Upload
senja-tsamrotul
View
94
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan jeperawatan pada pasien dengan gangguan emfisema
Citation preview
askep emfisema
I
PENDAHULUAN
Diera globalisasi ini,banyak sekali masalah kesehatan yang terjadi akibat kemajuan
teknologi yang semakin canggih. Masalah yang sering muncul diperkotaan adalah gangguan
fungsi pernapasan. Gangguan ini terjadi karena semakin banyaknya jumlah polusi yang ada di
daerah perkotaan. Apakah gangguan pernapasan hanya menyerang orang yang tinggal
diperkotaan? Jawabanya “tidak”. Semua orang dapat mengalami gangguan pernapasan, tetapi
yang lebih sering adalah mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Salah satu masalah
pernapasaan yaitu Emfisema yang akan saya bahas dalam makalah ini. emfisema adalah
Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Polusi merupakan menyebab utama terjadinya emfisema.
Penderitaemfisema mengalami kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi. Tidak hanya
kemajuan teknologi yang dapat menyebabkan terjadinya emfisema, gaya hidup juga dapat
menyebabkan terjadinya emfisema seperti merokok. Asap rokok dapat menggagnggu fungsi dari
silia. Selain itu factor genetik dan infeksi juga berperan sebagai pendukung terjadinya emfisema.
Emfisema dapat dialami pria dan wanita, tetapi yang lebih sering dialami oleh pria.
Kenapa lebih sering dialami pria? Karena pria lebih banyak yang merokok dibandingkan wanita,
selain itu pria lebih sering bekerja di luar rumah yang banyak sekali polusi, terutama para buruh.
Penderita emfisema pada awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala mengalami
emfisema ini. Gejala semakin berat setelah penyakit semakin parah. Tanda dan gejala yang
tampak pada penderita emfisema adalah dispnea atau kesulitan bernapas. Dispnea dapat terjadi
saat klien melakukan aktivitas. Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami emfisema kita
dapat melakukan pemeriksaan diagnosti untuk menunjang diagnosis. Dalam keperawatan
tindakan awal yang kita lakukan adalah pemeriksaan fisik, dengan melakukan pemeriksaan fisik
kita dapat membuat analisis data dan mendapatkan diagnosa, setelah itu kita dapat merencanakan
tindakan keperawatan ( intervensi ), kemudian implementasi. Setiap melakukan tindakan
keperawatan harus selalu melakukan evaluasi. Evaluasi untuk melihat hasil dari intervensi dan
tindakan yang kita lakukan dan dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam tindakan
keperawatan.
A. TINJAUAN MEDIS
1. Definisi
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus
terisi udara walaupun ekspirasi. ( Kus Irianto 2004.216 )
Emfisema merupakan morfologik didefisiensikan sebagai abnormal ruang- ruang paru distal dari
bronkiolus terminal dengan destruksi dindingnya. ( Robbins. 1994.253 )
Emfisema adalah penyakit obstruksi kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas
permukaan alveoli. ( Corwin. 2000.435 )
Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru
yaitu :
1. Emfisema Panlobulor ( Panacinar )
Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules respiratorius. Bentuk morfologik yang lebih
jarang, alveolus mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata mengenai bagian ainus
yang sentral maupun yang perifer. Bersamaan dengan penyakit yang semakin parah, semua
komponen asinus sedikit demi sedikit menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa
jaringan yang biasanya berupa pembuluh- pembuluh darah.
2. Emfisema Sentrilobulor
Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris.
Dinding- dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu
ruang sewaktu dinding- dinding mengalami integritas. Mula- mula duktus alveolaris dan sakus
alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. Sering menyeranng bagian atas paru dan
penyebarannya tidak merata keseluruhan paru.
2. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu :
1. Rokok
Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan napas,
menghambat fungsi magrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperlasia kelenjar mukus
bronkus.
2. Populasi
Polutan industry dan udara juga dapat menyebabkan, efisema. Insiden dan angka kematian
emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrilalsi, polusi ydara
seperti halnya asap tembakau, dapat mentebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi
makrofag alveolar.
3. Infeksi
Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran
napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi
jalan napas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
3. Patofisiologi
Keluhan psikososial, kecemasan,ketidaktahuan akan prognosis.
Perubahan pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan.
4. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan Hasil normal
Pengukuran fungsi paru
( spirometri )
Peningkatan TLC dan RV.
hiperventilasi
3 – 5 liter
ventilasi
Radiologis Hiperinflasi
Pendataran diafragma.
Jantung bagai bergantung.
Diafragma letak rendah
dan datar.
Sputum Kehijau- hijauan.
Berbau.
Bening.
Tidak berbau.
Laboratorium Hipoksemia.
Hiperkapnia.
Hemoglobin dan
hematrokit normal.
Lk : 13-18 g/ml.
Pr : 12- 16 g/ml.
5. Tanda dan Gejala
Pada awalnya gejala serupa dengan dengan bronchitis kronis.
Napas terengah- engah disertai dengan suara seperti peluit.
Dada berbentuk tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk
Bibir tampak kebiruan.
Batuk menahun.
Lemah.
Tekanan darah meningkat.
Penurunan berat badan.
Keterbatasan mobilitas fisik.
6. Komplikasi
Komplikasi pada emfisema adalah :
Infeksi saluran napas.
Resiko gagal napas.
Peningkatan kerusakan paru.
Radang saluran napas.
Penurunan daya tubuh.
7. Prognosa
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu
berobat.
Penderita yang berumur kuerng dari 50 tahun dengan :
Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.
Sesak aedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan emfisema secara umum meliputi:
1. Penatalaksanaan Umum:
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.
b. Menghindari merokok dan zat inhalasi.
c. Menghindari infeksi saluran napas.
2. Pemberian Obat
a. Bronkodilator
1. Derivate xantin : teofilin, aminofilin.
2. Β2 gol. Agonis : terbutalin, metaproterenol, dan albuterol.
3. Antikoligergik : ipratrolum, bromioda.
4. Kortikosteroid : dexamaatason, prednison, dan prednisolon.
5. Ekspectoran : mromheksin, karboksi mehl system.
6. Antibiotic
3. Terapi Oksigen.
4. Latihan Fisik.
5. Rehabilitasi.
6. Fisioterapi.
9. Daftar Pustaka
Doengoes, (2001). Perencanaan Asuhan Keperawatan
Price, A., & Wilson,M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- proses
Penyakit Edisi 6, Terjemahan. Jakarta : EGC
http :// download – askep. blogspot. Com/2001/01/pengkajian- diagnosa-
keperawatan. html
http :// medlinux. blogspot. Com/ 2007/09/emfisema.html
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Umum
Aktivitas/ Istirahat
Gejala : - Keletihan, kelelahan, malaise.
- Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari- hari karena sulit bernapas.
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda : - Keletihan.
- Gelisah, insomnia.
- Kelemahan umum/ kehilangan masa otot.
Sirkulasi
Gejala : - Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : - Peningkatan TD.
- Peningkatan frekuensi jantung/ takikkardia berat, disritmia.
- Distensi vena leher ( penyakit berat ).
- Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
- Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada ).
- Warna kulit/ mebran mukosa : normal atau abu- abu/ sianosis ; kuku tabuh dan sianosis perifer.
- Pucat dapat menunjukkan anemia.
Integritas Ego
Gejala : - Peningkatan faktor resiko.
- Perubahan pola hidup.
Tanda : - Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
Makanan/ Cairan
Gejala : - Mual/ muntah.
- Nafsu makan buruk/ anoreksia.
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
- Penurunan berat badan menetap.
Tanda : - Turgor kulit buruk.
- Edema dependen.
- Berkeringat.
- Penurunan berat badan, penurunan massa otot/ lemak subkutan.
Higiene
Gejala :
- Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktivitas sehari- hari.
Tanda :
- Kebersihan buruk, bau badan.
Pernapasan
Gejala : - Napas pendek
- Episode batuk hilang – timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat
menjadi produktif.
- Riwayat pneumonia berulang, terpajan polusi kimia/ iritan pernapasan dalam jangka
panjang ( mis. Rokok sigaret ) atau debu/ asap ( mis. Asbes, debu batubara, rami katun, serbuk
gergaji ).
- Factor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa –antitripsin.
- Penggunaan oksigen pada malam hari.
Tanda : - Pernapasan : biasanya cepat, dapat lambat;
fase
ekspirasi memanjang dengan mendengkur,
napas bibir.
- Penggunaan otot bantu pernapasan mis., meninggikan bahu, retraksi fosa supraklafikula,
melebarkan hidung.
- Dada :dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk – barrel); gerakan
diafragma minimal.
- Bunyi napas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi.
- Perkusi : hiperesonan pada area paru ( mis, jebakan udara dengan emfisema ); bunyi pekak pada
area paru ( mis, konsolidasi, cairan, mukosa ).
- Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
- Warna : “pink puffer” karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan
frekuensi pernapasan cepat.
- Tabuh pada jari- jari.
Keamanan
Gejala : - Riwayat reaksi alerhi atau sensitive terhadap
Zat/ faktor lingkungan.
- Ada/ berulangnya infeksi.
Seksualitas
Gejala : - Penurunan libido.
Interaksi Sosial
Gejala : - Hubungan ketergantungan.
- Kurang sistem pendukung.
- Kegagalan dukungan dari/ terhadap pasangan/ orang terdekat.
- Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda : - Ketidakmampuan untuk membuat/ memper
tahankan suara ketika distress pernapasan.
- Keterbatasan mobilitas fisik.
- Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : - Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernapasan.
- Kesulitan menghentikan merokok.
- Penggunaan alcohol secara teratur.
- Kegagalan untuk membaik.
Pertimbangan Rencana Pemulangan :
- DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,6hari.
- Bantuan dalam berbelanja, tranportasi, kebutuhan perawatan rumah/ mempertahankan tugas
rumah.
- Perubahan pengobatan/ program terapeutik.
( Doengoes. 2001 )
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Symptom Etiologi Proplem
Ds : - Klien mengatakn tidak mampu
membuang sekret.
Kerusakan
alveoli
Gangguan pertukaran
gas
Ds : -Klien mengatakan mengalami
Penurunan berat badan.
-Klien mengatakan merasa lemah.
Produksi
sputum
berlebihan
Gangguan pemenuhan
nutrisi
-Klien mengatakan mengatakan
mengalami gangguan sensasi
pengecapan.
Do : -Muka pucat.
-Bibir kering.
-kulit kering.
-Rambut kusam.
Ds : -Klien mengatakan sulit bernapas.
- Klien mengatakan mengalami batuk
menetap, batuk kering dan
berdahak.
Do :-Terdengar ronki.
-Peningkatan respirasi.
Peningkatan
produksi
sekret
Ketidakefektifan jalan
napas
Ds :- Klien mengatakn tidak mampu
membuang sekret.
Do :-Peningkatan produksi sekret.
-Penurunan imunitas.
-Malnutrisi.
Proses
penyakit
kronis
Resiko infeksi
Kurang
informasi
mengenai
penyakit.
Ketidaktahuan/
pemenuhan informasi
Prioritas Masalah
Ketidakefektifan jalan napas.
Gangguan pertukaran gas.
Gangguan pemenuhan nutrisi.
Resiko infeksi.
Ketidaktahuan/ pemenuhan informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Ketidakefektifan jalan napas
b/d peningkatan produksi
sekret.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x30 menit
jalan napas kembali efektif
dengan KH :
Klien mengatakan tidak
sesak napas lagi.
Mempertahankan jalan
napas.
Bunyi napas bersih/ jelas.
Menunjukkan perilaku
untuk memperbaiki bersihan
jalan napas missal, batuk
efektif dan mengeluarkan
sekret.
Kaji/ pantau frekuensi
pernapasan. Catat rasio inspirasi/
ekpirasi.
Kaji apsien untuk posisi yang
nyaman. Missal, peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
Takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan/ setres/
adanya proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang
dibandingkan inspirasi.
Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernapasan
dengan menggunakan gravitasi.
Namun, pasien dengan distress berat
akan mencari posisi yang paling
mudah untuk bernapas.
Pertahankan polusi lingkungan
minimum. Misal, debu, sap, dan
bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
Pencetus tipe reaksi alergi
pernapasan yang sapat mentriger
episode akut.
Dorong/ bantu latihan napas
abdomen/ bibir.
Memberikan pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan
udara.
Observasi karakteristik batuk.
Missal, menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan untuk
memperbaiki kefektifan upaya
batuk.
Batuk dapat menetap tetapi tidak
efektif, khususnya bila pasien lansia,
sakit akut, atau kelemahan. Batuk
paling efektif pada posisi duduk
tinggi/ kepala di bawah.
Tingkatkan masukan cairan Hidrasi membantu menurunkan
sampai 3000 ml/ hari sesuai
toleransi jantung. Memberiakn
air hangat.
kekentalan sekret,mempermudah
pengeluaran. Penggunaan cairan
hangat dapat menurukan spasme
bronkus.
Kolaborasi pemberian obat.
Bronkodilator, mis, B- agonis,
epinefrin ( adrenalin, vaponefrin).
Merilekskan otot halus dan
menurunkan kongesti
lokal,menurunkan spasme jalan
napas, mengi dan produksi mukosa.
Obat- obat mungkin peroral, injeksi
atau inhalasi.
Beri analgesik Batuk menetap yang melelahkan
perlu ditekan untuk menghemat
energi dan memungkinkan pasien
istirahat.
Gangguan pertukaran gas b/d
kerusakan alveoli.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x30 menit
pertukaran gas kembali
efektif dengan KH :
Menunjukkan adanya
perbaikan ventilasi.
Bebas gejala distress
pernapasan.
TTV normal
Kaji frekuensi kedalaman
pernapasan. Catat penggunaan
otot aksesori, napas bibir, ketidak
mampuan bicar/ berbincang.
Berguna dalam evaluasi derajat
distress pernapasan atau kronisnya
proses
penyakit.
Kaji/ awasi secara rutin kulit dan Sianosis mungkin perifer ( terlihat
warna membrane mukosa. pada kuku) atau sentral ( terlihat
sekitar bibir/ daun telinga ). Keabu-
abuan dan diagnosis sentral
mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
Tinggikan kepala, bantu pasien
untuk memilih posisi yang muah
untuk bernapas. Dorong napas
dalam perlahan/ napas bibir
sesuai kebutuhan/ toleransi
individu.
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan
kolaps jalan napas, dispnea, dan
kerja napas.
Awasi tanda vital dan irama
jantung.
Takikkardia, distritmia, dan
perubahan TD dapat menunjukkan
efek hipoksemia sistrmik pada fungsi
jantung.
Kolaborasi dalam pemberian
penekan SSP ( mis, antiansietas,
sedatof/ narkotik) dengan hati-
hati.
Digunakan untuk mengontrol
ansietas/ gelisah yang meningkatkan
konsumsi oksigen/ kebutuhan.
Eksaserbasi dispnea dipantau ketat
karena dapat terjadi gagal napas.
Gangguan pemenuhan nutrisi
b/d penurunan nafsu makan.
Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam nutrisi klien
terpenuhi dengan KH :
Peningkatan berat badan.
Bibir lembab.
Gangguan pengecapan
hilang.
Klien tampak rileks.
Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini. catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.
Pasien distress pernapasan akut
sering anoreksia karena dispnea.
Produksi sputum, dan obat. Selain itu
pasien mempunyai kebiasaan makan
buruk.
Auskultasi bunyi usus. Penurunan/ hipoaktif bising usus
menunjukkan penurunan mobilitas
gaster dan konstipasi( komplikasi
umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan.
Hindari makanan penghasil gas
an minum karbonat.
Dapat menghasilkan distensi
abdomen yang mengganggu
abdomen dan gerakan diafragma,
dan dapat meningkatkan dispnea.
Hindari makan yang panas atau
dingin
Suhu ekstrem dapat mencetuskan/
meningkatkan spasme batuk.
Kolaborasi dengan ahli gizi/
nitrisi.
Kebutuhan kalori di dasarkan pada
kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
Kaji pemeriksaan laboratorium,
mis, albumin, serum, asam
amino, glukosa, elektrolit.
Mengevaluasi/ mengatasi
kekurangan dan mengawasi
keefktifan terapi nutrisi.
Resiko infeksi b/d proses
penyakit.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam
resiko infeksi dapat dihindari
dengan KH:
Klien mengatakan produksi
sekret berkurang.
Klien mengatakan mampu
membuang sekret.
Peningkatan imunitas.
Awasi suhu. Demam dapat terjadi karena infeksi
atau dehidrasi.
Kaji pentingnya latihan napas,
batuk efektif, perubahan posisi
sering, dan masukan cairan
adekuat
Aktivitas ini meningkatkan
mobilisasi dan pengeluaran sekret
untuk menurunkan resiko terjadinya
infeksi paru.
Onservasi warna, karakter, dan
bau sputum.
Sekret berbau, kuning atau
kehijauan menunjukkan adanya
infeksi paru.
Tunjukkan dan bantu pasien
tentang pembuangan tisu dan
sputum.
Mencegah penyebaran pathogen
melalui cairan.
Awasi pengunjung, berikan
masker sesuai indikasi.
Menurunkan potensial terpajan pada
penyakit infeksius.
Dorong keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat.
Menurunkan konsumsi/ kebutuhan
keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
Diskusikan kebutuhan masukan
nutrisi adekuat.
Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
Kolaborasi: dapatkan specimen
sputum dengan batuk/
penghisapan untuk pewarnaan
kuman gram, kultur/ sensitivitas.
Dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme
penyebab dan kerentanan terhadap
berbagai antimikrobial.
Berikan antimikrobial sesuai
indikasi.
Dapat diberikan untuk organisme
khusus yang teridentifikasi dengan
kultur dan sensitivitas, atau
deberikan secara profilaktik karena
resiko tinggi.
Ketidaktahuan/ peminuhan
informasi b/d tidak
adekuatnya informasi
mengenai proses penyakit dan
pengobatan
Setelah dilakukan tindakan
kepearawtan 1x24 jam klien
mendapatkan informasi
tentang proses penyakit dan
pengobatan dengan KH :
Pernyataan tentang
informasi.
Klien mengikuti proses
Instruksikan/ kuatkan rasional
untuk latihan napas, batuk
efektif, dan latihan kondisi
umum.
Napas bibir dan napas abdominal/
diafragmatik menguatkan otot
pernapasan, membantu
miminimalkan kolaps dan napas
kecil, dan memberikan individu arti
untuk mengontrol dispnea. Latihan
kondisi umum menginkatkan
toleransi aktivitas, kekuatan otot, dan
keperawatan. rasa sehat.
Jelaskan/ kuatkan penjelasan
proses penyakit individu. Dorong
pasien/ orang terdekat untuk
menanyakan pernyataan.
Menurunkan ansietas dan dapat
menimbulkan perbaikan partisipasi
pada rencana pengobatan.
Anjurkan menghindari agen
sedative ansietas kecuali
diresepkan diberikan oleh dokter
mengobati kondisi pernapasaan.
Meskipun pasien mungkin gugup
dan merasa perlu sedative, ini dapat
menekan pernapasan dan melindungi
mekanisme batuk.
Kaji efek bahaya merokok dan
nasehatka menghentikan rokok
pada pasien atau orang terdekat.
Penghentian merokok dapat
memperlambat kemajuan
pengobatan.
Diskusikan obat pernapasan,
efek samping dan reaksi yang
tidak diingankan.
Pasien sering mendapatkan obat
pernapasan banyak sekaligus yang
mempunyai efek smping hampir
sama dan potensial interaksi obat.
Tekankan pentingnya perawatan
oral/ kebersihan gigi.
Menurunkan pertumbuhan bakteri
pada mulut, dimana dapat
menimbulkan infeksi saluran napas
atas.
4. EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASI
Ketidakefektifan jalan napas b/d peningkatan
produksi sekret.
S : klien mengatakan bisa bernapas dengan
lega.
Klien mengatakan batuk berkurang.
Klien mengatakan dapat istirahat.
O : Bunyi pernapasan normal.
Pernapasan mulai teratur.
A : Masalah teratasi dalam waktu 1x30 menit.
P : intervensi dihentikan.
Gangguan pertukaran gas b/d kerusakan
alveoli.
S : klien mengatakan pernapasan lega.
Klien mengatakan dapat istirahat.
O : klien tampak rileks.
Produksi secret menurun.
A : Masalah teratasi dalam waktu1x30 menit.
P : intervene dihentikan.
Gangguan pemenuhan nutrisi b/d penurunan
nafsu makan.
S : Klien mengatakan gangguan sensasi
pengecapan menghilang.
Klien mengatakan nafsu makan mukai
membaik.
Klien mengatakan merasa lebih baik.
O : Peningkatan berat badan.
Bibir dan kulit lembab.
A : masalah teratasi dalam waktu 1x 24 jam.
P : Intervensi dihentikan.
Resiko infeksi b/d proses penyakit. S : Klien mengatakan mapu membuang sekret.
O : Produksi sekret menurun.
Imunitas meningkat.
Nutrisi terpenuhi.
A : masalah teratasi dalam waktu 1x24 jam.
P : Intervensi dihentikan.
Ketidaktahuan/ peminuhan informasi b/d tidak
adekuatnya informasi mengenai proses
penyakit dan pengobatan.
S : Klien mengatakan mengerti mengenai
penyakit dan pengobatan.
O : Klien mengikuti prosedur perawatan.
A : Masalah teratasi dalam waktu 1x24 jam.
P : intervensi dihentikan.
II
KESIMPULAN
Emfisema adalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Emfisema merupakan akibat
kurangnya elastisitas paru dan kerusakan pada alveoli, dimana alveoli menjadi mengembang dan
kaku walaupun setelah ekspirasi. Emfisema dapat menyerang pria dan wanita. Emfisema
disebabkan oleh : polusi udara, merokok, genetik dan infeksi saluran pernapasan. Tanda- tanda
penyakit emfisema pada awalnya tidak mudah untuk diketahuai tetapi setelah 30- 40 tahun gejala
semakin berat. Gejala yang terlihat yaitu : Batuk, berat badan menurun, tekanan darah
meningkat, kelemahan, napas terengah- engah, dan lain- lain. Penatalaksanaan medis emfisema
dengan pemberian obat, terapi oksigen, latihan fisik, rehabilitasi, fisioterapi, dan penatalaksanaan
umum.
Masalah keperawatan yang timbul pada emfisema adalah ketidak efektifan jalan
napas,gangguan pertukaran gas, gangguan pemenuhan nutrisi, resiko infeksi, dan ketidaktahuan/
pemenuhan informasi. Sebelum mendapatkan masalah keperawatan, perawat melakukan
tindakan pengkajian. Setelah melakukan pengkajian, perawat menganalisa data yang didapat dari
pengkajian tersebut, kemudian didapatkan masalah keperawatan dan tindakan yang akan
dilakukan dalam melakukan perawatan. Setelah melakukan tindakan, perawat harus melakukan
tindakan akhir yaitu evaluasi. Evaluasi penting dilakukan untuk memantau tingkat keberhasilan
tindakan dan mencegah terjadinya kesalahan yang disebabkan karena ketidaktahuan tindakan
yang dilakukan.
III
SARAN
Saya menyadari makalah ini kurang sempurna dan banyak kesalahannya, untuk
menyempurnakan makalah ini saya sangat berharap bantuan dari semua pihak, terutama pembaca
untuk menyempurnakan makalah ini. untuk pembaca saya sarankan untuk mencari referensi yang
lainnya, karena referensi yang saya dapatkan masuh sangat terbatas. Atas saran dan kritik yang
membangun tersempurnanya makalah saya ini, saya ucapkan terima kasih.Diposkan oleh mbak tafi di 05.09