Upload
rizky-perdana
View
51
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah
kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi
sebelum lahir. Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu member! Gejala
segera setelah bayi lahir , tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah
pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah, 2007).
B. Etiologi
Penyebab jantung congenital berkaitan dengan perkembangan embrionik,
pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin disebabkan oleh factor-faktor
prenatal seperti infeksi ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah
rubella, influenza atau chicken fox. Factor- factor prenatal seperti ibu yang
menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin serta factor-
faktor genetic juga berpengaruh untuk terjadinya penyakit jantung congenital.
Selain factor orang tua, insiden kelainan jantung juga meningkat pada individu.
Faktor- factor lingkungan seperti radiasi, gizi ibu yang jelek, kecanduan obat-
obatan dan alcohol juga mempengaruhi perkembangan embrio.
C. Patofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik
utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran
darah pulmonal dan tekanan darah. Nornalnya, tekanan pada jantung kanan lebih
besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir
melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang
teroksigenisasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan
tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot
lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran
darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerak dari
kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri,
serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi
dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat
dan kongesti pulmonal.
D. Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital.
Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada
adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.
1. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru
bertambah, misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan
duktus arteriousus persisten (DAP)
2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini
termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta
3. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini
yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
4. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri
besar (TAB) PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap
terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena
tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
1. Defek septum ventrikel (DSV) terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk
dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan
pada saat systole
a. Manifestasi klinik
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak
terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda
yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, seia
intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls
jantung yang hiperdinamik.
b. Penatalaksanaan
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan
untuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic,
misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan
membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi
dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong
karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
2. Defek septum atrium
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale
atau pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,
tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
a. Manifestasi klinik
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran
pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto
rongent ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan
dengan kateterisasi jantung.
b. Penatalaksanaan
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft
pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
3. Duktus Arteriosus Persisten
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan
percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta
desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila
duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa
karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.
a. Manifestasi klinik
Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak,
maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi
ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan volume
darah, adanya tanda machinery type .murmur jantung akibat aliran darah
turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik
mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
b. Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya
diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi
otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup
kuat untuk dilakukan operasi.
4. Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis aorta
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.
Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total
aliran darah.
1) Manifestosi klinik
Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun,
tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap
O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat menyebabkan
kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang
terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakkan berdasarkan
gambaran ECG yang menunjukkan adanya hipertropi ventrikel kiri,
dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
2) Penatalaksanaan
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada
saat anak mampu dilakukan pembedahan tx.
b. Stenosis pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup,
normal tetapi puncaknya menyatu.
1) Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne
dan kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk
mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat. Dalam
keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang
dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini
didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai
jantung.
2) Penatalaksanaan
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan
pada saat anak berusia 2-3 tahun.
c. Koarktasio Aorta
Kelainan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara.
Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus.
Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi
berat. Untuk itu penting meiakukan skrening anak saat memeriksa
kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah
raga.
1) Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal
pada kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi
pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi
lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya
murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan
dengan cartography.
2) Penatalaksanaan
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan
bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau
dengan cara memasukkan suatu graf. Penyakit jantung bawaan
sianotik dengan vaskularisai paru berkurang.
5. Tetralogi fallot.
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4
kelainan yaitu:
a) stenosis pulmonal,
b) hipertropi ventrikel kanan,
c) kelainan septum ventrikuler,
d) kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah
kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
a. Manifestasi klinik
Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya
cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspne
yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat
badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi
secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi
mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan
pada gejala-gejala klinis, murmurjaniung, ecg foto rongent dan kateterisai
jantung.
b. Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.
Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi
secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-
Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan
atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson
dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri
pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi
dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru
bertambah
1. Transposisi arteri besar/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta,
arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak
akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan
septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah
arteri-vena.
Pada TGA terjadi perubahan tempat keluarnya posisi aorta dan
pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah
anterior pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri,
terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik
dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke
sirkulasi sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium
kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.
Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah
dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2
sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus
arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya percampuran
melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus
arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempatm
tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita.
a. Manifestasi klinik
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya
kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan
merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan
terjadi.
b. Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat
prosedur, suatu kateter balon dimasukkan ketika kateterisasi jantung,
untuk memperbesar kelainan septum intra arterial. Pada cara Blalock
Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale
kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum
dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi
dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan
darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale
untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah
berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
E. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai
komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel
kiri,kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
2. Diagnosa ditegakkan dengan cartography,
3. Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4. Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan
infiltrate paru
5.
BAB II
TEORI KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan:
a) Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
b) Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin.
c) Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan
tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
d) Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor
memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk
membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
e) Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga
lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya
factor genetic yang menunjang.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan
terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik
data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung
congenital ini adalah:
a) Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
b) Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
c) Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
d) Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela
e) intrakostal dan region epigastrium.
f) Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
g) Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
h) Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi.
i) Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan
kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya
murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,
j) Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada
kaki.
k) Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan penurunan kontraktilftas jantung,
perubahan tekanan jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menyusui dan makan
3. Nyeri; dada berhubungan dengan Iskemia miokard
4. Penigkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan
fungsf ginjal
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan penurunan
kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat
penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi
peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal.
Intervensi:
a) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada
tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi
meningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya cepat dideteksi untuk penanganan
lebih lanjut.
b) Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat
mempertahankan energi yang ada.
c) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untuk melawan
efek hipoksia/iskemia
d) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder
terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
e) Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
f) Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin
Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin
meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung
dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan
AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menyusui dan makan
Tujuan: anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat
badan selama terjadi perubahan status nutrisi tersebut
Intervensi:
a) Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak
b) Jika anak menunjukan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk
maka pasang iv infuse
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutria yang tidak dapat dipenuhi melalui
oral
c) Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi
Rasional: meningkatan intake, dan mencegah kelemahan.
d) Observasi selama pemberian makan atau menyusui
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau
tersedak
3. Nyeri; dada berhubungan dengan Iskemia miokard
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang
Intervensi:
a) Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau
sering menangis
Rasional: perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku
dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.
b) Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau
menurun dengan penggunaan nitrat.
c) Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan
Rasional: aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Contoh kerja
tiba-tiba, stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
d) Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri
yang dirasakan.
4. Penigkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan
fungsi ginjal
Tujuan : menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,
tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema
Intervensi:
a) Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang berat
badan anak setiap hari
Rasional: penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan
keefektifan terapi diuretic. Keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan
meningkat menujukan makin buruknya gagal jantung.
b) Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,
ronchi, penambahan berat badan
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh
c) Secara kolaborasi berikan diuretic contoh furosemid sesuai indikasi
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang menigkatkan eksresi cairan dan
menurukan kelebihan cairan total tubuh. Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi
Rasional: menurunkan retensi natrium.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilyn E, Jane R Kenty:1998 Maternal/Newborn Care Plan: Guidelines
for client care E.a Davis Company: Philadelphia
Mansjoer Arif:1999: Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Madiyono, Bambang, dkk.2005. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan
Anak. Balai Penerbit FKUI: Jakarta
Mattson Susan:2000 Core Curriculum for Maternal-Newborn second edition:
advision of Harcourt brace & company: Philadelphia
Ngastiyah:1997 Perawatan Anak Sakit:penerbit buku kedokteran: Jakarta
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan :1993
Proses Keperawatan Pada Pas/en Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Penerbit
buku kedokteran EGC: Jakarta.