27
askep emfisema I PENDAHULUAN Diera globalisasi ini,banyak sekali masalah kesehatan yang terjadi akibat kemajuan teknologi yang semakin canggih. Masalah yang sering muncul diperkotaan adalah gangguan fungsi pernapasan. Gangguan ini terjadi karena semakin banyaknya jumlah polusi yang ada di daerah perkotaan. Apakah gangguan pernapasan hanya menyerang orang yang tinggal diperkotaan? Jawabanya “tidak”. Semua orang dapat mengalami gangguan pernapasan, tetapi yang lebih sering adalah mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Salah satu masalah pernapasaan yaitu Emfisema yang akan saya bahas dalam makalah ini. emfisema adalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Polusi merupakan menyebab utama terjadinya emfisema. Penderitaemfisema mengalami kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi. Tidak hanya kemajuan teknologi yang dapat menyebabkan terjadinya emfisema, gaya hidup juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema seperti merokok. Asap rokok dapat menggagnggu fungsi dari silia. Selain itu factor genetik dan infeksi juga berperan sebagai pendukung terjadinya emfisema. Emfisema dapat dialami pria dan wanita, tetapi yang lebih sering dialami oleh pria. Kenapa lebih sering dialami pria? Karena pria lebih banyak yang merokok dibandingkan wanita, selain itu pria lebih sering bekerja di luar rumah yang banyak sekali polusi, terutama para buruh. Penderita emfisema pada awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala mengalami emfisema ini. Gejala semakin berat setelah penyakit semakin parah. Tanda dan gejala yang tampak pada penderita emfisema adalah dispnea atau kesulitan bernapas. Dispnea dapat terjadi saat klien melakukan aktivitas. Untuk

askep emfisema

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan jeperawatan pada pasien dengan gangguan emfisema

Citation preview

Page 1: askep emfisema

askep emfisema

I

PENDAHULUAN

            Diera globalisasi ini,banyak sekali masalah kesehatan yang terjadi akibat kemajuan

teknologi yang semakin canggih. Masalah yang sering muncul diperkotaan adalah gangguan

fungsi pernapasan. Gangguan ini terjadi karena semakin banyaknya jumlah polusi yang ada di

daerah perkotaan. Apakah gangguan pernapasan hanya menyerang orang yang tinggal

diperkotaan? Jawabanya “tidak”. Semua orang dapat mengalami gangguan pernapasan, tetapi

yang lebih sering adalah mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Salah satu masalah

pernapasaan yaitu Emfisema yang akan saya bahas dalam makalah ini. emfisema adalah

Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Polusi merupakan menyebab utama terjadinya emfisema.

Penderitaemfisema mengalami kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi. Tidak hanya

kemajuan teknologi yang dapat menyebabkan terjadinya emfisema, gaya hidup juga dapat

menyebabkan terjadinya emfisema seperti merokok. Asap rokok dapat menggagnggu fungsi dari

silia. Selain itu factor genetik dan infeksi juga berperan sebagai pendukung terjadinya emfisema.

            Emfisema dapat dialami pria dan wanita, tetapi yang lebih sering dialami oleh pria.

Kenapa lebih sering dialami pria? Karena pria lebih banyak yang merokok dibandingkan wanita,

selain itu pria lebih sering bekerja di luar rumah yang banyak sekali polusi, terutama para buruh.

            Penderita emfisema pada awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala mengalami

emfisema ini. Gejala semakin berat setelah penyakit semakin parah. Tanda dan gejala yang

tampak pada penderita emfisema adalah dispnea atau kesulitan bernapas. Dispnea dapat terjadi

saat klien melakukan aktivitas. Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami emfisema kita

dapat melakukan pemeriksaan diagnosti untuk menunjang diagnosis. Dalam keperawatan

tindakan awal yang kita lakukan adalah pemeriksaan fisik, dengan melakukan pemeriksaan fisik

kita dapat membuat analisis data dan mendapatkan diagnosa, setelah itu kita dapat merencanakan

tindakan keperawatan ( intervensi ), kemudian implementasi. Setiap melakukan tindakan

keperawatan harus selalu melakukan evaluasi. Evaluasi untuk melihat hasil dari intervensi dan

tindakan yang kita lakukan dan dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam tindakan

keperawatan.

