Upload
dhian-cattleya
View
62
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ANEMIA didefinisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah
merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar Hemoglobin sampai dibawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi
penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan
demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar
perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang
teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas
normal untuk kelompok orang yang bersangkutan ( WHO 1992 ) . Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Anemia yang tidak mendapat penanganan dan pengobatan yang serius
dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti leukemia , gagal ginjal , gagal
jantung , infeksi yang akan menyebabkan kematian .
Oleh karena itu perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan
mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan
sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari anemia?
2. Bagaimana etiologi dari anemia?
3. Bagaimana patofisiologi dari anemia?
4. Apa saja klasifikasi dari anemia?
5. Apa manifestasi klinis dari anemia?
6. Apa komplikasi dari anemia?
7. Apa pemeriksaan penunjang dari anemia?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari anemia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anemia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari anemia.
2. Untuk mengetahui etiologi dari anemia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari anemia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari anemia.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari anemia.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari anemia.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari anemia.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari anemia.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien anemia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Terdapat berbagai macam anemia. Sebagian akibat produksi sel darah
merah tidak mencukupi , dan sebagian lagi akibat produksi sel prematur ataun
penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Faktor penyebab lainya meliputi
kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis.
Anemia kekurangan besi adalah anemia yang terbanyak di seluruh dunia.
B. Penyebab
Penyebab tersering dari anemia adalah perdarahan dan penekanan
sumsum tulang hemolisis, kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit
kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
3
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990)
4
C. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku
Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) :
1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
4. Berat Hb < 6,00 gr%
Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan
dapat dibagi menjadi :
1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat
kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur
zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu
banyaknya zat besi.
2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
asam folat.
3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum
diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
5
Anemia Lain
Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba
(2007), adalah :
1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr%
2. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%
3. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr%
Anemia pada anak dapat diklasifikasikan berdasarkan variasi dalam
ukuran dan bentuk sel, seperti tampak pada perubahan lebar distribusi eritrosit
(Red Blood Cell Distribution Width/ RDW). RDW, apabila ditentukan dengan
menggunakan teknologi penghitungan sel elektrtonik merupakan koefisien dari
varian ukuran eritrosit (deviasi baku MCV: mean MCVx100). Pengetahuan
mengenai MCV dan RDW dapat membantu dalam klarifikasi awal anemia pada
anak. Pada kasus anemia yang mencolok perlu sekali untuk meninjau
menyeluruh penampakan eritrosit pada preparat apus darah tepi. Gambaran
morfologi khas dapat menunjukkan diagnosis yang mendasari. Di samping itu,
adanya polikromatofilia yang secara kasar berkolerasi dengan tingkat
retikolositosis, menunjukkan bahwa sumsum tulang mampu mengadakan
respons terhadap kehilangan atau destruksi eritrosit.
Klasifikasi anemia berdasarkan MCV, sebagai berikut:
1. Mikrositik
Defisiensi besi, thalassemia, keracunan timbal, penyakit kronik
(infeksi, kanker, inflamasi, penyakit ginjal), responsif vitamin B6, defisiensi
tembaga, sideroblastik (beberapa), dan hemoglobin E.
2. Normositik
Produksi menurun (anemia aplastik: kongenital, didapat), (aplasia sel
eritrosit murni: kongenital/Diamon-Blackfan, didapat/eritroblastopenia
6
sementara), (penggantian sumsum tulang: leukemia, tumor, penyakit
penyimpanan, oateopetrosis, meilofibrosis), kehilangan darah
(internal/eksternal), sekuestrasi, hemolisis kelainan eritrosit intrisik
(hemoglobinopati, enzimopati, gangguan membran: sferositosis herediter,
didapat/hemoglobinema nokturnal paroksimal), hemolisis kelainan ekstrinsik
(imunologis: pasif/penyakit hemolitik neonatus, aktif/autoimun; toksin;
infeksi; mikroangiopatik: koagulasi intravaskuler tersebar/DIC, sindrom
uremik hemolitik, hipertensi, penyakit jantung).
3. Makrositik
Bayi normal (palsu), retikulositosis, defisiensi vitamin B12, defisiensi
folat, orotikasiduria, meilodisplasia, penyakit hati, hipotiroidisme, defisiensi
vitamin B6 (beberpa) dan defisiensi timin.
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering
pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
7
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
seperti yang terjadi pada kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma (hemoglobinema). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya (misal apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl),
hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine
(hemoglobinuria). Jadi ada atau tidaknya hemoglobinemia dan homoglobinuria
dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah
abnormal pada pasiaen dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk
mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya
dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosist dalam sirkulasi darah, (2)
8
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi, dan (3) ada atau tidaknya
hiperbilibirubinemia dan hemoglobinemia.
Eritropoesis (produksi sel darah merah) dapat ditentukan dengan
mengukur kecepatan dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan ke sirkulasi
eritrosit. Rentang hidup sel darah merah pasien (kecepatan hemolisis) dapat
diukur dengan menandai sebagian diantaranya dengan injeksi kromium radioaktif,
dan mengikuti sampai bahan tersebut menghilang dalam sirkulasi darah selama
beberapa hari sampai minggu. Metode tentang bagaimana membedakan kegagalan
sumsum tulang tertentu dengan jenis lainnya dan suatu penyakit hemolitik dengan
lainnya.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang,
maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-
organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
9
F. Pathway
10
G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Mudah batuk-pilek, gampang flu,
atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi Mudah lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
H. Pemeriksaan Penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
11
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).
I. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
Transpalasi sel darah merah.
Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
12
Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh.
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk beraktivitas. Toleransi terhadap latihan
rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : Takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
13
Tanda :
TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural.
Disritmia : Abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam,
pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : Kering,mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature
(AP).
3) Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi
4) Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : Distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
14
Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung
jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis
(status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : Tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis
retina (aplastik, AP).
Epitaksis : Perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
15
Gejala : Riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, Riwayat terpajan
pada radiasi(baik terhadap pengobatan atau kecelekaan), Riwayat
kanker (terapi kanker), Tidak toleran terhadap dingin dan panas,
Transfusi darah sebelumnya, Gangguan penglihatan, penyembuhan
luka buruk, sering infeksi.
Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
a) Intoleransi aktivitas b/d ketidakadekuatan suplai oksigen dalam tubuh
b) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakadekuatan masukan oral akibat penurunan nafsu makan.
c) Ansietas/cemas b/d lingkungan yang tidak tenang atau orang asing
3. Intervensi Keperawatan
16
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Diagnosa : Intoleransi aktivitas b/d ketidakadekuatan suplai oksigen dalam
tubuh
Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, dan kelemahan otot.
Rasional : Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin
B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4) Berikan oksigen sesui dengan indikasi
Rasional : Dapat meningkatkan suplai oksigen dalam tubuh.
5) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
6) Berikan aktivitas bermain
17
Rasional : Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah
kebosanan dan meningkatkan istirahat.
7) Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
Rasional : Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/aktivitas tanpa kelemahan.
Diagnosa :Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakadekuatan masukan oral akibat penurunan nafsu makan.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara
waktu makan dan berikan multivitamin serta susu subplemen.
18
Rasional : Meningkatkan vitamin yang diperlikan oleh tubuh, menurunkan
kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
5) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional : Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada
organ.
6) Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet (daging, sayuran hijau)
Rasional : Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
8) Pantau hasil pemeriksaan laboraturium (Hb, Ht, dll)
Rasional : Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
9) Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau
adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
Diagnosa : Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leucopenia / penurunan granulosit)
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
19
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema,
dan demam.
Intervensi :
1) Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora
normal kulit.
2) Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : Menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
3) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
4) Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam.
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5) Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : Membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh
misalnya pernapasan dan ginjal.
6) Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan
isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun
sangat terganggu.
7) Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam.
20
Rasional : Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
8) Amati eritema/cairan luka.
Rasional : Indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin
tidak ada bila granulosit tertekan.
9) Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus
dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
10) Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Bruce M.
Camitta). Anemia tidak merupakan suatu kesatuan (entity) spesifik tetapi
merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari. Klasifikasi
anemia yang bermanfaan pada anak membagi anemia menjadi 3 kelompok
besar atas dasar volume korpuskular rata-rata eritrosit (Mean corpuscular
Volume/MCV): mikrositik, normositik, atau makrositik.
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,
kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan
kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada
anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,
dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan
5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa
dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
22
B. Saran
Sebaiknya kita menjaga kadar hemoglobin jangan sampai turun dibawah
batas normal. Kita bisa menjaga kadar hemoglobin dalam darah dengan
mengkonsumsi makanan yang kaya dengan zat besi. Selain itu kita juga harus
bisa menjaga pola kegiatan kita sehari-hari di antaranya :
1. Berolahragalah dengan rutin dan teratur.
2. Jagalah pola makan dengan teratur.
3. Makanlah makanan dengan gizi seimbang
4. Perbanyaklah makan buah, sayuran dan daging.
5. Jika tubuh merasa kurang sehat, maka segeralah periksa ke dokter atau
rumah sakit.
23
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic Anemia.
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta, EGC.
24