Upload
pipipnana
View
69
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
A. DEFINISIBatu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi. (Purnomo, 2000)Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.
Citation preview
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
1/43
Askep Batu Ginjal
BATU GINJAL
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen
kristal dan matriks organik.
(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau
pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.
B. KOMPOSISI DAN JENIS BATU YANG TERDAPAT DALAM GINJAL
Komposisi BatuBatu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam
urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi
batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
Jenis Batu dalam Ginjala. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar
75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karenapeningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi
tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi
instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine
dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat.
Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat
menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea
(uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas danStafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
2/43
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari
atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
C. ETIOLOGI
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada
banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat
meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadangkadang dapat pula disebabkan oleh infeksi
bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa
albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
D. MANIFESTASI KLINIK
Obstruksi.Peningkatan tekanan hidrostatik.Distensi pelvis ginjal.Rasa panas dan terbakar di pinggang.Kolik.Peningkatan suhu (demam).Hematuri.Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.
Nyeri hebat1. Batu pada pelvis renalis
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
3/43
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetaliakolik ureteralb. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
retensi urined. Obstruksi
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti
tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau
benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk
kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih.Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih.
Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan
miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan
hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen
(gagal ginjal).
F. KOMPLIKASI
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan ataupengangkatan batu ginjal.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
4/43
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir
semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi:
Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB).
USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography
tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL,
pengobatan metformin, dan myelomatosis.
CT Scan
IVP
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
Retrograde atau antegrade pyelography
Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
Scintigraphy
Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH
urin.
Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan
demam. Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
H. PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu
saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ Lithotripsi
Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal.Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvisginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat,
menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter denganmemasukkan suatu alatUreteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser,
lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutandilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
5/43
secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus ginjal melalui
ureter atau selang nefrostomi.
c. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di
dalam ginjal.
Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
1. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju
dari diit, kalium fosfat asam ( 36 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam
urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry
( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam
urin.
2. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 35 gram kalium fosfat asam
setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
3. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus
dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 48 ml asam nitrat 50%, 4 kali
sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu
asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada
penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal menurut
Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang
cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan
perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegahtimbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkansuasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat.
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria.
4. Rendah purin.
Diet ini diberikan pada pasien yang menderita penyakit ginjal asam urat dan gout.
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II.KONSEP
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:Gejala:
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
6/43
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah
baring lama).
2. Sirkulasi
Tanda:- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat.
3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.
- Penrunan volume urine.
- Rasa terbakar, dorongan berkemih.
- Diare.
Tanda:
- Oliguria, hematuria, poliuria.
- Perubahan pola berkemih.4. Makanan dan cairan:
Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat.
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup.
Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus.
- Muntah.
5. Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan).
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi.
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit.
6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alcohol.
- Demam/menggigil.
7. Penyuluhan/pembelajaran:Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi1. Nyeri b/d distensi pelvis renalis.
2. Perubahan pola eliminasi urin b/d obstruksi.
3. Resti infeksi b/d M.O dan statis urin.4. Kekurangan vol. cairan b/d mual dan muntah.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
7/43
Post operasi1. Nyeri b/d luka insisi.
2. Resti infeksi b/d invasi M.O.
3. Kerusakan integritas kulit b/d luka insisi.
4. Bersihan jalan napas inefektif b/d efek anastesi.5. Pola napas inefektif b/d penurunan ekspansi paru karena efek anastesi.
6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual karena efek anastesi.
7. Anxietas b/d prosedur, kondisi, prognosis dan terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin. EGC: Jakarta.
Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan.
Salemba Medika: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
EGC: Jakarta
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
8/43
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
9/43
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
10/43
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem perkemihan terdiri atas :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. uretra
Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke
kandung kemih; kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra
mengeluarkan urine dan kandung kemih.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di
sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal,
dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan
dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis
ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki
ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-
7,5 cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat
kelenjar suprenalis atau kelenjar adrenal.
Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus
dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal
berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah
dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid
ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises
menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
11/43
Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan
satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap
nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang
tertanam pada ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus
berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama berkelok-kelok dan
sesudah itu terdapat sebuah simpa yang disebut simpai henle. Kemudian, tubulus itu
berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubulus distal, yang tersambung
dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir di
salah satu piramidalis.
Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta
abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan
menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler
di dalam salah satu badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa
darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular kapiler. Kepiler
ini menyuplai tubulus dan menerima materi yang direabsopsi oleh struktur tubular.
Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang becabang-cabang membentuk
jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk
vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola
eferen lainya membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme kosentrasi
ginjal.
Fungsi Ginjal :
1. Sebagai tempat mengatur air.
2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah.
3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah.
4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
12/43
Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai
saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma
mengalir melalui semua glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar.
Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainya disaring. Namun,
sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap
tinggi dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir
melalui tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan
tubuh serta membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan normal, semua
glukosa dan sebagian besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk buangan
dikeluarkan. Faktor yang mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus,
reabsorpsinya tubulus, dan sekresi tubulus.
Tabel 1.1
Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hari
NO. BAHAN DISARING DIKELUARKAN
1. AIR 150 LITER 11/2 LITER
2. GARAM 1.700 GRAM 15 GRAM
3. GLUKOSA 170 GRAM 0 GRAM
Sumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka
utama,1995, hal 249.
Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam
urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan
urine ( misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
13/43
ginjal memekatkan urine, maka berat jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya
pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi.
Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan
kemudian menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter
berjalan sepanjang sisi posterior pelvis, di bawah vas deferen, dan memasuki basis
vesika pada trigonum. Pasoka darah ureter berasal dari pembuluh darah renalis,
gonad, aorta, iliaka komunis,dan iliaka interna. Susunan saraf otonom pada dinding
ureter memberikan aktvitas peristaltik, dimana kontraksi berirama berasal dari
pemacu proksimal yang mengendalikan transpor halus dan efisien bagi urine dari
pelvis renalis ke kandung kemih.
Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine.
Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam
punggul besar, di depan isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi
letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah adalah berbasis sedangkan bagian atas
adalah fundus. Puncaknya mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis.
Dinding kandung kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot,
lapisan submukosa, dan lapisan mukosa dari epitelium transisional. Tiga saluran
bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter bermuara secara oblik di sebelah
basis, letak oblik menghindarkan urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra
keluar dari kandung kemih sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang
ureter dan uretra disebut segitiga kandung kemih (trigonum vesica urinarius). Pada
wanita, kandung kemih terletak di antara simpisis pubis, utrus, dan vagina. Dari
uretrus, kandung kemih dipisahkan oleh lipatan peritoneu ruang uterovesikal atau
ruang dounglas.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
14/43
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke
lubang luar, dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran
yang melapisi kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar,
membentuk sfingter uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm,
sedangkan pria 17-22,5 cm.
Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan
berkemih disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine
didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi
yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan
oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan
serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik.
B. PENGERTIAN
a. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth,
2002, hal. 1460).
b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu
ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal.
1595).
c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu
tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace
& Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
15/43
d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,
yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs &
Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).
e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam
kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary
baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).
C. ETIOLOGI
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara
pasti. Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
2. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium.
Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
menjadi inti pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan
batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan
pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di
ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
16/43
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju,
kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging,
jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
D. KLASIFIKASI
Teori pembentukan batu renal :
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai
inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine
yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat
magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu
Saluran Kencing.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
17/43
Jenis Batu-batu renal :
1. Batu kalsium
Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade
ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu
yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri
atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hiperkalsiuria
Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder terhadap
absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria absorptif dapat juga
disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang produksi vitamin D3.
Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di
tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia
Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat perkembangan
batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal,
diare kronik atau diuretik tiazid.
c. Hiperoksalouria
Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari).
Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang
merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi oksalat
dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada anak.
d. Hiperurikorsuria
Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak
sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
18/43
dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari
metabolisme endogen.
e. Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya
batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat
menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan
oksalat.
2. Batu asam urat
Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu
radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria
dan urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph
Urin yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam
urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah
5,5.
3. Batu struvit
Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita,
diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease,
biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi
pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti tanduk rusa
jantan. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai
tutup peti mati.obat antibiotik.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
19/43
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
a. - Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
- Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit
gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
- Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
- Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
- Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke
bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
- Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan
muncul Mual dan muntah.
- Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung
pancreas dan usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
- Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke
paha dan genitalia.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
20/43
- Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
- Hematuri akibat aksi abrasi batu.
- Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d. Batu yang terjebak di kandung kemih
- Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri.
- Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi
urine.
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi
saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap
dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam
urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
21/43
pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks
sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam
urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat
yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal.
Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.
Skema patofisiologi
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
22/43
DP. NYERI
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
23/43
s
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
24/43
G. PEMERIKSAAN FISIKFISIK1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.3. Batu uretra anterior bisa diraba.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya
sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta
serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam
urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein
dan elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
25/43
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong
presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsangreabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan
garis bentuk kalkuli.
13.Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukanbatu dan efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter,
dan distensi kandung kemih.
15.USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
I. PENATALAKSANAAN1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Cara penanganan :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan,
morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di
area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami
muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan
pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
26/43
sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang
hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin
haluaran urine yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil
untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan
segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu
ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah
ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali
dikontraindikasikan.
- Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat
membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
- Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki
batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat
diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui
saluran intensial bukan ke system urinarius.
- Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin,
untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
- Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan
oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak,
kacang,seledri, coklat,the, kopi.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
27/43
- Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,
modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,
pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang
digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan
keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser,
lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain,
dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut
(struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara
bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan
dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau
nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala
ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan
ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian
dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
J. PENCEGAHAN
1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis
1,5 liter/hari.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
28/43
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa
asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.
K. KOMPLIKASI
1. Sumbatan : akibat pecahan batu2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan danpengangkatan batu ginjal
BAB IIIASKEP UROLITHIASIS
A. Pengkajian
I. Identitas
Nama :
Umur : Paling sering 30 50 tahun
Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
Pekerjaan : perkerja berat
II. Keluhan Utama
1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
III. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
3. Bekerja di lingkungan panas.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
29/43
4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
5. Olahragawan.
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Nyeri
2. Mual / Muntah
3. Hematuria
4. Diare5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia
V. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Pernah menderita urolitiasis
2. Riwayat ISK dalam keluarga
3. Riwayat hipertensi
Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi
kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.
VI. Dasar Dasar Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
- Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan
kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
-
2. Sirkulasi
- Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
30/43
3. Eliminasi
- Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.
- Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
- Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium
oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan
cukup.
- Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh
punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan
menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan
sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
- Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.
6. Penyuluhan/ pembelajaran
- Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK
Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium
bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.
B. Diagnosis Keperawatan
Pre operasi :
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
31/43
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh
batu,iritasi ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih
(ginjal).
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah
interpertasi informasi.
Post operasi
1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik
2. Nyeri b.d insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter
4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.
E. INTERVENSI KEPERAWATANPre operasiDiagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral
Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol
- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Catat lokasi, lamanya 1. Membantu mengevaluasi
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
32/43
intensitas (0-10) dan
penyebaran
2. Jelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya
melaporkan tentang
perubahann kejadian /
karakyeristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman
contoh pijatan punggung
lingkungan istirahat.
4. Perhatikan
keluhan/menetap nya
nyeri abdomen.
5. Berikan banyak cairan
bila tidak ada mual,
lakukan dan pertahankan
terapi IV yang
diprogramkan bila mual
dan muntah terjadi.
tempat abstruksi dan
kemajuan gerakan kalkulus
2. Berikan kesempatan untuk
pemberian analgesic
sesuai waktu (membantu
dalam meningkatkan
koping pasien dan dapat
menurunkan ansietas).
3. Menaikkan relaksasi
menurunkan tegangan otot
dan menaikkan koping
4. Obstruksi lengkap ureter
dapat menyebabkan
perforasi dan ekstravasasi
urine ke dalam area
perineal.
5. Cairan membantu
membersihkan ginjal dan
dapat mengeluarkan batu
kecil.
6. Gerakan dapat
meningkatkan pasase dari
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
33/43
6. Dorong aktivitas sesuai
toleransi, berikan
analgesic dan anti emetic
sebelum bergerak bila
mungkin.
beberapa batu kecil dan
mengurangi urine statis.
Kenmyamanan
meningkatkan istirahat danpenyembuhan mual
disebabkan oleh
peningkatan nyeri.
Diagnosa 2
Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal
oleh ureteral
Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya
- Tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan dan
keluaran serta
karakteristik urine
2. Tentukan pola berkemih
normal dan perhatikan
variasi
3. Dorong meningkatjkan
pemasukan cairan
4. periksa semua urine catat
1. Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal, dan
adanya komplikasi contoh
infeksi dan perdarahan
2. Kalkulus dapat
menyebabkan ekstibilitas
yang menyebabkan
sensasi kebutuhan
berkemih segera
3. Peningkatan hidrasi
membilas bakteri,darah
dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
34/43
adanya keluaran batu
dan kirim ke laboratorium
untuk analisa
5. Observasi perubahan
status mental,perilaku
atau tingkat kesadaran
6. Awasi pemeriksaan
laboratorium,contohBUN,elektrolit,kreatinin.
4. Penemuan batu
memungkinkan
identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan
terapi.
5. Akumulasi sisa uremik
dank e tidak seimbangan
elektrolit dapat menjadi
toksik di SSP.
6. Peninggian BUN,kreatinin
dan elektrolit
mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.
Diagnosa 3
Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah
Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi Rasional
1. Awasi intake dan Output
2. Catat insiden
1. Membandingkan keluaran
actual dan yang
diantisifikasi membantu
dalam evaluasi adanya /
derajat statis / kerusakan
ginjal.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
35/43
muntah,diare perhatikan
karakteristik dan
frekuensi mual / muntah
dan diare.
3. Awasi Hb /Ht, elektrolit
4. Berikan cairan IV
5. Berikan diet tepat,cairan
jernih,makanan lembut
sesuai toleransi.
2. Mual / muntah, diare
secara umum
berdasarkan baik kolik
ginjal karena saraf
ganglion seliaka pada
kedua ginjal dan
lambung.
3. Mengkaji hidrasi danefektifian / kebutuhan
intervensi.
4. Mempertahankan volume
sirkulasi / bila pemasukan
oral tidak cukup,/ menaik
fungsi ginjal.
5. Makanan mudah cerna
menurunkan aktivitas GI /
iritasi dan membantu
mempertahankan cairan
dan keseimbangan
nutrisi.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
36/43
Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal
).
Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal
- Urine berwarna kuning / kuning jernih
- Tidak nyeri waktu berkemih.
Intervensi Rasional
1. Pantau :
Urine berwarna,bau / tiap 8 jam
Masukan dan haluaran tiap 8 jam
PH urine
TTV setiap 4 jam
2. Saring semua
urine,observasi terhadap
kristal. Simpan kristal
untuk dilihat dokter kirim
ke laboratorium
3. Konsultasi dengan dokter
bila pasien sering
berkemih,jumlah urine
sedikit dan terus
menerus,perubahan
urine.
4. Berikan obat-obatan
sesuai program untuk
mempertahankan PH
1. Untuk deteksi dini
terhadap masalah.
2. Untuk mendaptakan data-
data keluarnya
batu,perubahan diet yang
didasari oleh komposisi
batu
3. Temuan-temuan ini
menunjukkan
perkembangan obstruksi
dan kebutuhan intervensi
progresif.
4. Dengan perubahan PH
urine / peningkatan
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
37/43
urine tepat. keasamaan /
alkalinitas,factor
solubilitas untuk batu
dapat di control.
Diagnosa 5
Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi Rasional
kaji ulang proses penyakit dan harapan
di masa yang datang.
tekankan pentingnya peningkatan
pemasukan cairan , contoh 3-4 liter per
hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong pasien
melaporkan mulut kering, diuresis
(keringat berlebihan) dan untuk
peningkatan pemasukan cairan baik bila
haus atau tidak.
diet rendah purin, contoh membatasi
daging berlemak, kalkun, tumbuhan
polong, gandum dan alkohol.
. memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
. pembilasan sistem ginjal menurunkan
kesempatan statis ginjal atau
pembentukan batu.
. menurunkan pemasukan oral terhadap
prekusor asam urat.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
38/43
diet rendah kalsium, contoh membatasi
,susu,keju,sayur, berdaun hijau, yogurt.
diet rendah oksalat, contoh membatasi
makan coklat, minuman mengandung
kafein, bit, bayam.
diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli
karbonat aluminium 30-40 ml, 30
menit/jam.
7. diskusikan program obat-obatan,
hindari obat yang dijual bebas dan
membaca semua label produk/
kandungan dalam makanan.
8. mendengar dengan aktif tentang terapi
/ perubahan pola hidup.
9. tunjukan perawatan yang tepat
terhadap insisi/ kateter bila ada.
. menurunkan resiko pembentukan batu
kalsium.
. menurunkan pembentukan batu oksalat.
. mencegah kalkulus fosfat dengan
membentuk presipitrat yang larut dalam
traktus GI, menguragi beban nefron
ginjal.
. obat-obatan diberikan untuk
mengasamkan mengakalikan urine,
tergantung pada penyebab dasar
pembentukan batu.
. membantu pasien berkerja melalui
perasaan dan meningkatkan rasa kontrol
apa yang terjadi.
. meningkatkan kemampuan perawatan
diri, dan kemandirian.
Post operasiDiagnosa 1Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemikTujuan : - tanda tanda vital stabil
- kulit kering dan elastic
- intake output seimbang
- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang
Intervensi rasional
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
39/43
Diagnosa2Nyeri
berh
ubun
gan
deng
an insisi bedah
Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan
mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus
daan penghalang factor nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan non
farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi,
bantu pasien memilih posisi yang
nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan
kemerahan.
1. menentukan tindakan selanjutnya
2. dengan otot relkas posisi dan
kenyamanan dapat mengurangi nyeri.
3. peradangan dapat menimbulkan
nyeri.
4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat
Kaji balutan selang kateter
terhadap perdarahan setiap jam
dan lapor dokter.
Anjurkan pasien untuk mengubah
posisi selang atau kateter saat
mengubah posisi.
Pantau dan catat intake output
tiap 4 jam, dan laporan ketidak
seimbangan.
Kaji tanda vital dan turgor kulit,
suhu tiap 4-8 jam.
1. mengetahui adanya perdarahan.
2. mencegah perdarahan pada luka
insisi
3. mengetahui kesimbangan dalam
tubuh.
. dapat menunjukan adanya dehidrasi /
kurangnya volume cairan
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
40/43
4. Anjurkan pasien untuk menahan
daerah insisi dengan kedua tangan bila
sedang batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untukpemberian analgetik.
5. analgetik dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa 3Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik (
kateter).
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat
berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih normal pasien.
2. Kaji keluhan distensi kandung kemih
tiap 4 jam
3.Ukur intake output cairan.
4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.
5. Anjurkan klien untuk minum air putih 2
Lt /sehari , bila tidak ada kontra indikasi.
.untuk membandingkan apakah ada
perubahan pola berkemih.
. kandung kemih yang tegang disebabkan
karena sumbatan kateter.
3. untuk mengetahui keseimbangan
cairan
4. untuk mengetahui fungsi ginjal.
5. untuk melancarkan urine.
Diagnosa 4Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.
Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.
- Drainase dan selang kateter bersih.
nt rv nsi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala
infeksi luka (demam, kemerahan,
bengkak, nyeri tekan dan pus)
1. mengintervensi tindakan selanjutnya.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
41/43
2. Kaji suhu tiap 4 jam.
3. Anjurkan klien untuk menghindari ataumenyentuk insisi.
4. Pertahankan tehnik steril untuk
mengganti balutan dan perawatan luka.
2. peningkatan suhu menandakan
adanya infeksi.
3. menghindarkan infeksi.
4. menghindari infeksi silang
F. IMPLEMENTASIPerencanaan yang dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda
vital, mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien
melakukan teknik relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri,
memantau dan mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen,
mengawasi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan
sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi
pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih
normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh :
palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan
pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit,
mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola hidup,
mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri berulang,
hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan
kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
42/43
G. EVALUASI
Melaksanakan tindakan
sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarths (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi
kedelapan). Jakarta : EGC.
Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk,(2005). Klien Gangguan Ginja l. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi
ketiga). Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan.(Buku 3). Bandung : IAPK Padjajaran.
Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar I lmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua, Edisi ketiga).
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta : salemba medika
Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patof is io logi : K onsep Klin is Proses-Proses
Penyakit.(Edisi keempat). Jakarta : EGC
5/28/2018 Askep Batu Ginjal
43/43