Page 2: askep emfisema

A.    TINJAUAN MEDIS

1.      Definisi

Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus

terisi udara walaupun ekspirasi. ( Kus Irianto 2004.216 )

Emfisema merupakan morfologik didefisiensikan sebagai abnormal ruang- ruang paru distal dari

bronkiolus terminal dengan destruksi dindingnya. ( Robbins. 1994.253 )

Emfisema adalah penyakit obstruksi kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas

permukaan alveoli. ( Corwin. 2000.435 )

Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru

yaitu :

1.      Emfisema Panlobulor ( Panacinar )

Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules respiratorius. Bentuk morfologik yang lebih

jarang, alveolus mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata mengenai bagian ainus

yang sentral maupun yang perifer. Bersamaan dengan penyakit yang semakin parah, semua

komponen asinus sedikit demi sedikit menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa

jaringan yang biasanya berupa pembuluh- pembuluh darah.

2.      Emfisema Sentrilobulor

Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris.

Dinding- dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu

ruang sewaktu dinding- dinding mengalami integritas. Mula- mula duktus alveolaris dan sakus

alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. Sering menyeranng bagian atas paru dan

penyebarannya tidak merata keseluruhan paru.

Page 3: askep emfisema

2.      Etiologi

Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu :

1.      Rokok

Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan napas,

menghambat fungsi magrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperlasia kelenjar mukus

bronkus.

2.      Populasi

Polutan industry dan udara juga dapat menyebabkan, efisema. Insiden dan angka kematian

emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrilalsi, polusi ydara

seperti halnya asap tembakau, dapat mentebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi

makrofag alveolar.

3.      Infeksi

Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran

napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi

jalan napas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.

Page 4: askep emfisema

3.      Patofisiologi

Page 5: askep emfisema

 

                                                                                                                 Keluhan psikososial, kecemasan,ketidaktahuan akan prognosis. 

    Perubahan pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan. 

Page 6: askep emfisema

                           

                                                                 

4.      Pemeriksaan Diagnosis

Pemeriksaan Hasil normal

       Pengukuran fungsi paru

( spirometri )

       Peningkatan TLC dan RV.

       hiperventilasi

       3 – 5 liter

       ventilasi

       Radiologis        Hiperinflasi

       Pendataran diafragma.

       Jantung bagai bergantung.

       Diafragma letak rendah

dan datar.

       Sputum        Kehijau- hijauan.

       Berbau.

       Bening.

       Tidak berbau.

       Laboratorium        Hipoksemia.

       Hiperkapnia.

       Hemoglobin dan

hematrokit normal.

        Lk : 13-18 g/ml.

       Pr : 12- 16 g/ml.

5.      Tanda dan Gejala

Pada awalnya gejala serupa dengan dengan bronchitis kronis.

         Napas terengah- engah disertai dengan suara seperti peluit.

         Dada berbentuk tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk

Page 7: askep emfisema

         Bibir tampak kebiruan.

         Batuk menahun.

         Lemah.

         Tekanan darah meningkat.

         Penurunan berat badan.

         Keterbatasan mobilitas fisik.

6.      Komplikasi

Komplikasi pada emfisema adalah :

         Infeksi saluran napas.

         Resiko gagal napas.

         Peningkatan kerusakan paru.

         Radang saluran napas.

         Penurunan daya tubuh.

7.      Prognosa

Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu

berobat.

Penderita yang berumur kuerng dari 50 tahun dengan :

Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.

Sesak aedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.

8.      Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan emfisema secara umum meliputi:

1.      Penatalaksanaan Umum:

a.       Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.

b.      Menghindari merokok dan zat inhalasi.

c.       Menghindari infeksi saluran napas.

2.      Pemberian Obat

a.       Bronkodilator

1.      Derivate xantin : teofilin, aminofilin.

2.      Β2 gol. Agonis : terbutalin, metaproterenol, dan albuterol.

3.      Antikoligergik : ipratrolum, bromioda.

4.      Kortikosteroid : dexamaatason, prednison, dan prednisolon.

Page 8: askep emfisema

5.      Ekspectoran     : mromheksin, karboksi mehl system.

6.      Antibiotic

3.      Terapi Oksigen.

4.      Latihan Fisik.

5.      Rehabilitasi.

6.      Fisioterapi.

9.      Daftar Pustaka

Doengoes, (2001). Perencanaan Asuhan Keperawatan

Price, A., & Wilson,M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- proses    

                     Penyakit Edisi 6, Terjemahan. Jakarta : EGC

http :// download – askep. blogspot. Com/2001/01/pengkajian- diagnosa-

            keperawatan. html

http :// medlinux. blogspot. Com/ 2007/09/emfisema.html

Page 9: askep emfisema

B.       Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian Umum

  Aktivitas/ Istirahat

  Gejala :     -     Keletihan, kelelahan, malaise.

-          Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari- hari karena sulit bernapas.

-          Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.

-          Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.

  Tanda :     -     Keletihan.

-          Gelisah, insomnia.

-          Kelemahan umum/ kehilangan masa otot.

  Sirkulasi

  Gejala :     -     Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

  Tanda :     -     Peningkatan TD.

-          Peningkatan frekuensi jantung/ takikkardia berat, disritmia.

-          Distensi vena leher ( penyakit berat ).

-          Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.

-          Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada ).

-          Warna kulit/ mebran mukosa : normal atau abu- abu/ sianosis ; kuku tabuh dan sianosis perifer.

-          Pucat dapat menunjukkan anemia.

  Integritas Ego

Page 10: askep emfisema

  Gejala :     -    Peningkatan faktor resiko.

-          Perubahan pola hidup.

  Tanda :     -    Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

  Makanan/ Cairan

  Gejala :     -     Mual/ muntah.

-          Nafsu makan buruk/ anoreksia.

-          Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

-          Penurunan berat badan menetap.

  Tanda :     -     Turgor kulit buruk.

-           Edema dependen.

-          Berkeringat.

-          Penurunan berat badan, penurunan massa otot/ lemak subkutan.

  Higiene

  Gejala :    

-          Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan

bantuan melakukan aktivitas sehari- hari.

  Tanda :    

-          Kebersihan buruk, bau badan.

  Pernapasan

  Gejala :     -     Napas pendek

-          Episode batuk hilang – timbul, biasanya tidak produktif  pada tahap dini meskipun dapat

menjadi produktif.

-          Riwayat pneumonia berulang, terpajan polusi kimia/ iritan pernapasan dalam jangka

panjang  ( mis. Rokok sigaret ) atau debu/ asap ( mis. Asbes, debu batubara, rami katun, serbuk

gergaji ).

-          Factor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa –antitripsin.

-          Penggunaan oksigen pada malam hari.

  Tanda :     -     Pernapasan : biasanya cepat, dapat lambat;  

                        fase

      ekspirasi memanjang dengan mendengkur,

Page 11: askep emfisema

      napas bibir.

-          Penggunaan otot bantu pernapasan mis., meninggikan bahu, retraksi fosa supraklafikula,

melebarkan hidung.

-          Dada :dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk – barrel); gerakan

diafragma minimal.

-          Bunyi napas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi.

-          Perkusi : hiperesonan pada area paru ( mis, jebakan udara dengan emfisema ); bunyi pekak pada

area paru ( mis, konsolidasi, cairan, mukosa ).

-          Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.

-          Warna :  “pink puffer” karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan

frekuensi pernapasan cepat.

-          Tabuh pada jari- jari.

  Keamanan

  Gejala :     -     Riwayat reaksi alerhi atau sensitive terhadap

      Zat/ faktor lingkungan.

-          Ada/ berulangnya infeksi.

  Seksualitas

  Gejala :     -    Penurunan libido.

  Interaksi Sosial

  Gejala :     -    Hubungan ketergantungan.

-          Kurang sistem pendukung.

-          Kegagalan dukungan dari/ terhadap pasangan/ orang terdekat.

-          Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.

  Tanda :     -     Ketidakmampuan untuk membuat/ memper

       tahankan suara ketika distress pernapasan.

-          Keterbatasan mobilitas fisik.

-          Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

  Penyuluhan/ Pembelajaran

  Gejala :     -     Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernapasan.

-          Kesulitan menghentikan merokok.

Page 12: askep emfisema

-          Penggunaan alcohol secara teratur.

-          Kegagalan untuk membaik.

  Pertimbangan Rencana Pemulangan :

-          DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,6hari.

-          Bantuan dalam berbelanja, tranportasi, kebutuhan perawatan rumah/ mempertahankan tugas

rumah.

-          Perubahan pengobatan/ program terapeutik.

( Doengoes. 2001 )

     

2.      Diagnosa Keperawatan

Analisa Data

Symptom Etiologi Proplem

Ds : - Klien mengatakn tidak mampu

          membuang sekret.

Kerusakan

alveoli

Gangguan pertukaran

gas

Ds : -Klien mengatakan mengalami

         Penurunan berat badan.

       -Klien mengatakan merasa lemah.

Produksi

sputum

berlebihan

Gangguan pemenuhan

nutrisi

Page 13: askep emfisema

       -Klien mengatakan mengatakan 

        mengalami gangguan sensasi

        pengecapan.

Do : -Muka pucat.

        -Bibir kering.

        -kulit kering.

        -Rambut kusam.

Ds : -Klien mengatakan sulit bernapas.

       - Klien mengatakan mengalami batuk

         menetap, batuk kering dan

         berdahak.

Do :-Terdengar ronki.

       -Peningkatan respirasi.

Peningkatan

produksi

sekret

Ketidakefektifan jalan

napas

Ds :- Klien mengatakn tidak mampu

         membuang sekret.

Do :-Peningkatan produksi sekret.

       -Penurunan imunitas.

       -Malnutrisi.

Proses

penyakit

kronis

Resiko infeksi

Kurang

informasi

mengenai

penyakit.

Ketidaktahuan/

pemenuhan informasi

Prioritas Masalah

         Ketidakefektifan jalan napas.

         Gangguan pertukaran gas.

         Gangguan pemenuhan nutrisi.

         Resiko infeksi.

         Ketidaktahuan/ pemenuhan informasi.

3.      Intervensi Keperawatan

Page 14: askep emfisema

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

       Ketidakefektifan jalan napas

b/d peningkatan produksi

sekret.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1x30 menit

jalan napas kembali efektif

dengan KH :

       Klien mengatakan tidak

sesak napas lagi.

       Mempertahankan jalan

napas.

       Bunyi napas bersih/ jelas.

       Menunjukkan perilaku

untuk memperbaiki bersihan

jalan napas missal, batuk

efektif dan mengeluarkan

sekret.

       Kaji/ pantau frekuensi

pernapasan. Catat rasio inspirasi/

ekpirasi.

       Kaji apsien untuk posisi yang

nyaman. Missal, peninggian

kepala tempat tidur, duduk pada

sandaran tempat tidur.

       Takipnea biasanya ada pada

beberapa derajat dan dapat

ditemukan pada penerimaan/ setres/

adanya proses infeksi akut.

Pernapasan dapat melambat dan

frekuensi ekspirasi memanjang

dibandingkan inspirasi.

       Peninggian kepala tempat tidur

mempermudah fungsi pernapasan

dengan menggunakan gravitasi.

Namun, pasien dengan distress berat

akan mencari posisi yang paling

mudah untuk bernapas.

       Pertahankan polusi lingkungan

minimum. Misal, debu, sap, dan

bulu bantal yang berhubungan

dengan kondisi individu.

       Pencetus tipe reaksi alergi

pernapasan yang sapat mentriger

episode akut.

       Dorong/ bantu latihan napas

abdomen/ bibir.

       Memberikan pasien beberapa cara

untuk mengatasi dan mengontrol

dispnea dan menurunkan jebakan

udara.

       Observasi karakteristik batuk.

Missal, menetap, batuk pendek,

basah. Bantu tindakan untuk

memperbaiki kefektifan upaya

batuk.

       Batuk dapat menetap tetapi tidak

efektif, khususnya bila pasien lansia,

sakit akut, atau kelemahan. Batuk

paling efektif pada posisi duduk

tinggi/ kepala di bawah.

       Tingkatkan masukan cairan        Hidrasi membantu menurunkan

Page 15: askep emfisema

sampai 3000 ml/ hari sesuai

toleransi jantung. Memberiakn

air hangat.

kekentalan sekret,mempermudah

pengeluaran. Penggunaan cairan

hangat dapat menurukan spasme

bronkus.

       Kolaborasi pemberian obat.

Bronkodilator, mis, B- agonis,

epinefrin ( adrenalin, vaponefrin).

       Merilekskan otot halus dan

menurunkan kongesti

lokal,menurunkan spasme jalan

napas, mengi dan produksi mukosa.

Obat- obat mungkin peroral, injeksi

atau inhalasi.

       Beri analgesik        Batuk menetap yang melelahkan

perlu ditekan untuk menghemat

energi dan memungkinkan pasien

istirahat.

       Gangguan pertukaran gas b/d

kerusakan alveoli.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1x30 menit

pertukaran gas kembali

efektif dengan KH :

       Menunjukkan adanya

perbaikan ventilasi.

       Bebas gejala distress

pernapasan.

       TTV normal

       Kaji frekuensi kedalaman

pernapasan. Catat penggunaan

otot aksesori, napas bibir, ketidak

mampuan bicar/ berbincang.

       Berguna dalam evaluasi derajat

distress pernapasan atau kronisnya

proses

penyakit.

       Kaji/ awasi secara rutin kulit dan        Sianosis mungkin perifer ( terlihat

Page 16: askep emfisema

warna membrane mukosa. pada kuku) atau sentral ( terlihat

sekitar bibir/ daun telinga ). Keabu-

abuan dan diagnosis sentral

mengindikasikan beratnya

hipoksemia.

       Tinggikan kepala, bantu pasien

untuk memilih posisi yang muah

untuk bernapas. Dorong napas

dalam perlahan/ napas bibir

sesuai kebutuhan/ toleransi

individu.

       Pengiriman oksigen dapat diperbaiki

dengan posisi duduk tinggi dan

latihan napas untuk menurunkan

kolaps jalan napas, dispnea, dan

kerja napas.

       Awasi tanda vital dan irama

jantung.

       Takikkardia, distritmia, dan

perubahan TD dapat menunjukkan

efek hipoksemia sistrmik pada fungsi

jantung.

       Kolaborasi dalam pemberian

penekan SSP ( mis, antiansietas,

sedatof/ narkotik) dengan hati-

hati.

       Digunakan untuk mengontrol

ansietas/ gelisah yang meningkatkan

konsumsi oksigen/ kebutuhan.

Eksaserbasi dispnea dipantau ketat

karena dapat terjadi gagal napas.

       Gangguan pemenuhan nutrisi

b/d penurunan nafsu makan.

Setelah dilakukan tindakan

1x24 jam nutrisi klien

terpenuhi dengan KH :

       Peningkatan berat badan.

       Bibir lembab.

       Gangguan pengecapan

hilang.

       Klien tampak rileks.

       Kaji kebiasaan diet, masukan

makanan saat ini. catat derajat

kesulitan makan. Evaluasi berat

badan dan ukuran tubuh.

       Pasien distress pernapasan akut

sering anoreksia karena dispnea.

Produksi sputum, dan obat. Selain itu

pasien mempunyai kebiasaan makan

buruk.

       Auskultasi bunyi usus.        Penurunan/ hipoaktif bising usus

menunjukkan penurunan mobilitas

gaster dan konstipasi( komplikasi

Page 17: askep emfisema

umum) yang berhubungan dengan

pembatasan pemasukan cairan.

       Hindari makanan penghasil gas

an minum karbonat.

       Dapat menghasilkan distensi

abdomen yang mengganggu

abdomen dan gerakan diafragma,

dan dapat meningkatkan dispnea.

       Hindari makan yang panas atau

dingin

       Suhu ekstrem dapat mencetuskan/

meningkatkan spasme batuk.

       Kolaborasi dengan ahli gizi/

nitrisi.

       Kebutuhan kalori di dasarkan pada

kebutuhan individu untuk

memberikan nutrisi maksimal.

       Kaji pemeriksaan laboratorium,

mis, albumin, serum, asam

amino, glukosa, elektrolit.

       Mengevaluasi/ mengatasi

kekurangan dan mengawasi

keefktifan terapi nutrisi.

       Resiko infeksi b/d proses

penyakit.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1x24 jam

resiko infeksi dapat dihindari

dengan KH:

       Klien mengatakan produksi

sekret berkurang.

       Klien mengatakan mampu

membuang sekret.

       Peningkatan imunitas.

        

       Awasi suhu.        Demam dapat terjadi karena infeksi

atau dehidrasi.

       Kaji pentingnya latihan napas,

batuk efektif, perubahan posisi

sering, dan masukan cairan

adekuat

       Aktivitas ini meningkatkan

mobilisasi dan pengeluaran sekret

untuk menurunkan resiko terjadinya

infeksi paru.

       Onservasi warna, karakter, dan

bau sputum.

       Sekret berbau, kuning atau

kehijauan menunjukkan adanya

Page 18: askep emfisema

infeksi paru.

       Tunjukkan dan bantu pasien

tentang pembuangan tisu dan

sputum.

       Mencegah penyebaran pathogen

melalui cairan.

       Awasi pengunjung, berikan

masker sesuai indikasi.

       Menurunkan potensial terpajan pada

penyakit infeksius.

       Dorong keseimbangan antara

aktivitas dan istirahat.

       Menurunkan konsumsi/ kebutuhan

keseimbangan oksigen dan

memperbaiki pertahanan pasien

terhadap infeksi, meningkatkan

penyembuhan.

       Diskusikan kebutuhan masukan

nutrisi adekuat.

       Malnutrisi dapat mempengaruhi

kesehatan umum dan menurunkan

tahanan terhadap infeksi.

       Kolaborasi: dapatkan specimen

sputum dengan batuk/

penghisapan untuk pewarnaan

kuman gram, kultur/ sensitivitas.

       Dilakukan untuk

mengidentifikasikan organisme

penyebab dan kerentanan terhadap

berbagai antimikrobial.

       Berikan antimikrobial sesuai

indikasi.

       Dapat diberikan untuk organisme

khusus yang teridentifikasi dengan

kultur dan sensitivitas, atau

deberikan secara profilaktik karena

resiko tinggi.

       Ketidaktahuan/ peminuhan

informasi b/d tidak

adekuatnya informasi

mengenai proses penyakit dan

pengobatan

Setelah dilakukan tindakan

kepearawtan 1x24 jam klien

mendapatkan informasi

tentang proses penyakit dan

pengobatan dengan KH :

       Pernyataan tentang

informasi.

       Klien mengikuti proses

       Instruksikan/ kuatkan rasional

untuk latihan napas, batuk

efektif, dan latihan kondisi

umum.

       Napas bibir dan napas abdominal/

diafragmatik menguatkan otot

pernapasan, membantu

miminimalkan kolaps dan napas

kecil, dan memberikan individu arti

untuk mengontrol dispnea. Latihan

kondisi umum menginkatkan

toleransi aktivitas, kekuatan otot, dan

Page 19: askep emfisema

keperawatan. rasa sehat.

       Jelaskan/ kuatkan penjelasan

proses penyakit individu. Dorong

pasien/ orang terdekat untuk

menanyakan pernyataan.

       Menurunkan ansietas dan dapat

menimbulkan perbaikan partisipasi

pada rencana pengobatan.

       Anjurkan menghindari agen

sedative ansietas kecuali

diresepkan diberikan oleh dokter

mengobati kondisi pernapasaan.

       Meskipun pasien mungkin gugup

dan merasa perlu sedative, ini dapat

menekan pernapasan dan melindungi

mekanisme batuk.

       Kaji efek bahaya merokok dan

nasehatka menghentikan rokok

pada pasien atau orang terdekat.

       Penghentian merokok dapat

memperlambat kemajuan

pengobatan.

       Diskusikan obat pernapasan,

efek samping dan reaksi yang

tidak diingankan.

       Pasien sering mendapatkan obat

pernapasan banyak sekaligus yang

mempunyai efek smping hampir

sama dan potensial interaksi obat.

       Tekankan pentingnya perawatan

oral/ kebersihan gigi.

       Menurunkan pertumbuhan bakteri

pada mulut, dimana dapat

menimbulkan infeksi saluran napas

atas.

4.      EVALUASI

DIAGNOSA EVALUASI

  Ketidakefektifan jalan napas b/d peningkatan

produksi sekret.

  S : klien mengatakan bisa bernapas dengan

lega.

Klien mengatakan batuk berkurang.

Klien mengatakan dapat istirahat.

  O : Bunyi pernapasan normal.

Pernapasan mulai teratur.

  A : Masalah teratasi dalam waktu 1x30 menit.

  P : intervensi dihentikan.

Page 20: askep emfisema

  Gangguan pertukaran gas b/d kerusakan

alveoli.

  S : klien mengatakan pernapasan lega.

Klien mengatakan dapat istirahat.

  O : klien tampak rileks.

Produksi secret menurun.

  A : Masalah teratasi dalam waktu1x30 menit.

  P : intervene dihentikan.

  Gangguan pemenuhan nutrisi b/d penurunan

nafsu makan.

  S : Klien mengatakan gangguan sensasi

pengecapan menghilang.

Klien mengatakan  nafsu makan mukai

membaik.

Klien mengatakan merasa lebih baik.

  O : Peningkatan berat badan.

Bibir dan kulit lembab.

  A : masalah teratasi dalam waktu 1x 24 jam.

  P : Intervensi dihentikan.

  Resiko infeksi b/d proses penyakit.   S : Klien mengatakan mapu membuang sekret.

  O : Produksi sekret menurun.

Imunitas meningkat.

Nutrisi terpenuhi.

  A : masalah teratasi dalam waktu 1x24 jam.

  P : Intervensi dihentikan.

  Ketidaktahuan/ peminuhan informasi b/d tidak

adekuatnya informasi mengenai proses

penyakit dan pengobatan.

  S : Klien mengatakan mengerti mengenai

penyakit dan pengobatan.

  O : Klien mengikuti prosedur perawatan.

  A : Masalah teratasi dalam waktu 1x24 jam.

  P : intervensi dihentikan.

Page 21: askep emfisema

II

KESIMPULAN

Emfisema adalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Emfisema merupakan akibat

kurangnya elastisitas paru dan kerusakan pada alveoli, dimana alveoli menjadi mengembang dan

kaku walaupun setelah ekspirasi. Emfisema dapat menyerang pria dan wanita. Emfisema

disebabkan oleh : polusi udara, merokok, genetik dan infeksi saluran pernapasan. Tanda- tanda

penyakit emfisema pada awalnya tidak mudah untuk diketahuai tetapi setelah 30- 40 tahun gejala

semakin berat. Gejala yang terlihat yaitu : Batuk, berat badan menurun, tekanan darah

meningkat, kelemahan, napas terengah- engah, dan lain- lain. Penatalaksanaan medis emfisema

dengan pemberian obat, terapi oksigen, latihan fisik, rehabilitasi, fisioterapi, dan penatalaksanaan

umum.

            Masalah keperawatan yang timbul pada emfisema adalah ketidak efektifan jalan

napas,gangguan pertukaran gas, gangguan pemenuhan nutrisi, resiko infeksi, dan ketidaktahuan/

pemenuhan informasi. Sebelum mendapatkan masalah keperawatan, perawat melakukan

tindakan pengkajian. Setelah melakukan pengkajian, perawat menganalisa data yang didapat dari

pengkajian tersebut, kemudian didapatkan masalah keperawatan dan tindakan yang akan

dilakukan dalam melakukan perawatan. Setelah melakukan tindakan, perawat harus melakukan

tindakan akhir yaitu evaluasi. Evaluasi penting dilakukan untuk memantau tingkat keberhasilan

tindakan dan mencegah terjadinya kesalahan yang disebabkan karena ketidaktahuan tindakan

yang dilakukan.

Page 22: askep emfisema

III

SARAN

Saya menyadari makalah ini kurang sempurna dan banyak kesalahannya, untuk

menyempurnakan makalah ini saya sangat berharap bantuan dari semua pihak, terutama pembaca

untuk menyempurnakan makalah ini. untuk pembaca saya sarankan untuk mencari referensi yang

lainnya, karena referensi yang saya dapatkan masuh sangat terbatas. Atas saran dan kritik yang

membangun tersempurnanya makalah saya ini, saya ucapkan terima kasih.Diposkan oleh mbak tafi di 05.09