Upload
syamsultakbir
View
893
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
ASKEP ANEMIA PADA ANAK
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal = 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
viskositas darah menurun
resistensi aliran darah perifer
penurunan transport O2 ke jaringan
hipoksia, pucat, lemah
beban jantung meningkat
kerja jantung meningkat
payah jantung
Etiologi:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
- Anemia aplastik
Penyebab:
· agen neoplastik/sitoplastik
· terapi radiasi
· antibiotic tertentu
· obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
· benzene
· infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
Gangguan sel induk di sumsum tulang
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
Pansitopenia
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
· Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
· Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf
pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
2. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
· Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
· Hematokrit turun 20-30%
· Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
3. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
4. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis
Absorbsi besi dari usus kurang
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:
· Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
· Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,
pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu
Gangguan maturasi inti sel darah merah
Megaloblas (eritroblas yang besar)
Eritrosit immatur dan hipofungsi
6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
· Pengaruh obat-obatan tertentu
· Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
· Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
· Proses autoimun
· Reaksi transfusi
· Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
Antigesn pada eritrosit berubah
Dianggap benda asing oleh tubuh
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
Anemia hemolisis
Tanda dan Gejala
Lemah, letih, lesu dan lelah
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
Gagal jantung,
Parestisia dan
Kejang.
Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat,
vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin,
dan waktu tromboplastin parsial.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding
capacity serum
Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
ü pasca perdarahan
ü pada difisiensi zat besi
ü anemia hemolistik
ü anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin
aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk
memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan
penurunan nafsu makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang
tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan
bukan makanan seharusnya (PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya :
- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5
Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 – 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).
2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5
(12,5 – 15), 8 – 12 Tahun 14 (13 – 15,5).
3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 –
15), 5 Tahun 8000 (5 – 13), 8 – 12 Tahun 8000 (5-12).
4. Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun
260.000, 8 – 12 Tahun 260.000
5. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun
40.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder
akibat anemia
2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan
sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang
pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
III. RENCANA
1) Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder
akibat anemia
Rencana Tindakan:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue,
dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan
meningkatkan istirahat
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2) Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder
akibat : kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan
tentang pemberian asuhan
Rencana Tindakan:
1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging,
kacang, gandum,
2. sereal kering yang diperkaya zat besi
3. Berikan susu suplemen setelah makan padat
4. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero
suksinat,
5. fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan
absorpsi berikan bersama jeruk
6. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau
makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum
preparat dengan air atau jus jeruk
7. Berikan multivitamin
8. Jangan berikan preparat Fe bersama susu
9. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases
menjadi hijau gelap
10. Monitor kadar Hb atau tanda klinks
11. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
12. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta
sayuran hijau dalam diet
3) Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
Rencana Tindakan:
1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas
anak
4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan,
dengan harapan anak mau menerima
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta,
Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006
http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/04/askep-anemia-pada-anak/
ASKEP ANEMIA SEL SABIT
Pengertian
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah
berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer
Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)
Anatomi fisiologi
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak
berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian
tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka
dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma
bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B
serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen
utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut
O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar
intrasellular. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida
(globin) dan 4 gugus heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi.
Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna. (Price
A Sylvia, 1995, hal : 231)
Penyebab / etiologi
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : (Price A
Sylvia, 1995, hal : 239)
a. Infeksi
b. Disfungsi jantung
c. Disfungsi paru
d. Anastesi umum
e. Dataran tinggi
f. Menyelam
Insiden
Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat
mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Dikenal 3 jenis mutasi gen yaitu
bantu, benin dan senegal yang diberi nama sesuai daerah asalnya.
Prevalensi Hb S lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi
Arabia dan beberapa bagian di India. Hemoglobin S adalah hemoglobin
abnormal yang paling banyak didapat. Pembawa sifat diturunkan secara
dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 %
sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara
0,3 – 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)
Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantia beta hemoglobin
karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai alfa dan dua rantai
beta, maka terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai.
Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah merah
masih mampu mensintesa kedua rantai beta, jadi mereka mempunyai
hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak
sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya
akan membawa dua gen abnormal dan mempunyai rantai ?s bila ada
hemoglobin S, maka anak akan menderita anemia sel sabit. (Smeltzer C
Suzanne, 2002, hal : 943 – 944).
Manifestasi klinik
g.Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah
h.Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah
i.Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan BAB
j.Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
k.Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam
l.Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
m.Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada
lengan dan kaki.
(Price A Sylvia, 19995, hal : 240)
Tes diagnostik
a Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari
30% – 50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan
Hb/Ht dan total SDM.
b Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau
lengkap, sel bentuk bulan sabit.
c Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan
adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel
sabit dan sifat yang diwariskan (trait)
d Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin
abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel
trait.
e LED : meningkat
f GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
g Bilirubin serum : meningkat
h LDH : meningkat
i IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
j Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
k Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
(Doenges E.M, 2002, hal : 585).
Prognosis / penatalaksanaan
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat
hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat
disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih
sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap
pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati
dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan
bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada
trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum
operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk
mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan
heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung
progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput
femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan
impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla
karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-
ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-
kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M,
1999, hal : 536).
Pengobatan
Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki
pembentukan sabit, karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk
pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya mencetuskan krisis
sel sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi dini dan
pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan akan mencakup
pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar.
Pemberian oksigen hanya dilakukan bila penderita mengalami hipoksia.
Nyeri hebat yang terjadi secara sendiri maupun sekunder terhadap adanya
infeksi dapat mengenai setiap bagian tubuh. Tranfusi hanya diperlukan
selama terjadi krisis aplastik atau hemolitis. Transfusi juga diperlukan
selama kehamilan.
Penderita seringkali cacat karena adanya nyeri berulang yang kronik karena
adanya kejadian-kejadian oklusi pada pembuluh darah. Pada kelompok
penderita terdapat insiden yang tinggi terhadap ketergantungan obat,
terdapat juga insiden yang tinggi atas sulitnya mengikuti sekolah dan
melakukan pekerjaan. (Price A Sylvia, 1995, hal : 239)
1. Profilaktik ? hindari faktor-faktor yang diketahui mencetuskan krisis.
2. Asam folat, misalnya 5 mg perhari, jika diit buruk.
3. Gizi umum baik dan hygiene.
4. Krisis – istirahat, dehidrasi, berikan antibiotik jika terdapat infeksi,
bikarbonat jika pasien asidosis. Analgetik kuat biasanya diperlukan,
transfusi diberikan hanya jika anemia sangat berat dengan gejala
transfusi. Sukar mungkin dibutuhkan pada kasus berat.
5. Perawatan khusus diperlukan pada kehamilan dan anestesi sebelum
persalinan atau operasi, pasien dapat ditransfusi berulang dengan
darah normal untuk mengurangi proporsi haemoglobin S yang beredar.
6. Transfusi ini juga kadang-kadang diberikan pada pasien yang sering
mengalami krisis untuk menekan produksi Hb S secara lengkap selama
jangka waktu beberapa bulan. (Hoffbrand V.A, 1996, hal : 77).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan
melalui 4 tahap yang terdiri dari pengkajian, perencanam pelaksanaan, dan
evaluasi.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan
dalam melaksanakan fungsi keperawatan, pendekatan yang dimiliki,
karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.
Pengkajian data
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan pengkajian
yang cermat untuk masalah klien agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Informasi akan menentukan kebutuhan dan masalah
kesehatan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan
lingkungan. Sebagai sumber informasi dapat digunkan yaitu pasien,
keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan atau sumber data
sekunder. Metode pengumpulan data meliputi : pengumpulan data,
klasifikasi data, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan.
Data yang perlu dikumpulkan pada klien dengan anemia adalah sebagai
berikut :
b. Pengumpulan data
1. Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2. Identitas penanggung
3. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang
dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan
pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan
memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah
diderita,
Pemerisaan fisik
4. Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari.
Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.
Tanda : Gangguan gaya berjalan
5. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit
pucat atai sianosis, konjungtiva pucat.
6. Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
7. Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
8. Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan,
tampak kulit dan membran mukosa kering.
9. Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
10. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
11. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
12. Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
13. Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
14. Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.
