24
LEUKEMIA LIMFOSIT AKUT A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi (pengertian) Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit (Reeves, 2001). 2. Penyebab Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : 1

Askep Leukemia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Leukemia

LEUKEMIA LIMFOSIT AKUT

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi (pengertian)

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan

pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi

tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan

elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa

proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-

sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh

yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Leukemia adalah neoplasma akut atau

kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas

leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam

sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi

di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti

meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit (Reeves, 2001).

2. Penyebab

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi

yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

a. Faktor genetik seperti virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur

gen (Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).

b. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom.

c. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya

d. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan

agen anti neoplastik.

e. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

f. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

g. Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.

1

Page 2: Askep Leukemia

Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap

penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat

antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan

genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka

terhadap leukemia.

3. Patofisiologi

a. Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat.

Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai

kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut

terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan

(proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan

sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.

b. Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum

tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ

limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang

dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum

tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum

tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-

sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan

pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau

lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh

sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.

c. Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai

berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang

mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan

masuk ke dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya

struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia  tersebut, maka virus

mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen

virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari

struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang

terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-

2

Page 3: Askep Leukemia

A diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat

kaitannya dengan faktor herediter.

d. Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain

tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi

granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di

sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah

tulang.   Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan :

nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau

muntah akibat leukemia meningeal. 

3

Page 4: Askep Leukemia

4. Pathway

4

Sel mesenkim, sistem sel, sel retikuler

Sumsum tulang retikuler

Sel blast

(Mieloblast)

Jaringan mieloid

Proliferasi SDP immatur

Mekanisme imun terganggu

akumulasi Hematopoesis terganggu

Risiko infeksi infiltrasi Produksi SDM terganggu

trombositopenia

hati Pembenkuan terganggu

tulang SSP Limpa anemia

Sistem neurologis terganggu

hepatomeg Nyeri tulang

limpanedopati

Perdarahan spontan

nyeri Gangguan nutrisi

Sakit kepala, nausea, diplopia, penglihatan kabur

Suplai O2 ke jaringan menurun

Pucat, lesu, dispnea, letargi

Risiko syok hipoyolemik

Gangguan pola napasRisiko inury

Page 5: Askep Leukemia

5. Tanda dan gejala

a. Pilek tak sembuh-sembuh

b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

c. Demam, anoreksia, mual, muntah

d. Berat badan menurun

e. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab

f. Nyeri tulang dan persendian

g. Nyeri abdomen

h. Hepatosplenomegali, limfadenopati

i. Abnormalitas WBC

j. Nyeri kepala

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Hitung darah lengkap (CBC).

b. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.

c. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum

d. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis.

e. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.

f. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik

g. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.

7. Penatalaksanaan

Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan

pada anak. Proses remisi induksi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi,

dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima

berbagai agens kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang

2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem syaraf 5

Page 6: Askep Leukemia

pusat dan oragan vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah

diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia

anak-anak adalah prednison, vinkristin, asparaginase, metrotreksat, merkaptopurin,

sitarabin, alopurinol, siklofosfamid, dan daunorubisin

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Biodata

Leukemia Limfositik Akut (LLA) paling sering menyerang anak-anak di

bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun. Penderita

kebanyakan laki-laki dengan rasio 5:4 jika dibandingkan dengan perempuan.

b. Riwayat Keperawatan

1). Keluhan Utama

Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika

disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.

2). Riwayat Perawatan Sebelumnya

Riwayat kelahiran anak :

a) Prenatal

b) Natal

c) Post natal

3). Riwayat keluarga

Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang

terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).

d. Kebutuhan Dasar

6

Page 7: Askep Leukemia

1) Cairan : Terjadi deficit cairan dan elektrolit karena muntah dan diare.

2) Makanan : Biasanya terjadi mual, muntah, anorexia ataupun alergi makanan.

Berat badan menurun.

3) Pola tidur : Mengalami gangguan karena nyeri sendi.

4) Aktivitas : Mengalami intoleransi aktivitas karena kelemahan tubuh.

5) Eliminasi : Pada umumnya diare, dan nyeri tekan perianal.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum tampak lemah

2) Tanda-Tanda Vital

a) Tekanan darah : -

b) Nadi :-

c) Suhu : meningkat jika terjadi infeksi

d) RR : Dispneu, takhipneu

3) Pemeriksaan Kepala Leher

a) Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau

bakteri), perdarahan gusi

b) Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat

infiltrasi ke SSP.

4) Pemeriksaan Integumen, adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor

menurun jika terjadi dehidrasi.

5). Pemeriksaan Dada dan Thorax

7

Page 8: Askep Leukemia

a) Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.

b) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)

c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.

d) Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat

infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada

6). Pemeriksaan Abdomen

a) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan

vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran

hepar dan limpa.

b) Perkusi tanda asites bila ada.

7). Pemeriksaan Ekstremitas, adakah cyanosis kekuatan otot.

e. Informasi Lain

1) Perangkat Diagnostik

a) Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik.

b) Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan

penimbunan sel darah.

2). Penatalaksanaan

a) Kemoterapi dengan banyak obat

b) Antibiotik untuk mencegah infeksi

c) Tranfusi untuk mengatasi anemia

8

Page 9: Askep Leukemia

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan :

1) Tidak adekuatnya pertahanan sekunder

2) Gangguan kematangan sel darah putih

3) Peningkatan jumlah limfosit imatur

4) Imunosupresi

5) Penekanan sumsum tulang

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan :

1) Kehilangan berlebihan, misalnya : muntah, perdarahan

2) Penurunan pemasukan cairan : mual, anoreksia.

3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan :

1) Agen fiscal : pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikmas

dengan sel leukaemia.

2) Agen kimia: pengobatan antileukemia

3. RENCANA TINDAKAN

No Diagnosa Tindakan dan

KH

Intervensi Rasional

1 1. Resiko tinggi

terhadap infeksi

berhubungan

dengan :

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

a. Tempatkan anak

pada ruang

khusus. Batasi

pengunjung

a. Rasional :

Melindungi anak

dari sumber

potensial patogen / 9

Page 10: Askep Leukemia

a. Tidak adekuatnya

pertahanan

sekunder

b. Gangguan

kematangan sel

darah putih

c. Peningkatan

jumlah limfosit

imatur

d. Imunosupresi

e. Penekanan sumsum

tulang

selama 2x24

jam diharapkan

Infeksi tidak

terjadi

sesuai indikasi

b. Berikan

protocol untuk

mencuci tangan

yang baik untuk

semua staf

petugas

c. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan chemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan tachicardi, hiertensi

d. Dorong sering

mengubah

posisi, napas

dalam, batuk.

e. Inspeksi

membran

mukosa mulut.

Bersihkan mulut

secara periodic.

Gnakan sikat

gigi halus untuk

infeksi

b. Rasional :

mencegah

kontaminasi silang

/ menurunkan

risiko infeksi

c. Rasional :

Hipertermi lanjut

terjadi pada

beberapa tipe

infeksi dan

demam terjadi

pada kebanyakan

pasien leukaemia.

d. Rasional Rasional:

Mencegah statis

secret pernapasan,

menurunkan

resiko atelektasisi/

pneumonia.

e. Rasional : Rongga

mulut adalah

medium yang baik

untuk

pertumbuhan

organisme patogen

10

Page 11: Askep Leukemia

perawatan

mulut.

f. Awasi

pemeriksaan

laboratorium :

WBC, darah

lengkap

g. Berikan obat

sesuai indikasi,

misalnya

Antibiotik

h. Hindari

antipiretik yang

mengandung

aspirin

f. Rasional :

Penurunan jumlah

WBC normal /

matur dapat

diakibatkan oleh

proses penyakit

atau kemoterapo.

g. Rasional : Dapat

diberikan secara

profilaksis atau

mengobati infeksi

secara khusus.

h. RasionalRasional :

aspirin dapat

menyebabkan

perdarahan

lambung atau

penurunan jumlah

trombosit lanjut

2. Resiko tinggi

kekurangan

volume cairan

tubuh

berhubungan

dengan :

b. Kehilangan

berlebihan,

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2x24

jam diharapkan

Volume cairan

tubuh adekuat,

ditandai dengan

a. Awasi masukan

dan

pengeluaran.

Hitung

pengeluaran tak

kasat mata dan

keseimbangan

cairan.

Perhatikan

a. Rasional :

Penurunan

sirkulasi sekunder

terhadap sel darah

merah dan

pencetusnya pada

tubulus ginjal

dan / atau

terjadinya batu 11

Page 12: Askep Leukemia

misalnya :

muntah,

perdarahan

c. Penurunan

pemasukan cairan

: mual, anoreksia.

TTV , stabil,

nadi teraba,

haluaran urine,

BJ dan PH urine

penurunan urine

pada pemasukan

adekuat. Ukur

berat jenis urine

dan pH Urine.

b. Timbang BB

tiap hari.

c. Awasi TD dan

frekuensi

jantung

d. Inspeksi kulit /

membran

mukosa untuk

petike, area

ekimotik,

perhatikan

perdarahan gusi,

darah warn karat

atau samar pada

ginjal

(sehubungan

dengan

peningkatan kadar

asam urat) dapat

menimbulkan

retensi urine atau

gagal ginjal.

b. Rasional :

Mengukur

keadekuatan

penggantian

cairan sesuai

fungsi ginjal.

Pemasukan lebih

dari keluaran

dapat

mengindikasikan

memperburuk atau

obstruksi ginjal.

c. Rasional :

Perubahan dapat

menunjukkan efek

hipovolemiki

(perdarahan/dehid

rasi)

d. Rasional : Supresi

sumsum dan

produksi

trombosit

menempatkan 12

Page 13: Askep Leukemia

feces atau urine;

perdarahan

lanjut dari sisi

tusukan invesif.

e. Evaluasi turgor

kulit, pengiisian

kapiler dan

kondisi umum

membran

mukosa.

f. Implementasika

n tindakan untuk

mencegah

cedera jaringan /

perdarahan,

misalnya : sikat

gigi atau gusi

dengan sikat

yang halus.

g. Berikan diet

halus.

h. Berikan cairan

IV sesuai

indikasi

i. Berikan sel

pasien pada resiko

perdarahan spntan

tak terkontrol.

e. Rasional :

Indikator langsung

status cairan /

dehidrasi.

f. Rasional :

Jaringan rapuh

dan gangguan

mekanis

pembekuan

meningkatkan

resiko perdarahan

meskipun trauma

minor.

g. Rasional : Dapat

membantu

menurunkan iritasi

gusi.

h. Rasional :

Mempertahankan

keseimbangan

cairan / elektrolit

pada tak adanya

pemasukan 13

Page 14: Askep Leukemia

darah Merah,

trombosit atau

factor

pembekuan

melalui oral;

menurunkan risiko

komplikasi ginjal.

i. Raional :

Memperbaiki

jumlah sel darah

merah dan

kapasitas O2

untuk

memperbaiki

anemia. Berguna

mencegah /

mengobati

perdarahan.

3. Nyeri ( akut )

berhubungan

dengan :

a. Agen fiscal :

pembesaran organ /

nodus limfe,

sumsum tulang

yang dikmas

dengan sel

leukaemia.

b. Agen kimia:

pengobatan

antileukemia.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2x24

jam diharapkan

nyerinya

berkurang

a. Berikan tindakan ketidaknyamanan, misalnya : pijatan, kompres

b. Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.

c. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas

a. Rasional : Dapat

membantu

mengevaluasi

pernyatan verbal

dan

ketidakefektifan

intervensi.

b. Rasional :

Meingkatkan

istirahat.

c. Rasional :

Menurunkan

ketidak nyamanan

tulang/ sensi14

Page 15: Askep Leukemia

denganan bantal

d. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress

e. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng, gelisah

d. Rasional :

Memperbaiki

sirkulasi jaringan

dan mobilisasi

sendi.

e. Rasional :

Meminimalkan

kebutuhan atau

meningkatkan

efek obat.

4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah melakukan rencana tindakan (intervensi) yang telah

direncanakan sebelum ke klien.

5. EVALUASI

Evaluasi dilihat dari implementasi yang dilakukan serta bandingkan dengan

rencana tindakan dan rasional yang telah direncanakan.hal ini dilakukan agar perawat

mengetahui perkembangan dari perawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini

menggunakaan rumus SOAP.

15

Page 16: Askep Leukemia

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.dkk. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarata:EGC

Doenges, Marilynn E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta: EGC.

Engram, Barbara.1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol:2.Jakarta:EGC

Mansjoer.dkk.2000. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta:FKUI

Ngastiyah.1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran.Jakarta:EGC

16