut menjadi

tidak efektif. Emmy Pangaribuan berpendapat bahwa perusahaan grup

merupakan gabungan atau susunan perusahaan-perusahaan yang secara

yuridis mandiri, yang satu sama lain terkait begitu erat sehingga

membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk kepada suatu pimpinan

induk perusahaan sebagai pimpinan sentral.31

Terdapat dua model

pengendalian perusahaan grup ditinjau dari kegiatan usaha induk

perusahaannya, yakni investment holding company, dan operating holding

company.32

yang menurut penjelasannya investment holding company

hanya sebatas menanamkan sahamnya pada suatu perusahaan tanpa

melakukan kegiatan pendukung ataupun kegiatan operasional, sedangkan

operating holding company yaitu induk perusahaan menjalankan kegiatan

usaha atau mengendalikan anak perusahaan.33

Namun, UUPT No.40 tahun

2007 tidak menghendaki adanya investment holding company, karena

30

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.21 31

Emmy Pangaribuan.Perusahaan Kelompok. (Yogyakarta: Seri Hukum Dagang

Fak.Hukum Universitas Gadjah Mada.1994) h.5 32

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.25 33

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.25

Page 29: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

menurut penjelasan pasal 2 undang-undang tersebut menyatakan bahwa

perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang

tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang - undangan,

ketertiban umum, dan/atau kesusilaan. Oleh sebab itu, suatu perseroan

tidak dapat menjadikan penyertaan sahamnya di perseroan lain sebagai

bentuk kegiatan usaha perseroan tersebut dan tidak diperkenankan

dicantumkan dalam anggaran dasar perseroan. Namun, sebelum lahirnya

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas,

pengaturan mengenai hukum perseroan diatur dalam undang-undang

nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas, di mana dalam undang-

undang tersebut lebih banyak menyinggung mengenai perusahaan grup

dibandingkan undang-undang perseroan terbatas tahun 2007, yakni

tercantum dalam pasal 29 UUPT No. 1 tahun 1995.34

Memori penjelasan

pasal tersebut menunjukan bahwa pengaturan mengenai keterkaitan antara

perusahaan induk dengan anak perusahaan dalam UUPT No.1 tahun 1995

sebagai hubungan khusus diantara dua perseroan .35

jika dikaji secara

komprehensif UUPT No.40 tahun 2007 bukan hanya memberikan legalitas

terbentuknya perusahaan grup melalui mekanisme akuisisi, pemisahan dan

pembentukan perseroan baru, namun UUPT 40 tahun 2007 juga

34

Pasal 29 UUPT No.1 Tahun 1995 : “perusahaan anak adalah perseroan yang mempunyai

hubungan khusus dengan perseroan lainnya yang dapat terjadi karena : a. lebih dari 50% sahamnya

dimiliki oleh induk perusahaan. B. lebih dari 50% suara dalam RUPS dikuasai oleh induk

perusahaannya.C.control atas jalannya perseroan, pengangkatan dan pemberhentian direksi dan

komisaris sangat dipengaruhi oleh induk perusahaan. 35

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010). h.24

Page 30: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

melahirkan peraturan yang sifatnya bertentangan dengan konsep

perusahaan grup seperti disebutkan di awal pembahasan. Di mana terdapat

pelarangan melakukan cross holding atau kepemilikan silang yang

terdapat pada pasal 36 ayat 1 UUPT 40 tahun 2007, yang menyatakan

bahwa Perseroan dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri

maupun dimiliki oleh Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau

tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan. Jika diartikan adalah

perusahaan induk yang menanamkan sahamnya pada perusahaan anak

tidak boleh mengeluarkan suaranya pada pengambilan suara di dalam rapat

umum pemegang saham karena saham tersebut dikategorikan sebagai

saham dengan tanpa hak suara.Kecuali saham tersebut diperoleh

berdasarkan peralihan karena hukum,hibah, dan hibah wasiat.36

itu pun

dalam jangka waktu satu tahun saham tersebut harus dilepas kepada pihak

yang tidak dilarang memiliki saham dalam perseroan agar saham tersebut

tidak kadaluarsa dan dapat memberikan keuntungan kepada

perseroan.37

Otomatis dengan mekanisme seperti itu menunjukan bahwa

undang-undang perseroan terbatas di Indonesia berpedoman kepada

prinsip kemandirian perseroan karena tidak menghendaki adanya

intervensi daripada pihak luar menyangkut suatu kedaulatan badan hukum

36

Pasal 36 ayat 2 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas :

“Ketentuan larangan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku

terhadap kepemilikan saham yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hukum, hibah,atau

hibah wasiat” 37

Pasal 36 ayat 2 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas: “Saham

yang diperoleh berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam jangka waktu

1 (satu) tahun setelah tanggal perolehan harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak di larang

memiliki saham dalam Perseroan”

Page 31: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

perseroan.Dan hal ini dipertegas didalam pasal 86 ayat 2 huruf a, pasal 86

ayat 2 huruf b, pasal 86 ayat 2 huruf c undang-undang nomor 40 tahun

2007 tentang perseroan terbatas, yang mana di dalam ketentuan pasal

tersebut melarang adanya pemberian suara dalam mekanisme pengambilan

suara pada forum RUPS apabila suara tersebut dihasilkan oleh pemegang

saham yang terafiliasi oleh perusahaan tersebut yang dikhawatirkan akan

melahirkan konflik kepentingan (conflict of interest).38

Oleh sebab itu,

saham tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai sarana memberikan

suaradalam forum RUPS seperti yang di tegaskan di dalam ketentuan pasal

84 ayat 1 UUPT No.40 tahun 2007.39

B. Status Kemandirian Perusahaan Berbadan Hukum

Kerangka pengaturan perusahaan grup di Indonesia masih

menggunakan hukum perseroan.Sesuai dengan peruntukannya sebagai

perseroan tunggal, hukum perseroan tidak memberikan pengakuan yuridis

terhadap status perusahaan grup vis-à-vis badan hukum lainnya.40

Terhadap

induk dan anak perusahaan yang berbadan hukum mandiri, berlaku prinsip

hukum yang menjadi pondasi dasar perseroan terbatas yang meliputi

pengesahan badan hukum, status badan hukum perseroan sebagai subjek

38

Pasal 84 ayat 2 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas: “ Hak

suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

a. saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan;

b. saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya secara langsung atau

tidak langsung; atau

c. saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau

tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.” 39

Pasal 84 ayat 1 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas: “Setiap

saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain.” 40

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010).. h.98

Page 32: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

hukum mandiri.41

Dengan status PT sebagai badan hukum, maka sejak saat

itu hukum memberlakukan pemilik atau pemegang saham dan pengurus

terpisah dari PT itu sendiri yang dikenal dengan istilah “separate legal

personality” yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri.42

Segala perbuatan

hukum yang dilakukan dalam rangka kerjasama dalam perseroan itu

dipandang semata-mata sebagai perbuatan hukum badan hukum itu

sendiri.43

Artinya setelah PT berdiri, berlaku teori “institusional” yakni para

pemegang saham harus tunduk kepada perseroan sebagai badan

hukum.44

Dengan kata lain setelah perseroan menjadi badan hukum status

para pendiri berubah menjadi pemegang saham, yang satu tidak dapat

menuntut yang lain dan yang dapat dituntut dalam hal ini adalah PT

melalui pengurus.45

Dengan begitu tanggung jawab pemegang saham hanya

terbatas kepada modal yang dimilikinya, serta pemegang saham tidak

berhak bertanggung jawab atas kerugian yang diderita perseroan melebihi

dari modal yang dimilikinya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan atas

harta pribadi si pemegang saham.Karena perseroan sebagai badan hukum

maka perseroan dapat mempunyai harta kekayaan serta hak dan kewajiban

41

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.98 42

I.G. Rai.Widjaya Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan Peraturan Pelaksanaan

Di Bidang Usaha. (Jakarta: Kesaint Blanc. 2000) h.131 43

Rudhi Prasetya. Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas. (Bandung: Citra Aditya

Bakti.1996) h.30-31 44

Sentosa Sembiring. Hukum Perusahaan Tentang Perseroan. (Bandung: Cv Nuansa

Aulia.2012) h.9 45

Habib Adji. Status Badan Hukum,Prinsip-Prinsip Dan Tanggung Jawab Social

Perseroan Terbatas. ( Bandung: Mandar Maju.2008) h.14

Page 33: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

sendiri terlepas dari harta para pesero atau pemegang saham.46

Jadi,

apabila perseroan mengalami kebangkrutan, tidak akan mempengaruhi

harta kekayaan pemegang saham.47

Ini dikenal dengan sebutan corporate

personality, yang esensinya adalah suatu perusahaan mempunyai

personalitas atau kepribadian berbeda dari orang yang menciptakannya.48

Hal tersebut dapat diartikan bahwasanya PT akan selalu berdiri sampai

waktu yang ditetapkan habis tanpa memperdulikan organ perusahaannya

masih sama atau telah berganti. Perseroan sebagai makhluk atau subjek

hukum artificial disahkan oleh Negara menjadi badan hukum memang

tetap tidak bisa dilihat dan tidak dapat diraba (invicible and intangible)

tetapi eksistensinya riil ada sebagai subjek hukum yang terpisah dan bebas

dari pemiliknya untuk melakukan perbuatan hukum.49

Utang perseroan

menjadi tanggung jawab dan kewajiban perseroan dalam kedudukan dan

kapasitasnya sebagai badan hukum atau entitas yang terpisah dan

independen dari tanggung jawab pemegang saham.50

Berbagai teori telah

muncul mengenai konsep personalitas perseroan sebagai badan hukum

antara lain ;

1. Teori Fiksi (Fictitious Theory). Pokok-pokok yang dikemukakan

dalam teori ini adalah :

46

Wirijono Prodjodikoro. Hukum Perkumpulan,Perseroan Dan Koperasi Di Indonesia.

(Jakarta: Dian Rakyat) h.2 47

Rudhi Prasetya Dan Emmy Yuhassarie.Posiding Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah

Kepailitan Dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya.Perseroan Terbatas Dan Good Governance.

(Jakarta:PPH.2006) h.141 48

I.G. Rai. Widjaya Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan Peraturan

Pelaksanaan Di Bidang Usaha. (Jakarta: Kesaint Blanc. 2000) h.131 49

M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.37 50

M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.38

Page 34: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Perseroan merupakan organisme yang mempunyai identitas hukum

terpisah dari pemiliknya, oleh karena itu perseroan adalah badan

hukum buatan melalui proses hukum. Dan pada dasarnya bersifat

fiktif serta kelahirannya semata-mata melalui “persetujuan”

pemerintah.51

Dapat dikatakan bahwa dalam teori ini menjelaskan

bahwa perseroan lahir secara hukum dan dijadikan simbol terhadap

kumpulan pemegang saham dan organ perseroan lainnya yang

memiliki kepentingan dari kelahiran perseroan.