(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Jumlah darah lengkap (JDL) : leukosit dan trombosit menurun.
2) Retikulosit : jumlah dapat bervariasi dari 30 % – 50 %.
3) Pewarnaan SDM : menunjukkan sebagian sabit atau lengkap.
4) LED : meningkat
5) Eritrosit : menurun
6) GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7) Billirubin serum : meningkat
8) LDH : meningkat
9) TIBC : normal sampai menurun
10) IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
11) Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
12) Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang.
Klasifikasi data
Data subjektif
b) Keletihan / kelemahan.
c) Nokturi.
d) Nafsu makan menurun.
e) Nyeri pada punggung.
f) Sakit kepala.
g) Berat badan menurun.
h) Gangguan penglihatan.
Data objektif
a) Konjungtiva pucat.
b) Gelisah.
c) Warna kulit pucat.
d) Gangguan gaya berjalan.
e) Tekanan darah menurun.
f) Demam ringan.
g) Eritrosit menurun.
h) Bilirubin serumen : meningkat.
i) JDL : leukosit dan trombosit menurun.
j) LDH meningkat.
(Doenges E. Mariylnn, 2000, hal : 582 – 585).
Diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit
baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi /
gangguan pada sum-sum tulang.
c. Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak
dihabiskan.
e. Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke
jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
g. Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakitnya.
Rencana keperawatan
Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah)
Tujuan : Tidak merasakan nyeri,
Tindakan keperawatan
a) Kaji tingkat nyeri
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
b) Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke
jaringan terpenuhi.
c) Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.
d) Kolaborasi pemberian penambah darah
Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses
penyembuhan.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi /
gangguan sumsum tulang.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Tindakan keperawatan :
a. Ukur tanda-tanda vital :
Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan
menentukan intevensi selanjutnya.
b. Tinggikan kepala tempat tidur klien
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler
c. Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.
Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari
panas berlebihan penyebab vasodilatasi.
d. Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan.
Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.
Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot
Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas
sendiri.
Tindakan keperawatan
a. Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk
menetukan intervensi selanjutnya.
b. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi
kebutuhannya.
e. Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan
paru..
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak
dihabiskan.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria : nafsu makan meningkat, porsi
makan dihabiskan.
Tindakan keperawatan :
a Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering dan bervariasi
Rasional : Pemasukan makanan atau menambah kekuatan dan diberikan
sedikit-sedikit agar pasien tidak merasa bosan.
c Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi
Rasional : Makanan yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan
penyakitnya..
d Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
e Penatalaksanaan pemberian vitamin B1.
Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.
f Konsul pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi
kebutuhan individu.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke
jaringan
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar,
sirkulasi darah lancar
Tindakan keperawatan .
a Kaji integritas kulit, catat pada perubahan turgor, gangguan warna
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilitas
b Anjurkan permukaan kulit kering dan bersih
Rasional : Area lembab, terkontamiansi memberikan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan organisme patogenik
c Ubah posisi secara periodik
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia
jaringan / mempengaruhi hipoksia selular.
d Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena menurunkan statis vena /
pembentukan edema.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
Tujuan : Mencegah / menurunkan resiko infeksi
Tindakan keperawatan
a. Berikan perawatan kulit
Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi
b. Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
mobilisasi sekresi
c. Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi /
pengobatan.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya
Tujuan : Memahami tentang penyakitnya, mau menerima keadaan
penyakitnya, klien tidak bertanya tentang penyakitnya
Tindakan keperawatan
a. Berikan informasi tentang penyakitnya
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi
b. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : Memberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan klien untuk
memilih informasi
c. Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4 – 6 liter cairan perhari
Rasional : Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat
membuat sabit / krisis.
d. Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas fisik teratur dengan
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko
fraktur.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan
anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum
pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena
kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian kemungkinan
rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.
Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan
dalam menggunakan proses perawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia
sel sabit adalah sebagai berikut :
a. Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program
pengobatan individu dengan kriteria :
1. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali
melakukan aktivitas.
2. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
b. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan
kriteria :
1. Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
2. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
c. Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi
dengan kriteria :
1. Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
2. Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
d. Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :
Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran
seimbang.
e. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan /
mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria :
Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal.
Sumber:
1.Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan,
EGC, Jakarta.
2.Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah,
vol. 3, EGC : Jakarta.
3.Price A. S, Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta.
4.Hoffbrand V.A, Pettit E.J, (1996), Kapita Selekta Hematologi, EGC : Jakarta.
5.Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
6.Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-anemia-sel-sabit/
1. PENGERTIAN
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin
dan volume pada sel darah merah ( Hematokrit per 100 ml darah ).
Anemia dapat diklasifikasikan menurut :
1. Morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya
2. Etiologi
Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan ukuran
sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya.Ada tiga
klasifikasi besar yaitu :
1.Anemia Normositik Normokrom adalah Ukuran dan bentuk sel-sel darah
merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal
( MCV dan MCHC normal atau rendah .
2.Anemia Makrositik normokrom adalah Ukuran sel-sel darah merah lebih
besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV
Meningkat,MCHC normal)
3.Anemia Mikrositik HipokromUkuran sel-sel darah merah kecil mengandung
Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV maupun MCHC
kurang ).
Yang termasuk dalam kategori Anemia Mikrositik Hipokrom adalah Anemia
defisiensi bisa terjadi akibat kekurangan besi, pirodoksin atau tembaga.
Anemia Defisiensi Besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total
turun dibawah tingkat normal yang terjadi akibat tidak adanya besi yang
memadai untuk mensintesis Hemoglobin .
1.PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak-anak. Bayi cukup builan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik,
memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua
kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu zat besi harus
tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat
besi dari makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi . Hal ini
paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini
( sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang
mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup
bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang
kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang
adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi
sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang
kronik. Pada Bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang
disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak
sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna
setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri
anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang
berlebihan.
1.CLINICAL PATHWAY
Kurangnya Asupan Zat Besi
Cadangan Zat besi tidak mencukupi
Anemia Def. Zat Besi
Lemah Pucat Demam
1.TANDA DAN GEJALA
1.Konjungtiva pucat ( Hemoglobin ( Hb) 6 sampai10 g/dl ).
2.Telapak tangan pucat ( Hb dibawah 8 g/dl )
3.Iritabilitas dan Anoreksia ( Hb 5 g/dl atau lebih rendah
4.Takikardia , murmur sistolik
5.Pika
6.Letargi, kebutuhan tidur meningkat
7.Kehilangan minat terhadap mainan atau aktifitas bermain.
1.KOMPLIKASI
1.Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
2.Daya konsentrasi menurun
3.Hasil uji perkembangan menurun
4.Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
1.PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
1.Kadar porfirin eritrosit bebas —- meningkat
2.Konsentrasi besi serum ——- menurun
3.Saturasi transferin —— menurun
4.Konsentrasi feritin serum —- menurun
5.Hemoglobin menurun
6.Rasio hemoglobin porfirin eritrosit —- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic
untuk defisiensi besi
7.Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin
concentration ( MCHC ) —- menurun menyebabkan anemia hipokrom
mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat.
8.Selama pengobatan jumlah retikulosit —- meningkat dalam 3 sampai 5 hari
sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang
positif.
9.Dengan pengobatan, hemoglobin——- kembali normal dalam 4 sampai 8
minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat.
1.THERAPI
Usaha pengobatan ditujukan pada pencegahan dan intervensi. Pencegahan
tersebut mencakup ; Menganjurkan Ibu-Ibu untuk memberikan ASI, Makan
makanan kaya zat besi dan minum vitamin pranatal yang mengandung besi.
Terapi untuk mengatasi anemia defisiensi zat besi terdiri dari program
pengobatan berikut
1.Zat besi diberikan per oral dalam dosis 2 – 3 mg/kg unsur besi semua
bentuk zat besi sama efektifnya ( fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero
glukonat.
2.Vitamin C harus diberikan bersama dengan besi ( Vitamin C meningkatkan
absorpsi besi ).
Terapi besi hendaknya diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu
setelah anemia dikoreksi untuk mengisi kembali cadangan besi. Zat besi
yang disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit malabsorpsi
usus halus.
1.MASALAH KEPERAWATAN
1.Intoleransi Aktifitas yang berhubungan dengan kerusakan transpor oksigen
sekunder terhadap penurunan sel darah merah
2.Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
3.Keletihan
4.Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penurunan resistensi
sekunder akibat hipoksia jaringan dan atau sel-sel darah putih abnormal
( neutropenia, leukopenia )
5.Risiko terhadap cedera : Kecendrungan perdarahan yang berhubungan
dengan trombositopenia dan splenomegali
6.Risiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
1.MASALAH KOLABORASI
1.KP : Perdarahan
2.KP : Gagal Jantung
3.KP : Kelebihan zat besi ( Transfusi berulang ).
1.PERENCANAAN KEPERAWATAN
1.TUJUAN
Tujuan Utama meliputi Toleransi terhadap aktifitas, pencapaian dan
pemeliharaan nutrisi yang adekuat dan tidak adanya komplikasi.
1.KRITERIA HASIL
1.Warna kulit anak membaik
2.Pola tumbuih anak membaik ( seperti terlihat pada peta pertumbuhan )
3.Tingkat aktifitas anak sesuai dengan usianya
4.Orang tua menunjukkan pemahamannya terhadap aturan pengobatan di
rumah ( Misalnya : Pemberian obat, makanan kaya zat besi yang sesuai).
1.INTERVENSI
1.Pantau efek therapheutik dan efek yang tidak diinginkan dari terapi zat
besi pada anak :
*Efek samping dari terapi oral ( misal : perubahan warna gigi )
*Ajarkan tentang cara-cara mencegah perubahan warna gigi:
oMinum preparat besi dengan air, sebaiknya dengan jus jeruk
oBerkumur setelah minum obat.
*Anjurkan untuk meningkatkan makanan berserat dan air untuk mengurangi
efek konstipasi dari zat besi
*Untuk mengatasi konstipasi berat akibat zat besi cobalah untuk
menurunkan dosis zat besi tetapi memperpanjang lama pengobatan.
1.Ajarkan pada orang tua tentang asupan nutrisi yang adekuat .
*Kurangi asupan susu pada anak
*Tingkatkan asupan daging dan pengganti protein yang sesuai
*Tambahkan padi-padian utuh dan sayur-sayuran hijau dalam diet.
2.Dapatkan informasi tentang riwayat diet dan perilaku makan
*Kaji faktor-faktor yang menyebabkan defisiensi nutrisi,-psikososial,perilaku
dan nutrisional
*Buat rencana bersama orang tua tentang pendekatan pendekatan
kebiasaan makan yang dapat diterima
*Rujuk ke Ahli Gisi untuk evaluasi dan terapi intensif.
1.Anjurkan Ibu untuk menyusui bayinya karena zat besi dari ASI mudah
diserap.
RASIONAL
*Dengan memantau efek therapheutik dapat diketahui keuntungan dan
kerugian dari pemberian therapheutik tsb sehingga memudahkan i untuk
tindakan lebih lanjut.
*Dengan mengajarkan pada orang tua tentang asupan nutrisi yang adekuat
kebutuhan zat besi anak bisa terpenuhi sesuai dengan usianya disamping
orang tua lebih memahami akan pentingnya kebutuhan zat besi bagi anak.
*Dengan memberikan informasi tentang riwayat diet dan perilaku makan
dapat diketahui kebiasaan yang menguntungkan/merugikan bagi kesehatan
klien.
*Dengan menganjurkan Ibu untuk menyusui bayinya defisiensi zat besi pada
bayi dan anak dapat dicegah karena pada ASI mengandung zat besi yang
mudah diserap oleh tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1.Cecily L. Betz, dkk, 2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, EGC Jakarta.
2.Suriadi,dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, cetakan I , penerbit C.V.
Agung Seto, Jakarta
3.FKUI, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan infomedika, Jakarta.
4.Richard,R.,dkk, 1992, Ilmu Kesehatan Anak Bagian II.
5.Sylvia A.Price, dkk, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses
penyakit, Edisi 4, EGC , Jakarta.
6.Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,
EGC, Jakarta.
http://www.lenterabiru.com/2009/08/anemia-2.html