37
NEOPLASMA OVARIUM 1. Pengertian kista ovarium adalah bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa dan sering terjadi selama menopause. 2. Anatomi dan fisiologi ovarium : Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, masing-masing di kanan dan kiri rahim. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada di intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum. Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Bentuknya seperti buah almun, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5 – 5 cm x 1,5 – 2 cm x 0,6 – 1 cm. Menurut strukturnya ovarium terdiri dari : - Kulit (korteks) atas zona parenkimatosa, yang terdiri dari tonika albuginea, jaringan ikat di sela-sela jaringan lain, stroma, folikel de graaf, dari sel-sel warthorat. - Inti (medula) yang terdiri dari : stroma berisi pembuluh darah, serabut saraf, beberapa otot polos. Adapun fungsi ovarium (indung telur) : menghasilkan sel telur (ovum), menghasilkan hormon (progesteron dan ekstrogen) dan ikut serta mengatur haid. 3. Etiologi Penyebab dari kista ovarium, tetapi biasanya terjadi pada : a. Usia lebih dari 45 tahun dan nulipara. 1

Askep Kista Ovarium (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

ANALISA DATA

NEOPLASMA OVARIUM1. Pengertian kista ovarium adalah bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa dan sering terjadi selama menopause.

2. Anatomi dan fisiologi ovarium :

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, masing-masing di kanan dan kiri rahim.

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada di intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum. Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.

Bentuknya seperti buah almun, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5 5 cm x 1,5 2 cm x 0,6 1 cm.

Menurut strukturnya ovarium terdiri dari :

Kulit (korteks) atas zona parenkimatosa, yang terdiri dari tonika albuginea, jaringan ikat di sela-sela jaringan lain, stroma, folikel de graaf, dari sel-sel warthorat.

Inti (medula) yang terdiri dari : stroma berisi pembuluh darah, serabut saraf, beberapa otot polos.

Adapun fungsi ovarium (indung telur) : menghasilkan sel telur (ovum), menghasilkan hormon (progesteron dan ekstrogen) dan ikut serta mengatur haid.

3. Etiologi

Penyebab dari kista ovarium, tetapi biasanya terjadi pada :

a. Usia lebih dari 45 tahun dan nulipara.

b. Ovulasi yang lebih dari 40 tahun dan menopause yang lambat.

c. Adanya riwayat kanker ovarium dalam keluarga khususnya saudara perempuan dan ibunya.

d. Kehamilan pertama setelah berusia lebih dari 30 tahun.

4. Gejala klinik

Banyak kista ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda terutama kista ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhannya, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor-tumor tersebut.

Akibat pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak seberapa besar berada pada tepat uterus dapat menekan kandung kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi, selain itu tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan edema pada tungkai.

Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu mengeluarkan hormon dan dapat menyebabkan ameinorea.

Akibat komplikasi

Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal, akan tetapi kalau perdarahan dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dari kista sehingga menimbulkan rasa nyeri perut mendadak.

Adapun gejala-gejala keganasan kista ovarium terdiri dari :

Tumor cepat besar.

Benjol-benjol.

Terdapat asites.

Tubuh bagian atas kering sedangkan bawah edema tungkai.

5. Klarifikasi

Di antaranya ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non neoplastik. Sedangkan tumor-tumor neoplastik dibagi menjadi tumor jinak dan ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi atas kistik dan solid.

a. Tumor ovarium non neoplastik

1.) Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namum tumbuh terus menjadi kista folikel, atau terdiri dari folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan membesar menjadi kista.

2.) Kista kapur luteum

Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti dengan perdarahan tidak teratur. Adanya kerja dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah.

3.) Kista inklusi germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium, dan lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya dan biasanya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini terletak di bawah permukaan ovarium : dindingnya terdiri dari satu lapisan epitel kubik dan isinya cairan jernih dan serus.

4.) Kista endometrium

Kista ini berlokasi di ovarium.

b. Tumor ovarium neoplastik jika (benigna)

1.) Kistoma ovari simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning.

2.) Kistodenoma ovari serosum

Para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari permukaan dalam

Memiliki ciri : ukuran kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar, permukaan tumor biasanya licin dan berongga satu, warna kista putih keabu-abuan.

3.) Kista endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin : pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel.

4.) Kista dermoid

Ciri-ciri yang khas pada kista dermoid adalah kista kelihatan putih, keabuan, dan agak tipis.

6. Stadium-stadium dari : kista ovarium.

StadiumI:Pertumbuhan terbatas pada ovarium.

StadiumII:Pertumbuhan melibatkan satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke rongga panggul.

StadiumIII:Pertumbuhan melibatkan satu atau dua ovarium dengan metastasis intraperitoneal keluar rongga panggul.

StadiumIV:Perumbuhan melibatkan satu atau kedua ovarium dengan penyebaran jauh, metastasis ke parenkim hati.

7. Dasar diagnosis kista ovarium

Metode-metode yang dapat dilakukan dalam pembuatan diagnosis yang tepat, antara lain :

a. Laparaskopis

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

b. Ultrasonografi

Dapat menentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah tumor kistik dan solid, dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

c. Foto Rontgen

Pemeriksaan berguna untuk menunjukkan adanya hidrotoraks.

d. Parasentris

Telah diketahui fungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.

8. Terapi yang paling efektif adalah doksorubisin dan sisplatin yang dikombinasi dengan siklofosfermid dan heksametilmelamin.

Penanganan adalah pembedahan, prosedur standarnya adalah dengan Histerektomi Totalis dan Bilateral Salpingo Ooforektomi(BSO)B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi, dan memulihkan kesehatan melalui 4 tahap proses keperawatan yang terdiri dari :

1. Pengkajian (assesment)

2. Perencanaan (planning)

3. Pelaksanaan (implementasi)

4. Penilaian (evaluasi)

Yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan tenaga keperawatan.

Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan. Ide pendekatan yang dimiliki karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis, dan alamiah.

1. Pengkajian keperawatan

a. Identitas pasien

b. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama :

Riwayat keluhan yang lalu tentang penyakit yang berhubungan dengan kista ovarium.

Riwayat kesehatan keluarga : tentang anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan klien saat ini.

Riwayat psikososial klien meliputi tentang penerimaan klien terhadap penyakit serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani.

Perlu dikaji pula ekspresi wajah klien yang meringis dan murung serta keluhan klien yang mengatakan nyeri pada saat bergerak.

Riwayat kebiasaan makanan : hari yang meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi (BAB/BAK) aktivitas klien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.

c. Pemeriksaan fisik, meliputi :

Kesadaran umum:Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, suhu, tinggi badan, dan berat badan.

Inspeksi:Kepala, mata, mulut, telinga, hidung, leher, dada, payudara, abdomen, genetalia, dan ekstremitas.

Palpasi:Adanya massa, ada nyeri tekan.

Perkusi:Refleks positif atau tidak, dan bunyi abdomen.

Auskultasi:Peristaltik usus, bunyi jantung, bunyi mur-mur bising usus.

Jika perlu dikaji pula adanya keluhan klien tentang nyeri yang dirasakan saat ini, serta keadaan luka pada saat itu juga.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium : tentang biokimia darah baik SGOT maupun SGPT.

Pemeriksaan USG.

Pemeriksaan laboratorium patologi : tentang plane test.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah data tersebut dianalisa maka dapat disimpulkan beberapa diagnosa yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pasien.

Adapun diagnosa kepada pasien post op. kista ovarium adalah :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan.

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.

3. Rencana keperawatan

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisa kemudian ditetapkan diagnosa keperawatannya yaitu :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan, yaitu :

1.) Tujuan :

Nyeri hilang atau teratasi.

2.) Kriteria hasil :

Klien tidak mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

3.) Rencana tindakan :

Kaji tingkat nyeri.

Atur posisi yang menyenangkan.

