39
KATA PENGANTAR Puji tuhan kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas semua rahmat dan hidayahnya yang berupa kesehatan serta kesempatan, sehingga makalah tentang “ Asuhan Keperawatan Asfiksia dan Hiperbilirubinemia Pada Bayi Baru Lahir “ ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Dalam penyusunan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan atau dengan kata lain masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis menyadari bahwa kesempurnaan Cuma milik Allah semata. Akhirnya semoga makalah ini bisa membawa manfaat dan berguna bagi penulis khususnya dan semua pembaca umumnya amin.

Askep Pasti Asfiksia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

Page 1: Askep Pasti Asfiksia

KATA PENGANTAR

Puji tuhan kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa. Puji syukur penulis

panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas semua rahmat dan hidayahnya yang berupa

kesehatan serta kesempatan, sehingga makalah tentang “ Asuhan Keperawatan Asfiksia

dan Hiperbilirubinemia Pada Bayi Baru Lahir “ ini dapat terselesaikan sesuai waktu

yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan atau

dengan kata lain masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis menyadari bahwa

kesempurnaan Cuma milik Allah semata.

Akhirnya semoga makalah ini bisa membawa manfaat dan berguna bagi penulis

khususnya dan semua pembaca umumnya amin.

Banjarmasin, Maret 2016

Penulis

Page 2: Askep Pasti Asfiksia

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

PADA BAYI BARU LAHIR

       I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Asfiksia adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan

berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan

tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru

dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut

hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir.

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta

transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan

kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. . Apgar skor yang rendah

sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka

kematian yang tinggi.

Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari empat

kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri

tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok

akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut adalah :

a. Hipoksik-hipoksia,

Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.

b. Anemik-hipoksia.

c. Keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang 

cukup untuk metabolisme dalam jaringan.

d. Stagnan-hipoksia,

Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi.

Page 3: Askep Pasti Asfiksia

e. Histotoksik-hipoksia

Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena

suatu hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.

Asfiksia neonartum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia janin intra uterin dan hipoksia

ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan atau

segera setelah lahir.

B. Etiologi

Faktor ibu, Cacat bawaan, Hipoventilasi selama anastesi, Penyakit jantung sianosis,

Gagal bernafas, Keracunan CO, Tekanan darah rendah, Gangguan kontraksi uterus, Usia ibu

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, Sosial ekonomi rendah, Hipertensi pada

penyakit eklampsia.

Faktor janin / neonatorum, Kompresi umbilikus, Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat,

Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, Prematur, Gemeli, Kelainan congential,

Pemakaian obat anestesi, Trauma yang terjadi akibat persalinan

Faktor plasenta, Plasenta tipis, Plasenta kecil, Plasenta tidak menempel, Solusio plasenta

Faktor persalinan, Partus lama, Partus tindakan.

C.  Patofisiologi

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /

persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila

tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau

tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai

dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan

menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan

berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan

ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan

basa pada neonatus.

Page 4: Askep Pasti Asfiksia

Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi

metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada

hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler

menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak

adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi

kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi

selanjutnya.

D.  Manifestasi Klinis

Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurun

Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bayi menunjukan pernafasan megap–megap

yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin

lama makin lemah

TANDA-

TANDA

STADIUM I STADIUM II STADIUM III

Tingkat

kesadaran

Sangat waspada Lesu (letargia) Pinsan (stupor),

koma

Tonus otot Normal Hipotonik Flasid

Postur Normal Fleksi Disorientasi

Refleks tendo /

klenus

Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada

Mioklonus Ada Ada Tidak ada

Refleks

morrow

Kuat Lemah Tidak ada

Pupil Midriasis Miosis Tidak sama,

refleks cahaya

jelek

Kejang-kejang Tidak ada Lazim Deserebrasi

EEG Normal aktifitasVoltase

rendah kejang-

kejang

Supresi ledakan

sampai

isoelektrik

Page 5: Askep Pasti Asfiksia

Lamanya 24 jam jika ada

kemajuan

24 jam sampai

14 hari

Beberapa hari

sampai beberapa

minggu

Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian,

defisit berat

E.  APGAR Score

Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan apakah

seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes ini dapat dilakukan dengan

mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan

hal ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.

Observasi dan periksa :

A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.

P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut

jantung dengan jari.

G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi dengan

jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada

mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.

A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya

atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya

bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.

R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan

pernapasannya.

Page 6: Askep Pasti Asfiksia

TANDA 0 1 2 JUMLAH

NILAI

Frekwensi

jantung

Tidak ada Kurang dari

100 x/menit

Lebih dari

100 x/menit

Usaha

bernafas

Tidak ada Lambat, tidak

teratur

Menangis

kuat

Tonus otot Lumpuh /

lemas

Ekstremitas

fleksi sedikit

Gerakan

aktif

Refleks Tidak ada

respon

Gerakan

sedikit

Menangis

batuk

Warna Biru /

pucat

Tubuh:

kemerahan,

ekstremitas:

biru

Tubuh dan

ekstremitas

kemerahan

Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan terlihat

frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek

iritabilitas tidak ada Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik

ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan

kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

F.   Pemeriksaan Penunjang

-  Foto polos dada

-  USG kepala

-  Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

G.  Pemeriksaan Diagnostik

1.Analisa gas darah

2. Elektrolit darah

3. Gula darah

Page 7: Askep Pasti Asfiksia

4. Baby gram

5. USG ( Kepala )

6. Penilaian APGAR score

7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan

8. Pengkajian spesifik

H. Penatalaksanaan

Tindakan dilakukan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar. Segera setelah

lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus dicegah atau dikurangi kehilangan

panas pada tubuhnya, penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk meringankan

tubuh bayi, mengurangi evaporasi.

Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas bagian atas,

segera dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya kerusakan mukosa jalan nafas,

spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi belum berusaha untuk nafas, rangsangan harus

segera dikerjakan, dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki,

menekan tendon Achilles atau pada bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K.

I. Komplikasi

Edema otal, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia, enterokolitis,

nekrotikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan

pneumotoraks.

1.  Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.

2.  Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan

paru, edema paru.

3.  Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.

4.  Ginjal: tubular nekrosis akut.

Page 8: Askep Pasti Asfiksia

J.   Diagnosis

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-

tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu diperhatikan Denyut jantung janin. Frekuensi normal

adalah antara120 dan 160 denyut/menit selama his frekuensi turun, tetapi diluar his kembali

lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar,

artinya frekuensi turun sampai dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih jika tidak

teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi – sungsang tidak ada, artinya

akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan. Oksigenisasi dan harus

menimbulkan kewaspadaan. Biasanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi

kepaladapat merupakan indikasi untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan

dengan mudah.

Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat

serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.

Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu

sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.

K. Prognosis

a. Asfiksia Ringan   : Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.

b. Asfikisia Berat    : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf.

Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis

permanen,misalnya retardasi mental.

L.  Prinsip Dasar Resusitasi

Ada beberapa tahap: ABC resusitasi,

A= memastikan saluran nafas terbuka.

B= memulai pernafasan .

C= mempertahankan sirkulasi (peredaran darah).

Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan

saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi

Page 9: Askep Pasti Asfiksia

dan pengeluaran CO2 berjalan lancar. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi

yang menunjukan usaha pernafasan lemah. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.

Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik

M.  Tindakan

1.   Pengawasan suhu: jangan biarkan bayi kedinginan, penurunan suhu tubuh akan

mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.

2.   Pembersihan jalan napas: saluran napas atas dibersihkan dari lendir dan cairan

amnion. Tindakan dilakukan dengan hati – hati tidak perlu tergesa – gesa.

Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti spasme

laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan napas. Pada Asfiksia berat dilakukan

resusitasi kardio pulmonal

3.   Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan: Bayi yang tidak menunjukkan usaha

bernapas 20 detik setelah lahir menunjukkan depresi pernapasan. Maka setelah

dilakukan penghisapan diberi O2 yang cepat kedalam mukosa hidung. Bila tidak

berhasil dilakukan rangsang nyeri dengan memukul telapak kaki. Bila tidak berhasil

pasang ET.

4.   Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

II.        ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

A.    Pengkajian

1.   Biodata

Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,

jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi

karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.

2.    Keluhan Utama

Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas

3.    Riwayat kehamilan dan persalinan

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi

belakang kaki atau sungsang

Page 10: Askep Pasti Asfiksia

4.    Kebutuhan dasar

a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh

terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah

terjadinya aspirasi pneumonia

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama

pencernaan belum sempurna

c. Kebersihan diri

Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat

b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya

d. Pola tidur

Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas

5.   Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,

pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium

pertama.

b. Tanda-tanda Vital

Pada umunya terjadi peningkatan respirasi

c. Kulit

Pada kulit biasanya terdapat sianosis

d. Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,

sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak

e. Mata

Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya

f. Hidung

Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping

hidung.

Page 11: Askep Pasti Asfiksia

g. Dada

Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi

pernafasan yang cepat

h. Neurology / reflek

Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

6.   Gejala dan tanda

a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif

b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis

c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda :

ketidakefektifan termoregulasi

B.    Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.

2.     Gangguan perfusi jaringan b.d kebutuhan Oksigen yang tidak adekuat.

C.    Perencanaan Keperawatan

Dx.  I : Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam kebutuhan O2 terpenuhi

dengan kriteria tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak sianosis.

Intervensi:

No. Intervensi Rasional

1. Beri penjelasan pada keluarga

tentang penyebab sesak yang

dialami oleh pasien.

Agar keluarga tahu tentang

penyebab sesak yang dialami

oleh bayinya.

2. Atur kepala bayi dengan posisi

ekstensi.

Melonggarkan jalan nafas.

3. Batasi intake per oral, bila perlu

dipuasakan.

Mencegah aspirasi.

Page 12: Askep Pasti Asfiksia

4. Longgarkan jalan nafas. Memudahkan untuk bernafas.

5. Observasi tanda-tanda kekurangan

O2.

Mengetahui tingkat

kekurangan O2.

6. Hangatkan bayi dalam incubator. Mencegah sianosis.

7. Kolaborasi dengan tim medis

untuk pemberian O2.

Mendukung perawatan dan

penatalaksanaan medis.

No Diagnosa Tujuan / kriteria hasil

Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

Tujuan :1. Tidak menunjukkan

demam.2. Tidak menunjukkan

cemas.3. Rata-rata repirasi

dalam batas normal.4. Pengeluaran sputum

melalui jalan nafas.5. Tidak ada suara nafas

tambahan.

1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .

3. Beritahu keluarga tentang suction.

4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.

5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction.

Membantu dalam proses pemenuhan kebutuhanMengidentifikasi perubahan bersihan jalan napasMembantu untuk dalam proses pemulihanMembantu dalam mempercepat kebersihan jalan napas

Mengurangi sesak dan membantu dalam pernapasan secara normal

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 13: Askep Pasti Asfiksia

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan

dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran

gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan

kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /

persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila

tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau

tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai

dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan

menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan

berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan

ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan

basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan

berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga

glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada

kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara

alveoli yamh tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan

di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada

kehidupan bayi selanjutnya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu semoga apa yang kami buat dapat

bermamfaat bagi pembaca dan jika ada kekurangan dalam penyajian atau ada kesalahan dalam

penulisan saya minta maaf,semoga apa yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBINEMIA

A.   Definisi Hiperbilirubinemia 

Page 14: Askep Pasti Asfiksia

Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya akumulasi bilirubin dalam darah (level normal 5

mg/dl pada bayi normal) yang mengakibatkan jaundice, warna kuning yang terlihat jelas

pada kulit, mukosa, sklera dan urine.

.

B.   Etiologi

        Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat  disebabkan

oleh beberapa faktor:

1.      Peningkatan produksi :

a.       Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian

golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.

b.      Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

c.       Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat

pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

d.      Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.

e.       Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol

(steroid).

f.       Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek

meningkat misalnya pada berat lahir rendah.

g.      Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia

2.      Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada

Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.

3.      Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang

dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis,

Siphilis.

4.      Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.

5.      Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif.

C.   Patofisiologi

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin

pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat

Page 15: Askep Pasti Asfiksia

peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi,

meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi

enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan

protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan

anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii

transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal

atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.

Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak.

Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang

memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar

darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.

Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari

tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin

indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas.

Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang

karena trauma atau infeksi.  (Markum, 1991).

D. Manifestasi klinis

-         Kulit berwarna kuning sampe jingga

-         Pasien tampak lemah

-         Nafsu makan berkurang

-         Reflek hisap kurang

-         Urine pekat

-         Perut buncit

-         Pembesaran lien dan hati

-         Gangguan neurologic

-         Feses seperti dempul

-         Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.

-         Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.

-         Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru

lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.

Page 16: Askep Pasti Asfiksia

E. Pemeriksaan Diagnostik

a.       Pemeriksaan laboratorium.

-         Test Coomb pada tali pusat BBL

Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-A,

anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya

sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.

-         Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.

-         Bilirubin total.

Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin

dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5

mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau

1,5 mg/dl pada bayi praterm tegantung pada berat badan.

-         Protein serum total

Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama pada

bayi praterm.

-         Hitung darah lengkap

Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.

Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan

hemolisis dan anemia berlebihan.

-         Glukosa

Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test glukosa

serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan

lemak dan melepaskan asam lemak.

-         Daya ikat karbon dioksida

Penurunan kadar menunjukkan hemolisis

-         Meter ikterik transkutan

Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.

-      Pemeriksaan bilirubin serum

Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari

setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.

Page 17: Askep Pasti Asfiksia

Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari

setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis

-     Smear darah perifer

Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH atau

sperositis pada incompabilitas ABO

-     Test Betke-Kleihauer

Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.

b.      Pemeriksaan radiology

Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan

pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma

c.      Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.

d.      Biopsy hati

Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk

membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk

memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.

F. Penatalaksanaan

Tindakan umum

a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma lahir,

pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus,

infeksi dan dehidrasi.

b. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan

bayi baru lahir.

c. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan

untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai

tujuan :

a. Menghilangkan Anemia

b. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi

c. Meningkatkan Badan Serum Albumin

Page 18: Askep Pasti Asfiksia

d. Menurunkan Serum Bilirubin

Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus

Albumin dan Therapi Obat.

a.       Fototherapi

Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti

untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang

tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin

dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika

cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer

yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah

melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan

dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam

Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan

Taeusch, 1984).

Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,

tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan

Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg /

dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi

dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk

memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan

Berat Badan Lahir Rendah.

b.      Tranfusi Pengganti / Tukar

Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :

1.Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.

2.Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.

3.Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.

4.Tes Coombs Positif.

Page 19: Askep Pasti Asfiksia

5.Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.

6.Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.

7.Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.

8.Bayi dengan Hidrops saat lahir.

9.Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :

1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah

merah terhadap Antibodi Maternal.

2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)

3. Menghilangkan Serum Bilirubin

4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin

Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari),

Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B

yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa

setiap hari sampai stabil.

G. Pencegahan

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

a.Pengawasan antenatal yang baik

b. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa

kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.

c.Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.

d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.

e.Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir

f. Pemberian makanan yang dini.

g. Pencegahan infeksi.

H. Komplikasi

- Retardasi mental - Kerusakan neurologist

- Gangguan pendengaran dan penglihatan

Page 20: Askep Pasti Asfiksia

- Kematian.

- Kernikterus.

I. Terapi

Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan

konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk

beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada

post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Colistrisin dapat

mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus

Enterohepatika.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

1. Identitas pasien dan keluarga

2. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat Kehamilan

Page 21: Askep Pasti Asfiksia

Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang meningkatkan ikterus

ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses konjungasi sebelum ibu

partus.

b. Riwayat Persalinan

Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter, Atau data obyektif ; lahir

prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia

c. Riwayat Post natal

Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan saluran cerna dan hati

( hepatitis )

e. Riwayat Pikososial

Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua

f. Pengetahuan Keluarga

Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan orang tua terhadap bayi yang ikterus.

Pengkajian Kebutuhan Dasar manusia

a.Aktivitas / Istirahat

Letargi, malas.

b. Sirkulasi

Mungkin pucat menandakan anemia.

c.Eliminasi

Bising usus hipoaktif.

d. Pasase mekonium mungkin lambat.

Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.

e. Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)

f. Makanan / Cairan

Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui daripada menyusu

botol. Pada umumnya bayi malas minum ( reflek menghisap dan menelan lemah

sehingga BB bayi mengalami penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan

pembesaran limfa, hepar

Page 22: Askep Pasti Asfiksia

g. Neuro sensori

Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang

berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum Edema umum,

hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh

berat.

h. Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat

Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis lirih,

aktivitas kejang (tahap krisis)

i. Pernafasan

Riwayat asfiksia

j. Keamanan

Riwayat positif infeksi / sepsis neonates

k.Dapat mengalami ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial.

Dapat tampak ikterik pada awalnya pada daerah wajah dan berlanjut pada bagian distal

tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai efek samping fototerapi.

k. Seksualitas

Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi

pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu diabetes.

l. Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia, hipoksia,

asidosis, hipoglikemia.

Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.

m. Faktor keluarga; missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya,

penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat lahir (galaktosemia),

diskrasias darah (sferositosis, defisiensi gukosa-6-fosfat dehidrogenase.

n. Faktor ibu, seperti diabetes; mencerna obat-obatan (missal, salisilat, sulfonamide oral

pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin); inkompatibilitas Rh/ABO;

penyakit infeksi (misal, rubella, sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).

o. Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran dengan ekstrasi

vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali pusat, atau trauma kelahiran.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 23: Askep Pasti Asfiksia

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek dalam

darah, ikterus pada sclera leher dan badan.

2. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan

berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

C. RENCANA KEPERAWATAN

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin indirek dalam

darah, ikterus pada sclera leher dan badan.

Tujuan dan Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas

kulit kembali baik/ normal dengan kriteria hasil :

- Kadar bilirubin dalam batas normal ( 0,2 – 1,0 mg/dl )

- Kulit tidak berwarna kuning/ warna kuning mulai berkurang

- Tidak timbul lecet akibat penekanan kulit yang terlalu lama

Intervensi

a. Monitor warna dan keadaan kulit setiap 4-8 jam

b. Monitor keadaan bilirubin direk dan indirek ( kolaborasi dengan dokter dan analis )

c. Ubah posisi miring atau tengkurap. Perubahan posisi setiap 2 jam berbarengan dengan

perubahan posisi lakukan massage dan monitor keadaan kulit

d. d.Jaga kebersihan kulit dan kelembaban kulit/ Memandikan dan pemijatan bayi.

Rasional

a. Warna kulit kekuningan sampai jingga yang semakin pekat menandakan konsentrasi

bilirubin indirek dalam darah tinggi.

b. Kadar bilirubin indirek merupakan indikator berat ringan joundice yang diderita.

c. Menghindari adanya penekanan pada kulit yang terlalu lama sehingga mencegah

terjadinya dekubitus atau irtasi pada kuit bayi.

Page 24: Askep Pasti Asfiksia

d. Kulit yang bersih dan lembab membantu memberi rasa nyaman dan menghindari kulit

bayi meengelupas atau bersisik.

2. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan

berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

Tujuan dan kriteria hasil

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan keluarga bertambah

dengan kriteria hasil :

- Mengungkapkan pemahaman tentang penyebab, tindakan, dan kemungkinan hasil

hiperbilirubinemia

Intervensi

a. Berikan informasi tentang penyebab,penanganan dan implikasi masa datang dari

hiperbilirubinemia. Tegaskan atau jelaskan informasi sesuai kebutuhan.

b. Tinjau ulang maksud dari mengkaji bayi terhadap peningkatan kadar bilirubin ( mis.,

mengobservasi pemucatan kulit di atas tonjolan tulang atau perubahan perilaku )

khususnya bila bayi pulang dini.

c. Diskusikan penatalaksanaan di rumah dari ikterik fisiologi ringan atau sedang,

termasuk peningkatan pemberian makan, pemajanan langsung pada sinar matahari

dan program tindak lanjut tes serum.

d. Berikan informasi tentang mempertahankan suplai ASI melalui penggunaan pompa

payudara dan tentang kembali menyusui ASI bila ikterik memerlukan pemutusan

menyusui.

e. Kaji situasi keluarga dan system pendukung.berikan orangtua penjelasan tertulis yang

tepat tentang fototerapi di rumah, daftarkan teknik dan potensial masalah.

f. Buat pengaturan yang tepat untuk tes tindak lanjut dari bilirubin serum pada fasilitas

laboratorium.

b. Diskusikan kemungkinan efek-efek jangka panjang dari hiperbilirubinemia dan

kebutuhan terhadap pengkajian lanjut dan intervensi dini.

Rasional

Page 25: Askep Pasti Asfiksia

a. Memperbaiki kesalahan konsep, meningkatkan pemahaman, dan menurunkan rasa

takut dan perasaan bersalah. Ikterik neonates mungkin fisiologis, akibat ASI, atau

patologis dan protocol perawatan tergantung pada penyebab dan factor pemberat.

b. Memungkinkan orangtua mengenali tanda-tanda peningkatan kadar bilirubin dan

mencari evaluasi medis tepat waktu.

c. Pemahaman orangtua membantu mengembangkan kerja sama mereka bila bila

bayi dipulangkan. Informasi membantu orangtua melaksanakan penatalaksanaan

dengan aman dan dengan tepat serta mengenali pentingnya aspek program

penatalaksanaan.

d. Membantu ibu untuk mempertahankan pemahaman pentingnya terapi.

Mempertahankan supaya orangtua tetap mendapatkan informasi tentang keadaan

bayi. Meningkatkan keputusan berdasarkan informasi.

e. Fototerapi di rumah dianjurkan hanya untuk bayi cukup bulan setelah 48 jam

pertama kehidupan, dimana kadar bilirubin serum antara 14 – 18 mg/dl tanpa

peningkatan konsentrasi bilirubin reaksi langsung.

f. Tindakan dihentikan bila konsentrasi bilirubin serum turun di bawah 14 mg/dl,

tetapi kadar serum harus diperiksa ulang dalam 12-24 jam untuk mendeteksi

kemungkinan hiperbilirubinemia berbalik.

g. Kerusakan neurologis dihubungkan dengan kernikterus meliputi kematian, palsi

serebral, retardasi mental, kesulitan sensori, pelambatan bicara, koordinasi buruk,

kesulitan pembelajaran, dan hipoplasiaemail atau warna gigi hijau kekuningan

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta: EGC.

Page 26: Askep Pasti Asfiksia

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC.

Markum. AN. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. BCS. IKA Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.