2. Teori Realistik (Realistic Theorie) ini merupakan teori personalitas

selain teori fiksi, dalam teori ini menjelaskan bahwa :

Perseroan sebagai grup atau kelompok dimana kegaitan dan aktifitas

kelompok itu “diakui hukum terpisah” dari kegiatan dan aktivitas

individu kelompok yang terlibat dalam perseroan, dengan demikian

jumlah peserta terpisah dari komponen (aggregate distinct or separate

from component).Dimana hukum mengakui adanya perbedaan dan

pemisahan personalitas perseroan terbatas.52

3. Teori kontrak (contract theorie), teori ini menjelaskan bahwa

perseroan sebagai badan hukum dianggap merupakan ontrak antara

anggota-anggotanya pada satu segi dan antara anggota-anggota

perseroan ,yakni para pemegang saham dengan pemerintah pada segi

lain.53

Hal tersebut diatur dalam pasal 1 angka 1 juncto pasal 7 ayat 1

51

M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.54 52

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.56 53

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.56

Page 35: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

dan ayat 3 UUPT no.40 tahun 2007. Menurut pasal ini perseroan

didirikan oleh para pemegang saham berdasarkan perjanjian yang

terdiri sekurang-kurangnya 2 orang atau lebih. Dan agar perseroan sah

dikatakan berbadan hukum apabila telah mendapatkan legitimasi

pengesahan oleh pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia (MENKUMHAM). Sebab seperti halnya

personalitas manusia, perseroan sebagai badan hukum juga

mempunyai maksud, tujuan, dan kehendak sama seperti halnya

manusia.54

Latar belakang penerapan prinsip kemandirian suatu

perseroan meliputi kerangka pengaturan relasi internal dan eksternal

yaitu,55

hubungan internal perseroan menyangkut distribusi kekuasaan

dari pihak-pihak yang memegang kekuasaan pengambilan keputusan

dalam perseroan. Perseroan memiliki kemandirian untuk mengambil

keputusan yang bertindak sebagai badan hukum mandiri.56

Hubungan

eksternal perseroan menyangkut distribusi tanggung jawab hukum

pihak-pihak yang menjalankan tanggung jawab atas konsekuensi

perbuatan hukum perseroan. Perseroan merupakan subjek hukum yang

memiliki tanggung jawab hukum atas segala risiko dan biaya yang

timbul dari kegiatan bisnisnya, sedangkan pemegang saham dijamin

54

Agus Budiarto..Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendirian Perseroan. 2002.

h.27 55

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.99 56

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010). h.99

Page 36: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

oleh limited liability.57

Pengesahan status badan hukum memberikan

legalitas hukum kepada perseroan untuk dapat bertindak secara

mandiri. Penjabaran tersebut menunjukan bahwa prinsip hukum

mengenai kemandirian dan tanggung jawab perseroan dapat berjalan

dengan baik ketika badan usaha dikelola dan dijalankan melalui

bentuk perseroan tunggal.58

Senada dari pembahasan di atas, undang-undang nomor 40

tahun 2007 tentang perseroan terbats memberikan ciri adanya

personalitas perseroan sebagai badan hukum. Ciri-ciri pokok

personalitas perseroan tersebut adalah59

:

a. Perseroan diperlakukan sebagai wujud yang terpisah dan berbeda dari

pemiliknya.60

Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 3 ayat 1 UUPT

2007.61

Bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar

modal yang ditanamkannya dalam perseroan dan tidak dapat

dipertanggung jawabkan atas utang perseroan melebihi modalnya.

b. Dapat menggugat dan digugat atas nama perseroan itu sendiri. Hal ini

diatur oleh pasal 98 ayat 1 UUPT 2007 yang isinya dapat didefinisikan

bahwa perseroan dapat menggugat wanprestasi atau PMH terhadap

57

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h. 99-100 58

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.100 59

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.57 60

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.57 61

Bunyi pasal 3 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas

“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat

atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang

dimiliki”

Page 37: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

pihak ketiga, begitu juga sebaliknya, ia dapat digugat oleh pihak ketiga

dengan hal yang sama yang dilakukan oleh perseroan.62

c. Perseroan dapat memperoleh ,menguasai, dan mengalihkan miliknya

atas namanya sendiri. Perseroan dapat memiliki asset dari hasil

keuntungan perusahaan. Menguasai dan memindahkan asset itu sesuai

dengan cara yang ditentukan oleh undang-undang dan anggaran

dasar.63

d. Tanggung jawab pemegang saham , terbatas sebesar nilai sahamnya.64

Hal ini dijelaskan dalam pasal 3 ayat 1 UUPT 2007 yang menegaskan

bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sesuai dengan

besaran modalnya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan atas utang

perseroan terhadap harta pribadi pemegang saham.

e. Pemegang saham, tidak mengurus perseroan kecuali dia dipilih sebagai

anggota direksi. Hal ini dijelaskan didalam pasal 92 ayat 1 UUPT 2007

yang menegaskan bahwa organ perseroan yang menjalankan

perusahaan adalah anggota direksi untuk kepentingan perseroan, dan

selanjutnya pasal 94 ayat 1 menjelaskan bahwa anggota direksi

diangkat oleh RUPS.65

Hal ini menerangkan bahwa selain direksi maka

pemegang saham tidak dapat ikut mencampuri urusan dalam

pengurusan perseroan, karena tugas tersebut secara konstitusional

diberikan hak hanya kepada seorang direksi yang telah diangkat oleh

62

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.58 63

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.58 64

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.59 65

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.59

Page 38: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

RUPS. Dan direksi bertanggung jawab kepada perseroan atas semua

perbuatan yang dilakukan oleh direksi dalam hal pengurusan

perseroan.

f. Melakukan kegiatan terus menerus sesuai jangka waktu yang

ditetapkan dalam anggaran dasar.66

Hal ini diatur oleh pasal 6 UUPT

2007 yang menyebutkan bahwa jangka waktu berdirinya perseroan

dapat didirikan untuk jangka waktu terbatas maupun tidak terbatas

sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar perseroan. Dan

perseroan menjalankan kegiatan dan usahanya sesuai dengan maksud

dan tujuan yang ditentukan dalam anggaran dasar.

Penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa hukum perseroan menerapkan

prinsip mengenai kemandirian badan hukum mandiri.Setiap perseroan memiliki

hak dan kewajiban mandiri, asset dan utang sendiri dan limited liability yang tidak

menanggung pinjaman perseroan dan pengembalian kredit perseroan di luar

modal yang disetor.67

Hukum perseroan menggunakan prinsip hukum mengenai

kemandirian yuridis anak perusahaan atau perusahaan afiliasi ketika keseluruhan

perseroan dimiliki oleh perseroan lain dan terintegrasi menjadi jaringan multi

bisnis yang kompleks.68

Berdasarkan pendekatan diatas hukum perseroan

66

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.60 67

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.100 68

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.100

Page 39: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

tidakmembedakan pengaturan mengenai adanya pemisahan tegas antara perseroan

dan pemegang saham dengan pemisahan antara induk dan anak perusahaan.69

C. Alasan-Alasan Pembentukan Perusahaan Grup

Pengembangan bisnis melalui mekanisme perusahaan grup kini telah

semakin berkembang secara pesat.Perusahaan grup dianggap sebagai bentuk

usaha yang paling mampu memenuhi kebutuhan kegiatan usaha berskala besar

dan memiliki lini usaha yang terdiversifikasi.70

Konstruksi perusahaan grup juga

memudahkan perusahaan yang bersangkutan untuk mengatasi berbagai

permasalahan menyangkut operasional perusahaan yang berada pada wilayah

yurisdiksi berbeda.71

Pembentukan atau pengembangan perusahaan grup

merupakan strategi pertumbuhan eksternal untuk mengakomodasi ekspansi bisnis

ataupun memperoleh posisi strategis di pasar dengan melakukan baik integrasi

vertikal/horizontal maupun diversifikasi usaha kerja sama dengan perusahaan lain

atau mengalokasikan sebagain kegiatan usaha ke perusahaan lain.72

Pembentukan

atau pengembangan perusahaan grup merupakan bagian strategi pertumbuhan

perusahaan secara eksternal melalui integrasi dan diversifikasi, sebagaimana

proses berikut ini.73

69

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.100 70

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.64 71

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.64 72

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.71 73

Mudrajat kuncoro,”strategi bagaimana meraih keunggulan kompetitif”.h.110.

Page 40: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

1. Integrasi vertikal, yaitu usaha perusahaan untuk memperoleh kendali terhadap

input dan output, ataupun keduanya, nelalui integrasi vertikal, perusahaan

dapat memadukan keseluruhan proses produksi dari pasokan sumber daya,

produksi, hingga distribusi.74

Integrasi horizontal, yaitu perluasan operasi

usaha untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperkuat daya saing dengan

cara menggabungkan suatu perusahaan degan perusahaan lain dalam industri

yang sama. Praktik integrasi horizontal dilakukan dengan cara melakukan

akuisisi.75

2. Diversifikasi, yaitu usaha perusahaan untuk memperluas operasional dengan

berpindah ke industri yang berbeda atau mengerjakan produk yang berbeda

dengan pasar yang berbeda.76

Secara umum ada dua alasan utama pembentukan atau pengembangan

perusahaan grup.

1. Perintah peraturan perundang-undangan, berimplikasi kepada terbentuknya

perusahaan grup biasanya melibatkan kepentingan ekonomi pengelolaan

kekayaan Negara/daerah dari badan usaha milik Negara/daerah.77

Peraturan

perundang-undangan ini memuat ketentuan yang didorong oleh kepentingan

74

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.71 75

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.72 76

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.72 77

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.64

Page 41: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

bisnis dari penyertaan modal pemerintah serta meningkatkan efisiensi

ataupun daya saing badan usaha yang bersangkutan.78

2. Respons pelaku usaha terhadap escape claused dalam peraturan perundang-

undangan.79

Peraturan perundang-undangan ini biasanya bersifat sektoral

yang hanya mengatur sektor usaha atau industri terkecil saja,

pembentukannya disebabkan oleh adanya respons pelaku usaha pada suatu

sector usaha atau industri. Untuk menghindari pembatasan didalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.80

Selain dua hal tersebut, yang mendorong pembentukan perusahaan grup

adalah bagian strategi perusahaan grup untuk memperoleh manfaat ekonomi atas

pembentukan atau pengembangan perusahaan grup.81

Dengan adanya anak

perusahaan diharapkan ekspansi perusahaan holding mencapai hasil yang

maksimal sebagai tujuan utama dari para pelaku usaha yakni mencari keuntungan

yang sebesar-besarnya.Oleh sebab itu, pembentukan holding company ini

dimaksudkan agar adanya control system oleh induk kepada anak perusahaan agar

anak perusahaan dapat memaksimalkan usahanya.Alasan ekonomi pembentukan

perusahaan grup tidak dapat dilepaskan dari kepentingan bisnis ataupun strategi

korporasi terhadap bidang usaha yang dimasuki perusahaan grup yang

78

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.64 79

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.65 80

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.65 81

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.69

Page 42: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

bersangkutan, terutama dalam mendukung penciptaan nilai tambah melalui sinergi

dari beberapa perusahaan.82

D. Perbuatan-Perbuatan Hukum yang dapat Melahirkan Perusahaan Grup

Legitimasi peraturan perundang-undangan untuk membentuk suatu

mekanisme perusahaan grup adalah dapat dilakukan dengan cara melakukan

pendirian perseroan oleh perseroan lain, pembentukan perusahaan grup melalui

pengambil alihan dan pembentukan perusahaan grup melalui pemisahan.83

Hal-hal

tersebut akan lebih jelas jika diuraikan seperti berikut:

1. Pendirian suatu perseroan oleh perseroan lain. Menurut penjelasan pasal 7

ayat (1) UUPT 2007 telah memberikan suatu legitimasi bagi suatu perseroan

untuk mendirikan perusahaan baru.84

Hal tersebut dapat dilakukan karena

undang-undang memberikan hak kepada subjek hukum minimal dua orang

untuk dapat melakukan perbuatan hukum membentuk suatu perusahaan

berbadan hukum peerseroan, subjek hukum menurut undang-undang tersebut

adalah orang perseorangan baik warga Negara Indonesia maupun warga

Negara asing (naturlijke person) atau badan hukum Indonesia maupun badan

hukum asing (recht person). Memori penjelasan pasal 7 ayat 1 UUPT no.40

tahun 2007 memang tidak menyatakan secara eksplisit mengenai implikasi

yuridis pendirian suatu perseroan oleh perseroan lain, tetapi memori

penjelasan ini telah memberikan legitimasi bagi suatu badan hukum untuk

82

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.70 83

Suryani Bhekti. 215 Tanya Jawab Perseroan Terbatas.Lascar Aksara. h.122 84

Bunyi pasal 7 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas:

“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa

Indonesia”

Page 43: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

mendirikan perseroan lain.85

Pendirian suatu perseroan oleh perseroan lain

dapat menimbulkan keterkaitan antara induk dengan anak perusahaan

sehingga dapat membentuk konstruksi perusahaan grup. Hal inilah yang

dijadikan landasan bagi para pelaku usaha yang ingin mengekspansikan

bisnisnya melalui konstruksi perusahaan grup. Maka, dengan adanya

pembentukan perseroan baru yang dibentuk oleh suatu perseroan berbadan

hukum, secara hukum akan melahirkan suatu perseroan baru yang akan

memungkinkan dijadikan sebagai anak perusahaan oleh perseroan yang

membentuknya.

2. Pengambilalihan atau akuisisi. Cara yang kedua bagi pelaku usaha yang ingin

melakukan pengembangan bisnisnya melalui konstruksi perusahaan grup

adalah dengan melakukan akuisisi. Definisi Akuisisi di dalam undang-undang

nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas diatur oleh pasal 1 angka 11

juncto pasal 1 ayat 3 peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 yaitu,

perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan

untuk mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian atas perseroan tersebut. Pengambilalihan atau yang biasa

disebut dengan akuisisi menurut pasal 125 ayat 3 UUPT 40 Tahun 2007 akan

mengakibatkan secara hukum adanya peralihan pengendalian oleh pihak yang

mengambil alih perseroan, atau pihak yang mengakuisisi, dan perseroan yang

di ambil alih sahamnya tidak menjadi bubar dan tetap eksis seperti

85

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.111

Page 44: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

sediakala.86

Pasal 125 ayat 1, menjelaskan pengambilalihan saham dapat

dilakukan terhadap saham yang telah dikeluarkan, ataupun jenis saham yang

baru akan dikeluarkan perseroan (saham portefel). Berarti menurut hukum,

saham perseroan yang dapat diambil alih adalah saham yang telah

ditempatkan atau disetor, tetapi dapat juga terhadap saham yang baru akan

dikeluarkan atau saham portefel. Pihak yang dapat mengambil alih adalah

bisa melalui direksi perseroan yang mewakili perseroan ataupun langsung

dari pemegang saham hal tersebut diatur oleh pasal 125 ayat 2 UUPT 2007.87

Pengambil alihan perseroan oleh perseroan harus berdasarkan keputusan

RUPS dan harus dilakukan dengan ketentuan kuorum yang telah diakomodir

oleh pasal 89 UUPT 2007. Tanpa keputusan RUPS, pengambilalihan yang

dilakukan direksi adalah cacat hukum dan dikategorikan perbuatan ultra

vires.88

Lain hal apabila pengambilalihan dilakukan oleh orang perseorangan

atau pemegang saham, maka keharusan mendapatkan persetujuan dari RUPS

tidak dibutuhkan. Tetapi dilakukan langsung melalui perundingan dan

kesepakatan oleh pihak yang akan mengambil alih dengan pemegang saham

dengan tetap memperhatikan anggaran dasar perseroan yang diambil alih.89

Dalam hal pengambilalihan baik melalui badan hukum maupun orang

perseorangan tetap harus memperhatikan kepentingan para pihak yang

berkepentingan dan pihak tersebut dapat mengajukan keberatan apabila hak-

86

Munir Fuady. Hukum Tentang Akuisisi,Take Over Dan Lbo. (Bandung: Citra Ditya

Bakti.2001) h.5 87

Bunyi pasal 125 ayat 2 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas :

“Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan.” 88

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.511 89

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.517

Page 45: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

haknya dicederai oleh perbuatan hukum pengambilalihan tersebut dan

perseroan yang ingin melakukan pengambilalihan wajib menyelesaikan

keberatan-keberatan tersebut sebelum berlangsungnya pengambilalihan

apabila penyelesaian tersebut belum diselesaikan maka proses

pengambilalihan belum dapat dilaksanakan hal tersebut diatur dalam

ketentuan pasal 127 ayat 7 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas. Akuisisi dapat terjadi dalam keseluruhan ataupun secara

sebagian, akuisisi secara keseluruhan terjadi jika yang mengambil alih adalah

seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih tersebut, sedangkan disebut

akuisisi biasa jika mengambil alih lebih dari 50% kepemilikan saham.90

3. Mekanisme pembentukan perusahaan grup terakhir adalah melalui

pemisahan. Definisi pemisahan diatur oleh pasal 1 angka 12 UUPT 2007.91

Ketentuan dalam pasal tersebut tidak secara eksplisit menjelaskan bahwa

pemisahan perseroan dapat berimplikasi pada pembentukan perusahaan grup

ataupun timbulnya pengendalian satu perseroan terhadap perseroan lain,

tetapi materi ini memberikan legitimasi bagi pembentukan perusahaan grup

melalui pemisahan satu perseroan menjadi dua atau lebih perseroan.92

Pemisahan akan mengakibatkan seluruh aktiva maupun pasiva perseroan

beralih karena hukum kepada satu atau lebih perseroan lainnya. Dari rumusan

90

Gunawan Widjaja. Merger Dalam Perspektif Monopoli. ( Jakarta : Raja Grafindo

Persada.2002) h.52-53 91

Bunyi pasal 1 angka 12 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas:

“Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha

yang mengakibatkan seluruh aktiva d an pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua)

Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1

(satu) Perseroan atau lebih” 92

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.112

Page 46: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi objek pemisahan adalah

pemisahan usahanya. 93

cara pemisahan dapat dilakukan dengan cara

melakukan pemisahan murni dan pemisahan tidak murni. Pemisahan murni

diatur oleh ketentuan pasal 135 ayat 2 bahwa pemisahan murni

mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan tersebut beralih karena

hukum kepada dua perseroan atau lebih yang menerima peralihan, dan

perseroan yang melakukan pemisahan berakhir karena hukum. Sedangkan

pemisahan tidak murni diatur oleh pasal 135 ayat 3 yakni, pemisahan tidak

murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan yang melakukan

pemisahan beralih karena hukum kepada satu perseroan lain atau lebih yang

menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap

ada.

Memori penjelasan mengenai pembentukan perseroan baru,

pengambilaihan atau akuisisi serta pemisahan menunjukan bahwa UUPT 2007

telah memberikan legitimasi kepada munculnya realitas kelembagaan perusahaan

grup.Konstruksi perusahaan grup tidak mungkin ada apabila peraturan perundang-

undangan tidak memberikan legitimasi terhadap realitas kelembagaan perusahaan

grup tersebut.94

Namun keberadaan legitimasi tersebut sebenarnya adalah

bertentangan dengan konsepsi dasar perseroan terbatas sebagai badan hukum

mandiri. Dan legitimasi tersebut yang melandaskan perseroan memiliki atau

memperoleh saham pada perseroan lain menjadi alasan keberadaan bagi

93

Gatot Supramono. Hukum Perseroan Terbatas. ( Jakarta: Djambatan.2009) h.254 94

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.112-113

Page 47: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

timbulnya relasi pengendalian induk perusahaan terhadap anak perusahaan dan hal

tersebut memungkinkan anak perusahaan akan kehilangan kemandirian karena

adanya kewenangan induk perusahaan untuk mengendalikan anak perusahaan.95

Secara umum pengaturan mengenai pengendalian pada suatu perseroan

diartikulasikan melalui kepemilikan atas mayoritas saham yang dikeluarkan oleh

pemegang saham pengendali, kepemilikan atas mayoritas hak bersuara, hak untuk

menentukan komposisi dewan direksi, dan hak untuk mengarahkan proses

pengambilan keputusan anak perusahaan yang mandiri.96

95

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.113 96

Sulistyowati.Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.114

Page 48: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

BAB III

TINJAUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

TERHADAP PERUSAHAAN GRUP

A. Hubungan Hukum Antara Perusahaan Induk dengan Anak

Perusahaan

Pada dasarnya undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas, sebagai landasan aturan main daripada bentuk badan

hukum perseroan terbatas tidak mengatur secara jelas mengenai hubungan

hukum yang terikat antara induk perusahaan dengan anak perusahaan.

Namun pertumbuhan pesat jumlah perusahaan grup di Indonesia

dipengaruhi oleh motif mencapai keunggulan yang kompetitif yang

melebihi perusahaan lain, motif jangka panjang untuk mendayagunakan

dana-dana yang telah dikumpulkan, ataupun perintah peraturan perundang-

undangan yang mendorong terbentuknya perusahaan grup.97

Dengan

dilandasi motif tersebutlah para pelaku usaha menjadikan perusahaan grup

sebagai bidang unggulan yang dipilih dalam hal pengembangan usahanya.

Namun keberadaan perusahaan grup sendiri di Indonesia tidak

mendapatkan legitimasi yang utuh perihal status dan kedudukan antara

induk dengan anak perusahaan, hal ini dikarenakan tidak adanya definisi

secara jelas mengenai apa yang dimaksud dengan perusahaan grup dan

tidak adanya ketentuan konkret yang mengatur dengan tegas mengenai hak

dan kewajiban antara induk dengan anak perusahaan. pada dasarnya setiap

97

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.1

Page 49: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

badan hukum yang lahir mengatas namakan perseroan, akan tunduk dan

patuh terhadap undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan

terbatas. Termasuk perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup, yakni

wajib tunduk dan patuh terhadap regulasi tersebut.Oleh sebab itu dengan

mengacu kepada undang-undang perseroan terbatas tahun 2007 tersebut,

kita dapat menyimpulkan bahwa undang-undang tidak melegitimasi secara

khusus mengenai bentuk hubungan hukum antara anak dan induk

perusahaan hal ini dapat dikatakan mengingat tidak ada satu pasal pun

yang menjelaskan mengenai definisi perusahaan grup. Namun perusahaan

grup ditafsirkan sebagai perusahaan-perusahaan yang secara yuridis

mandiri dalam suatu susunan yang erat antara satu sama lain,sedangkan

dari sudut pandang ekonomi dipandang sebagai suatu kesatuan yang

berada dibawah pimpinan sentral.98

Undang-undang di Indonesia yang

mengatur dan menjadi pedoman bagi badan hukum perseroan adalah

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, adalah

menganut prinsip kemandirian perusahaan (separate legal entity) yakni

antara pemegang saham dengan perseroan terdapat pemisahan

kewenangan dan tanggung jawab pemegang saham yakni hanya sebesar

modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut,99

dan pemegang

saham tidak boleh melakukan intervensi terhadap direksi sebagai

98

Emmy Pangaribuan.Perusahaan Kelompok.(Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas

Gadjah Mada) 1994. h.5 99

Bunyi pasal 3 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas

“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat

atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang

dimiliki”

Page 50: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

pengemban amanat pemegang saham dalam hal pengurusan perusahaan

karena kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh direksi adalah mutlak hak

konstitusional yang dimiliki oleh seorang direksi untuk menjalankan

perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.100

Berbicara hubungan hukum antara anak perusahaan dengan induk

perusahaan memang tidak diatur secara jelas, namun jika ditafsirkan

secara analogic hubungan hukum antara induk dengan anak perusahaan

adalah layaknya dua subjek hukum yang melakukan hubungan

hukum.Seperti diketahui bahwa lahirnya perseroan adalah berdasarkan

perjanjian. Hal ini adalah penegasan bunyi pasal 1 ayat 1 undang-undang

nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, dan mengacu kepada

pasal 7 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan

terbatas, bahwa yang dimaksud dalam subjek hukum perseroan adalah

dapat orang perorangan (naturlijke person) maupun badan hukum (recht

person), dalam konteks perusahaan grup yang dimaksud dengan subjek

hukum adalah badan hukum. Hal ini tidak dapat dilepaskan dalam

kaitannya dengan teori fiksi yang melekat dalam suatu perseroan, yakni

kelahirannya semata-mata melalui pengesahan pemerintah dalam bentuk

fiat atauapproval atau concensus of the government..101

yang artinya

perseroan dapat diibaratkan sebagai mahluk yang hidup yang digerakan

oleh personalitas orang-orang yang memiliki kepentingan didalamnya, dan

100

Bunyi pasal 92 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas :”

Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan” 101

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.54

Page 51: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

sebagai subjek hukum maka perseroan dapat melakukan perbuatan hukum.

Dan oleh sebab itu perseroan yang melakukan perbuatan hukum wajib

tunduk kepada aturan yang berlaku, yang mana dalam hal perbuatan

melakukan sebuah perjanjian diatur dalam kitab undang-undang hukum

perdata pasal 1313-1319 tentang perjanjian, pasal 1320-1337 mengenai

sayarat sahnya perjanjian, dan pasal 1338-1341 mengenai akibat dari

perjanjian.102

oleh sebab itu dalam hal terjadi pembentukan anak

perusahaan oleh induk perusahaan baik dalam bentuk pemisahan

perseroan, pengambil alihan perseroan, maupun pembentukan badan

hukum baru selayaknya tunduk kepada aturan-aturan yang mengatur

mengenai hubungan hukum tersebut. Dengan begitu otomatis akan terlihat

mengenai hak dan kewajiban yang timbul akibat hubungan hukum yang

timbul antara induk dengan anak perusahaan. namun yang menjadi

masalah adalah ketiadaan pengaturan yang jelas mengenai hubungan hak

maupun kewajiban dalam konstruksi perusahaan grup mengakibatkan

tidak tertibnya pelaksanaan dari amanat setiap pasal yang terkandung

dalam regulasi yang terkait dengan pelaksanaan perusahaan grup, yakni

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Dimana

dalam undang-undang tersebut hanya memberikan peluang kepada

perusahaan yang ingin membentuk anak perusahaan, namun tidak

menjelaskan bagaimana hubungan antara hak dan kewajiban perusahaan

yang saling terkait tersebut.Karena saat ini konsepsi perusahaan grup tidak

102

M. Yahya harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika. 2011) h.34

Page 52: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

berada dalam ranah hukum, melainkan kepada realitas bisnis tergabungnya

perusahaan-perusahaan yang berada dibawah kendali induk

perusahaan.103

Hal tersebut mengakibatkan terbentuknua perusahaan grup

sebagai bentuk jamak secara yuridis, namun satu kesatuan dalam hal

ekonomi.yang mana dalam aturan hukum hal tersebut melanggar ketentuan

perseroan sebagai badan hukum yang mandiri. Dan pengakuan yuridis

terhadap kemandirian badan hukum induk dan anak perusahaan

menimbulkan komplikasi permasalahan hukum terkait dengan perusahaan

grup, yakni kepemilikan saham induk pada anak,penempatan direksi pada

anak perusahaan, ataupun kontrak bersuara dalam RUPS.104

Dan hal

tersebut dapat berakibat induk perusahaan dapat bertindak sebagai

pemimpin sentral yang dapat mengontrol serta mengendalikan anak

perusahaannya demi mendukung tujuan perusahaan grup sebagai satu

kesatuan ekonomi.Dapat disimpulkan bahwa keterkaitan induk dengan

anak perusahaan menggunakan pendekatan perseroan tunggal berdasarkan

karakteristik badan hukum perseroan yang mandiri dan hal ini

menimbulkan pertentangan dengan realita yang terjadi di Indonesia dalam

konteks perusahaan grup. Oleh sebab itu dikhawatirkan dengan konstruksi

perusahaan grup ini akan dapat menimbulkan kerugian-kerugian materil

maupun immaterial seperti eksternalisasi resiko perusahaan induk terhadap

anak perusahaan yang akan merugikan pihak ketiga dalam suatu hubungan

103

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.20 104

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.20-21

Page 53: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

hukum maupun terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat yang

diakibatkan oleh penguasaan pasar yang bertentangan dengan undang-

undang anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

B. Tanggung Jawab Holding terhadap Pihak Ketiga

Pada dasarnya yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah

subjek hukum baik orang perseorangan (naturlijke person) maupun badan

hukum (recht person) yang telah tidak dinyatakan tidak cakap menurut

ketentuan undang-undang, hal ini diatur dalam pasal 1330 KUHPER,

dalam kaitannya perusahaan grup, maka perusahaan termasuk kedalam

subjek hukum yang berbentuk badan hukum karena telah memiliki hak

dan kewajiban seperti layaknya manusia. Oleh sebab itu perseroan dapat

melakukan hubungan hukum dengan pihak lain seperti layaknya manusia

yang dapat melakukan hubungan hukum dengan orang lain. Oleh karena

itu perseroan sebagai badan hukum mempunyai kekayaan sendiri yang

terpisah dari kekayaan pengurusnya.105

Perusahaan sebagai badan hukum

dalam hal melakukan perbuatan hukum diwakili oleh seorang direksi yang

diawasi oleh komisaris, yang secara representatif mewakili kepentingan

para stakeholder perusahaan tersebut berdasarkan prinsip fiduciary duties

atau prinsip kepercayaan yang diberikan oleh para stakeholders tersebut

untuk menjalankan perusahaan sebaik-baiknya dan sesuai dengan tujuan

dan maksud perseroan yang telah diatur dalam anggaran dasar perseroan.

Fiduciary duties berlaku bagi direksi dalam menjalankan

105

Gatot Supramono. Hukum Pereroan Terbatas Yang Baru. (Jakarta: Djambatan.1996) h.2

Page 54: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

tugasnya,baikdalam menjalankan fungsinya sebagai manajemen maupun

sebagai representasi perseroan.106

Serta direksi secara konstitusional

diberikan hak untuk melakukan pengurusan perseroan secara mandiri

berdasarkan prinsip business judgment rule.Dan jika seorang direksi

melakukan kewenangan diluar dari wewenang yang diberikan dalam

anggaran dasar maka seorang direksi tersebut diwajibkan bertanggung

jawab secara pribadi atas kerugian perusahaan yang timbul akibat

perbuatannya (ultra vires). Oleh karena perseroan didirikan berdasarkan

perjanjian, maka perseroan dalam melakukan perbuatan hukum tidak dapat

dilepaskan dari ketentuan-ketentuan yang diatur oleh kitab undang-undang

hukum perdata, yakni ketentuan pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat

sahnya perjanjian dan asas-asas perjanjian lainnya. Dalam kaitannya

dengan konstruksi perusahaan grup yang masih berpedoman kepada

prinsip perseroan tunggal, maka pertanggung jawaban holding

terhadap.pihak ketiga yang melakukan hubungan hukum dengan anak

perusahaan adalah merupakan bukan tanggung jawab holding atau

perusahaan induk, melainkan tanggung jawab pribadi perusahaan induk.

Hal ini dikarenakan sistem hukum di Indonesia yang masih berpedoman

kepada keterpisahan tanggung jawab (separate legal entity) antara pemilik

saham (perusahaan induk) dengan perusahaan (perusahaan anak) seperti

yang diatur dalam pasal 3 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas yang berimplikasi induk perusahaan tidak

106

Munir Fuady. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002) h.32

Page 55: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh anak

perusahaan melebihi modal yang ditanamkan atau diinvestasikannya

(limited liability) oleh sebab itu anak perusahaan harus memikul resiko

sendiri atas ketidak mampuannya dalam menyelesaikan tanggung

jawabnya kepada pihak ketiga. Tanggung jawab hukum dalam suatu

perusahaan grup mengacu kepada prinsip hukum bahwa induk perusahaan

tidak menanggung atas utang atau perbuatan hukum anggota perusahaan

lainnya ketika setiap perusahaan grup merupakan badan hukum yang

mandiri.107

Hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan yang secara khusus

memaksa perusahaan induk ikut bertanggung jawab menanggung risiko

atas kerugian yang diderita anak perusahaan.dikarenakan sifat alamiah

yang melekat pada perusahaan grup menimbulkan masalah

ketidaksesuaian mengenai standar tanggung jawab pada hukum perseroan

yang di desain untuk kepentingan perseroan tunggal.108

Sebagaimana yang

telah dijelaskan diatas, bahwa bergabungnya induk dengan anak

perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup tidak melepaskan status

masing-masing perusahaannya sebagai subjek hukum mandiri, Oleh sebab

itu tidak ada kewajiban bagi induk perusahaan untuk ikut memikul risiko

akibat perbuatan hukum yang dilakukan oleh anak perusahaan, hal ini

secara tegas diatur oleh pasal 3 ayat 1 undang-undang nmor 40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas. Pada prinsipnya, induk perusahaan tidak

107

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.156 108

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.156

Page 56: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

mempunyai kepentingan dengan hak dan kewajiban anak perusahaan

dalam interaksinya dengan pihak ketiga dan juga tidak memperoleh hak

dari mereka berdasarkan hubungan hukum antara salah satu perusahaan

dalam konstruksi perusahaan grup dengan pihak ketiga.109

Permasalahan

krusial adalah menentukan fakta atas derajat pengendalian induk terhadap

anak perusahaan yang menyebabkan ketidak mandirian anak perusahaan

untuk menjalankan instruksi induk perusahaan.110

Jika melihat dari

perspektif hukum perikatan, maka perlu diketahui terlebih dahulu status

antara perusahaan induk dengan anak perusahaan.Apabila perbuatan

hukum yang dilakukan anak perusahaan dengan pihak ketiga adalah

pelaksanaan tugas yang diberikan oleh induk perusahaan maka perusahaan

induk wajib bertanggung jawab kepada pihak ketiga yang melakukan

hubungan hukum dengan anak perusahaan, hal ini diatur oleh ketentuan

pasal 1367 KUH Perdata.111

Dalam konstruksi pasal tersebut dapat

ditafsirkan secara grammatical analogic yakni apabila dapat dibuktikan

bahwasanya anak perusahaan berada dibawah pengawasan induk

perusahaan dalam hal menjalankan usahanya, maka induk perusahaan

berkewajiban bertanggung jawab memikul kerugian yang diderita anak

perusahaan akibat tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak

109

Emmy Pangaribuan.Perusahaan Kelompok.(Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas

Gadjah Mada) 1994. h.50 110

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.157 111

Bunyi pasal 1367 kitab undang-undang hukum perdata : “seorang tidak bertanggung

jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan sendiri,tetapi juga untuk perbuatan

orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada

dibawah pengawasannya”

Page 57: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

ketiga.Apabila setelah dapat dibuktikan bahwasanya anak perusahaan

adalah dibawah pengawasan induk perusahaan, namun induk perusahaan

tidak mau bertanggung jawab kepada pihak ketiga sebagai akibat ketidak

mampuan anak perusahaan memenuhi tanggung jawabnya, maka induk

perusahaan dapat dikategorikan telah melanggar pasal 1365 KUH Perdata

(onreghmatighdaad).Karena telah membawa kerugian terhadap pihak lain

yang dirugikan (dalam hal ini adalah pihak ketiga). Berdasarkan hal

tersebut, pada prinsipnya induk perusahaan dapat dikenakan tanggung

jawab hukum atas kerugian pihak ketiga sebagai akibat hukum dominasi

induk perusahaan terhadap pengurusan anak perusahaan yang menjalankan

instruksi induk perusahaan.112

sebaliknya hukum perseroan masih

mempertahankan pengakuan yuridis terhadap status badan hukum induk

dan anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri, sehingga induk

perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas

perbuatan hukum yang dilakukan anak perusahaan.113

oleh sebab itu

permasalahan mengenai tanggung jawab hukum induk perusahaan

terhadap pihak ketiga yang menderita kerugian akibat perbuatan hukum

yang dilakukan anak perusahaan karena ketidak mandirian anak

perusahaan yang menjalankan instruksi induk perusahaan merupakan

permasalahan utama dalam konstruksi perusahaan grup.

112

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.158 113

Sulistyowati.Aspek Hukum Dan Realita Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia. (Jakarta:

Erlangga. 2010) h.158

Page 58: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

C. Tanggung Jawab Holding Company Karena Doktrin Piercing The

Corporate Veil

Bagi perseroan yang berbentuk badan hukum, pada prinsipnya

terdapat pemisahan antara harta perseroan dengan harta pribadi para

pemegang sahamnya, hal ini dikarenakan setelah perseroan telah resmi

berstatus badan hukum, pemegang saham tidak dapat lagi mencampuri

kepengurusan perseroan yang secara konstitusional menjadi hak daripada

seorang direksi sebagai representatif sekaligus manajemen dalam suatu

perseroan, begitupun sebaliknya, perseroan juga tidak berhak menuntut

pemegang saham untuk turut serta menanggung rugi atas harta pribadinya

terhadap kerugian yang dialami perseroan. Hal ini diatur oleh pasal 3 ayat

1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas

mengenai pertanggung jawaban terbatas perseroan (limited liability)

.Namun, hal tersebut dapat disimpangi apabila terdapat perbuatan-

perbuatan yang menimbulkan penerobosan keterbatas tanggung jawab

perseroan atau dalam bahasa hukum modern dikenal dengan teori piercing

the corporate veil. Penerobosan tanggung jawab ini dilegitimasikan

didalam ketentuan pasal 3 ayat 2 undang-undang nomor 40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas. Yakni perbuatan-perbuatan yang dilakukan

oleh pemegang saham dengan itikad buruk yang dapat menyebabkan

perseroan merugi.Oleh karena hal tersebut undang-undang memberikan

kewajiban bagi pihak-pihak yang menyebabkan kerugian perusahaan

karena didasari dengan itikad buruk untuk bertanggung jawab secara

Page 59: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

pribadi atas kerugian yang diterima oleh pereseroan sebagai upaya

melindungi hak-hak pemegang saham lainnya atas segala kerugian-

kerugian yang tidak sepatutnya diterima. Karena pada dasarnya misi utama

diterapkannya prinsip piercing the corporate veil ini adalah untuk

mencapai “keadilan” khususnya bagi pihak ketiga dengan pihak

perusahaan yang mempunyai hubungan hukum tertentu.114

Dalam piercing

the corporate veil, pengadilan akan mengabaikan status badan hukum dari

perusahaan tersebut dan membebankan tanggung jawab kepada pihak

“organizer” dan “manager” dari perseroan tersebut dengan mengabaikan

prinsip tanggung jawab terbatas dari perseroan sebagai badan hukum yang

biasanya dinikmati oleh mereka.115

Penerapan teori piercing the corporate

veil secara universal dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut 116

:

1. Penerapan teori piercing the corporate veil karena perusahaan tidak

mengikuti formalitas tertentu

2. Penerapan teori piercing the corporate veil terhadap badan-badan

hukum yang hanya terpisah secara artificial

3. Penerapan teori piercing the corporate veil berdasarkan hubungan

kontraktual

114

Munir Fuady. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002) h.7 115

Munir Fuady. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002). h.8 116

Munir Fuady. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002) h.10

Page 60: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

4. Penerapan teori piercing the corporate veil karena perbuatan melawan

hukum atau tindak pidana

5. Penerapan teori piercing the corporate veil dalam hubungan holding

company dengan anak perusahaan.

Didalam pandangan hukum secara universal terkait penerapan

doktrin piercing the corporate veil pada perusahaan grup adalah sangat

dimungkinkan apabila terdapat bukti-bukti intervensi induk kepada anak

perusahaan, misalnya terdapat beberapa perseroan yang terpisah secara

artifisial , tetapi bisnisnya dilakukan sedemikian rupa sehingga seolah-olah

bisnis tersebut dilakukan oleh satu unit perusahaan saja, karena itu dengan

menerapkan doktrin piercing the corporate veil beban tanggung jawab

akan diberikan kepada seluruh perseroan yang saling terkait.117

Didalam

tatanan hukum perusahaan Indonesia, penerapan doktrin piercing the

corporate veil tersebut sudahlah diatur, mengenai penerobosan tirai

tanggung jawab bagi pihak-pihak yang telah melanggar ketentuan dan

kewajiban yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan maupun

undang-undang, yakni telah ditetapkan dalam beberapa pasal dalam

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Pihak-

pihak tersebut antara lain adalah pemegang saham, pihak direksi, dan juga

pihak komisaris.

Dalam hal pemindahan beban tanggung jawab ke pundak

pemegang saham, undang-undang memberikan ketentuan pada pasal 3

117

Munir Fuady. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002) h.12

Page 61: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

ayat 2 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas,

yakni penerobosan tanggung jawab kepada pihak pemegang saham adalah

apabila seiring berjalannya perseroan pihak pemegang saham baik

langsung maupun tidak langsung memanfaatkan perseroan untuk

kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan kerugian kepada

perusahaan, ataupun secara melawan hukum menggunakan kekayaan

perseroan yang mengakibatkan kekayaan perseroan tidak cukup untuk

melunasi hutang-hutang perseroan. Apabila terjadi peristiwa seperti itu

maka pemegang saham dapat dibebankan kewajiban untuk secara pribadi

bertanggung jawab atas segala perbuatannya yang merugikan

perseroan.Selain kepada pemegang saham, pengalihan beban tanggung

jawab secara pribadi yang menerobos tirai pertanggung jawaban terbatas

(limited liability) juga dapat diterapkan kepada pihak direksi maupun

pihak komisaris. Memang pada prinsipnya dan secara klasik, dengan

diterapkannya teori piercing the corporate veil, maka pemegang sahamlah

yang biasanya dimintakan tanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan

perseroan, akan tetapi dalam perkembanganya teori ini juga dapat

diterapkan kepada pihak direksi dan pihak komisaris.118

Pembebanan

tanggung jawab pribadi kepundak pihak direksi dan komisaris ini

diberlakukan dalam hal direksi dan komisaris tidak menjalankan dengan

baik prinsip fiduciary duty yang diberikan oleh para pemangku

kepentingan didalam suatu perseroan.fiduciary duty sendiri memiliki

118

Munir Fuady. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002) h.23

Page 62: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

pengertian sebagai kepercayaan pemegang saham menyerahkan

pengurusan perseroan kepada direksi dan karenanya menjadi kewajiban

direksi untuk menjalankan pengurusan perseroan dengan sebaik baiknya

(duty of care).119

Karena itu sesuai dengan prinsip fiduciary duty,

seyogyanya di pundak direksilah terletak kewajiban untuk memperhatikan

dengan sungguh-sungguh kepentingan segenap stakeholder, termasuk

mewakili perseroan di pengadilan.120

Hal tersebut saat ini juga dibebankan

pada pihak komisaris yang lalai akan kepercayaan yang diberikan oleh

para stakeholder perseroan. pembebanan tanggung jawab secara pribadi

kepundak direksi yang telah lalai atas prinsip fiduciary duty diatur oleh

pasal 97 ayat 3 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan

terbatas, dimana dalam penjelasannya direksi dibebankan pada tanggung

jawab secara pribadi apabila tidak menjalankan maksud dan tujuan

perseroan yang terkandung dalam anggaran dasar perseroan secara baik.

Hal senada juga dibebankan kepada pihak komisaris yang telah lalai

menjalankan pengawasan terhadap perseroan, ketentuan tersebut diatur

dalam penjelasan pasal 114 ayat 3 undang-undang nomor 40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas.

Hal pembebanan tanggung jawab perusahaan induk terhadap anak

perusahaan berdasarkan prinsip piercing the corporate veil ini, maka

selayaknya perusahaan induk sebagai pemegang saham dalam perusahaan

119

Cornelius simanuntak .urgensi keberadaan direksi independen. (Dalam surat kabar bisnis

Indonesia, edisi 1 september 2004) 120

Munir Fuady. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. (Bandung: CV Utomo. 2005)

h78

Page 63: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

anak dapat dibebankan untuk ikut bertanggung jawab atas ketidak

mampuan anak perusahaan melaksanakan kewajibannya, apabila dapat

dibuktikan adanya unsur sebagai berikut 121

:

1. Pengontrolan anak perusahaan holding

2. Penggunaan kontrol oleh perusahaan holding untuk melakukan

penipuan,ketidakjujuran atau tindakan tidak fair lainnya‟

3. Terdapat kerugian sebagai akibat dari breach of duty dari perusahaan

holding (penyalah gunaan kepercayaan).

Hal tersebut terjadi karena perusahaan induk sebagai pemegang

saham dari anak perusahaan telah menerobos hakikatnya sebagai

pemegang saham dengan melakukan intervensi terhadap pengurusan

perseroan, dan perusahaan induk sebagai pemegang saham anak

perusahaan telah melakukan apa yang telah ditetapkan dalam pasal 3 ayat

2 UUPT 2007 oleh sebab itu pembebanan terhadap doktrin piercing the

corporate veil ini dapat diterapkan kepada perusahaan induk. Dan direksi

sebagai pemegang kepercayaan sebagai representative dari perseroan juga

dapat dipertanggung jawabkan apabila telah membuat kerugian terhadap

perseroan apabila dapat dibuktikan telah melakukan intervensi kepada

pengurusan perusahaan anak karena telah melanggar pasal 97 ayat 3

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas.

121

Munir Fuady. Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam

Hukum Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002). h.14

Page 64: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

BAB IV

ANALISIS YURIDIS HOLDING COMPANY

A. Asas Kemanfaatan Hukum Memandang Legitimasi Terbentuknya

Perusahaan Grup Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007

Pada dasarnya hukum dibentuk dengan tujuan melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.Kutipan tersebut tertera didalam

alinea pembukaan undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun

1945. Jika ditafsirkan maka UUD 1945 mengamanatkan agar

pemerintahan menjunjung tinggi nilai-nilai yang bersifat memberikan

kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penerapan hukum harus

dapat memberikan manfaat kepada masyarakat selain memberikan

keadilan dan kepastian hukum. Karena dalam penegakan hukum, paling

tidak ada tiga asas yang harus diperhatikan, yaitu asas keadilan

(gerechtigkeit), asas kepastian hukum (rechtssicherheit) dan asas

kemanfaatan (zweckmassigkeit).Dalam penegakan hukum, ketiga asas

tersebut harus sama-sama diperhatikan secara proporsional dan

Page 65: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

seimbang.122

hal tersebut juga berkaitan dengan realitas bisnis yang kian

berkembang khususnya dalam bisnis yang bergerak dibidang penyiaran.

Sudah barang tentu media merupakan salah satu bidang usaha yang

banyak dilirik kalangan pengusaha dalam mengembangkan usahanya,

selain merupakan salah satu bisnis yang memiliki keuntungan besar, bisnis

tersebut juga terkadang dimanfaatkan sedemikian rupa hingga berpeluang

menciptakan propaganda dari tujuan awal yaitu mencari keuntungan

ekonomis, serta dapat juga dijadikan sebagai media pencitraan bagi

pemilik perusahaan ataupun mengambil keuntungan lain dari kepemilikan

perusahaan dibidang penyiaran apabila perusahaan penyiaran tersebut

dimiliki oleh seseorang atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan

terhadap opini pubik dan memiliki tendensi untuk mendapatkan apresiasi

dan simpati dari masyarakat.

Pada hakikatnya setiap orang dijamin oleh undang-undang dasar

1945 akan haknya untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi serta

memiliki dan mengolah informasi untuk disampaikan melalui saluran yang

tersedia, ketentuan ini diatur dalam pasal 27F UUD 1945. Namun

ketentuan tersebut tidak dapat ditafsirkan secara bebas melainkan harus

tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan undang-

undang yakni mensejahterakan bangsa.Dalam hal ini tentunya undang-

undang mengamanatkan untuk pengaplikasian dari sebuah nilai yang

terkandung di dalamnya untuk bertujuan memberikan manfaat kepada

122

Nur Rohim Yunus. Restorasi Budaya Hukum. (Jurisprudence Press. 2012) h. 84

Page 66: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

masyarakat secara umum. Dengan begitu penafsiran akan pasal 27F UUD

1945 harus ditafsirkan menegasikan kebebasan kepemilikan media yang

berorientasi pada sebuah informasi (media penyiaran) tanpa batas

melainkan harus dibatasi. Hal tersebut dikarenakan menghindari bahaya

laten dari sebuah kebebasan memiliki sebuah perusahaan yang bergerak

dibidang penyiaran dengan tanpa batas yang dikhawatirkan dapat

menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dalam bentuk penguasaan

yang sentralistik dan monopolistik serta hal-hal lain yang dapat merugikan

masyarakat. Oleh karena itu demi melindungi masyarakat, undang-undang

harus dapat mengantisipasi peluang-peluang yang dapat di salah gunakan

dari tendensi terciptanya persaingan usaha yang tidak sehat. Namun

berdasarkan UUD 1945 pasal 1 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Negara

Indonesia adalah Negara hukum, dapat ditafsirkan melalui penafsirana

contrario maka merujuk kepada sebuah asas yang bernama asas legalitas,

yakni selama tidak diatur oleh undang-undang maka perbuatan hukum

tidak dapat dipersangkakan melanggar undang-undang, dan apa yang

tercantum didalam undang-undang adalah sesuatu yang harus dipatuhi.

Oleh sebab itu, pesatnya metode usaha dengan konstruksi perusahaan grup

dikarenakan undang-undang sendiri meskipun tidak mengatur secara

khusus tentang konstruksi perusahaan grup namun memberikan peluang-

peluang untuk dapat terciptanya bentuk usaha dengan model perusahaan

grup. hal ini dijabarkan saat ketentuan pasal 7 ayat 1 undang-undang

nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mengharuskan sebuah

Page 67: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih. Dalam hal ini dimaksudkan

karena pada dasarnya perseroan lahir dari sebuah hubungan perjanjian,

yang mana perjanjian diharuskan terdapat dua orang atau lebih yang

mengikatkan diri, pihak yang satu sebagai penerima prestasi dan pihak

yang lain sebagai pelaksana prestasi. Ketentuan dalam pembentukan

perseroan tersebut juga dimaksudkan kepada badan hukum, karena

ketentuan yang terdapat didalam pasal 7 ayat 1 tersebut bukan hanya

ditujukan kepada orang-perseorangan saja (natuurlijke person) melainkan

juga terhadap badan hukum sebagai subjek hukum perseroan (recht

person). Dengan ketentuan seperti itu apabila yang melakukan hubungan

hukum antar badan hukum perseroan, maka akan berpeluang bagi

perseroan yang mengikatkan diri tersebut menciptakan anak perusahaan

(subsidiary). Pada kenyataan peluang ini belum direspon oleh undang-

undang tentang perseroan terbatas dalam menangkap fenomena model

usaha dengan konstruksi perusahaan grup yang sudah sangat

berkembang.Dan ketentuan tersebut dapat dimanfaatkan bagi perseroan-

perseroan yang ingin membantuk perusahaan anak. Dalam bidang

penyiaran diatur ketentuan yang terdapat didalam peraturan pemerintah

nomor 50 tahun 2005 tentang penyelenggaraan penyiaran lembaga

penyiaran swasta pasal 31 ayat 1 mengenai pembatasan kepemilikan

silang, yakni Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga

Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu)

badan hukum, baik disatu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah

Page 68: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

siaran. Meskipun didalam ketentuan pasal tersebut dibatasi hanya satu

badan hukum, namun karena ketentuan pasal 7 ayat 1 undang-undang

nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mengatur ketentuan

pembentukan suatu badan hukum harus dilakukan oleh 2 orang, baik orang

perseorangan maupun badan hukum, maka hal tersebut berlaku mutatis

mutandis terhadap ketentuan badan hukum didalam undang-undang nomor

32 tahun 2002 tentang penyiaran dan pasal 31 ayat 1 peraturan pemerintah

nomor 5 tahun 2005 tentang penyelenggaraan penyiaran lembaga

penyiaran swasta dikarenakan setiap perseroan wajib tunduk kepada

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Dengan

demikian perusahaan dibidang penyiaran pun dapat membentuk anak

perusahaan sehingga tercipta sebuah model usaha dengan sistem

perusahaan grup.dan apabila kemungkinan tersebut terjadi maka dapat

dipastikan hal demikian akan merugikan masyarakat umum, kerugian

tersebut dikarenakan bahwa dalam hal bekerjanya lembaga penyiaran

adalah tidak lain merupakan pemanfaatan atas spektrum frekuensi radio.

Hal ini ditegaskan melalui pasal 1 ayat 2 undang-undang nomor 32 tahun

2002 tentang penyiaran yang berbunyi “Penyiaran adalah kegiatan

pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana

transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan

spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya

untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat

dengan perangkat penerima siaran.” Yang berarti pemanfaatan spektrum

Page 69: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

frekuensi radio tersebut adalah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk

kepentingan rakyat, dikarenakan merupakan ranah publik dan sumber daya

alam terbatas, sebagaimana hak rakyat yang telah diakomodir oleh

ketentuan pasal 33 ayat 3 Undang-undang dasar Negara republik Indonesia

tahun 1945, yang menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat. dan spektrum frekuensi radio

merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang telah diamanatkan oleh

ketentuan pasal 1 ayat 2 undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang

peraturan dasar-dasar pokok agraria, yang menyebutkan “Seluruh bumi,

air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan

Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa Indonesia dan

merupakan kekayaan nasional“ oleh sebab itu sesuatu yang bersifat

diperuntukan untuk kemakmuran rakyat haruslah dilindungi oleh Negara

dengan tujuan untuk memberikan manfaat kepada rakyat dalam hal

merefleksikan amanat pancasila dan undang-undang dasar Negara republik

Indonesia 1945, dalam hal ini penafsiran a contrario dari kalimat tersebut

adalah menegasikan adanya pengalokasian manfaat hanya kepada sebagian

orang maupun golongan tertentu (dalam hal ini pengusaha di bidang

penyiaran). Namun dengan adanya ketentuan bahwa dalam pembentukan

suatu badan hukum perseroan diwajibkan didirikan oleh minimal 2 orang,

yakni baik perseorangan maupun badan hukum maka timbulah

Page 70: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

kesempatan untuk melakukan pembentukan suatu konstruksi perusahaan

grup, yakni dapat dilakukan melalui pemisahan badan hukum,

pembentukan badan hukum baru maupun pengambil alihan (akuisisi).

Pembentukan mekanisme perusahaan grup di bidang penyiaran dapat

membuka peluang terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat, selain

pemanfaatan spectrum frekuensi radio yang berlebihan dan dapat

merugikan kepentingan rakyat banyak karena pada dasarnya kekayaan

alam yang terdapat di Negara Indonesia adalah hak masyarakat secara

umum yang dijamin oleh undang-undang dan apabila pemanfaatan

spektrum frekuensi radio di monopoli oleh pihak-pihak tertentu maka hal

tersebut merupakan kedzaliman yang dilegalkan akibat belum di

elaborasikannya peraturan yang mengatur secara komprehensif mengenai

konstruksi perusahaan grup. Selain itu, penguasaan media pun dapat

digunakan untuk kepentingan golongan tertentu, sebagai contoh, apabila

sebuah media dikuasai oleh calon peserta pemilihan legislatif, pemilihan

presiden, maupun calon peserta pemilu raya, maka hal tersebut

dikhawatirkan dapat menciptakan dekadensi kompetisi yang sehat antar

para kandidat, yakni dengan pemanfaatan sarana tersebut untuk

menciptakan opini-opini tidak netral yang menyerang kandidat lainnya,

ataupun opini-opini pencitraan yang menguntungkan pihak pemilik media

tersebut yang mana jelas mencederai hak rakyat untuk mendapatkan

informasi secara benar, jujur dan tidak memihak. Oleh karena itu

kelemahan yang diatur dalam undang-undang nomor 40 tahun 2007

Page 71: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

tentang perseroan terbatas sebagai based on daripada pembentukan badan

hukum perseroan di Indonesia, termasuk badan hukum perseroan di bidang

penyiaran dengan tidak diaturnya ketentuan-ketentuan terkait perusahaan

grup secara khusus dan komprehensif akan menimbulkan kedzaliman bagi

masyarakat secara umum karena berpeluang menciptakan iklim persaingan

usaha yang tidak sehat dan merugikan pihak-pihak lain didalamnya,

seperti pemegang saham minoritas, dan pencederaan terhadap asas

pemisahan kepemilikan badan hukum (separate legal entity). Karena

dalam praktik perusahaan grup di Indonesia , sebagian besar induk

perusahaan pada perusahaan grup di Indonesia menjalankan kegiatan

usaha sendiri serta mengendalikan anak-anak perusahaan.123

ketentuan

tersebut jelas melanggar prinsip kemandirian perusahaan berbadan hukum,

oleh sebab itu suatu undang-undang dapat di perdebatkan terkait

kemanfaatannya apabila terdapat suatu celah dari legitimasi yang diberikan

oleh undang-undang yang berpeluang menyebabkan bahaya laten dari

keberadaan ketentuan-ketentuan tersebut.

Larangan perbuatan yang menimbulkan kedzaliman terhadap hak

orang lain secara sistematis juga terdapat didalam kandungan kitab suci

Al-Quran surat An-Nisa ayat 29 yang berbunyi :

123

Rudhi Prasetya. Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas Disertai Dengan Ulasan UU

No.1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. (Bandung : Citra Aditya Bakti,1996). h.64

Page 72: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”(Q.S. An-Nisa/4: 29)

Secara a contrario ayat diatas berpesan agar setiap manusia

mencari rezeki dengan jalan yang halal dengan tidak mendatangkan

kerugian bagi orang lain, termasuk dalam hal berniaga, oleh sebab itu

perbuatan yang berpeluang menciptakan kerugian terhadap orang lain

tidak diperbolehkan baik didalam ajaran Agama maupun Undang-undang.

B. Akibat hukum dari pelaksanaan konstruksi perusahaan grup

terhadap pelaku usaha di bidang penyiaran dikaitkan dengan

undang-undang nomor 5 tahun 1999

Pada dasarnya setiap badan hukum perseroan adalah tunduk kepada

undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas

(selanjutnya disebut UUPT 2007), hal tersebut di akomodir didalam

ketentuan pasal 4 undang-undang tersebut, oleh sebab itu perseroan

dibidang penyiaran pun tidak luput dari kewajiban-kewajiban yang di

amanatkan dalam ketentuan undang-undang dimaksud, yakni UUPT 40

tahun 2007. Bahwa terdapat teori perjanjian didalam pembentukan suatu

badan hukum perseroan.hal tersebut diatur dalam pasal 1 ayat 1 UUPT 40

Page 73: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

tahun 2007, yang mana disebutkan bahwa perseroan merupakan suatu

persekutuan modal yang didirikan oleh para pendiri berdasarkan

perjanjian. Artinya pendirian perseroan dilakukan secara konsensual, yakni

perjanjian yang diamanatkan oleh kitab undang-undang hukum perdata

yakni pasal 1313 mengenai suatu pengikatan persetujuan oleh pihak-pihak

yang mengikatkan dirinya satu sama lain untuk melakukan hubungan

hukum, dalam hal ini adalah untuk mendirikan perseroan. dengan

demikian pelaksanaan perjanjian pembentukan suatu perseroan tersebut

tunduk kepada hukum perikatan yang diatur oleh kitab undang-undang

hukum perdata. Selain itu, penegasan dari pemberlakuan teori perjanjian

didalam pembentukan perseroan adalah dengan diwajibkannya suatu

perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih yang mengikatkan diri

sebagai pemegang saham.Ketentuan dua orang atau lebih tersebut

ditujukan baik untuk orang perseorangan (natuurlijke person) maupun

badan hukum (recht person) .Oleh sebab, itu suatu badan hukum perseroan

pun dianggap sebagai subjek hukum yang tunduk kepada kitab undang-

undang hukum perdata. Terkait ketentuan tersebut, dalam hal

pembentukan perusahaan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan, termasuk

perseroan di bidang penyiaran haruslah dapat dibuktikan syarat sahnya

perjanjian seperti yang terdapat didalam pasal 1320 Kitab undang-undang

hukum perdata, yang menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian

meliputi sepakat, cakap, suatu hal tertentu, dan sebab yang halal. Syarat

sepakat dan cakap merupakan syarat subjektif perjanjian yang artinya

Page 74: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

apabila terdapat kesalahan terkait sepakat dan cakap maka suatu perjanjian

adalah dapat dimintakan pembatalan perjanjian, sedangkan ketentuan dari

suatu hal tertentu dan sebab yang halal adalah suatu syarat objektif sahnya

perjanjian, yang artinya bilamana terjadi kesalahan menyangkut syarat

suatu hal tertentu dan sebab yang halal maka perjanjian adalah batal demi

hukum dan tidak memiliki kewajiban untuk pihak-pihak melakukan

pemenuhan prestasi. Ketentuan batal demi hukum yang merupakan amanat

dari syarat objektif sahnya perjanjian adalah apabila suatu perjanjian

tersebut bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan. Dalam hal

konstruksi perusahaan grup, baik perseroan dengan jenis usaha apapun

ataupun perseroan dibidang penyiaran yang mengikatkan diri membentuk

suatu anak perusahaan, adalah batal demi hukum dan melanggar syarat

objektif sahnya perjanjian, apabila adanya intervensi dari induk

perusahaan kepada anak perusahaan dalam aktivitas perseroan, hal ini

termasuk penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan dalam hal ini undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas yang memberlakukan prinsip badan hukum mandiri

(separate legal entity) antara pemegang saham dengan perseroan, yang

mewajibkan bahwa setiap badan hukum perseroan wajib menjalankan

aktivitasnya dengan mandiri, dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain

diluar yang dikehendaki dalam undang-undang, serta adanya

pemberlakuan prinsip piercing the corporate veil terhadap pihak-pihak

yang menerobos ketentuan kemandirian perusahaan dan diwajibkan

Page 75: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan yang dilakukannya.

Perseroan dibidang penyiaran yang melakukan pembentukan perusahaan

grup, baik dengan cara pemisahan, pengambil alihan (akuisisi) maupun

pembentukan badan hukum penyiaran baru sehingga menimbulkan control

perusahaan antara perusahaan induk dengan perusahaan anak adalah batal

demi hukum karena tidak terpenuhinya sebab yang halal sebagai salah satu

syarat objektif sahnya perjanjian, karena dengan pembentukan perusahaan

grup dibidang penyiaran akan menimbulkan hal-hal yang dapat

menciptakan monopoli sehingga melanggar undang-undang tentang

larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, selain itu

pemanfaatan spektrum frekuensi radio oleh pihak-pihak yang melakukan

pembentukan perusahaan grup dibidang penyiaran adalah merupakan

perbuatan dzalim yang dilakukan terhadap masyarakat umum karena

merupakan hak masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari kekayaan

alam indonesia yang ketentuannya dijamin oleh pasal 33 ayat 3 undang-

undang dasar Negara republik Indonesia 1945. Oleh sebab, itu

pencederaan hak masyarakat yang telah dijamin didalam undang-undang

merupakan bukti adanya pelanggaran terhadap undang-undang dan syarat

objektif sahnya perjanjian pasal 1320 kitab undang-undang hukum perdata

tidak terpenuhi, dalam hal ini adalah sebab yang halal karena itu perjanjian

tersebut merupakan batal demi hukum.

Didalam kitab suci Al-Quran juga terdapat larangan untuk

melakukan perbuatan yang serakah seperti layaknya perbuatan monopoli,

Page 76: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

hal tersebut terdapat didalam kandungan surah Al- an‟am ayat 156 yang

berbunyi :

Artinya :

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa

derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.

Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“(Q.S. Al-An’am /6:165)

Agama Islam mendorong penganutnya untuk berjuang

mendapatkan harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu

yang telah ditetapkan, seperti mencari harta yang halal lagi baik, tidak

menggunakan cara yang batil, tidak berlebihan, tidak menzhalimi maupun

dizhalimi, menjauhkan dari unsur riba, spekulasi, gharar serta melupakan

kewajiban sosial berupa zakat, infak dan sedekah.124

Oleh sebab itu usaha

untuk melanggengkan kekuasaan dan mencari keuntungan ekonomi

melalui cara yang bersifat monopoli yang dapat mendatangkan kerugian

bagi orang lain merupakan perbuatan yang dilarang didalam sistem

perekonomian islam maupun Undang-undang.

124

Gemala dewi, widyaningsih, yeni salma barlianti.Hukum perikatan islam di Indonesia.

(Jakarta : kencana, 2005) h.221

Page 77: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

C. Analisa

Undang-undang 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas tidak

menjelaskan secara khusus dan mendalam mengenai pemberlakuan

konstruksi perusahaan grup di Indonesia, namun terdapat celah-celah bagi

terbentuknya suatu mekanisme pembentukan perusahaan grup didalam

undang-undang tersebut, yakni melalui mekanisme pemisahan,

pengambilalihan (akuisisi) dan pembentukan badan hukum perseroan baru

sebagaimana diatur di dalam bab VIII undang-undang 40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas. Dengan terbentuknya mekanisme tersebut

berpeluang menciptakan bentuk suatu usaha dengan model perusahaan

grup.Hal ini dikarenakan bahwa pemisahan, akuisisi dan pembentukan

badan hukum perseroan baru tidak mengakibatkan bubarnya salah satu

perseroan, melainkan dapat menciptakan perusahaan baru atau anak

perusahaan.Dengan fenomena yang terjadi yakni suatu perusahaan induk

sebagai pemegang saham mayoritas melakukan kontrol atas jalannya

kegiatan usaha yang dilakukan anak perusahaan (subsidiary), maka hal

tersebut bertentangan dengan prinsip badan hukum perseroan yang

mandiri (separate legal entity) yang menghendaki adanya pemisahan

wewenang antara pemegang saham dengan badan hukum

perseroan.Tetapi, dengan tidak diaturnya secara komprehensif mengenai

konstruksi perusahaan grup, maka kontrol terhadap anak oleh induk

perusahaan sulit dibuktikan. Namun, realita tersebut akan mudah terjadi

karena terdapatnya celah-celah yang bisa di manfaatkan oleh pihak yang

Page 78: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

berkepentingan untuk mengontrol jalannya anak perusahaan yaitu apabila

memiliki jumlah saham mayoritas dalam suatu perseroan. Hal ini

berdampak kepada, tidak independennya anak perusahaan sebagai badan

hukum mandiri untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari akibat kontrol

yang dilakukan oleh induk perusahaan, interdependen antara induk dan

anak perusahaan tersebut akan menimbulkan permasalahan terkait

pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga yang dilakukan oleh anak

perusahaan, di satu sisi induk perusahaan dapat melakukan pengalokasian

risiko kepada anak perusahaan apabila perusahaan anak mengalami

kerugian atau hutang kepada pihak ketiga sehingga mengakibatkan

pailitnya anak perusahaan. Maka berdasarkan prinsip kemandirian badan

hukum, pihak ketiga tidak dapat meminta pertanggungjawaban kepada

induk perusahaan karena adanya keterpisahan badan hukum antara induk

dan anak perusahaan, meskipun dalam realitanya anak perusahaan

merupakan kepanjangan tangan dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh

induk perusahaan dan induk perusahaan hanya dapat memanfaatkan

keuntungan yang diciptakan oleh perusahaan anak. Oleh sebab itu

konstruksi perusahaan grup sangat banyak digunakan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan untuk melanggengkan keuntungan, namun dapat

merugikan masyarakat karena dengan mekanisme seperti itu dapat juga

menciptakan monopoli dan merugikan pemegang saham minoritas yang

tidak bisa berbuat banyak akan kontrol yang dilakukan oleh induk

perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas. Dalam hal perusahaan di

Page 79: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

bidang penyiaran juga berlaku undang-undang 40 tahun 2007 tentang lex

generalis dari setiap badan hukum perseroan dan undang-undang nomor

32 tahun 2002 tentang penyiaran sebagai lex specialis nya. Artinya

perusahaan di bidang penyiaran pun dapat melakukan pembentukan

perusahaan grup atas pemanfaatan celah-celah yang terdapat didalam

ketentuan undang-undang perseroan terbatas nomor 40 tahun 2007 melalui

mekanisme pengambilalihan, pemisahan dan pembentukan badan hukum

penyiaran baru, namun hal tersebut amat merugikan karena perusahaan di

bidang penyiaran dalam aktivitasnya memanfaatkan spektrum frekuensi

radio yang tidak lain adalah sumber daya alam yang terbatas. Oleh sebab

itu, pemanfaatan sumber daya alam yang terbatas untuk kepentingan

segelintir orang yang berkepentingan adalah suatu kedzaliman terhadap

masyarakat umum karena masyarakat umum sejatinya memiliki hak atas

sumber daya alam tersebut. selain itu pembentukan perusahaan grup di

bidang penyiaran dapat menimbulkan monopoli penyiaran yang dilakukan

oleh pihak yang memiliki kepentingan, sebagai contoh, calon anggota

legislatif maupun calon presiden yang memiliki kepemilikan atas media

akan dapat dengan mudah membentuk opini-opini yang tidak netral yang

bertujuan untuk menyerang nama baik lawan kandidatnya di kancah

perpolitikan, dan mendemonstrasikan dirinya dengan kampanye-kampanye

terselubung sehingga mencederai hak warga Negara untuk mendapatkan

informasi yang benar dan transparan.

Page 80: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, peneliti dapat menarik

beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sejatinya di dalam perumusan sebuah undang-undang di pesankan dan di

harapkan adanya sebuah manfaat yang dapat diterima masyarakat dari

adanya hukum itu sendiri yakni memiliki kewibawaaan dan

nondiskriminatif, serta bertujuan memberikan manfaat dan kesejahteraan

bagi sebesar-besarnya masyarakat secara demografis. Salah satu

permasalahan terkait holding company dibidang penyiaran pada dasarnya

timbul akibat persyaratan yang di syaratkan oleh ketentuan di dalam pasal

7 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas

yakni mengharuskan sebuah badan hukum didirikan oleh dua orang atau

lebih baik orang perseorangan maupun badan hukum berdasarkan

perjanjian. Mungkin hal tersebut bukanlah sebuah masalah apabila subjek

hukumnya adalah orang (naturlijke person). Namun, akan timbul masalah

apabila subjek hukum tersebut merupakan sebuah badan hukum (recht

person) maka hal tersebut akan dapat melahirkan konstruksi perusahaan

grup yang dikhawatirkan dapat melahirkan monopoli.

2. Perseroan dibidang penyiaran yang melakukan pembentukan perusahaan

grup, baik dengan cara pemisahan, pengambilalihan (akuisisi) maupun

Page 81: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

pembentukan badan hukum penyiaran baru sehingga menimbulkan kontrol

perusahaan antara perusahaan induk dengan perusahaan anak adalah batal

demi hukum karena tidak terpenuhinya sebab yang halal sebagai salah satu

syarat objektif sahnya perjanjian, karena dengan pembentukan perusahaan

grup dibidang penyiaran akan menimbulkan hal-hal yang dapat

menciptakan monopoli sehingga melanggar undang-undang tentang

larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, selain itu

pemanfaatan spektrum frekuensi radio oleh pihak-pihak yang melakukan

pembentukan perusahaan grup di bidang penyiaran adalah merupakan

perbuatan dzalim yang dilakukan terhadap masyarakat umum karena

merupakan hak masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari kekayaan

alam indonesia yang ketentuannya dijamin oleh pasal 33 ayat 3 undang-

undang dasar Negara republik Indonesia 1945.

B. Saran

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, peneliti dapat memberi

beberapa saran diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembentuk undang-undang harus membentuk undang-undang yang khusus

mengatur mengenai keberadaan konstruksi perusahaan grup. Selain itu

harus ada ketentuan yang mengatur secara jelas bagaimana hubungan

tanggung jawab antara induk dengan anak perusahaan agar tidak

merugikan pihak-pihak lain.

Page 82: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

2. Di dalam undang-undang penyiaran, pembentuk undang-undang harus

memberikan kejelasan mengenai pembatasan pemanfaatan spektrum

frekuensi radio apabila dimanfaatkan oleh perseroan yang merupakan

perusahaan grup dikarenakan spektrum frekuensi radio merupakan sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan merupakan hak seluruh

rakyat Indonesia yang terkandung didalam ketentuan undang-undang dasar

negara republk Indonesia tahun 1945 pasal 33 ayat 3. Oleh sebab itu sudah

selayaknya undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran

dilakukanjudicial review.

Page 83: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Daftar Pustaka

Buku

Adji, Habib. “Status Badan Hukum,Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial

Perseroan Terbatas”. Bandung: Mandar Maju.2008

Ais, Chatamarrasjid.“Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Actual

Hukum Perusahaan”.Bandung : Citra Aditya Bakti. 2004

Bhekti, Suryani .“215 Tanya Jawab Perseroan Terbatas”. Lascar Aksara

Budiarto, Agus. “Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendirian

Perseroan”. 2002.

Barlianti, Yeni Salma, Gemala Dewi, Widyaningsih. “Hukum Perikatan Islam di

Indonesia”. Jakarta : Kencana, 2005

Fanani, Ahmad Zaenal, “Teori Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum Dan

Islam”.

Fuady,Munir. Hukum “Bisnis dalam Teori dan Praktek.Buku kesatu”.Bandung :

PT Citra Aditya Bakti.1996

__________________. “Dinamika Teori Hukum”. Bogor: Ghalia Indonesia. 2007

__________________ “Hukum Tentang Akuisisi,Take Over dan Lbo”. Bandung:

Citra Ditya Bakti.200

__________________. “Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan

Eksistensinya dalam Hukum Indonesia”. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002

__________________. “Perlindungan Pemegang Saham Minoritas”. Bandung:

CV Utomo. 2005

Harahap, M. Yahya. “Hukum Perseroan Terbatas” Jakarta: Sinar Grafika. 2011

Ibrahim, Johnny. “Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif”.Malang :

Bayumedia Publishing. 2006. Cet. II

Marzuki, Peter Mahmud. “Penelitian Hukum.”. Jakarta : kencana. 2010. Cet. IV

Mertokusumo, Sudikno. “Mengenal Hukum” Yogyakarta : Universitas Atma

Jaya Yogyakarta. 2010

Pangaribuan, Emmy. “Perusahaan Kelompok”. Yogyakarta: Seri Hukum Dagang

Fak.Hukum Universitas Gadjah Mada.1994

Page 84: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Prasetya, Rudhi. “Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas”. Bandung: Citra

Aditya Bakti.1996

__________________. “Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas Disertai

Dengan Ulasan UU No.1 Tahun 1995 Tentang Perseroan

Terbatas”.Bandung : Citra Aditya Bakti,1996

Prodjodikoro, Wirijono. “Hukum Perkumpulan,Perseroan dan Koperasi di

Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat

Sembiring, Sentosa. “Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas”.

Bandung: CV.Nuansa Aulia. 2012

Soekanto, Soerjono. “Pengantar Penelitian Hukum”. Jakarta : Universitas

Indonesia Press. 1986. Cet. III

Soekanto, Soerdjono dan Sri Mahmudji. “Peranan dan Penggunaan Kepustakaan

di Dalam Penelitian Hukum”Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas

Indonesia. 1979

Sulistyowati.“Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia”.

Jakarta: Erlangga. 2010

Supramono, Gatot. ”Hukum Perseroan Terbatas”. Jakarta: Djambatan.2009

Widjaya, I.G. Rai. “Hukum Perusahaan dan Undang-Undang Dan Peraturan

Pelaksanaan di Bidang Usaha”. Jakarta: Kesaint Blanc. 2000

Widjaja, Gunawan. “Merger Dalam Perspektif Monopoli”.Jakarta : Raja Grafindo

Persada.2002

Yunus, Nur Rohim. “Restorasi Budaya Hukum”. Jurisprudence Press. 2012

Jurnal

Prasetya, Rudhi dan Emmy Yuhassarie.„Posiding Rangkaian Lokakarya Terbatas

Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya.Perseroan

Terbatas dan Good Governance”. Jakarta: PPH. 2006

Simanuntak, Cornelius. “Urgensi Keberadaan Direksi Independen”. Dalam surat

kabar bisnis Indonesia, edisi 1 september 2004

Page 85: ASAS KEMANFAATAN HUKUM HOLDING COMPANY - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25003/1/Rizky... · LEMBAR PERNYATAAN . ... (yang selanjutnya akan disebut dengan LPS)

Kitab Suci Al-Qur’an

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran