37
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Berdasarkan taksonomi, helint dibagi menjadi: a. NEMATHELMINTHES (cacing gilik) (nema=benang) b. PLATYHELMINTHES (cacing pipih) Stadium dewasa cacing-cacing yang temasuk Nemathelminthes (kelas Nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin terpisah. Pembagian Nematoda menjadi Nematoda usus yang hidup di rongga usus dan Nematoda jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat tubuh. Cacing dewasa yang termasuk Plathelminthes dibagi menjadi kelas Trematoda (cacing daun) dan kelas Cestoda (cacing pita). Cacing Trematoda berbentuk daun, badannya tidak bersegmen, mempunyai alat pencernaan. Cacing Cestoda mempunyai badan yang berbentu pita dan terdiri dari skoleks, leher dan badan (strobila) yang bersegmen (proglotid) , makanan diserap melalui (kutikulum) badan. Nematoda mepunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini 1

Ascaris Lumbrecoides

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ascaris Lumbrecoides

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Berdasarkan

taksonomi, helint dibagi menjadi:

a. NEMATHELMINTHES (cacing gilik) (nema=benang)

b. PLATYHELMINTHES (cacing pipih)

Stadium dewasa cacing-cacing yang temasuk Nemathelminthes (kelas Nematoda)

berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat-

alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin terpisah. Pembagian Nematoda menjadi Nematoda

usus yang hidup di rongga usus dan Nematoda jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat

tubuh.

Cacing dewasa yang termasuk Plathelminthes dibagi menjadi kelas Trematoda (cacing

daun) dan kelas Cestoda (cacing pita). Cacing Trematoda berbentuk daun, badannya tidak

bersegmen, mempunyai alat pencernaan. Cacing Cestoda mempunyai badan yang berbentu

pita dan terdiri dari skoleks, leher dan badan (strobila) yang bersegmen (proglotid) , makanan

diserap melalui (kutikulum) badan.

Nematoda mepunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup

sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup dan hubungan

hospes-parasit.

Morfologi dan daur hidup

Besar dan panjang cacing Nematoda beragam, ada yang beberapa milimeter dan ada

pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga

badan dan alat-alat lain yang agak lengkap.

Biasanya sisem pencernaan, eksresi dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing

bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara partenogenesis.

1

Page 2: Ascaris Lumbrecoides

Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat

mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 20.000 butir sehari. Telur atau larva ini

dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan

pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara, ada

yang masuk secara aktif , ada pula yang tertelan atau dimasukkan vektor melalui gigitan .

Dalam Nematoda usus, manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus.

Sebagiam besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

2

Page 3: Ascaris Lumbrecoides

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ascaris lumbricoides

2.1.1. Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Ascaridia

Familia : Ascarididae

Genus : Ascaris

Spesies : A. Lumbricoides

Nama binominal : Ascaris lumbricoides

3

Page 4: Ascaris Lumbrecoides

2.1.2. Hospes dan distribusi penyakit

Hospes atau inang dari Askaris lumbricoides adalah manusia. Di manusia,

larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta

akhirnya bertelur. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing

gelang Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang

disebabkan oleh makhluk parasit. Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di

seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.

2.1.3. Morfologi

Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya,

yaitu :

1. Telur

Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar

antara besarnya kurang lebih 60x45 mikron, bentuk oval melebar, mempunyai

lapisan tebal dan berbenjol-benjol berwarna coklat keemasan untuk telur yang

dibuahi, sedang yang tidak dibuahi 90x40 mikron lebih oval dengan lapisan

berbenjol yang kadang ada kadang tidak jelas.. Telur Ascaris lumbricoides

sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian

luar yang berbenjol-benjol. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi

berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.

Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

a. Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat

impermiabel.

b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel

( lapisan ini yang memberi bentuk telur ).

c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat

impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.

Cacing betina bertelur dan terdapat 4 macam telur :

a. Telur fertile corticated (dibuahi, berkotika).

