28
Askep lansia dengan gangguan system pernapasan Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan semua penyakit pernapasan yang dikarakteristikkan oleh obtruksi kronis pada aliran udara (asma, bronchitis kronis, dan emfisema). Penyebab utama obstruksi seperti inflamasi jalan napas, perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan napas, atau kerusakan jalan napas. Ketidakefejtifan bersihan jalan napas adalah suatu keadaan di mana individu tidak mampu untuk membersihkan lender atau sumbatan pada saluran pernapasan untuk mempertahankan patennya jalan napas. Diagnosis keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas Berhubungan dengan: 1. Infeksi

Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep lansia gangguan pernapasan

Citation preview

Page 1: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

Askep lansia dengan gangguan system pernapasan

Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan semua penyakit pernapasan yang

dikarakteristikkan oleh obtruksi kronis pada aliran udara (asma, bronchitis kronis, dan

emfisema). Penyebab utama obstruksi seperti inflamasi jalan napas, perlengketan mukosa,

penyempitan lumen jalan napas, atau kerusakan jalan napas.

Ketidakefejtifan bersihan jalan napas adalah suatu keadaan di mana individu tidak mampu

untuk membersihkan lender atau sumbatan pada saluran pernapasan untuk mempertahankan

patennya jalan napas.

Diagnosis keperawatan:

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Berhubungan dengan:

1. Infeksi

2. Trauma

3. Kerusakan perseptual/ kognitif

4. Bronkospasme

5. Peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental.

6. Penurunan energy/ kelemahan.

Ditandai dengan:

Page 2: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

1. Sianosis, dyspnea, demam, takipnea

2. Pernyataan sulit bernapas

3. Perubahan kedalaman atau kecepatan pernapasan, penggunaan otot aksesori.

4. Bunyi napas abnormal, misalnya: mengi, roncho, krekles.

5. Batuk (menetap), dengan/ tanpa produksi sputum

Kriteria hasil/ kriteriia evaluasi:

1. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih

2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misalnya: batuk efektif

dan mengeluarkan secret.

Tindakan keperawatan:

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri:

1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya

bunyi napas, misalnya: mengi, ronkhi,

dan krekles.

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi

dengan obstruksi jalan napas dan dapat/ tidak

dimanifestasikan adanya bunyi napas

adventisius, misalnya: penyebaran, krekles

basah (bronkitis), bunyi napas redup dengan

ekspirasi mengi (asma berat), atau tidak ada

bunyi napas (emfisema).

2. Kaji frekuensi pernapasan. Catat rasio

inspirasi/ ekspirasi

Tekipnea biasanya ditemukan selama stress/

proses infeksi akut. Pernapasan melambat dan

frekuensi ekspirasi memanjang di inspirasi.

Page 3: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

3. Catat derajat dyspnea, misalnya:

keluhan sesak, gelisah, ansietas,

distress pernapasan, dan pebggunaan

otot bantu napas.

Disfungsi pernapasan selain proses akut yang

menimbulkan perawatan di rumah sakit,

misalnya: infeksi, reaksi alergi.

4. Beri posisi yang nyaman, misalnya:

peninggan kepala tempat tidur, duduk

pada sandaran tempat tidur.

Peninggian kepala tempat tidur mempermudah

fungsi pernapasan dengan menggunakan

gravitasi. Dukungan tangan/ kaki dengan meja,

bantal, membantu menurunkan kelemahan otot,

dan sabagai alat ekspansi dada.

5. Bantu untuk mengambil posisi batuk

yang nyaman dan ajarkan teknik batuk

efektif

Batuk efektif membutuhkan napas dalam dan

kontraksi otot abdomen, untuk meningkatkan

tekanan intorak dan pengeluaran sekresi.

6. Lakukan vibrasi pada daerah yang

sesuai selama ekshalasi

Terapi fisik dada meliputi vibrilasi, perkusi,

dan drainase postural bagian paru tertentu

(segmen). Vibrilasi dilakukan pada dinding

dada, bersama dengan gaya gravitasi dan

ekshalasi perlahan setelah napas dalam,

mengeluarkan lender yang tersembunyi pada

jalan napas dam membersihkannya.

7. Minimalkan polusi lingkungan

misalnya: debu, asap, dan bulu bantal

yang berhubungan dengan kondisi

individu.

Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang

dapat menjadi episode akut.

8. Bantu latihan napas abdomen atau bibir Memberikan beberapa cara mengatasi dan

Page 4: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

mengontrol dyspnea

9. Observasi karakteristik batuk,

misalnya: menetap, batuk pendek.

Bantu tindakan memperbaiki

keefektifan batuk

Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif,

khususnya klien lansia, sakit akut/kelemahan.

Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi/

kepala dibawah setelah perkusi dada.

10. Tingkatkan masukan cairan sampai

3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung,

memberikan air hangat. Anjurkan

masukan cairan sebagai pengganti

makanan.

Hidrasi menurunkan kekentalan secret singga

mempermudah pengeluaran. Penggunaan

cairan hangat menurunkan spasme bronkus.

Cairan selama makan meningkatkan distensi

gaster dan tekanan pada diafragma.

Kolaborasi :

11. Beri obat sesuai indikasi.

Bronkodilator, misalnya: β agonis:

epinefrin (adrenalin, vaponefrin),

albuterol (Proventil, ventolin),

terbutalin (brethinine, brethaire),

isoetarin (bronkosol, bronkometer).

- Xiatinin, misalnya: aminofilin,

oxtrifilin (choledly), teofilin

(bronkodyl).

- Steroid oral, IV, dan inhalasi

Merilekskan otot halus dan menurunkan

kongesti local, menurunkan spasme jalan

napas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-obat

mungkin per oral, injeksi, atau inhalasi.

Menurunkan edema mukosa dan spasme otot

polos dengan peningkatan langsung siklus

AMP. Menurunkan kelemahan otot/ kegagalan

pernapasan dengan meningkatkan

kontraktilitas diafragma.

Kortikostreroid mencegah reaksi alergi/

menghambat pengeluaran histamine,

menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan

Page 5: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

metilprednisolon (medrol),

deksametason (decradal), antihistamin,

misalnya: beklometason, triamisinolon.

- Antimicrobial

- Analgesic, penekan batuk/ antitusif,

misalnya: kodein, dextromethorphan

napas, inflamasi pernapasan, dan dyspnea.

Mengontrol infeksi pernapasan atau

pneumonia. Catatan: meskupun tidak ada

pneumonia, terapi dapat meningkatkan aliran

udara dan memperbaiki hasil.

Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan

untuk menghemat energy dan memungkinkan

klien istirahat.

12. Berikan humidifikasi tambahan,

misalnya: nebulizer ultranik, humidor

aerosol ruangan.

Kelembapan menurunkan kekentalan secret

sehingga mempermudah pengeluaran dan

membantu menurunkan/ mencegah

pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

13. Bantu pengobatan pernapasan,

misalnya: IPPB, fisoterapi dada.

Drainase postural dan perkusi untuk

membuang banyaknya sekresi kental dan

memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.

Catatan: dapat meningkatkan spasme bronkus

pada asma.

14. Awasi atau buat grafik GDA, nadi

oksimetri, foto dada.

Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/

kemunduran proses penyakit dan komplikasi.

Page 6: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

Kerusakan pertukaran gas adalah suatu keadaan di mana individu mengalami

ketidakseimbangan antara ambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida pada area pertukaran

gas selaput kapiler alveolar.

Diagnosis keperawatan:

Kerusakan pertukaran gas

Berhubungan dengan:

1. Perubahan aliran darah

2. Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah

3. Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, dan

jebakan udara).

4. Kerusakan membrane alveo-kapiler.

Ditandai dengan:

1. Dyspnea.

2. Somnolen, mudah terangsang, bingung, gelisah.

3. Ketidakmampuan mengeluarkan secret.

4. Nilai AGD abnormal (hipoksia dan hiperkapnia).

5. Perubahan tanda vital.

6. Penurunan toleransi terhadap aktivitas.

Page 7: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam

rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.

2. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemapuan/ situasi .

3. Berkurang atau tidak adanya gangguan status mental dan istirahat.

Tindakan keperawatan:

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri:

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.

Catat pengguanaan otot bantu napas,

pernapasan bibir, ketidakmapuan

bicara.

Berguna dalam evaluasi derajat distress

pernapasan dan kronisnya proses penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu

memilih posisi yang mudah untuk

bernapas. Dorong napas dalam

perlahan/ napas bibir sesuai kebutuhan

atau toleransi klien.

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan

posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk

menurunkan kolaps jalan napas, dyspnea, dan

kerja napas.

3. Kaji secara rutin kulit dan warna

membrane mukosa.

Sianosis perifer (pada kuku)/ sentral (pada

bibir/ daun telinga) bewarna keabu-abuan.

Sianosis sentral mengindisikan beratnya

Page 8: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

hipoksemia.

4. Dorong mengeluarkan sputum, lakukan

penghisapan bila diindikasikan.

Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah

sumber utama gannguan pertukaran gas pada

jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila

batuk tidak efektif.

5. Auskultasi bunyi napas, catat area

penurunan aliran udara dan bunyi

tambahan .

Bunyi napas redup karena penurunan aliran

udara/ area konsolidasi. Mengi

mengindikasikan spasme bronkus/ tertahannya

secret. Krekles basah menyebar menunjukkan

cairan pada interstisial/ dekompensasi jantung.

6. Palpasi fremitus Penurunan getaran vibrilasi diduga ada

pengumpulan cairan atau udara.

7. Awasi tingkat kesadaran/ status mental.

Selidiki adanya perubahan.

Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum

hipoksia. GDA memburuk disertai binggung/

somnolen menunjukkan disfungsi serebral

berhubungan dengan hipoksemia.

8. Evaluasi tingkat aktivitas, berikan

lingkungan tenang. Batasi aktivitas atau

dorong untuk tidur/ istirahat di kursi

selama fase akut. Lakukan aktivitas

bertahap dan tingkatkan sesuai

toleransi.

Selama distress pernapasan berat/ akut/

refraktori klien tidak mampu melakukan

aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan

dyspnea. Program latihan ditunjukkan

meningkatkan ketahanan, kekuatan tanpa

menyebabkan dyspnea berat, dan

meningkatkan rasa sehat.

9. Awasi tanda vital dan irama jantung. Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan

Page 9: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

darah menunjukkan efek hipoksemia sistemik

pada fungsi jantung.

Kolaborasi:

10. Awasi GDA dan nadi oksimetri PaCO2 biasanya meningkatkan (bronchitis,

emfisema) dan PaO2 secara umum menurun

sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih

kecil/ lebih besar. Catatan: PaCO2 “normal”/

meningkat menandakan kegagalan pernapasan

yang akan dating selama asmatik.

11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

dengan indikasi hasil GDA dan

toleransi klien.

Mencegah memburuknya hipoksia. Catatan:

emfisema kronis, mengatur pernapasan

ditentukan oleh kadar CO2 dikeluarkan dengan

peningkatan PaO2 berlebihan.

12. Berikan penekanan susunan saraf pusat

(ansietas, sedative, narkotik) dengan

hati-hati

Mengontrol ansietas/ gelisah meningkatkan

konsumsi oksigen, eksaserbasi dyspnea. Pantau

ketat kerena dapat terjadi gagal napas.

13. Bantu intubasi, berikan/ pertahankan

ventilasi mekanik.

Kegagalan napas perlu upaya tindakan

penyelamatan hidup.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan di mana individu

mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolism.

Diagnosis keperewatan:

Page 10: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan:

1. Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap makanan

karena factor biologis dan psikologis.

2. Dyspnea

3. Kelemahan

4. Efek samping obat

5. Produksi sputum

6. Anoreksia, mual/ muntah

ditandai dengan:

1. Kelemahan otot menelan atau pengunyah

2. Penurunan berat badan

3. Kehilangan massa otot, tonus otot buruk.

4. Kelemahan

5. Mengeluh gangguan sensasi pengecapan

6. Keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

2. Mengonsumsi diet tinggi kalori yang seimbang (lebih kurang 2400 kalori)

3. Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan

mempertahankan berat yang tepat.

Page 11: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

Tindakan keperawatan:

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri:

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan.

Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi

berat badan dan ukuran tubuh.

Klien distress pernapasan akut sering anoreksia

karena dyspnea, produksi sputum, dan obat.

Klien PPOM mempunyai kebiasaan makan

buruk, meskipun kegagalan pernapasan

membuat status hipermetabolik dan terjadi

peningkatan kebutuhan kalori.

2. Auskultasi bunyi usus Penurunan bising usus menunjukkan

penurunan motilitas gaster dan konstipasi

berhubungan dengan pembatasan pemasukan

cairan, pilihan makanan buruk, penurunan

aktivitas, hipoksemia.

3. Berikan perawatan oral sering, buang

secret, berikan wadah khusus untuk

sekali pakai dan tisu.

Rasa tidak enak, bau, dan penampilan adalah

penggangu utama napsu makan, membuat

mual, muntah dengan peningkatan kesulitan

napas.

4. Ajarkan dan awasi penggunaan

makanan sehari-hari

Mencatat asupan oral dan kemajuan klien

terhadap asupan yang tidak adekuat.

5. Dorong periode istirahat semalam, serta

1 jam sebelum dan sesudah makan.

Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Menurunkan kelemahan selama waktu makan

dan memberikan kesempatan untuk

meningkatkan masukan kalori total.

Page 12: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

6. Hindari makanan penghasil gas dan

minuman karbonat.

Menghasilkan distensi abdomen yang

mengganggu napas abdomen dan gerakan

diafragma, serta dapat meningkatkan dyspnea.

7. Hindari makanan yang sangat panas/

sangat dingin.

Suhu ekstrem mencetuskan/ meningkatkan

spasme batuk.

8. Timbang berat badan sesuai indikasi Menentukan kebutuhan kalori, menyusun

target berat badan, dan evaluasi keadekuatan

rencana nutrisi. Catatan: penurunan berat

badan dapat berlanjut , meskipun adekuat .

9. Bantu keluarga merencanakan makanan

tinggi kalori dan protein

Penambahan kecil seperti margarin, mentega,

dan coklat akan meningkatkan asupan kalori.

Kolaborasi:

10. Konsul ahli gizi/ nutrisi untuk

memberikan makanan yang mudah

dicerna, nutrisi seimbang, misalnya:

nutrisi tambahan oral atau selang, serta

secara parenteral.

Metode makan dan kebutuhan kalori

didasarkan pada situasi/ kebutuhan klien untuk

memberikan nutrisi maksimal dengan upaya

minimal klien atau penggunaan energy.

11. Kaji pemeriksaan laboratorium,

misalnya: albumin serum, transferrin,

asam amino, besi, keseimbangan

nitrogen, glukosa, fungsi hati, dan

elektrolit. Berikan vitamin/ mineral atau

elektrolit sesuai indikasi.

Mengevaluasi atau mengatasi kekurangan dan

mengawasi keefektifan terapi nutrisi.

12. Berikan oksigen tambahan selama Menurunkan dyspnea dan meningkatkan

Page 13: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

makan sesuai indikasi energy untuk makan.

Resiko tinggi terhadap infeksi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami peningkatan risiko

untuk terserang oleh bakteri pathogen.

Diagnosis keperawatan

Resiko tinggi terhadap infeksi

Factor risiko meliputi:

1. Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan pathogen.

2. Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan kerja silia, menetapnya

sekret).

3. Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada

lingkungan).

4. Proses penyakit kronis

5. Malnutrisi

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Menyatakan pemahaman penyebab atau factor resiko.

2. Tidak mengalami infeksi

3. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.

4. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang

aman.

Page 14: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

Tindakan keperawatan:

Tindakan/ intervensi Rasional

Mandiri:

1. Observasi suhu Demam terjadi karena infeksi/ dehidrasi.

2. Auskultasi paru secara ketat. Anjurkan

klien melaporkan bila sakit tenggorokan.

Tanda khusus inflamasi mungkin tidak terlihat

pada neutropenia.

3. Kaji pentingnya latihan napas, batuk

efektif, perubahan posisi sering, dan

masukkan cairan adekuat.

Aktivitas meningkatkan mobilitas dan

pengeluaran secret untuk menurunkan resiko

terjadinya infeksi paru.

4. Observasi warna, karakter, bau sputum. Secret berbau, kuning/ kehijauan menunjukkan

adanya infeksi paru.

5. Tunjukkan dan bantu tentang

pembuangan sputum. Tekankan teknik

cuci tangan yang benar dan penggunaan

sarung tangan bula memegang/

membuang tisu, serta wadah sputum.

Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan.

6. Awasi pengunjung, berikan masker

sesuai indikasi.

Menurunkan potensial terpajan penyakit infeksi

(misal ISK)

7. Dorong keseimbangan antara aktivitas

dan istirahat.

Menurunkan kebutuhan keseimbangan oksigen

dan meningkatkan penyembuhan.

8. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi

adekuat.

Malnutrisi memengaruhi kesehatan umum,

menurunkan tahanan terhadap infeksi.

Rasional

Page 15: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

9. Dapatkan specimen sputum dengan

batuk/ penghisapan untuk pewarnaan

kuman gram, kultur, atau sensivitas.

Mengidentifikasi organisme penyebab dan

kerentanan terhadap berbagai antimicrobial.

10. Berikan antimicrobial sesuai indikasi Diberikan untuk mikroorganisme khusus yang

teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas,

atau diberikan secara profilaktik karena resiko

tinggi.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan pengobatan

adalah suatu keadaan di mana informasi khusus sangat kurang.

Diagnosis keperawatan:

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, pengobatan

Berhubungan dengan:

1. Kurang informasi/ tidak mengenal sumber informasi

2. Salah mengerti tentang informasi

3. Kurang mengingat/ keterbatasan kognitif.

Ditandai dengan :

1. Pertanyaan tentang informasi

Page 16: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

2. Pertanyaan masalah/ kesalahan konsep

3. Tidak akurat mengikuti intruksi

4. Terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Kriteria hasil/ kriteria evaluasi:

1. Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan tindakan.

2. Mengidentifikasi hubungan tanda/ gejla yang ada dari proses penyakit dan

menghubungkan dengan factor penyebab.

3. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Tindakan keperawatan:

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri:

1. Jelaskan tentang proses penyakit.

Dorong klien atau keluarga untuk

mengajukan pertanyaan.

Menurunkan ansietas dan menimbulkan

perbaikan partisipasi rencana pengobatan.

2. Instruksikan klien untuk latihan napas,

batuk efektif, dan latihan kondisi

umum.

Napas bibir dan napas abdominal atau

diafragma menguatkan otot pernapasan,

meminimalkan kolaps jalan napas kecil.

Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi

aktivitas, kekuatan otot, dan rasa sehat.

3. Diskusikan obat pernapasan, efek

samping, dan reaksi yang tidak

diinginkan.

Penting untuk memahami perbedaan antara

efek samping penganggu (obat dilanjutkan)

dan efek samping merugikan (dihentikan/

Page 17: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

diganti).

4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis

inhaler seperti cara memegang, interval

semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler.

Pemberian obat yang tepat meningkatkan

penggunaan dan keefektifan.

5. Hindari agen sedative ansietas kecuali

diresepkan.

Meskupun klien gugup dan perlu sedative, obat

ini dapat menekan pernapasan dan melindungi

mekanisme batuk.

6. Tekankan pentingnya perawatan oral

atau kebersihan gigi.

Menurunkan pertumbuhan bakteri mulut, yang

menimbulkan infeksi saluran napas atas.

7. Diskusikan untuk menghindari orang

yang terinfeksi pernapasan. Tekankan

perlunya vaksinasi influenza.

Menurunkan pemajanan dan insiden

mendapatkan infeksi saluran napas atas.

8. Diskusikan factor yang meningkatkan

kondisi, misalnya: udara terlalu kering,

angina, lingkungan ekstrem, serbuk,

asap tembakau, sprei aerosol, dan

polusi udara. Dorong klien atau

keluarga mencari cara mengontrol.

Factor lingkungan dapat menimbulkan atau

meningkatkan iritasi bronkial, serta

menimbulkan peningkatan produksi secret dan

hambatan jalan napas.

9. Kaji efek bahaya merokok dan

nasihatkan untuk berhenti merokok

pada klien atau keluarga.

Penghentian merokok menghambat kemajuan

PPOM. Usaha berhenti merokok diperlukan

kelompok pendukung dan pengawasan medic.

10. Berikan informasi tentang pembatasan

aktivitas dengan periode istirahat untuk

mencegah kelemahan, menghemat

Mempunyai pengetahuan membantu

klienmembuat pilihan/ keputusan informasi

untuk menurunkan dyspnea, memaksimalkan

Page 18: Askep Lansia Dengan Gangguan System Pernapasan

energy selama aktivitas (misal, menarik

dan mendorong, duduk dan berdiri

sementara melakukan tugas)

menggunakan napas bibir, posisi

berbaring.

aktifitas yang diinginkan dan mencegah

komplikasi.

11. Diskusikan pentingnya mengikuti

perawatan medis, foto rontgen, dan

kultur sputum.

Pengawasan proses penyakit membuat

program terapi untuk memenuhi perubahan

kebutuhan dan mencegah komplikasi.

12. Rujuk untuk evaluasi perawatan

dirumah. Berikan rencana perwatan dan

pengkajian dasar fisik untuk perawatan.

Memberikan kelanjutan perawatan dan

menurunkan frekuensi perawatan di rumah

sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawtan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika