Upload
wilhsonwerang
View
72
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
TINJAUAN UMUM
A. Tinjauan Medis
1. Definisi
Tuberculosis (TB) paru adalah salah satu penyakit infeksi yang
mempengaruhi organ dan jaringan lain dan terutama menyerang pada
parenkim paru dimana dia berbentuk kuman batang (patofisiologi, Silfa A.
Price).
Tuberculosis (BT) paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim , dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya termasuk
meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe (KMB, Brunner dan Suddarth).
Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Kapita
Selekta Kedokteran).
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dimana dapat merupakan organism pathogen
maupun saprofit (Patofisiologi Lorraine M. Wilson).
Tuberculosis paru adalah peradangan pada jaringan paru yang
merupakan penyakit menular, berpindah ke orang lain melalui udara
pernapasan (droplet).
1
2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran pernapasan.
3. Patofisiologi
TB paru melalui Mycobacterium tuberculosis, dimana dari inhalasi droplet
diparu yang menyebabkan reaksi ini menurun, kemudian timbulah reaksi
inflamai, sehingga mengakibatkan adanya krisi situasi, perubahan status
kesehatan, limfosit, spesifik TB, pelepasan mediator kimia (histamine,
prostaglandin, bradikinin) serta adanya reaksi neutrofil, dimana melalui proses
yang panjang, dari akibat-akibat tersebut menimbulkan akibat-akibat lain
seperti terjadinya ansietas, kurang pengetahuan, timbulnya bersihan jalan
napas inefektif, reaksi terhadap kerusakan pertukaran gas, adanya nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, lalu resiko penyebaran infeksi, kemudian
timbulnya nyeri, adanya hipertermi dan adanya intoleransi aktivitas.
2
DAIGRAM PATOFISIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
Inhalasi droplet
Paru-paru
Reaksi imun menurun
Reaksi inflamasi
Limfosit spesifik TB
Penumpukan eksudat
Resiko thdp. Pertukaran gas
Perubahan status kesehatan
Krisis situasi
Kurang pengetahuan
Ansietas
Bersihan jalan napas inefektif
Resiko penyebaran infeksi
Melepaskan mediator kimia
Nyeri
Reaksi nertofil
Hipertermi
Intoleransi aktivitas
Nutrisi kurang dari kebutuhan
3
4. Manifestasi Klinik
a. Keluhan pokok
- Hanya menyerupai influenza
- Selera makan menurun (anoreksia)
- Demam samar-samar malam hari, lamanya berminggu-minggu
- Batuk-batuk kering
- Haemopthysis (batuk darah)
- Sakit dada, sesak
- Lemah (malaise)
b. Tanda penting
- Tidak ada tanda yang khas
- Ditemukan ronchi
- Kelemahan
- BB menurun
- Umumnya yang ditemukan akibat komplikasi
5. Pemeriksaan Diagnostik/Diagnosa Test
a. Anamnesis dan pemberiksaan fisik
b. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
c. Foto thoraks PA dan lateral, gambaran foto thoraks yang menunjang
diagnosis TB:
4
- Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus
bawah.
- Bayangan berawan (patchy) atau bercak (nodular).
- Adanya Krista, tunggal atau ganda.
- Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru.
- Adanya klasifikasi.
- Bayangan menetap pad foto tulang beberapa minggu kemudian.
- Bayangan milier.
d. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosa TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30 – 70 % pasien TB yang
dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.
e. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologis immunoperoksidase memakai alat histogen
immunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgE spesifik
terhadap basil TB.
f. Tes Mantoux/tuberculin
g. Teknik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara specific melalui amplifikasi dalam berbagai
tahap sehingga dapat mendeteksi meskupun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam specimen, juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
5
h. Becton diokinson diagnostik instrument system (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism
asam lemak oleh Mycobacterium tuberculosis.
i. Enzim Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
Penatalaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah.
j. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan
kedalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah
memadai maka warna sisir akan berubah.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Umum
1) Istirahat : tidak perlu dirawat inap
2) Diet : bebas, tetapi TKTP
3) Medikamentosa:
Dasar terapi medikamentosa TB
a) Kombinasi minimal dua macam tuberculostatica
b) Kontinu: makan obat setiap hari
c) Lama: berbulan-bulan/tahun
6
d) Bila obat pertama sudah diganti, dianggap telah resisten terhadap
obat tersebut
e) Obat pertama: tuberculostica yang dipakai adalah:
First line drugs (obat-obat primer)
- INH (Isoniazid)
- Rifampisin
- Etambutol
- Streptomisin
- Pirazinamid
f) Obat alternative
Second line drugs (bila yang pertama resisten)
- Kapreomisin
- Sikloserin
- Etionamid
- Viomisin
- Kanamisin
Alternative drugs
- PAS (Para Amino Salicy Acid)
- Tioasetazon
Sekarang banyak dianut tetapi jangka pendek, yaitu:
- INH + Rifampisin plus salah satu dari:
7
Streptomizin
Etambutol
Pirazinamid
Diberikan setiap hari selama 1 – 2 bulan, dilanjutkan dengan:
- INH plus salah satu dari:
Rifampisin
Etambutol
Streptomizin
Diberikan 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan. Dengan demikian,
lamanya pengobatan 6 – 9 bulan.
b. Terapi komplikasi
1) Tuberculostatika disamping tindakkan lain, seperti punksi pleura pada
efusi pleura, operasi pada Pott’s disease.
7. Komplikasi
a. TB tulang
b. Pott’s disease (rusaknya tulang belakang)
c. Destroyed lung (Pulmonary destruction)
d. Efusi pleura
e. TB milier
f. Meningitis TB
8
8. Prognosis
a. Terapi yang cepat dan legartis akan sembuh baik
b. Bila daya tahan baik, dapat sembuh sendiri
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : - Kelemahan dan kelelahan umum
- Napas pendek karena kerja
- Kesulitas tidur pada malam hari atau demam malam hari,
menggigil dan keringat
- Mimpi buruk
Tanda : - Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja
- Kelelahan otot, neyri dan sesak
b) Integritas ego
Gejala : - Adanya faktor stress lama
- Masalah keuangan, rumah
- Perasaan tak berdaya/tidak ada harapan
Tanda : - Menyangkal,
- Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
c) Makanan/cairan
Gejala : - Kehilangan nafsu makan
9
- Tak dapat mencerna
- Penurunan BB
Tanda : - Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik
- Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan
d) Nyeri/kenyamanan
Gejala : - Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : - Perilaku distraksi, gelisah
- Berhati-hati pada area yang sakit
e) Pernapasan
Gejala : - Batuk, produktif atau tak produktif
- Napas pendek
- Riwayat tuberculosis/terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : - Peningkatan frekuensi pernapasan
- Perkusi pendek
f) Keamanan : - Adanya kondisi penekanan imun, misalnya AIDS, kanker
- Tes HIV positif
10
2. Patoflodiagram/Penyimpangan KDM
Merangsang pusat vomiting
p↑ metabolisme
Inhalasi droplet
Penyempitan lumen
Mycobacterium tuberculosis
Inhalasi droplet
Paru-paru
Rx immune M↓
Reaksi inflamasi
Limfosit spesifik TB
Penumpukan eksudat
Granuloma pd alveoli
Resiko thdp pertukaran gas
Perubhn stss k’hatanhospitalisasi
Inflamasi
Salah persepsi
Kurangnya pengetahuan
Krisis situasi
Koping individu inefektif
Stress psikologis M↑
Ansietas
Responden batuk
Bersihan jl. Napas inefektif
Paru-paru
Immune M↓, kurangnya pengetahuan,
menghindari patogen
Terpajan lingkungan
Resiko penyebaran infeksi
Melepaskan mediator kimia (H, B, P)
nociceptor
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Rx netrofil
Pengeluaran zat
Merangsang termoregulator di
hipotalamus
Set poin M↑
Rx. menggigil
p↑ suhu tubuh
Hipertermi
ATP dlm tubuh M↓
Kebutuhan fisiologi m↓
Kelemahan umum
Intoleransi aktivitas
Mual/muntah
Anoreksia
Intake kurang
Nutrisi kurang dari kbthn. tubuh
11
3. Pemeriksaan Diagnostik/Diagnosa Test
a) Anamnesis dan pemeriksaan fisik
b) Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, lomfositosis)
c) Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang
diagnosis TB, yaitu:
- Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus
bawah.
- Bayangan berawan (Patchy) atau bercak (nodular).
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
- Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru.
- Adanya klarifikasi.
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
- Bayangan milier.
d) Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30 – 70 % pasien TB yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
e) Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologis immunoperoksidase memakai alat histogen
immunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap hasil TB.
12
f) Tes mantoux/tuberculin
g) Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui ampilaksis dalam berbagai
tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada satu mikroorganisme
salam specimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
h) Becton diekinson diagnostik instrument system (BACTEC)
Deteksi Growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism
asam lemak oleh M. Tuberculosis.
i) Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibody yang terjadi.
Reaksinya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga
menimbulkan masalah.
j) Mycodot
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinoman yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum
pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka waran
sisir akan berubah.
4. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan napas
b) Hipertermi b/d reaksi inflamasi
c) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang nafsu makan
d) Nyeri dada b/d adanya fibrasi jaringan paru
13
e) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
f) Resiko terhadap pertukaran gas b/d penurunan luas permukaan efektif paru
g) Resiko penyebaran infeksi b/d kurangnya pengetahuan untuk menghindari
penanganan pathogen
h) Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi
Intervensi dan Rasionalnya
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan napas
Intervensi:
- Bantu pasien untuk mengambil posisi batuk yang efektif.
R/ : Mempermudah pasien dalam bernapas.
- Ajarkan pasien teknik batuk yang efektif yaitu dengan cara tarik napas
dalam 3 x setelah napas terakhir batukkan bersamaan dengan ekspirasi.
R/ : Menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi O2 dan terapi
ekspetoran.
R/ : Mencegah pengeringan membrane mukosa dan membantu
pencegahan secret.
2. Hipertermi b/d reaksi inflamasi
Intervensi:
- Observasi tanda vital, suhu tubuh
14
R/ : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
- Berikan kompres hangat
R/ : Untuk dapat mengurangi demam.
- Anjurkan untuk banyak istirahat
R/ : Untuk dapat mengurangi aktivitas metabolism tubuh.
- Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik
R/ : Dapat menurunkan demam.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penumpukan eksudat
Intervensi:
- Awasi program diet dan pola kebiasaan makanan dibandingkan dengan
intake makanan sekarang.
R/ : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus dan
memperbaiki masukan diet.
- Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pentingnya makanan bagi
kesembuhan penyakit.
R/ : Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya
makanan bagi kesembuhan penyakit.
- Berikan makanan TKTP bervariasi dan disajikan makanan dengan porsi
kecil dan sering dalam keadaan hangat bila kesukaran mengunya dalam
bentuk lunak dan rendah serat.
15
R/ : Tinggi karbohidrat, protein dan kalori diperlukan/dibutuhkan selama
ventilasi untuk memperbaiki fungsi pernapasan.
- Hindarkan makanan yang terlalu manis
R/ : Makanan yang manis dapat mencetus/meningkatkan spasme batuk.
- Timbang berat badan secara rutin
R/ : Untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan
dan evaluasi keadekuatan perencanaan nutrisi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik
R/ : Antipiretik meningkatkan kebutuhan metabolism dan konsumsi
kalori.
4. Nyeri dada b/d adanya fibrasi jaringan paru
Intervensi:
- Anjurkan menggunakan bantal untuk menahan dada ketika bergerak,
batuk.
R/ : Untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keaktifan upaya batuk.
- Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
R/ : Menghilangkan ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian.
- Atur posisi semi fowler.
R/ : Meningkatkan kenyamanan fisiologis/psikologis.
16
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgetik.
R/ : Obat ini digunakan untuk menekan batuk produktif atau menurunkan
mukosa berlebihan dan meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Intervensi:
- Kaji tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
R/ : Mengkaji sejauh mana perbedaan.
- Monitor keterbatasan aktivitas kelemahan otot saat aktivitas.
R/ : Merencanakan intervensi dengan tepat.
- Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas.
R/ : Membantu mengembalikan energy.
6. Ansietas b/d kurangnya informasi.
Intervensi:
- Jelaskan tujuan test dan prosedur.
R/ : Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis.
- Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh: menolak, depresi dan
marah. Biarkan pasien/orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi
normal. Catat pernyataan masalahnya.
R/ : Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri, pernyataan masalah menurunkan tegangan
17
mengklarifikasi tingkat koping dan memudahkan pemahaman
perasaan.
- Dorong keluarga dan teman baik untuk menanggap pasien seperti
sebelumnya.
R/ : Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak
berubah.
- Kolaborasi dengan dokter tentang terapi yang diberikan.
R/ : Membantu pasien relax sampai secara fisik mampu untuk membuat
strategi koping adekuat.
7. Resiko terhadap pertukaran gas b/d penurunan luas permukaan efektif paru.
Intervensi:
- Monitor frekuensi pernapasan cepat, dangkal, serta perubahan tanda vital.
R/ : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja
napas.
- Auskultasi bunyi napas.
R/ : Bunyi napas dapat berkurang karena penurunan aliran darah.
- Pertahankan posisi semi fowler.
R/ : Mempermudah dalam bernapas dan meningkatkan kenyamanan
fisiologis/psikologis.
- Kolabirasi dengan dokter tentang terapi yang diberikan.
R/ : Mempertahankan O2 diatas 60 mmHg.
18
8. Resiko penyebaran infeksi b/d kurangnya pengetahuan untuk menghindari
penanganan patogen.
Intervensi:
- Kaji patologi penyakit.
R/ : Membantu pasien menyadari mematuhi program pengobatan.
- Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin.
R/ : Mencegah penyebaran infeksi.
- Dorong memilih/mencerna makanan seimbang, berikan makanan
sering/makanan kecil dalam jumlah makanan besar yang tepat.
R/ : Adanya anoreksia dan malnutrisi sebelumnya, meredahkan tahanan
terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.
- Berikan agen anti infeksi sesuai indikasi.
R/ : Kombinasi agent anti infeksi digunakan
9. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi.
Intervensi:
- Kaji tingkat pengetahuan klien.
R/ : Membantu dalam penentuan intervensi selanjutnya.
- Memberikan informasi kepada klien tentang penyakit.
R/ : Memberikan pengetahuan kepada klien.
- Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit lama penyembuhan.
19
R/ : Dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan
masalah yang berlebihan.
- Tekankan pentingnya melakukan batuk efektif.
R/ : Selama awal 6 – 8 minggu setelah pulang, pasien berisiko besar
untuk sembuh.
20
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
TUBERCULOSIS PARU
No rm:
Tanggal mrs : 21 -12 – 2014
Tanggal pengkajian : 23-12-2014
I. identitas umum
Identittas klien
Nama : tn j
Umur 63 tahun
21
A. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Alasan MRS : Klein mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai
mual kurang lebih 1 minggu sebelum masuk RS
klien tidak tahan lagi lalu dibawa ke RS oleh
keluarga klien.
2. Keluhan utama : Sesak
3. Riwayat penyakit :
Provocative : Klien merasa sesak napas setelah berbaring
Quality : