Upload
maysta-stone-hard
View
13
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pengertian hepatitis menggambarkan inflamasi dari hati. Hepatitis dapat disebabkan
oleh alkohol, obat-obatan, penyakit autoimun, penyakit metabolik dan virus.
Hepatitis virus akut merupakan penyebab ikterus yang tersering pada kehamilan.
Hepatitis virus A,B,C,dan D tampaknya tidak mempunyai efek buruk pada kehamilan wanita
dengan gizi baik yang menerima perawatan medik yang baik. Hepatitis E, yang jarang pada
daerah industri , sepertinya dihubungkan dengan resiko tinggi kematian maternal.
Insidens hepatitis bervariasi diseluruh dunia. Di Amerika Utara dan Eropa bagian
Utara, insidens rendah hanya 0,03%-0,1%, dimana Afrika,India dan Timur Tengah dengan
insidens lebih tinggi sekitar 3%-20%. Penelitian di Eropa dan Amerika Utara telah
menunjukkan tidak ada perbedaan dalam perjalanan proses hepatitis antara yang hamil dan
tidak hamil. Penelitian pada negara-negara berkembang di dunia ditemukan insidens hepatitis
fulminan dan kematian bayi lebih tinggi.
Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier nya tergolong banyak.
Kedua, imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal Immunization) di Indonesia baru dimulai
beberapa tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum semua orang beresiko tinggi kena hepatitis
patuh meminta vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang terlanjur
tertular hepatitis sudah sekian banyak dan tak terkontrol pula. Masih banyak masyarakat kita
yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga bisa menjadi sumber penularan Hepatitis.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih
mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene
sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan
dengan angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian 9,5% hepatitis virus terjadi
pada trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58,5% terjadi pada trimester III.
Di negara-negara maju, sudah merupakan keharusan setiap ibu hamil yang datang
pertama kali untuk kontrol dilakukan skrening untuk hepatitis terutama hepatitis B dan C.
22
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian tentang hepatitis?
2. Apa etiologi hepatitis?
3. Apa gejala hepatitis?
4. Apa pengaruh hepatitis virus pada kehamilan dan janin?
5. Bagaimana pencegahan pada hepatitis?
6. Apa pengobatan pada hepatitis?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penapisan pada ibu hamil
khususnya kehamilan dengan Hepatitis.
2. Tujuan Khusus
a. agar mengetahui pengertian dan macam-macam penyakit dalam kehamilan,
khususnya pada kasus ibu hamil dengan hepatitis
b. agar dapat melakukan manajemen pengkajian data
c. agar dapat melakukan diagnosis dari pengkajian data
1.4 Metode Penulisan
Metode ini menggunakan metode study pustaka yaitu berasal dari bahan-bahan atau
buku-buku yang erat hubungannya dengan tugas ini.
22
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
Hepatitis atau radang hati, satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara
penyakit-penyakit lain yang menyerang hati. Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada
wanita hamil, namun apabila timbul ikterus pada kehamilan, maka penyebabnya paling sering
adalah hepatitis virus. Adapun ikterus pada kehamilan sebenarnya dapat disebabkan oleh
beberapa keadaan:
a. Ikterus yang terjadi oleh karena kehamilan
1. Perlemakan hati akut
2. Toksemia
3. Kolestatis intrahepatik
b. Ikterus yang terjadi bersama dengan suatu kehamilan
1. Hepatitis virus
2. Batu empedu
3. Penggunaan obat-obatan
4. Sirosis hati
Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamila, 41% diantaranya adalah hepatitis
virus, 21% oleh karena kolestatis intrahepatik, dan kurang dari 6% oleh obstruksi saluran
empedu di luar hati.
Hepatitis dikategorikan dalam beberapa golongan. Diantaranya hepatitis
A,B,C,D,E,F,dan G. Di Indonesia penderita penyakit hepatitis umumnya cenderung lebih
22
banyak mengalami hepatitis B dan C. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut
“hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronik”.
FAAL HATI PADA KEHAMILAN NORMAL
Pada kehamilan normal, tes faal hati seperti bilirubin dan transaminase serum
biasanya tidak menunjukkan kelainan. Ekskresi BSP biasanya normal, dapat sedikit
terganggu pada trimester ke 3. Peningkatan fosfatase alkali dalam serum dapat terjadi pada
bulan ke sembilan kehamilan, peningkatan ini disebabkan oleh produksi dari sinsisiotrofoblas
dari plasenta.
Kolesterol serum total meningkat sejak bulan ke empat, biasanya mencapai puncak
sekitar 250 mg% pada bulan ke delapan, dan jarang melebihi 400mg%. Albumin serum
menurun sampai maksimal 1 g% dari keadaan sebelum hamil pada trimester ke tiga, yang
biasanya berhubungan dengan status nutrisi orang hamil tersebut. Globulin meningkat,
demikian pula fibrinogen. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum penderita,
tampak globulin alfa-2 dan beta meningkat, sedangkan globulin gama sedikit menurun.
Adanya spider nevi dan eritema palmaris bukan disebabkan oleh gangguan faal hati,
melainkan oleh karena estrogen yang meningkat pada kehamilan, tanda-tanda ini dapat
terjadi pada 2/3 wanita hamil yang berkulit putih, dan sedikit pada kulit berwarna.
Pemeriksaan biopsi tidak menunjukkan kelainan, meskipun kadang-kadang tampak
infiltrasi limfosit yang ringan pada daerah portal, dan pada pemeriksaan dengan mikroskop
elektron terlihat peningkatan retikulum endoplasmik.
Aliran darah ke hati juga tidak mengalami perubahan yang berat.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr, atau 2,5 %
berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak oleh
struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah kanan
diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap
ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri.
Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis kanan
yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
22
ligamentum falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati
ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis,
kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma.
Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong hati.
Dibawah peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsul glisson,
yang meliputi seluruh permukaan organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di
permukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-
cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu.
Struktur mikroskopik :
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang
merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ (gambar). Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk kubus, tersusun radial
mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang
dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperti
kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer. Sel kuffer merupakan sistem
monosit-makrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati merupakan
salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain
cabang-cabang vena porta dan arteria hepatica yang melingkari bagian perifer lobulus hati,
juga terdapat saluran empedu yang sangat kecil yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak),
berjalan di tengah-tengah lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit
dieksresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama
makin besar, hingga menjadi saluran empedu yang besar (duktus koledokus).
Vena porta menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah vena porta
ini berbeda dengan darah vena lain karena :
- Tekanan sedikit lebih tinggi.
- Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif lebih banyak.
- Mengandung lebih banyak zat makanan.
- Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.
Volume total darah yang melalui hati 100 – 1500 ml tiap menit dan dialirkan melalui
vena hepatica kanan dan kiri yang mengosongkannya ke vena kava inverior.
b. Fungsi Hati
22
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki urutan
pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati sangat penting untuk
mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh; pada tabel
di bawah ini dapat dlihat beberapa fungsi utama hati :
Fungsi Hati
1. Pembentukan dan ekskresi empedu.
2. Metabolisme pigmen empedu.
3. Metabolisme protein.
4. Metabolisme lemak.
5. Penyimpanan vitamin dan mineral.
6. Metabolisme steroid.
7. Detoksifikasi.
8. Ruang pengapung dan fungsi penyaring.
9. Pembentukan urea.
10. Penyimpanan protein
Dari berbagai fungsi tersebut diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
fungsi dasar hati adalah :
1.) Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.
2.) Fungsi metabolik
3.) Fungsi pertahanan tubuh
4.) Fungsi vaskular hati
22
Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan
empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati
mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empedu adalah air (97%),
elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu (terutama bilirubin
terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus
halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum,
mengalami sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun
bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu,
karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.
Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena
porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi glikogen
dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa secara
konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa
dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya
diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam
jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak
(glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali
globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.
Fungsi Pertahanan Tubuh
Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi detoksifikasi
oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat yang
memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak
aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperanan penting adalah sel kuffer yang berfungsi
sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis dan juga menghasilkan
immunolobulin.
22
Fungsi Vaskuler Hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati,
seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk selanjutnya
masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria hepatika mengalir masuk kira-kira
350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah portal. Pada orang
dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit.
3. Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi
dan bukan infeksi.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Infeksi virus:
a. virus hepatitis A atau VHA
b. virus hepatitis B atau VHB
c. virus hepatitis C atau VHC
d. virus hepatitis D atau VHD
e. virus hepatitis E atau VHE
f. virus hepatitis F atau VHF
g. virus hepatitis G atau VHG
2. non virus Seperti obat-obatan atau bahan kimia, penyakit metabolik/komplikasi dr peny
lain, dan alkohol
4.Patofisologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional darah dari
hepar disebut lobule karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar. Pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah
lewat masanya, sel-sel hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar oleh pasien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
22
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu
hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubinyang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena
terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
5.Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid) dan
DNA (Deoksi Nucleic Acid).
HepatitisA/Hepatitis infeksius
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan
pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual,
nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Penyakit ini ditularkan terutama
melalui kontaminasi oral fekal akibat higyne yang buruk atau makanan yang
tercemar.Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi
hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C,
infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30
hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien,
misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang
22
setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu
setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin
beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks
merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
HepatitisB/hepatitis serum
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel dane. Virus ini
memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang telah diketahui secara rinci
dapat diidentifikasikan dari sampel darah hasil pemeriksaan lab.hepatitis B memiliki masa
tunas yang lama, antara 1 – 7 bulan dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang
dewasa yang terjangkit hepatitis B akan mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami
peradangan hati selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam.
Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan
gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang
mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin
hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang
merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai
banyak pasangan seksual.
Hepatitis C
Hepatitis c diidentifikasi pada tahun 1989.cara penularan virus RNA tersebut sama
dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi darah dikalangan penduduk
amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini dapat dijumpai dalam semen dan sekresi
vagina tetapi jarang sekali pasangan seksual cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi
dengan virus ini. Masa tunas hepatitis C berkisar dari 15 sampai 150 hari, dengan rata-rata
50 hari. Karena gejalanya cenderung lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin tidak
menyadari mereka mengidap infeksi serius sehingga tidak datang ke pelayanan kesehatan.
Antibody terhadap virus hepatitis C dan virus itu sendiri dapat di deteksi dalam darah,
sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya antibody terhadap virus hepatitis C tidak
22
berarti stadium kronis tidak terjadi.
saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.
Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap
dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan
seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat
muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis D ini
meningkatkan resiko timbulnya hepatitis Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan
dapat dilakukan dengan menghindari virus hepatitis B.
Hepatitis E
virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air yang
tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit
perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan,
khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi
feces.
Hepatitis F
Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang ditemukan. Para ahli pun masih memperdebatkan
apakah hepatitis F merupakan jenis hepatitis tersendiri atau tidak.
Tabel Virus Hepatitis Yang Dikenali Saat Ini
Jenis Penularan Prognosis Diagnosis
Hepatitis A Oral atau fekal Biasanya sembuh
sendiri
Antibody hepatitis A ;
IgM(stadium
dini),IgG(stadium
lanjut)
Hepatitis B Ditularkan melalui
darah,khususnya
dari ibu ke anak.
Juga ditularkan
melalui hubungan
seksual
Biasanya sembuh
sendiri.10%
diantaranya dapat
menjadi hepatitis B
kronis atau fulminan.
Antigen permukaan
hepatitis B (HbsAg)
dan antigen
inti(HbeAg) yang
diikuti dengan antibody
terhadap antigen
permukaan hepatits B
22
dan antigen inti.
Heparitis C Ditularkan melalui
darah ( angkat
penularan melalui
hubungan kelamin
rendah).
50% dapat menjadi
infeksi kronis
Antibody hepatitis C
Hepatitis D Ditularkan melalui
darah.ko-infeksi
hanya dengan
hepatitis B
Meningkatkan
kemungkinan
perburukan hepatitis B
Antigen hepatitis D,
antibody hepatitis D.
Hepatitis E Air tercemar, oral
atau fekal
Biasanya sembuh
sendiri, tetapi
menimbulkan angka
kematian tinggi pada
wanita hamil
Pengukuran virus
hepatitis E
6.Tanda dan Gejala
1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
22
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.
7.Penularan
HVA HVB HVC HVD HVE
Penularan Fekal oral
Parenteral
Darah
Saliva
Seksual
Darah
Saliva
Darah Fekal oral
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I)
Resiko penularan untuk HVA yaitu : sanitasi buruk, institusi yang ramai seperti rumah
perawatan, rumah sakit jiwa, jasa boga, terinfeksi. Sedangkan resiko penularan HVB aktivitas
homoseksual, memiliki banyak pasangan seksual, memakai obat-obatan melalui suntikan
intravena, hemodialisis kronik, pekerja sosial di bidang kesehatan, transfusi darah (sekarang
sudah jarang karena ada pemeriksaan rutin).
8.Pengaruh hepatitis virus pada kehamilan dan janin
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permualaan trimester II maka gejala-
gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-
gejala yang timbul relatif lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada
trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit,
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang
lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah
acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas ibu yang sangat tinggi,
dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo
22
tropik disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan , bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada
kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi
protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,
menyebabkan infeksi yang jauh lebih berat. Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya
hepatitis virus, telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara
perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis
virus. Diketahui bahwa wanita hamil, secara biologik terjadi perubahan-perubahan dalam
proses pembekuan darah yaitu dengan kenaikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan
aktivitas fibrinolitik , sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC (Disseminated Intra
vascular Coagulation). Dalam penelitian ini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam
meningkatkan beratnya hepatitis virus pada kehamilan. Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi
gejala-gejala hepatitis virus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti. Hepatitis virus
pada kehamilan dapat ditularkan kepada janin, baik in utero maupun segera setelah lahir.
Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu ;
1. Melewati placenta
2. Kontaminasi dengan darah dan tinja ibu waktu persalinan
3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan ibunya
4. Melewati ASI pada masa laktasi
Baik virus A maupun B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in
utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada masa neonatal. Jenis virus yang
lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta , ialah virus type B. Beberapa bukti ,
bahwa hepatitis dapat menembus placenta , ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh
janin in utero atau pada janin baru lahir. Selian itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-
janin yang mati pada periode neontal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy
menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar
sampai suatu terbentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, hanya
mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang
ditemukan pada hepar janin,lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan ,
bahwa peneyebaran virus hepatitis dari ibu ke janin dapat terjadi secara hematogen. Angka
kejadian penularan virus hepatitis dari ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang
waktu antara timbuknya infeksi pada ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggi didapatkan,
22
bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilan trimester III. Meskipun pada ibu-ibu yang
mengalami hepatitis virus pada waktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada
bayinya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak
mengandung virus tersebut. Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala
klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan
dengan ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Dilaporkan, bahwa ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala jelas,
48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada ibu-ibu hamil yang hanya sebagai carrier
hepatitis virus B anitigen, hanya 5% dari bayinya mengalamia virus B antigenemia.
Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan, namun
dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitis
virus B. Adanya ikterus pada ibu hamil tidak akan menimbulkan ikterus pada janin. Icterus
terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari ibu-ibu hamil yang
mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu
persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai
sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis virus pada ibu hamil dapat menimbulkan
kelainan congenital pada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai
hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan
bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak
memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
9.Pencegahan
a. Semua ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A
hendaknya diberi immunoglobulin sejumlah 0,1 cc/kg BB.
b. gizi ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk
mempermudah penularan hepatitis virus.
c. Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada
pencegahan diataranya sebagai berikut :
d. Kini tersedia globulin imun HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan dan
pengobatan HBV, utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi misalnya
22
pada hemodialisis, transfusi tukar dan terapi parenteral perlu sangat hati-hati dalam
menangani peralatan parenteral tersebut.
e. Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis akut.
f. Pelihara personal hygiene dan lingkungan.
g. Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.
h. Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan.
i. untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan
setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan
laboratorium telah kembali normal.
10.Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak
hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala ikterus hilang dan bilirubin
dalam serum normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapi tinggi
protein dan karbohidrat. Pemakain obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison
baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup
berat, mempunyai resiko untuk terjadi pendarahan post partum karena menurunnya kadar
vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen secara
periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak megalami penyulit-
penyulit lain.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis virus, yang perlu dilakukan
ialah ibu hamil yang HbsAg positif ,bayinya perlu dilindungi dengan segera sesudah lahir
sedapat mungkin dalam waktu dua jam bayi diberi suntikan HBSIG dan langsung divaksinasi
dengan vaksin hepatitis B. Pemberian HBIG hanya pada ibu yang selain HBsAG positif, Hbe
nya juga positif. Vaksin ini diulangi lagi sampai 3 kali dengan interval satu bulan atau sesuai
dengan skema vaksin juga. Pengelolaan secara konservatif adalah terapi pilihan untuk
penderita hepatitis virus dalam kehamilan. Prinsipnya adalah suportif dan pemantuan gejal
penyakit.
Pada awal periode simtompatik dianjurkan:
a. Tirah baring
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kecuali pada mereka dengan
22
umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b. Diet
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan terntentu bagi penderita penyakit
hepatitis virus. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung
cukup kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan beralkohol,
jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah , diberikan makanan
yang cukup kalori (30-35 kalori kg/BB)dengan protein cukup (1 g/kg BB).
Pemberian lemak seharusnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk
membatasi lemak, karena disamakan dengan kandung empedu.
c. Medikamentosa
1. Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh
sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri,parasit, atau sel kanker.
Ada tiga jenis interferon yang memilik efek antivirus yaitu:
- Interferon alfa
- Interferon beta
- Interferon gamma
Efek antivirus yang paling baik diberikan oleh interferon alfa. Interferon alfa
bekerja hampir pada setiap tahapan replikasi virus dalam sel inang. Interferon
alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis B dan C. Interferon diberikan
melalui suntikan. Efek samping interferon timbul beberapa jam setelah injeksi
diberikan.
Efek samping dari pemberian interferon diantaranya adalah :
- Rasa seperti gejala flu
- Demam
- Menggigil
- Nyeri kepala
- Nyeri otot dan sendi
Setelah beberapa jam , gejala dari efek samping tersebit mereda dan hilang.
Efek samping jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan
pembentukan sel darah yaitu menurunnya jumlah sel granulosit
22
(granulositopenia) dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia),
mengantuk bahkan rasa bingung.
2. Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim reserve
transcripte yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA. Lamivudin diberikan
pada penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan peradangan
hati. Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati, menormalkan
kadar enzim ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada penderita.
Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko
fibrosis, sirosis dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki kelemahan yang
cukup vital yaitu dapat menimbulkan resistensi virus.
Efek samping yang mungkin muncul dari pemberian lamivudin antara lain:
- Rasa lemah
- Mudah lelah
- Gangguan saluran pencernaan
- Mual, muntah
- Nyeri otot
- Nyeri sendi
- Sakit kepala
- Demam, serta kemerahan
Efek samping yang berbahaya lainnya adalah radang pankreas,
meningkatnya kadar asam laktat, dan pembesaran hati. Namun umumnya
efek samping tersebut dapat ditolerir oleh pasien. Terapi lamivudin inti
tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
3. Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses penggandaan untai
DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang berperan dalam
sistem imun (sel NK) dan merangsang produksi interferon dalm tubuh.
Kelebihan adepovir dipivoksil dibandingkan dengan lamivudin adalah jarnag
menimbulkan resistensi virus.
Efek samping yang ditimbulkan adepovir dipivoksil antara lain:
- nyeri pada otot
- punggung
- persendian dan kepala
22
Selain itu terdapat juga gangguan pada saluran pencernaan seperti mual
atau diare, gejala flu, radang tenggorokan, batuk dan peningkatan kadar
alanin aminotransfrase. Gangguan fungsi ginjal juga dapat terjadi pada
dosis berlebih.
4. Entecavir : Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang
dibutuhkan dalam sintesis DNA virus. Kelebihan Entecavir adalah jarang
menimbulkan resistensi virus setelah terapi jangka panjang.
Sedangkan efek samping yang dapat ditimbulkannya adalah :
- Nyeri kepala
- Pusing
- Mengantuk
- Diare
- Mual
- Nyeri pada ulu hati dan insomnia
5. Telbivudin : telbivudin adalah jenis virus relatif baru. Tetapi tebivudin
diberikan pada pasien hepatatitis B dengan replikasi dan peradangan hati yang
aktif. Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang
membantu proses pencetakan material genetik (DNA) virus saat bereplikasi.
Meski belum didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu
hamil, sebaiknya terapi telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil maupun
menyusui.
Efek samping dari terapi telbivudin adalah :
- mudah lelah
- sakit kepala
- pusing
- batuk
- diare
- mual
- nyeri otot, dan rasa malas
Vitamin K dapat diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.
Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti pada
koma hepatik.
10.Pemeriksaan Diagnostik
22
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati
11.Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit
yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronis
persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami kekambuhan setelah
22
serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan
setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau
kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (picce meal). Akhirnya satu
komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma
hepatoseluler.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
12.Prognosis
Tergantung pada kecukupan gizi wanita hamil.Untuk hepatitis fulminan prognosisnya
jelek dengan angka kematian < 85%.
22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny. M 38 tahun dirawat hari ke 2 di ruang penyakit dalam RS Syifa. Ny.M datang
dengan keluhan hamil dengan merasa lelah, ada gejala mirip flu, demam, mual, nyeri perut,
BAB cair, urin warna gelap, dan berkurangnya nafsu makan kurang lebih 4 hari yang lalu.
Saat pengkajian didapatkan S = 38,7 oC , TD= 110/80 mmHg, FP= 22x/menit vesikuler, FN=
80x/menit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan warna kulit kekuningan, sclera ikterik. Pada
pemeriksaan HbsAg, konsentrasi IgM dan tingkat IgG meningkat
Subhan Ruangan : Poli Dalam
NIM : 019930023 B No.Reg : 10013155
Pengkajian Tgl. : 15 Agustus 2001 Jam : 10.15 Wita
A. IDENTITAS
• Nama : Ny. M Nama suami : Tn. Y.B
• Umur : 38Tahun Umur : 39 Tahun
• Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Madura/Indonesia.
• Agama : Islam Agama : Islam
• Pendidikan : S.Kep Pendidikan : S.H
• Pekerjaan : PNS Pekerjaan : NOTARIS
• Alamat : Surakarta Alamat : Jl.Wonokusumo
• Status perkawinan : Kawin 1 x Usia perkawinan : 11 Tahun.
1.Pengumpulan Data (Pengkajian)
Data Subyetif
Keluhan utama: hamil dengan merasa lelah, ada gejala mirip flu, demam, mual, nyeri
perut, BAB cair, urin warna gelap, dan berkurangnya nafsu makan
Riwayat Penyakit Sekarang
22
Ibu klien mengatakan klien demam, nafsu makan menurun, perut sebelah kanan
teraba tegang dan nyeri perut sebelah kanan di sertai mual, muntah dan kelelahan
sehingga mengganggu aktivitas
Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu dengan riwayat Hepatitis
Riwayat Mens :T a k
Riwayat Kes, dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yg menderita
hepatitis
Riwayat:Keham,Persal, Nifas yg lalu/ riwayat obst & ginek: t a k
Riwayat kehamilan sekarang, imunisasi yg pernah didapat
Psikospiritual : khawatir keadaan janinnya
pola kebiasaan hidup sehat :ibu dan suami tinggal komplek padat penduduk, sanitasi
buruk, cara menolah makanan yg tidak tepat dan tempat tinggal dekat sungai
Data Obyektif
Pemeriksaan fisik
1.Pemeriksaan umum:
- S = 38,7 oC ,
-TD= 110/80 mmHg,
-FP= 22x/menit vesikuler,
-FN= 80x/menit
2.Pemeriksaan khusus:
- Kepala : Ikterus pada kulit, nyeri kepala, mukosa bibir kering.
- Mata : konjugtiva pucat, sklera kuning.
- Hidung : Simetris, tidak ada mukosa.
- Mulut : Mukosa bibir kering.
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
- Leher : Tidak ada JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
- Paru : Tidak ada ronchi,
- Jantung : tidak ada dullnes.
- Inspeksi: - sklera mata: ikterik
- warna kulit: kekuningan
- Ekstremitas: tidak ada oedema
- Palpasi
22
- abdomen: teraba massa lunak dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
3. Pemeriksaan penunjang
-Ig M +
-Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT dan AST meningkat.
- Kadar alkalin fosfate, gamma glutamil transferase dantotal bilirubin meningkat
2.Diagnosa
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan jaringan hepar ditandai dengan klien mengeluh nyeri
abdomen kurang lebih 4 hari yg lalu.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum ditandai dengan klien mengeluh lemah, enggan
untuk bergerak.
3. Hipertensi b.d proses inflamasi ditandai dengan klien mengeluh demam, suhu 38,7 oC
3.Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d kerusakan
jaringan jaringan hepar
ditandai dengan klien
mengeluh nyeri abdomen
kurang lebih 4 hari yg lalu
Tujuan : setelah dilakukan
askep selama 1x24 jam nyeri
berkurang.
KH:
-Tidak ada keluhan nyeri
-Ekspresi wajah ceria
-TTV dalam batas normal
Mandiri :
1.Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya (skala
nyeri), selidiki dan laporkan
perubahan nyeri dengan tepat
2.Pertahankan istirahat
dengan posisi semi fowler
3. Berikan aktivitas hiburan
4. Dorong penggunaan
ketrampilan manajemen
nyeri misal teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan
imajinasi
Kolaborasi:
1.Berikan analgesik sesuai
indikasi
Evaluasi
Melalui catatan
22
perkembangan 1x24 jam
S :1.Ibu mengatakan
masih sedikit lelah
2.Ibu mengatakan
nafsu makan meningkat
O :
1.Keadaan umum baik
2.T: normal (36,5-37,5)
3.mata: tidak ikterik
4. warna kulit masih sedikit
kuning
5. Lab : IgM +
A :
1.Diagnosa : G P… dengan
hepatitis A
2.Masalah Tidak ada
3.Kebutuhan
-Personal Hygiene
-Istirahat, Nutrisi yang
adekuat
P : Menjelaskan kondisi ibu
saat ini
Menjaga personal Hygiene
Menganjurkan ibu untuk
tetap istirahat
Menjelaskan nutrisi yang
adekuat untuk ibu
2. Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan umum ditandai
dengan klien mengeluh
lemah, enggan untuk
bergerak.
Tujuan : toleransi aktivitas
setelah dilakukan askep
selama 1x24 jam
KH : klien mampu
menunjukkan perilaku yang
memampukan kembali
Mandiri :
1. Tingkatkan tirah baring/
duduk. Berikan lingkunga
tenang. Batasi pengunjung
sesuai keperluan.
2. Ubah posisi dengan sering.
22
melakukan aktivitas,
melaporkan kemampuan
melakukan peningkatan
toleransi aktivitas
Berikan perawatan kulit yang
baik.
3. Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi. Bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi
pasif/ aktif.
4. Awasi terulangnya
anoreksia dan nyeri tekan.
Kolaborasi :
1.Berikan antidote/ bantu
dalam prosedur sesuai
indikasi.
2.Berikan obat sesuai
indikasi : sedative, agen
antisietas contoh diazepam
(valium), lorazepam ( ativan)
3.Awasi kadar enzim hati
3. Hipertensi b.d proses
inflamasi ditandai dengan
klien mengeluh demam, suhu
38,7 oC
Tujuan : setelah dilakukan
askep selama 1x24 jam suhu
tubuh normal 37 o C.
KH : suhu 37 o C , demam
hilang
Mandiri :
1.Kaji adanya keluhan tanda-
tanda peningkatan suhu
tubuh
2.Monitor TTV terutama
suhu tubuh
3.Berikan kompres pada
aksila/ dahi
22
BAB IV
PENUTUP
A.Simpulan
1. Bahwa penyebaran penyakit infeksi dalam kehamilan telah sangat mengkhawatirkan dan
perlu penanganan khusus.
2. Penyakit infeksi dalam kehamilan sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang
dan kondisi kesehatan reproduksi.
3. Penanggulangan penyakit infeksi dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan
dilakukannya upaya pencegahan dengan pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum
terlambat.
4. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non infeksi seperti obat-obatan , alkohol, dan
penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
5. Penularan virus ini pada janin , dapat terjadi dengan beberapa cara yairu:
a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan darah dan tinja ibu waktu persalinan
c. Kontak langsung dengan bayi baru lahir dengan ibunya
d. Melewati ASI, pada masa laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan
tercampurnya darah ibu dengan darah fetus.
e. Tertelannya cairan amnion yang terinfeksi
f. Adanya abrasi pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
g. Tertelannya darah selama persalinan.
h. Penularan melalui selaput lendir.
6. Gejala penyakit hepatitis seperti keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip
flu (flu like syndrome), mual atau muntah serta nyeri perut yang kemudian akan diikuti mata
atau kulit berwarna kuning , serta buang air kecil akan berwarna kecoklatan.
22
7. Penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg BB.
Gammma globulin ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Terhadap bayi
baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus B , imunisasi pasif dengan menggunakan
immunoglobulin hepatitis B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepatnya guna
memerangi virus hepatitis B yang masuk, selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan
memakai vaksin.
B. Saran
1. Agar penyakit infeksi dalam kehamilan dapat dicegah hendaknya ditingkatkan upaya
konseling melalui program KIE kepada masyarakat luas khususnya merek yang mempunyai
resiko tinggi. Sehingga masyarakat menyadari bahaya yang ditimbulkan dari penyakit
tersebut.
2. Hendaknya kita menjaga agar diri kita bisa terbebas dari penyakit ini, serta petugas
kesehatan dapat memberikan penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan perilaku.
22
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih
bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I,
jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.
22