Anjurkan tehnik pemberian analgesik.

Penatalaksanaan pemberian analgesik.

4.) Rasionalisasi

Nyeri merupakan respon klien yang spesifik sifatnya dan merupakan indikator-indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.

Dengan tehnik distraksi diharapkan perhatian klien tidak berpusat pada nyeri dan melupakan penyebab nyeri yang dirasakan.

Pemberian analgesik dapat menekan reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat diteruskan.

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

1.) Tujuan :

Infeksi tidak terjadi.

2.) Kriteria hasil :

Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, demam, bengkak, dan fungsilesa).

3.) Rencana tindakan

Kaji tanda-tanda infeksi.

Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam melakukan tindakan.

Ganti balutan setiap basah dan kotor.

Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

4.) Rasionalisasi

Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.

Dengan menggunakan tehnik aseptik dan antiseptik dapat mencegah terjadinya infeksi.

Untuk mencegah media pertumbuhan mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya infeksi.

Untuk mencegah terjadinya infeksi.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.

1.) Tujuan :

Pemenuhan ADL terpenuhi.

2.) Kriteria hasil :

Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).

3.) Rencana tindakan

Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.

Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

4.) Rasionalisasi

Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.

Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.

Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.

Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien terpenuhi.

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

1.) Tujuan :

Kecemasan klien hilang atau berkurang.

2.) Kriteria hasil :

Ekspresi wajah ceria.

Klien tidak bertanya lagi tentang penyakitnya.

3.) Rencana tindakan :

Kaji tingkat kecemasan.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Libatkan keluarga/orang terdekat untuk menemani klien.

4.) Rasionalisasi

Sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Agar klien merasa diperhatikan.

Agar klien merasa tidak dikecilkan dan klien merasa diperhatikan.

Dengan mengetahui tentang penyakitnya, kecemasan klien berkurang.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.

1.) Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

2.) Kriteria hasil :

Nafsu makan meningkat.

3.) Intervensi :

Pantau masukan makanan setiap hari.

Ukur tinggi badan dan berat badan tiap minggu.

4.) Rasional :

Mengidentifikasi kekuatan/defesiensi nutrisi.

Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori.

Membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat meningkatkan masukan.

4. Penatalaksanaan

Pelaksanaan keperawatan adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan. Untuk memperoleh hasil pelaksanaan yang efektif dituntu keterampilan dan pengetahuan yang luas dari perawat untuk memberikan pelayanan perawatan yang telah ditentukan dapat tercapai.

Adapun pelayanan keperawatan yang baik memerlukan kecakapan intelektual, keterampilan, dan gabungan antar manusia yang baik semuanya berdasarkan pemikiran yang rasional.

Ada 2 syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan keperawatan, yaitu :

a. Adanya bukti bahwa pasien sedang dalam menuju tujuan perawatan atau bahkan telah mencapai tujuan tersebut.

b. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan keperawatan dapat diterima oleh pasien

Adapun proses pelaksanaan keperawatan mencakup :

1.) Melaksanakan renpra.

2.) Mengidentifikasi reaksi/tanggapan pasien.

Untuk mengetahui proses pelaksanaan keperawatan penulis akan menguraikan beberapa hal yang tersebut di atas dengan urutan sebagai berikut :

1.) Melaksanakan renpra

Segala informasi yang tercakup dalam pelaksanaan rencana perawatan merupakan dasar/pedoman dalam upaya dan tindakan yang agak khusus direncanakan oleh perawat harus berdasarkan prinsip dan peraturan yang telah ditentukan.

2.) Mengidentifikasi reaksi/tanggapan pasien, dituntut usaha usaha yang teliti agar dapat menemukan reaksi pasien sebagai akibat tindakan perawatan yang diterimanya dengan melihat kembali tujuan perawatan.

3.) Mengavaluasi tanggapan/reaksi pasien

Mengevaluasi tanggapan/reaksi pasien dengan cara membandingkannya terhadap syarat yang diharapkan langkah ini merupakan tahap akhir apabila perawat telah membuktikan bahwa pasien atau telah mencapai tujuan.

5. Evaluasi (nursing evaluation)

Akhir dari proses perawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap prilaku pasien. Dari segi hasil yang diharapkan terhadap prilaku pasien.

Dari beberapa hasil evaluasi ini dapat dirumuskan masalah, tujuan serta tindakan keperawatan berikutnya.

Tahap dari evaluasi ini menggambarkan apakah pelayanan sudah dicapai atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan masalah apa yang perlu dikaji kembali.

Tujuan evaluasi adalah memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan hasil pelayanan yang telah diberikan dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam asuhan keperawatan pada pasien post op. kista ovarium perlu dilakukan evaluasi dan observasi dengan pertanyaan sebagai berikut :

a. Apakah pasien dapat mengatakan nyeri hilang atau berkurang.

b. Resiko infeksi tidak terjadi.

c. Pemenuhan ADL pasien terpenuhi.

d. Apakah pasien mengatakan rasa cemasnya hilang.

e. Pemenuhan nutrisi tercapai.

BAB III

TINJAUAN KASUS

No. Register:048714

Tgl. MRS:13 07 2002

Tgl. Pengkajian:17 07 2002

Dx. Medis:Kista Ovarium Post Op. Hari II

A. Data biografi

1. Identitas pasien :

a. Nama:Nn. P

b. Umur:25 tahun

c. Jenis kelamin:Perempuan

d. Agama:Islam

e. Suku:Makassar

f. Pendidikan:SMA

g. Pekerjaan:-

h. Alamat:Tombolo, Gowa

2. Identitas penanggung :

Ditanggung oleh JPS.

B. Riwayat keluhan utama

1. Keluhan utama : Nyeri pada daerah opaerasi.

2. Riwayat keluhan utama :

Keluhan ini dirasakan 2 hari yang lalu setelah selesai operasi (tgl 15 07 2002) pada daerah abdomen yang sifatnya hilang timbul, keluhan dirasakan bertambah bila bergerak, keluhan dirasakan berkurang bila beristirahat.

3. Riwayat keluhan masa lalu :

Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama.

Klien tidak pernah dioperasi.

Klien tidak pernah diopname.

4. Genogram

Keterangan :

:Laki-laki

:Perempuan

:Klien

:Meninggal

:Serumah

Keterangan lain :

Nenek pasien meninggal karena usia lanjut.

Kakek pasien meninggal karena usia lanjut.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

Klien tinggal serumah dengan saudaranya.

5. Riwayat reproduksi

a. Riwayat haid.

Menarche:15 tahun

Siklus:28 30 tahun

Durasi:5 7 hari

Dysmenerhoe:kadang-kadang

6. Pola kegiatan sehari-hari.

a. Nutrisi :

Jenis:Nasi, lauk-pauk, dan buah.

Frekuensi:3 x sehari

Tidak ada makanan pantang.

Perubahan selama MRS :

Tidak ada perubahan.

Klien memperoleh dan instalasi gizi.

b. Eliminasi :

BAB

Frekuensi:2 x sehari.

Konsistensi:kenyal

Warna:kuning.

Perubahan selama sakit : klien setelah operasi belum BAB.

BAK

Frekuensi:6 7 x sehari.

Warna:kuning.

Bau:amoniak.

Perubahan selama MRS : klien setelah operasi klien baik melalui kateter. Jumlah 1000 cc/hari.

7. Kebersihan diri

a. Mandi:3 x sehari

b. Sikat gigi:3 x sehari

c. Keramas:2 x semingu

8. Istirahat dan tidur

a. Tidur malam:22.00 05.00

b. Tidur siang:14.00 16.00

Perubahan selama MRS :

a. Tidur malam:jam 21.00 03.00

b. Tidur siang:jam 12.00 14.00

9. Olahraga dan aktivitas

a. Klien biasanya jalan-jalan subuh.

b. Klien biasanya melakukan aktivitas di dalam rumah (memasak dan mencuci).

Perubahan selama MRS :

a. Segala kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat.

b. Klien belum mampu beraktivitas.

10. Pemeriksaan kesehatan umum :

a. Keadaan umum : klien nampak lemah, kesadaran : composmentis.

b. Tanda-tanda vital :

TD:110/80 mmHg

N:88 x/m

S:36,2 0C

P:24 x/menit

c. TB dan BB : tidak dilakukan.

d. Kepala :

Inspeksi :

Rambut berwarna hitam.

Penyebaran rambut merata.

Kepala tidak botak.

Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan.

Rambut tidak mudah rontok.

e. Muka :

Inspeksi :

Bentuk lonjong.

Warna kulit sama dengan daerah sekitar.

Ekspresi wajah nampak meringis dan nampak murung.

Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan.

f. Mata :

Inspeksi :

Kedua mata simetris kiri dan kanan.

Kelopak mata tidak pucat.

Conjungtiva tidak pucat.

Sklera tidak icterus.

Palpasi :

Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler.

g. Hidung dan sinus :

Inspeksi :

Hidung nampak simetris.

Tidak nampak adanya perdarahan.

Tidak ada deviasi septum.

Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan pada hidung dan sinus.

h. Mulut dan gigi :

Inspeksi :

Bibir lembab.

Lidah kotor.

Tidak ada caries.

Mulut berbau.

i. Telinga

Inspeksi :

Simetris kiri dan kanan.

Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.

Fungsi pendengaran baik.

Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan.

j. Leher

Inspeksi :

Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid.

Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfe.

Palpasi :

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe.

k. Payudara

Inspeksi :

Payudara simetris kiri dan kanan.

Warna aorta mamae : merah kecoklatan.

Putting susu menonjol.

Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan.

l. Dada dan paru

Inspeksi :

Bentuk dada normal.

Kedua dada simetris.

Frekuensi pernafasan : 24 x/menit.

Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan.

Taktil fremitus seimbang kiri dan kanan.

Perkusi :

Bunyi pekak pada daerah hati.

Bunyi sonor pada seluruh lapang paru.

Auskultasi :

Bunyi nafas vesikuler.

Tidak terdengar suara tambahan.

m. Jantung

Inspeksi :

Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi :

Teraba ictus cordis pada ICS 4 5.

Perkusi :

Batas jantung pada ICS 3 4 5, mid klavikula kiri.

Auskultasi :

Bunyi jantung I dan II murni.

n. Abdomen

Inspeksi :

Perut datar.

Nampak adanya luka operasi yang ditutup verband.

Palpasi :

Nyeri tekan pada daerah sekitar luka operasi.

Perkusi :

Pekak pada daerah hati.

o. Genetalia dan anus

Inspeksi :

Nampak terpasang kateter.

Anus :

Tidak ada keluhan

p. Ekstremitas

1.) Ekstremitas atas :

Nampak terpasang infus Dextrose 5 % pada tangan kanan.

Tidak tampak adanya pembengkakan.

2.) Ekstremitas bawah :

Tidak nampak adanya pembengkakan.

Tidak nampak adanya varises.

C. Data psikologis

Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.

Klien sering bertanya tentang penyakitnya.

D. Data sosial dan spiritual

Orang yang paling dekat dengan klien saudaranya.

Klien dalam kehidupan keluarga rukun.

Klien rajin shalat 5 waktu.

Klien rajin melaksanakan ibadah puasa.

E. Data penunjang

Pemeriksaan laboratorium :

Tgl. 13 06 2002Normal

1. Ureum darah 10, 2 mg/dl( 10 50 mg/dl

2. Kreatinin darah 1,03( LK : < 1,3, Pr : < 1,1

3. SGOT 36( LK : < 38, Pr : < 24

4. SGPT 19( LK : < 41, Pr : < 31

Tgl. 13 06 2002Normal

LEDjamI(waktu bekuan:jam 10.00( (4 10 menit)

JamII(waktu perdarahan:02.00( (1 7 menit)

Laboratorium patologi. Tgl 8 07 2002

Plano test ( Pemeriksaan USG :

Tanggal 09 07 2002

Kista bisapta, asites (, permukaan licin, tidak tampak pembuluh darah molignent.

Kesimpulan : kista ovarium.

Perawatan dan pengobatan :

Perawatan :

Ganti verband.

Mobilisasi dini.

Pengobatan

Panoxilin 1 gram/IV/8 jam

Novalgin 1 amp/IV/8 jam

Salticin 1 amp/IV/ 8 jam

Dalsic 1 amp /IV/ 8 jam

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBYEKTIF :

Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

Klien mengeluh lemah.

Klien bertanya tentang penyakitnya.

Klien berharap supaya luka bekas operasi cepat sembuh.

Klien tidak mampu beraktivitas.

Klien mengatakan segala kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat.

DATA OBYEKTIF :

Post op hari II

Ekspresi wajah nampak murung.

Ekspresi wajah nampak meringis bila ada serangan nyeri.

KU lemah.

Nampak terpasang infus dextrose 5 % pada tangan kiri.

Nampak adanya luka operasi yang tertutup oleh verband.

Nampak terpasang kateter.

Klien nampak baring di tempat tidur.

Klien nampak baring di tempat tidur.

Mulut berbau.

ANALISA DATA

No.D a t a PenyebabMasalah

1.

2.

3.

4.DS :

Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

DO :

Post operasi hari ke II.

Ekspresi wajah meringis bila ada serangan nyeri.

DS :

Klien mengeluh lemah.

Klien mengeluh nyeri bila bergerak.

Klien mengatakan segala kebutuhan dibantu oleh pe-rawat.

DO :

Klien tampak lemah.

Nampak terpasang infus Dexstrose 5 % pada tangan kiri.

Nampak terpasang kateter.

Klien nampak baring di tempat tidur.

DS :

Klien bertanya tentang pe-nyakitnya.

Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.

DO :

Ekspresi wajah nampak mu-rung.

DS :

Tampak luka operasi pada perut.

DO : -

Kista ovarium

(Tindakan operasi

(Terputusnya kontinuitas jaringan

(Mengeluarkan zat-zat bradikinin

(pons, medula, mesephalon

(Cortex serebri

(Nyeri dipersepsikan

Tindakan operasi

(Kelemahan fisik

(Keterbatasan aktivitas

(Gangguan pemenuhan ADL

Perubahan status kesehatan

(Kurangnya informasi

(Stressor dan klien

(Koping in adekuat

(Kecemasan

Luka operasi

(Terputusnya kontinuitas jaringan

(Pintu masuknya kuman

(Resiko terjadi infeksi Nyeri.

Gangguan pemenu-han ADL.

Kecemasan.

Resiko terjadi in-feksi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

KISTA OVARIUM POST OP. HARI KE II

Nama:Nn. PNo. Register:048714

Umur:25 tahunTgl. MRS:13 07 2002

Jenis kelamin:PerempuanTgl. Pengkajian:17 07 2002

Alamat:Tombolo, GowaDx. Medis:Kista ovarium

NoHari/TglDiagnosa KeperawatanRencana Asuhan Keperawatan

TujuanIntervensiRasional

1.

2.

3.

4.Rabu,

17-07-02

Rabu,

17-07-02

Rabu,

17-07-02

Rabu,

17-07-02

Nyeri berhubungan dengan terputus-nya kontuinitas jaringan ditandai de-ngan :

DO :

Ekspresi wajah meringis.

DS :

Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

Gangguan pemenuhan ADL berhubu-ngan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan :

DO :

KU nampak lemah.

Nampak terpasang infus dextrose 5 % pada tangan kiri.

Nampak terpasang kateter.

Klien nampak baring di tempat tidur.

DS :

Klien mengeluh lemah.

Klien mengeluh sulit bergerak.

Klien mengatakan segala kebutu-han dibantu oleh perawat.

Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan :

DO :

Ekspresi wajah nampak murung.

DS :

Klien sering bertanya tentang penyakitnya.

Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.

Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka operasi, ditandai dengan :

DO :

Nampak luka operasi yang ditutup oleh verband

DS : -

Nyeri hilang atau teratasi dengan kriteria :

Ekspresi wajah ceria.

Klien tidak mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.

Pemenuhan ADL terpenuhi dengan kriteria :

KU klien baik.

Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan mandi).

Kecemasan klien hilang atau berkurang dengan kriteria :

Ekspresi wajah nampak ceria.

Klien tidak bertanya lagi tentang penyakitnya.

Infeksi tidak terjadi dengan kriteria :

Tidak tampak adanya tan-da-tanda infeksi (beng-kak, warna kulit merah.

Luka dapat sembuh de-ngan baik.1. Kaji tingkat nyeri.

2. Atur posisi yang menye-nangkan.

3. Anjurkan tehnik dis-raksi.

4. Penatalaksanaan pembe-rian analgesik inj/IV/8 jam.

1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Bantu klien memenuhi kebutuhannya.

3. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.

4. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan-nya

1. Kaji tingkat kecemasan.

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengung-kapkan perasaannya.

3. Libatkan keluarga/orang terdekat untuk menema-ni klien.

4. HE tentang penyakitnya.

1. Kaji-kaji tanda infeksi.

2. Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam melakukan tindakan.

3. Ganti balutan setiap basah dan kotor.

4. Penatalaksanaan pembe-rian antibiotik inj/IV/8 jam.

1. Merupakan respon klien yang spesifik sifatnya dan merupakan indika-tor untuk melakukan tindakan selanjutnya.

2. Dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.

3. Dengan tehnik distraksi diharapkan perhatian klien tidak terpusat pada nyeri dan melupa-kan penyebab nyeri yang dirasakan.

4. Pemberian analgesik dapat menekan reseptor nyeri sehingga nyeri ti- dak dapat diteruskan ke otak.

1. Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.

2. Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.

3. Agar klien mudah men-jangkau kebutuhannya.

4. Dengan adanya hubu-ngan dan kerjasama dari keluarga kebutuhan kli-en terpenuhi.

1. Sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.

2. Agar klien merasa di-pertahankan.

3. Agar klien merasa tidak dikecilkan merasa di-perhatikan.

4. Dengan mengetahui tentang penyakitnya ke-cemasan klien berku-rang.

1. Untuk mengetahui ada-nya tanda-tanda infeksi.

2. Dengan menggunakan tehnik aseptik dapat mencegah terjadinya infeksi.

3. Untuk mencegah mikro-organisme yang menye-babkan terjadinya in-feksi.

4. Untuk mencegah terja-dinya infeksi.

CATATAN PERKEMBANGAN

HARI I

No.Hari/TglJamImplementasiEvaluasi

1.

2.

3.

4.

Rabu,

17-07-02

Rabu,

11-07-02

Rabu,

11-07-02

Rabu,

17-07-02

09.00

08.30

10.00

08.10

09.00

08.30

10.00

09.00

08.00

09.00

10.00

-

07.30

08.10

1. Mengkaji tingkat nyeri.

Hasilnya : nyeri sedang

2. Mengatur posisi yang menyenang-kan dengan cara tidur terlentang.

3. Menganjurkan tehnik distraksi yaitu memberi bacaaan surat kabar.

4. Penatalaksanaan pemberian obat analgesik

Novalgin 1 ampul inj/IV

Dolsic 1 amp inj/IV

1. Mengkaji tingkat pemenuhan kebu-tuhan ADL.

Hasil : klien dapat memenuhi kebu-tuhan bila dibantu.

2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan

Menyisir rambut.

3. Mendekatkan alat-alat yang dibutu-tuhkan oleh klien misalnya gelas dan piring.

4. Melibatkan keluarga dalam meme-nuhi kebutuhannya :

Misalnya dalam hal memberikan makanan atau minum serta mandi.

1. Mengkaji tingkat kecemasan.

Hasil : kecemasan tingkat sedang.

2. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

3. Melibatkan keluarga atau orang ter-dekat (saudara) untuk menemani klien.

4. Memberi HE tentang penyakitnya.

1. Mengkaji tanda-tanda infeksi.

Hasil : Tidak ada tanda-tanda infek-si (merah, bengkak, nyeri, demam, fungsiolaesa).

2. Penatalaksanaan pemberian anti-biotik.S :

Klien mengeluh nyeri pada daerah operasi.

O :

Ekspresi wajah nampak me-ringis.

A :

Nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.

2. Memberikan posisi yang menyenangkan terlen-tang serta miring kanan dan kiri.

3. Menganjurkan tehnik distraksi dengan mem-berikan bahan bacaan.

4. Penatalaksanaan pembe-rian analgesik.

S :

Klien mengeluh lemah.

O :

KU nampak lemah.

Nampak terpasang infus dex trose 5 % pada tangan kiri.

Klien baring di tempat tidur.

A :

Masalah belum teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan

2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan.

3. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan oleh klien.

4. Melibatkan keluarga da-lam memenuhi kebutu-hannya.

S :

Klien sering bertanya ten-tang penyakitnya.

Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.

O :

Ekspresi wajah murung

A : Kecemasan teratasi

P : Lanjutkan intervensi 2, 3, dan 4

S : -

O :

Nampak luka operasi tertu-tup verband.

A :

Infeksi tidak terjadi

P : Intervensi dilanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN

HARI II

No.Hari/TglJamImplementasiEvaluasi

1.

2.

3.

4.

Kamis,

18-07-02

Kamis,

18-07-02

Kamis,

11-07-02

Kamis,

18-07-02

08.10

08.20

18.25

09.00

10.10

10.05

10.10

11.30

11.00

08.00

08.20

1. Mengkaji tingkat nyeri.

Hasilnya : nyeri ringan

2. Mengatur posisi yang menyenang-kan dengan memberikan posisi terlentang.

3. Penatalaksanaan pemberian obat analgesik

Dolsic 1 amp inj/IV

1. Mengkaji tingkat pemenuhan ADL

Hasil : klien dapat memenuhi kebutuhan bila dibantu.

2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan :

3. Mendekatkan ke dekat pasien misalnya gelas dan piring.

4. Melibatkan keluarga dalam meme-nuhi kebutuhannya :

Misalnya dalam hal memberikan makanan atau minum serta mandi.

1. Mengkaji tingkat kecemasan.

Hasil : kecemasan teratasi.

4. Memberi HE tentang penyakitnya.

1. Mengkaji tanda-tanda infeksi.

Hasil : Tidak ada tanda-tanda infek-si (merah, bengkak, nyeri, demam, dan fungsiolaesa).

2. Penatalaksanaan pemberian anti-biotik.

Amoxillin 500 gr/IV/8 jam.

Salicil 1 amp/IV/8 jam

S :

Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi.

O :

Ekspresi wajah nampak me-ringis.

A :

Nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.

3. Penatalaksanaan pembe-rian analgesik.

S : -

Klien mengeluh lemah.

O :

KU nampak lemah.

Nampak terpasang infus dex trose 5 %.

Klien baring di tempat tidur.

A :

ADL dapat terpenuhi seba-gian.

P : Lanjutkan intervensi.

1. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan.

2. Mendekatkan alat-alat ke dekat klien.

3. Melibatkan keluarga da-lam memenuhi kebutu-hannya.

S :

Klien tidak bertanya ten-tang penyakitnya.

O : Ekspresi wajah ceria

A : Kecemasan teratasi

P : -

S : -

O :

Nampak luka operasi yang tertutup verband.

A :

Infeksi tidak terjadi

P :

Penatalaksanaan pemberian

Amoxillin 500 gr/IV/8 jam.

Salicil 1 amp/IV/8 jam

PAGE 1