Upload
hana-febriyanti
View
105
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakangGagal nafas adalah ketidakmampuan alat pernapasan untuk mempertahankan oksigenasi didalam darah, dengan atau tanpa penumpukan CO2.Terdapat sistem sistem kegawatan salah satunya adalah gagal napas, dari 6 sistem tersebut gagal napas menempati urutan pertama, hal ini dapat dimenegrti karna bila terjadi gagal napas waktu yang tersedia terbatas sehingga diperlukan ketepatan dan kecepatan untuk bertindak.Sampai saat ini gagal napas pada anak masih merupakan salah satu penyebab mordibitas dan mortalitas terbesar penderita yang dirawwat diruang perawatan intensif anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM). Keterlambatan merujuk penderita diduga merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian, disamping berat penyakit dasar, penyakit penyerta dan penyulit selama perawatan.Penatalaksanaan perawatan gagal napas memerlukan suatu keterampilan dan pengetahuan khusus serta penapsiran dan perencanaan maupun melakukan tindakan harus dilakukan dengan cepat dan sistematis, oleh karena itu pengetahuan perawat tentang apa dan bagaimana terjadinya gagal napas sangat diperlukan.
1.2 TujuanTujuan yang akan dicapai dari mempelajari ini adalah mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian gagal napas dan ventilasi mekanik
2. Menyebutkan penyebab
3. Menyebutkan tanda-tanda
4. Menyebutkan diagnose keperawatan dan intervensi keperawatan
5. Menjelaskan penatalaksanaan
6. Menjelaskan tahap prosedur RJP
BAB II
TINJAUAN TEORI GAGAL NAFAS
2.1 Pengertian
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heni Rokhaeni, dkk, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran O2 terhadap CO2 dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi O2 dan pembentukan CO2 dalam sel-sel tubuh sehingga menyebabkan PO2 < 50 mmHg (hipoksemia) dan PCO2 > 45 mmHg (hiperkapnia) (Smeltzer, C Susane, 2001)
2.2 Etiologi
A. Kerusakan atau depresi pada system saraf pengontrol pernafasan
Luka di kepala
Perdarahan / trombus di serebral
Obat yang menekan pernafasan
B. Gangguan muskular yang disebabkan
Tetanus
Obat-obatan
C. Kelainan neurologis primer
Penyakit pada saraf seperti medula spinalis, otot-otot pernafasan atau pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernafasa sehingga mempengaruhi ventilasi.
D. Efusi pleura, hemathorak, pneumothorak
Kondisi ini dapat mengganggu dalam ekspansi paru
E. Trauma
Kecelakakan yang mengakibatkan cedera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan hidung, mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas dan depresi pernafasan
F. Penyakit akut paru
Pneumonia yang disebabkan bakteri dan virus, asma bronchiale, atelektasis, embolisme paru dan edema paru2.3 Pathway
2.4 Patofisiologi Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk
ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan
ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra
thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.
VentilatorTekanan positif inspirasiDarah kejantung terhambat suplai ke otakvol.tidal
Tinggi
Kurang
Venous retrun
Darah keatrium kiri
b(-)
TIK meningkatBerkurang
Cardiac output menurun
Hipotensi ggn,perfusi jaringan
kecemasan
Kompresi mikrovaskuler
Suplai darah ke paru b(-)
2.5 Tanda Dan Gejala Tanda :Gagal nafas total
1. Aliran udara di mulut, hidung tidak terdengar / dirasakan
2. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengemabngan dada pada inspirasi
Gagal nafas partial
3. Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing dan wheezing
4. Ada retraksi dada
Gejala :5. Hiperkapnia yaitu peningkatan kadar CO2 dalam tubuh lebih dari 45 mmHg
6. Hipoksemia terjadi takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis atau PO2 menurun
2.6 Pemeriksaan Penunjanga. BGA
Hipopksemia
1. Ringan : PaO2 < 80 mmHg
2. Sedang: PaO2 < 60 mmHg
3. Berat: paO2 < 40 mmHg
b. Pemeriksaan rontgen dada
Untuk melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
c. Hemodinamik: tipe I terjadi peningkatan PCWP
1. EKG2. Memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan3. Disritmia
2.7 Penatalaksanaan Medis
A. Terapi oksigen: pemberian oksigen rendah nasal atau masker
B. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
C. Inhalasi nebulizer
D. Fisioterapi dada
E. Pemantauan hemodinamik / jantung
F. Pengobatan: bronkodilator, steroidG. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan2.8 PengkajianAirway
1. Terdapat secret di jalan nafas (sumbatan jalan nafas)
2. Bunyi nafas krekels, ronchi, dan wheezing
Breathing
3. Distress pernafasan: pernafasan cuping hidung, takhipnea / bradipnea
4. Menggunakan otot asesoris pernafasan
5. Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, dan sianoasis
6. Pernafasan memakai alat Bantu nafas
Circulation
7. Penurunan curah jantung, gelisah, letargi, takikardi
8. Sakit kepala
9. Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk, gangguan mental (ansietas, cemas)2.9 Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
Tujuan: jalan nafas efektif
Kriteria hasil:
Bunyi nafas bersih Secret berkurang atau hilang
Intervensi:
1. Catat karakteristik bunyi nafas
2. Catat karakteristik batuk, produksi dan sputum
3. Monitor status hidrasi untuk mencegah sekresi kental
4. Berikan humidifikasi pada jalan nafas
5. Pertahankan posisi tubuh / kepala dan gunakan ventilator sesuai kebutuhan
6. Observasi perubahan pola nafas dan upaya bernafas
7. Berikan lavase cairan garam faaal sesuai indiaksi untuk membuang skresi yang lengket
8. Berikan O2 sesuai kebutuhan tubuh
9. Berikan fisioterapi dada
10. Berikan bronkodilator
2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan dalam interstitial / area alveolar, hipoventilasi alveolar, kehilangan surfaktan
Tujuan; pertukaran gas adekuat
Criteria hasil:
11. Perbaikan oksigenasi adekuat: akral hangat, peningkatan kesadaran
12. BGA dalam batas normal
13. Bebas distres pernafasan
Intervensi:
14. Kaji status pernafasan
15. Kaji penyebab adanya penurunan PaO2 atau yang menimbulkan ketidaknyaman dalam pernafasan
16. Catat adanya sianosis
17. Observasi kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia
18. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
19. Berikan bantuan nafas dengan ventilator mekanik
20. Kaji seri foto dada
21. Awasi BGA / saturasi oksigen (SaO2)
3.Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik
Tujuan: klien bebas dari cidera selama ventilasi mekanik
Intervensi:
22. Monitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan
23. Observasi tanda dan gejala barotrauma
24. Posisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotrakeal
25. Kaji panjang selang ET dan catat panjang tiap shift
26. Berikan antasida dan beta bloker lambung sesuai indikasi
27. Berikan sedasi bila perlu
28. Monitor terhadap distensi abdomen
4.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang ET dengan kondisi lemah
Tujuan: klien tidak mengalami infeksi nosokomial
Intervensi:
29. Evaluasi warna, jumlah, konsistensi sputum tiap penghisapan
30. Tampung specimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi
31. Pertahanakan teknik steril bila melakukan penghisapan
32. Ganti sirkuit ventilator tiap 72 jam
33. Lakukan pembersihan oral tiap shift
34. Monitor tanda vital terhadap infeksi
35. Alirkan air hangat dalam selang ventilator dengan cara eksternal keluar dari jalan nafas dan reservoir humidifier
36. Pakai sarung tangan steril tiap melakukan tindakan / cuci tangan prinsip steril
37. Pantau keadaan umum
38. Pantau hasil pemeriksaan laborat untuk kultur dan sensitivitas
39. Pantau pemberian antibiotic5.Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi tubuh tidak mampu makan peroral
Tujuan: klien dapat mempertahankan pemenuhan nutrisi tubuh
Intervensi:
40. Kaji status gizi klien
41. Kaji bising usus
42. Hitung kebutuhan gizi tubuh atau kolaborasi tim gizi
43. Pertahankan asupan kalori dengan makan per sonde atau nutrisi perenteral sesuai indikasi
44. Periksa laborat darah rutin dan protein
VENTILASI MEKANIK
I. PengertianVentilasi mekanik adalah alat pernafasan ber tekanan negative atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (brunner dan Suddart, 1996).II. Klasifikasi Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negative dan tekanan positif1. Ventilator tekanan negative
Ventilator tekanan negative mengeluarkan tekanan negative pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir kedalam paru paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovascular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan ventilasi sering.
2. Ventilator tekanan positif
Ventilator tekanan positif mengembungkan paru paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat 3 jenis ventilator tekanan positif yaitu : tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
Sederhana, mudah dan murah
Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc denggan frekuansi nafas hingga 60x /menit dan dapat diatur ratio I/E/
Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang pernafasan yang lain
Dapat dirangkai dengan PEEP
Dapat memonitor tekanan, volume inhalasi, volume ekshalasi,volume tidal, frekuensi nafas, konsentrasi oksigen inhalasi
Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat didalam nya
Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure support
Mudah membersihkan dan mensterilkannya.Indikasi Klinik1. Kegagalan ventilasi
a. Neuromuscular disease
b. Central nervous system disease
c. Depresi sistem saraf pusat
d. Musculoskeletal disease
e. Ketidak mampuan toraks untuk ventilasi
2. Kegagalan pertukaran gas
a. Gagal nafas akut
b. Gagal nafas kronik
c. Gagal jantung kiri
d. Penyakit paru gangguan difusi
e. Penyakit paru ventilasi/perfusi mismatchModus operasionalUntuk menentukan modus operasional ventilator terdapat tempat parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :1. Frekuensi pernafasan permenit
2. Tidal volume
3. Konsentrasi oksigen(FiO2)
4. Positive and respiratory pressure
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15x/menit. Tidal volume istirahat 7ml/kg BB , dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-15ml/kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektasi (Way,1994 dikutip dari Lemone and Burke, 1996). Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveoli kapiler
Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
1. Controlled ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apneu. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. Ventilator type ini meningkatkan kerja penafasan klien.2. Assist/control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan bila klie n gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digukana pada tahap pertama pemakaian ventilator. 3. Intermitten mandatory ventilationModel ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model control, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu waktu diambil alih oleh ventilator4. Synchronized intermitten mandatory ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivitas klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan atau frekuensi nafas kurang adekuat.
5. Positive end-expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan untuk mencegah atelectasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi, atelectasis dapat dihindari. Indikasi pada klien yang menderita ARDS dan gagal jantung kongestive yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunan curah jantung.
6. Continuous positive airway pressure ( CPAP)
Ventilator ini berkemampuan untuk meningka1tkan FRC. Biasanya digunakan untuk penyapiham ventilator.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaak ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pneumotoraks
4. Atelektase
5. Infeksi pulmonal
6. Kelainan fungsi gastrointestinal : dilatasi lambung, perdarahan gastrointestinal
7. Kelainan fungsi gunjal
8. Kelainan fungsi SSP
A. PengkajianPerawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :1. Tanda tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernapasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologi
Pengkajian kardiovaskulerPerubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan positif.
Tekanan intra thoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah besar
dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah jantung.Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah, gugup, kelam fakir, takikardi, takipnea, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringan dan penurunan haluaran urine).Pengkajian peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikanhal- hal berikut :
Jenis ventilator Cara pengendalian (control led, Assist control, dll)
Pengaturan volum tidal dan frekuensi
Pengaturan FIO2 (Fraksi Oksigen yang di inspirasi)
Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan Adanya air dalam selang, terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
Humidifikasi
Alarm
PEEP
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostikyang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolite
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif
Resiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea dan trakeostomi Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan ventilator
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang endotrakea dan pemasangan pada ventilator
Kopingindividu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan ketergantungan pada ventilator.
Masalah kolaboratif / komplikasi potensial
Gangguan kardiovaskuler
Barotraumas dan pneumothoraks
Infeksi paru
C. Perencanaan KeperawatanTujuan utama bagi pasien yaitu : pertukaran gas optimal ; penurunan akumulasi lender ; tidak terdapat trauma atau infeksi ; pencapaian mobilisasi yang optimal ; penyesuaian terhadap metode komunikasi nonverbal ; mendapatlan tindakan koping berhasil ; dan tidak terjadi komplikasi. Asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan teknik dan ketereampilan interpersonal yang unik, antara lain :1. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen. Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat, dokter, dan ahli terapi pernafasan, secara kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat, tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan. Pertukaran gas yng tidak adekuat dapat berhubungan dengan factor-faktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektaksis, kelebihan cairan, myeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan napas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi, fibrasi) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial. Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalm gas darah yang menandakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli pulmonal).
2. Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif kontinu meningkatkan pembentukan sekresi apapun kondisi pasien yang mendasari. Perawat mengidentifikasi adanya sekresi dengan auskultasi paru sedikitnya 2- jam. Tindakan untuk membersihkn jalan nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, peribahan posisi yang sering, dan peningkatan mobiolitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.
3. Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanyan sedikit kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea. Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena peningkatan resiko infeksi. Hygiene oral sering dilakukan karena rongga oral merupakan sumber utama ko0ntaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien dengan pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
4. Peningkatan singkat mobilitas optimal
Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator.
Mobilitas dan aktivitas otot sangat bermanfaat katrena menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental. Latihan rentang gerak pasif atau aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
5. Meningkatkan komunikasi optimal
Metode komunikasi alternative harus dikembangkan untuk pasien dengan ventilasi mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan pendekatan komunikasi : membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil, bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa dapat membantu dalam menentukan metode yang paling sesuai untuk pasien.
6. Meningkatkan kemampuan koping
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaaan mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit. Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton tv, bermain music atau berjalan-jalan sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung, tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan ketergantungan pada ventilator.
D. EvaluasiHasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :1. Menunjukan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-tanda vital yang adekuat.
2. Menunjukan ventilasi yangadekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah putih
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuhatau alat komunikasi lainnya.
6. Dapat mengatasi masalah secara efektif
Penyapihan dari ventilasi mekanik
Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
1. Tes penyapihan
Kapasitas vital 10-15cc/kg
Volumetidal 4-5cc/kg
Ventilsi menit 6-10 l
Frekuensi permenit