Upload
ade-rahmat-suganda
View
201
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan tentang penyakit paru yaitu empiea (cairain leukosit yang masuk ke rongga paru)
Citation preview
ASKEP EMPIEMAKATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan pada Allah SWT karena dengan ridhon-Nya kami dapat menyusun serta dapat meyelesaikan makalah ini.
Salawat serta salam tak lupa pula kami ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, dan hingga hari akhir nanti.
Ucapan terima kasih tak lupa juga kami ucapkan pada dosen mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 yang telah memberikan kami bimbingan serta pengajaran kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah kami ini.
Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini tapi kami mengetahui makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu kami mohon kritik serta saran yang kira nya dapat membangun bagi kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini menjadi lebih baik.
Kami berharap selain untuk memenuhi nilai kami dalam KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 Makalah ini juga dapat bermanfaat bagi teman-teman dan seluruh pembacanya.
Padang, 2012
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Definisi2. Etiologi3. Patofisiologi4. Manifestasi klinis5. Tanda dan gejala
6. Pemeriksaan diagnostic7. Penatalaksanaan8. Pemeriksaan penunjang9. Komplikasi
ASKEP TEORITIS
v Pengkajian
v Diagnosa keperawatan
v Intervensi
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar belakang
Empiema merupakan komplikasi yang paling sering dari pneumonia pneumokokus, yang terjadi sekitar 2 % dari semua kasus. Meskipun telah ada antibiotik yang potensial, pneumonia bakterial masih menyebabkan morbiditas dan mortalitas di Amerika. Setiap tahun angka kejadian pneumonia bakterial diperkirakan sekitar 4 juta dengan rata-rata 20 % membutuhkan perawatan di rumah sakit. Karena sebanyak 40 % penderita yang dirawat di rumah sakit dengan pneumonia bekterial memiliki efusi pleura. Efusi terjadi akibat pneumonia merupakan persentase yang besar dari efusi pleura. Angka morbiditas dan mortalitas pada penderita pneumonia yang disertai efusi pleura lebih tinggi daripada penderita yang hanya menderita pneumonia saja.
Terdapat 91 kematian di rumah sakit di Indonesia, penyebab utamanya adalah infeksi bakteri parah (49,5%), diare (13,2%), dan kurang gizi (7,7%). Pneumonia atau empiema sebanyak 29 kematian di rumah sakit pada kelompok kotri dan 39 persen pada kelompok plasebo. Apabila penerimaan di rumah sakit dipertimbangkan berdasarkan penyebabnya, pneumonia/empiema adalah yang paling utama, baik secara tunggal atau bersamaan dengan TB, malaria, dan kurang gizi. Bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonela adalah bakteri yang paling sering ditemukan dari biakan darah.
Meskipun tidak diketahui kapan sebenarnya emfiema dimulai, namun tampaknya terjadi dalam beberapa tahun antara perubahan patofisiologi awal dan onset timbulnya gejala. Karena secara klinik tidak mungkin untuk menentukan apakah pasien menderita bronkitis kronis atau emfiema,
dan pasien biasanya memiliki beberapa keadaan yang ada pada keduanya, kriterianya akan ditampilkan pada pembahasan mengenai asuhan keperawatan empiema.
1.2Tujuan umum
Memenuhi tugas Student Center Learning Interactive Skill Station (SCL ISS) dari dosen pembimbing dan untuk mengetahui secara garis besar mengenai sistem pernapasan dan gangguan, serta asuhan keperawatannya.
1.3Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar penyakit empiema.2. Meningkatkan pengetahuan mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan yang harus dilakukan pada penderita empiema.
3. Memberikan gambaran asuhan keperawatan secara teoritis kepada klien yang menderita empiema
BAB II
TINJAUAN TEORIS
A. Definisi
1. EMPIEMA adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) di dalam rongga pleura bisa setempat maupun seluruh rongga pleura(Ngastiyah,1997)
2. EMPIEMA adalah penumpukan cairan terinfeksi (pus) pada kavitas pleura(Diane C. Baughman,2000)
3. Empiema adalah penumpukan materi purulen pada areal pleural (Hudak & Gallo, 1997)4. EMPIEMA adalah kondisi dimana terdapatnya udara dan nanah dalam rongga pleura yg
dapat timbul sbg akibat traumatik maupun proses penyakit lainnya
EMPIEMA adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya rongga pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut menjadi yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura. Empiema juga di artikan,akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). ). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen. Empiema biasanya merupakan komplikasi dari infeksi paru (pneumonia) atau kantong kantong pus yang terlokalisasi (abses) dalam paru. Meskipun empiema sering kali merupakan dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan yang terlambat.
Jadi EMPIEMA adalah suatu keadaan dimana di dalam rongga pleura terdapat nanah(pus) sbg akibat dari infeksi bakteri akut, akibat traumatik dari luar atau akibat komplikasi penyakit paru lain yg tidak terkontrol.
B. Etiologi
a. Infeksi yang berasal dari dalam paru :
Pneumonia Abses paru Bronkiektasis TBC paru Aktinomikosis paru Fistel Bronko-Pleura
b. Infeksi yang berasal dari luar paru :
Trauma Thoraks Pembedahan thorak Torasentesi pada pleura Sufrenik abses Amoebic liver abses
Penyebab lain dari empiema adalah :
1. Stapilococcus
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.
2. Pnemococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.
C. Patofisiologi
Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang diikuti pembentukan
eksudat serosa.Dengan banyaknya sel PMN baik yang hidup maupun yang mati serta meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental.Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.Apabila nanah menembus bronkus, maka timbul fistel bronkopleural yang menembus dinding thorak dan keluar melalu kulit yang disebut empiema nessensiatis.Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan menjadi kronis.
D. Manifestasi klinis
Empiema dibagi menjadi dua stadium yaitu :
1. Empiema Akut
Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura. Pada permulaan, gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura. Adanya fistel ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan darah masif, serta kadang-kadang bisa timbul sufokasi (mati lemas).
Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya cairan adalah setelah keadaan pneumonianya membaik. Sebaliknya pada Streptococcus pneumonia, empiema timbul sewaktu masih akut. Pneumonia karena baksil gram negatif seperti E. coli atau Bakterioids sering kali menimbulkan empiema.
2. Empiema Kronis
Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan. Disebut kronis jika empiema berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badannya terasa lemas, kesehatan makin menurun, pucat, clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda cairan pleura. Bila terjadi fibrotoraks, trakea , dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.
Tanda-tanda empiema :
1. Demam dan keluar keringat malam.
2. Nyeri pleura.
3. Dispnea.
4. Anoreksia dan penurunan berat badan.
5. Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas.
6. Pada perkusi dada ditemukan suara flatness.
7. Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus.
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :
Demam Keringat malam Nyeri pleural Dispnea Anoreksia dan penurunan berat badan Auskultasi dada, ditemukan penurunan suara napas Perkusi dada, suara flatness Palpasi , ditemukan penurunan fremitus
Tanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema kronis
a. Emphiema akut:
Panas tinggi dan nyeri pleuritik. Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan
clubbing finger . Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural. Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah
banyak sekali.
b. Emphiema kronis:
Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan. Badan lemah, kesehatan semakin menurun. Pucat, clubbing finger. Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura. Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit. Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.
1. F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
- Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang menunjukan adanya cairan dengan atau tanpa kelaina paru. Bila terjadi fibrothoraks , trakhea di mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya penebalan.
- Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.
- Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah posterolateral dengan gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut dengan D-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut kostofrenikus ipsilateral pada gambaran posteroanterior.
- Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi.
- Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks, fistula bronkopleural.
2. Pemeriksaan pus
Aspirasi pleura akan menunjukan adanya pus di dalam rongga dada(pleura). Pus dipakai sebagai bahan pemeriksaan sitologi , bakteriologi, jamur dan amoeba. Untuk selanjutnya, dilakukan jkultur (pembiakan) terhadap kepekaan antobiotik.
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :
- Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir.
- Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.
4. Pemeriksaan CT scan :
- Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura.
- Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scan
Sinar x.
Mengidentifikasi distribusi stuktural,menyatakan absesluas/infiltrate,empiema(strafilokokus).infiltrat menyebar atau terlokalisasi(bacterial).
GDA /nadi oksimetri.
Tidak normal mungkin terjadi,tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
Tes fungsi paru.
Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi.
8. Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi transtrakeal,bronkoskopi fiberoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.Lebih dari satu tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi diplokokus pneumonia,strafilokokus aureus,A-hemolitik streptokokus,haemophilus influenza:CMV.Catatan: kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada,kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
9. EKG latihan,tes stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/evaluasi program latihan.
G. Penatalaksanaan
1. Pengosongan Nanah
Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah efek toksisnya.
2. Closed drainage – toracostomy water sealed drainage dengan indikasi :
a) Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
b) Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
c) Terjadinya piopneumotoraks
Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O. Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis.
3. Drainase terbuka (open drainage)
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat misalnya aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat, drainase tidak adekuat sehingga harus seing mengganti atau membersihkan drain.
4. Antibiotic
Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotic memegang peranan penting. Antibiotic harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus tepat. Pemilihan antibiotic didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotic dapat diberikan secara sistematik atau tropical. Biasanya diberikan penisilin.
5. Penutupan Rongga Empiema
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan pembedahan (dekortikasi) atau torakoplasti.
6. Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi :
a) Drain tidak berjalan baik karena banyak kantung-kantung.
b) Letak empiema sukar dicapai oleh drain.
c) Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.
7. Torakoplasti
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan atmosfer.
8. Pengobatan Kausal
Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amoeboiasis, dan sebagainya.
9. Pengobatan Tambahan
Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.
Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema, yaitu :
1. Fase I (Fase Eksudat)
Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.
2. Fase II (Fase Fibropurulen)
Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka (reseksi iga/ “open window”) . Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan. Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi dan/ atau dekortikasi.
3. Fase III (Fase Organisasi)
Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau omentum (muscle plombage atau omental plombage).
H. Pemeriksaan penunjang
v Foto dada
v Torasentesis
I. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EMPIEMA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10):
1. Riwayat atau adanya faktor resiko
PPOM
Perokok berat
Imobilisasi fisik lama
Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus.
Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).
Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker)
Menghirup atau aspirasi zat iritan
Terpapar polusi udara terus menerus
Terpasang selang intrakostal.
Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).
2. Pemeriksaan Fisik
Demam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya).
Nyeri dada pleuritik
Takipnea dan takikardi
mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.
Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri
Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, legionella,
klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumonia
Pewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram posistif.
Bronkoskopi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat
mencakup yang berikut ini:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Berhubungan dengan peningkatan produksi sputum,
obesitas.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispnea, ansietas, posisi tubuh.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-alveolar,
ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
4. Nyeri pleuritik berhubungan dengan empiema.
5. Hypertermi berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, intoleransi
makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
7. Ansietas berhubungan dengan nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.
C. INTERVENSI
No
Diagnosa Kep. Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum, obesitas.
DO:
Dispnea
DS:
Bunyi napas tambahan.
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
Batuk tidak ada atau tidak efektif.
Sianosis.
Kesulitan untuk bersuara.
Penurunan bunyi napas.
Setelah dilakukkan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.
Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.
Mendemonstrasikan batuk efektif.
Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal krekels mengi.
Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal
Ortopnea.
Kegelisahan.
Sputum.
Mata terbelalak.
Penghisapan sesuai dengan indikasi
Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat.
Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrol
Kolaborasi
Pemeriksaan sputum pasien di laboratorium
pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi
Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran.
Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.
Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain
2 Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh
DO:
Dispnea.
Napas pendek
DS:
Perubahan gerakan dada.
Mengambil posisi tiga titik.
Penurunan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital
Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu,
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara.
Auskultasi bunyi napas,
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit
Bunyi napas mungkin redup karena
tekanan inspirasi/ekspirasi.
Penurunan ventilasi semenit.
Penurunan kapasitas vital.
Napas dalam.
Peningkatan diameter anterior-posterior.
Napas cupping hidung.
Ortopnea.
Fase ekspirasi yang lama.
Pernapasan purset-lip.
Kecepatan respirasi.
Rasio waktu.
Penggunaan otot Bantu untuk bernapas
Ekspansi dada simetris.
Tidak adanya penggunaan otot bantu.
Bunyi napas tambahan tidak ada.
Napas pendek tidak ada.
catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan
Palpasi fremitus
Anjurkan klien untuk tidak memikirkan hal-hal yang menyebabkan ansietas.
Pertimbangkan penggunaan kantung kertas saat ekspirasi latih individu bernapas perlahan dan efektif
Kolaborasi
Pemberian oksigen dari dokter
Jaga posisi pasien
penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya secret.
Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Salah saut faktor penyebab hiperventilasi adalah ansietas.
Meningkatkan kemampuan kontrol individu terhadap proses ekspirasi
Agar pernapasan dapat
agar tetap semifowler
berjalan dengan baik
Posisi semifowler dapat mempermudah pasien dalam bernafas efektif
3 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
DS:
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun
Gangguan penglihatan.
DO:
Gas darah arteri yang tidak normal
Gelisah
Cuping hidung mengemban.
Warna kulit tidak normal.
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama 3x24 jam :
Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat.
Mencapai fungsi paru yang maksimal.
Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari.
Pantau perubahan tanda vital.
Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa hari sekali
Bantu reposisi, setiap jam jika mungkin.
Dorong klien untuk melakukan
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Meningkatkan kemampuan ekspansi paru. Jika klien dalam posisi duduk, kemampuan ekspansi
latihan napas dalam dan latihan batuk terkontrol 5 kali setiap jam
paru akan meningkat.
Membantu drainase postural, mencega depresi jaringan paru atau dada untuk pernapasan.
Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen kedalam paru dan sistem peredaran darah.
4 Nyeri pleuritik b.d empiema.
DS:
Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.
DO:
Gerakan menghindari nyeri.
Posisi
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selam 3x24 jam , diharapkan pasien dapat:
Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.
Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri.
Penurunan konsentrasi.
Terganggunya tidur.
Penurunan nafsu makan.
Mandiri :
Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri.
Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis dan endokarditi
menghindari nyeri.
Perubahan autonomik dari tonus otot.
Perubahan nafsu makan dan makan.
Perilaku menjaga atau melindungi.
Pantau :
Suhu setiap 4 jam
Hasil pemeriksaan SDP
Hasil kultur sputum
Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman
Kolaborasi :
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya
Konsul pada dokter jika nyeri dan demam
s.
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.
Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.
Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih
tetap ada atau mungkin memburuk.
Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
efektif.
Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.
Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan
5 Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.
DS:
Mual
DO:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal.
Nadi dan pernapasan dalam
Mandiri:
Pantau suhu minimal 2 jam sekali.
Pantau:
o tekanan
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari
Kulit memerah
Frekuensi napas meningkat
Takikardi
rentang yang diharapkan.
Perubahan warna kulit tidak ada.
darah, nadi, pernapasan.
o aktifitas
kejang, warna kulit
o
Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras dingin.
sasaran yg diharapkan.
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.
Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).
6 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.
DS:
Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.
Kram abdomen.
DO:
Tidak tertarik untuk makan.
Diare.
Bising usus hiperaktif.
Konjungtiva dan membran mukosa pucat.
Tonus otot buruk.
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk.
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.
Mandiri
Pantau:
o persentase
jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.
o timbang BB
setiap hari
o Hasil
pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.
Berikan makanan dengan porsi
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan
Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.
Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.
Ahli gizi ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan
sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.
Kolaborasi
Rujuk kepada ahli gizi untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas.
kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.
7 Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.
DS:
Cemas,takut.
Mual.
Insomnia.
DO:
Penurunan nadi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Menungkapkan perasaan ansietas
Memperagakan teknik bernapas untuk mengurangi dipsnea
Jelaskan tujuan tarapi pada klien
Ajarkan tindakan untuk membantu mengontrol dispnea
Ajarkan klien melakukan
Mengorientasikan program trapi, membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol
Pengontrolan dipsnea melalui diet
Mulut kering.
Muka merah.
Peningkatan tekanan darah.
Berkeringat.
latihan napas
Ajarkan dan evaluasi teknik drainase postural
Jelaskan bahayanya infeksi dan cara menurunkan resiko
Anjurkan klien untuk melaporkan gejala penting dengan segera
Ajarkan atau opserfasi penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur
seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang dapat ditoleransi
Latihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan posterior paru atau latihan area iga lateral bawah
Memfasilitasi pengeluaran sekret
Mencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh gangguan napas
Mencegah komplikasi
yang tidak terpantau atau gejala yang dianggap normal oleh klien
Mencegah penggunaan inhaler melebihi dosis
8 Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.
DS:
Riwayat intoleransi sebelumnya
Tidak berpengalaman terhadap aktifitas
DO:
Keadaan penurunan kondisi
Adanya masalah sirkulasi atsu respirasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
o Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang efektif.
o Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan secara realistis.
Jelaskan aktifitasdan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
Ajarkan program hemat energi
Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap
Ajarkan teknik nafas efektif
Pertahankan terapi
Merokok, suhu ekstrim dan stres dan menyebabkan fasikonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung
Mencegah penggunanan energi yang berlebihan
Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik yang
oksigen tambahan
Kaji respon abnormal setelah aktifitas
Beri waktu istirahat yang cukup
memungkinkan peningkatan otot batu pernapasan
Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi
Mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah
Respon abnormal meliputi nadi, tekanan darah gan pernapasan yang meningkat
Meningkatkan daya tahan klien, mencegah
kelelahan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGCSomantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medikahttp://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-empiema.htmlhttp://zieshila.wordpress.com/ibu-dan-anak/asuhan-keperawatan-empiema/http://sely-biru.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-empiema.htmlhttp://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/empiema.html