Berbetuk oval sampai bulat, berukuran sekitar 70

mikron. Berkulit ganda dengan batas jelas. Kulit bagian luar

4

Page 5: Ascaris Lumbrecoides

berkortika (dilapisi albumin) berwarna coklat karena menyerap

warna albumin. Kulit bagian dalam halus, tebal, tidak berwarna

sampai berwarna kuning pucat. Telur berisi masa bulat bergranula.

Pada bagian kutub terdapat rongga udara yang tampak sebagai

daerah yang terang berbentuk mirip bulan sabit.

5

Page 6: Ascaris Lumbrecoides

b. Telur fertile decorticated (dibuahi, tidak berkortika).

Morfologinya mirip dengan telur fertile berkortika,

tetapi kulit bagian luar tidak dilapisi albumin.

6

Page 7: Ascaris Lumbrecoides

7

Page 8: Ascaris Lumbrecoides

c. Telur unfertile corticated (tidak dibuahi, berkortika).

Berbentuk telur memanjang elips atau tidak teratur)

berukuran sekitar 80x5 mikron. Berkulit ganda dengan batas

tidak jelas, kulit bagian luar dilapisi albumin yang

permukaannya tidak rata dan berwarna coklat. Kulit bagian

dalam tipis,dapat tampak satu atau dua garis. Isi telur dipenuhi

butiran-butiran bulat, besar, dan sangat membias. Pada daerah

kutubnya tidak berongga udara.

8

Page 9: Ascaris Lumbrecoides

9

Page 10: Ascaris Lumbrecoides

d. Telur unfertile decorticated (tidak dibuahi, tidak berkortika).

Morfologinya mirip telur unfertile corticated, tetapi

bagian luar tidak diapisi albumin. Kulit halus tipis, tampak

sebagai garis ganda dan tidak berwarna.

10

Page 11: Ascaris Lumbrecoides

11

Page 12: Ascaris Lumbrecoides

Telur stadium dibuahi, decorticated (pembesaran 40 x 10), tanpa lapisan albuminoid berisi : (a) satu

sel, (b) morula, (c) larva infektif.

2. Bentuk dewasa.

Pada stadium dewasa, cacing spesies ini dapat dibedakan jenis kelaminnya.

Biasanya jenis betina memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan jantan.

Pada bagian kepala (anterior) terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae,

satu pada mediodorsal dan 2 buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut

terdapat bucal cavity yang berbentuk trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis

kelamin jantan memiliki ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm sedangkan

diameternya antara 2 – 4 mm. Pada bagian posterior ekornya melingkar ke arah

ventral dan memiliki 2 buah spikula. Sedangkan jenis kelamin betina panjang

badannya berkisar antara 20 – 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 – 6 mm. Bagian

ekornya relatif lurus dan runcing. Cacing dewasa bentuknya silindris, dengan bagian

anterior meruncing. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur

per harinya.

12

Page 13: Ascaris Lumbrecoides

Mulut Ascaris lumbrecoides

13

Page 14: Ascaris Lumbrecoides

2.1.4. Siklus hidup

14

Page 15: Ascaris Lumbrecoides

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika

tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan

melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati

yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya

melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama

sekitar 15 hari. Selama proses migrasi tersebut larva tumbuh dari ukuran 200 m

sampai 300 m. Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali,

kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai

ke bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke eksofagus dan

tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglotis masuk kedalam traktus

digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit

lagi menjadi cacing dewasa. Hanya larva yang mencapai moulting yang ke 4 yang

dapat hidup menjadi dewasa.Umur cacing dewasa kira-kira dua tahun. Cacing dewasa

akan melakukan perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Seekor

cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000–250.000 butir telur setiap harinya,

waktu yang diperlukan adalah 3 – 4 minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif.

Pada saat buang air besar telur keluar bersama faeces dalam keadaan belum

membelah. Untuk menjadi infektif diperlukan pematangan ditanah yang lembab dan

teduh selama 20-24 hari dengan suhu optimum 30 oC. Jumlah telur A.lumbricoides

yang cukup besar dan dapat hidup selama jangka waktu 6 tahun maka larvanya dapat

tersebar dimana-mana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka

bila makanan atau minuman yang mengandung telur A.lumbricoides infektif masuk

kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah

menjadi cacing. Jadi larva cacing A.lumbricoides hanya dapat menginfeksi tubuh

melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.

15

Page 16: Ascaris Lumbrecoides

Telur A.lumbricoides yang baru dilepaskan ke tinja. Tampak dengan gambaran yang berwarna coklat muda atau

tua. Interferens kontras 400x. Pembesaran 5,4x

Telur A.lumbricoides yang sedang membelah. Proses ini secara langsung terjadi di tanah dan menyebabkan

bentuk larva. Interferens kontras 400x. Pembesaran 5,4x.

Telur berembrio A.lumbricoides. Sarungnya telah diganti oleh bahan kimia guna melihat isinya lebih jelas.

Larva sedang keluar dari telur ke tengah. Interferens kontras 400x. Pembesaran 5,4x.

16

Page 17: Ascaris Lumbrecoides

2.1.5. Patologi klinik

Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada

infeksi biasa , penderita mengandung 10-20 ekor cacing, sering tidak ada gejala yang

dirasakan oleh hospes, baru diketahui setelah pemeriksaan tinja rutin atau karena

cacing dewasa keluar bersama tinja.

Pada stadium larva, A.lumbricoides dapat menyebabkan gejala ringan di hati

dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan

reaksi jaringan yang hebat dapat terjadi di sekitar larva di hati dan paru disertai

infiltrasi eosinofil, makrofag dan sel-sel epiteloid, hal ini disebut Pneumonitis

Ascaris yang juga disertai reaksi alergik berupa dispneu, batuk kering atau berdahak,

mengi, ronkhi kasar dan demam, eosinofilia sementara disertai adanya bercak atau

infiltrat pulmoner pada rontgen foto. Gambaran infiltrat pulmoner yang tampak pada

rontgen foto dengan disertai adanya eosinofilia disebut sindroma Loeffler. Bercak

atau infiltrat tersebut akan menghilang pada kurang lebih 3 minggu.

Pada fase intestinal urtikaria dan asam dapat terus berlangsung

Larva A.lumbricoides di paru

Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran

cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila

cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila

17

Page 18: Ascaris Lumbrecoides

cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka

dapat menyebabkan akut abdomen.

Infeksi cacing gelang di usus besar gejalanya tidak jelas. Pada infeksi massif

dapat terjadi gangguan saluran cerna yang serius antara lain obstruksi total saluran

cerna. Cacing gelang dapat bermigrasi ke organ tubuh lainnya misalnya saluran

empedu dan menyumbat lumen sehingga berakibat fatal.

Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga

memperberat keadaan malnutrisi. Sering kali infeksi ini baru diketahui setelah cacing

keluar spontan bersama tinja atau dimuntahkan.

Bila cacing dalam jumlah besar menggumpal dalam usus dapat terjadi

obstruksi usus (ileus), yang merupakan kedaruratan dan penderita perlu dirujuk ke

rumah sakit.

18

Page 19: Ascaris Lumbrecoides

Patogenesis yang disebabkan infeksi A.lumbricoides dihubungkan dengan:

1. Respon imun hospes

2. Efek migrasi larva

3. Efek mekanik cacing dewasa

4. Defisiensi gizi akibat keberadaan cacing dewasa.

Meskipun dalam perjalanan larva melalui hati dan paru tidak menimbulkan

gejala tetapi bila jumlah larvanya cukup banyak akan menimbulkan pneumonitis.

Ketika larva menembus paru mungkin akan menimbulkan sedikit kerusakan pada

epitel bronkus, bila hal ini berlanjut bukan tidak mungkin menimbulkan reaksi

jaringan yang hebat. Pada anak-anak terutama dibawah 5 tahun menyebabkan

defisiensi gizi berat karena jumlah cacing yang banyak. Akibat langsung berupa:

1. Meningkatnya nitrogen dalam tinja

2. Meningkatnya lemak dalam tinja

3. Kegagalan absorbsi karbohidrat.

Setiap 20 cacing dewasa, per hari akan merampas 2,8 gram karbohidrat dan o,7

gram protein sehingga terutama pada anak-anak seringkali menimbulkan perut buncit,

pucat, lesu, rambut jarang berwarna merah, serta badan kurus, apalagi jika anak

sebelumnya menderita undernutrisi. Gambaran ini disebabkan oleh defisiensi gizi

yang juga dapat menimbulkan keadaan anemi.

2.1.6. Patomekanisme Gejala & Tanda pada Kasus

1. Batuk-batuk selama 3 minggu

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase

inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah

udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang

akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara

dalam kecepatan tertentu.

19

Page 20: Ascaris Lumbrecoides

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar

udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi

sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu

fungsional. Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan

tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat

sampai 50/100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang

membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga

yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih

besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa

penutupan glotis. Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase

ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang

ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang

maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian

diikuti dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai

16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan

diameter trakea sampai 80%.

2. Refleks Batuk

Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama yaitu reseptor batuk, serabut saraf

aferen, pusat batuk, susunan saraf  eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang

pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik

di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain

terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang

pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring,

trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran

telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma.

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan

rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga

melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari

sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus

frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.

Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak di medula

oblongata, di dekat pusat pernapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-

20

Page 21: Ascaris Lumbrecoides

serabut eferen nervus vagus, frenikus, interkostal dan lumbar, trigeminus, fasialis,

hipoglosus dan nervus lainnya menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring,

trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah

mekanisme batuk kemudian terjadi.

Jika dihubungkan dengan skenario, batuk yang terjadi dikarenakan  perkembang

biakan larva yang melewati bronkus, trakea, laring, dan faring serta esofagus merangsang

resptor batuk yang ada pada saluran napas tersebut merangsang N.Vagus untuk

mengalirkan reseptor tersebut ke medulla oblongata dan akhirnya merangsang nucleus

otak, khususnya pusat batuk.

3. Demam Ringan

Demam atau febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu

tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal (>37,2oC).

Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih

dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit terjadi

karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu

sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya

serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan

masuknya zat toksin (mikroorganisme, yaitu cacing Ascaris lumbricoides) kedalam tubuh

kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat

toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut,

tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara

pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya

(fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan

mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen

(khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar,

selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu

substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan

enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan

pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh

enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari

termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik

patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini

21

Page 22: Ascaris Lumbrecoides

dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah

batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/menggigil. Adanya proses mengigil

(pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih

banyak dan terjadilah demam.

4. BAB cair

Ketika larva cacing Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh manusis melalui

makanan yang akhirnya masuk ke dalam usus, maka di dalam usus akan terjadi reaksi

inflamasi agar tetap terjadi pertahanan tubuh pada tubuh hospes. Saat terjadi reaksi

inflamai dalam usus maka terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang akhirnya

akan menyebabkan isis rongga dalam usus meningkat dan ankhirnya BAB cair (diare).

5. Sakit Perut

Sakit perut dapat dihubungkan karena terjadinya penumpukan cacing dalam usus

yang pada dasarnya daur hidup larva dalam usus akan mengembangbiakan cacing

sebanyak 20 sampai 20.000, dan dapat juga terjadi karena sifat Ascaris lumbricoides yang

dapat merusak usus dengan cara memakan protein-protein yang masuk melalui makanan

dari hospes sehingga menyebabkan gerakan peristaltik pada usus berlebihan.

6. Berat Badan Berkurang

Berat badan berkurang terjadi karena hubungan antara anoreksia, BAB cair dan

sakit perut.

7. Eosinofil 15%

Jika dilihat pada kadar normalnya yang sebesar 1-4% pada kasus di  skenario ini

terjadi eosinofilia. Eosinofilia adalah tingginya rasio eosinofil di dalam plasma darah.

Eosinofilia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu

penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah dipicu sekresi interleukin-5 oleh sel

T, mastosit dan makrofag, biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel

abnormal, parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).

Pada awalnya eosinofil terjadi pada sumsum tulang. Tetapi setelah dibuat di dalam

sumsum tulang, eosinofil akan memasuki aliran darah dan tinggal dalam darah hanya

beberapa jam, kemudian masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh. Jika suatu bahan

22

Page 23: Ascaris Lumbrecoides

asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan

melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan

bahan racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.

8. Infiltrat

Adanya infiltrat pada pada saat pemeriksaan paru-paru pasien karena ketika terjadi

daur hidup cacing pada tubuh manusia, cacing tersebut melewati paru-paru dan membuat

kerusakan pada paru-paru sehingga sel leukosit yang ada di paru-paru menggumpan dan

membentuk konsolidasi.

2.1.7. Diagnosis

Dari gejala klinis saja seringkali susah untuk menegakkan diagnosis, karena tidak

ada gejala klinis yang spesifik sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis

A.lumbricoides ditegakkan berdasarkan menemukan cacing dalam tinja (melalui

pemeriksaan langsung atau metode konsentrasi), larva dalam sputum, cacing dewasa

keluar dari mulut, anus, atau dari hidung.

Tingkat infeksi Askariasis dapat ditentukan dengan memeriksa jumlah telur per

gram tinja atau jumlah cacing betina yang ada dalam tubuh penderita.

Tabel 5.1

Hubungan antara tingkat infeksi Ascariasis dengan jumlah telur per gram tinjadan jumlah cacing

betina.

(Sumber: “Parasitic Diseases Programme, WHO, geneva,1981”)

No. Beratnya ascariasis Jumlah telur per gram tinja Jumlah cacing betina

1. Ringan Kurang dari 7000 5 atau kurang

2. Sedang 7000-35.000 6-25

3. Berat Lebih dari 35.000 Lebih 25

Satu ekor cacaing betina per hari menghasilkan lebih kurang 200.000 telur,

atau 2000-3000 telur per gram tinja. Jika infeksi hanya oleh cacing jantan atau cacing

23

Page 24: Ascaris Lumbrecoides

yang belum dewasa sehingga tidak ditemukan telur dalam tinja penderita, untuk diagnosis

dianjurkan dilakukan pemeriksaan thorax foto.

2.1.8. Pengobatan

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal pada

masyarakat. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat, diantaranya:

Pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal (maksimal 1 gram)

Mebendazol 500 mg dosis tunggal atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari berturut-

turut (untuk semua umur)

Albendazol 400 mg dosis tunggal oral (untuk semua umur), tetapi tidak boleh

digunakan selama hamil.

Piperazin citrate 150 mg/kg dosis awal, diikuti dengan 6 dosis 65 mg/kg setiap 12

jam.

Pada kasus obstruksi partial, beberapa ahli menyarankan terapi alternative dengan

Piperazine citrate, yang menyebabkan neuromuscular paralisis (melumpuhkan) cacing

dan ekspulsi dari cacing. Biasanya tersedia dalam sirup dan diberikan melalui NGT.

Namun perlu diingat Piperazine dan Pyrantel pamoat bekerja saling berlawanan

(antagonist) dan jangan diberikan bersamaan. Untuk kasus obstruksi mungkin diperlukan

rawat inap. Operasi laparotomy mungkin diperlukan untuk kasus obstruksi yang berat.

Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang digunakan untuk infeksi campuran

A.lumbricoides dan T.trichiura. Untuk pengobatan masal perlu beberapa syarat, yaitu:

Obat mudah diterima masyarakat

Aturan pemakaian sederhana

Mempunyai efek samping yang minim

Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing

harganya murah

2.1.9. Prognosis

24

Page 25: Ascaris Lumbrecoides

Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Tanpa pengobatan

infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan,

kesembuhan diperoleh antara 70-90%.

2.1.10. Epidemiologi

Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini

dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian

jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.

Pada umumnya frekuensi tertinggi penyakit ini diderita pada anak-anak, jika

dibandingkan dengan orang dewasa frekuensinya lebih rendah. Hal ini disebabkan karena

kesadaran akan kebersihan dan kesehatan pada anak-anak masih rendah atau mereka

belum memikirkan sampai sejauh itu. Sehingga anak-anak lebih mudah diinfeksi oleh

larva cacing Ascaris misalnya melalui makanan, ataupun infeksi melalui kulit akibat

kontak langsung dengan tanah yang mengandung telur Ascaris lumbricoides. Faktor host

merupakan salah satu hal yang penting karena manusia sebagai sumber infeksi dapat

mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran tanah oleh telur dan larva cacing, selain

itu,manusia justru akan menambah polusi lingkungan sekitarnya.

Di pedesan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena buruknya

sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga tinja manusia tidak

terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga terjadi pada golongan

masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, sehingga memiliki

kebiasaan membuang hajat (defekasi) ditanah, yang kemudian tanah akan terkontaminasi

dengan telur cacing yang infektif dan larva cacing yang seterusnya akan terjadi reinfeksi

secara terus menerus pada daerah endemik. Perkembangan telur dan larva cacing sangat

cocok pada iklim tropik dengan suhu optimal adalah 23 oC sampai 30 oC. Jenis tanah liat

merupakan tanah yang sangat cocok untuk perkembangan telur cacing, sementara dengan

bantuan angin maka telur cacing yang infektif bersama dengan debu dapat menyebar ke

lingkungan.

25

Page 26: Ascaris Lumbrecoides

2.1.11. Pencegahan

Untuk pencegahan terinfeksi oleh Ascaris lumbricoides diantaranya dapat

dilakukan beberapa cara, yaitu:

Pengobatan masal 6 bulan sekali di daerah endemik atau di daerah yang rawan

askariasis.

Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene

pribadi seperti:

a. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.

b. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan

dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun.

c. Sayuran segar (mentah) yang akan dimakan sebagai lalapan, harus

dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat karena telur cacing

Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun.

d. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak

menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan

tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.

e. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.

f. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci

tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.

Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan

parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya

dengan obat cacing.

Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah

sakit .

Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi

mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara

sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak

ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.

26

Page 27: Ascaris Lumbrecoides

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ascaris lumbricoides merupakan cacing terbesar yang menginfeksi manusia. Hospes

atau inang dari Ascaris lumbricoides adalah manusia. Cacing jantan berukuran sekitar 10-30

cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Cacing betina menghasilkan sekitar 20.000 telur per

harinya. Ada 3 macam telur yang mungkin ditemukan, yaitu:

1. telur yang dibuahi

2. telur yang mengalami dekortikasi

3. telur yang tidak dibuahi

Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari dengan suhu optimum 30ºC, bila terdapat

orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci

tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris. Telur infektif

berembrio, bersama makanan akan tertelan sampai ke lambung dan bergerak menuju usus

halus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah dan beredar mengikuti

sistem peredaran. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam

esofagus lalu menuju ke usus halus. Di usus, larva akan menjadi cacing dewasa kemudian

berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus

pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.

Seluruh proses ini membutuhkan waktu 8-12 minggu.

Pada stadium dewasa, cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti

tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Pada infeksi berat, terutama

pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi.

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal pada masyarakat.

Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat, diantaranya:

27

Page 28: Ascaris Lumbrecoides

• Pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal (maksimal 1 gram)

• Mebendazol 500 mg dosis tunggal atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari berturut-

turut (untuk semua umur)

• Albendazol 400 mg dosis tunggal oral (untuk semua umur), tetapi tidak boleh

digunakan selama hamil.

• Piperazin citrate 150 mg/kg dosis awal, diikuti dengan 6 dosis 65 mg/kg setiap 12 jam.

Untuk pengobatan masal perlu beberapa syarat, yaitu:

• Obat mudah diterima masyarakat

• Aturan pemakaian sederhana

• Mempunyai efek samping yang minim

• Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing

• Harganya murah

28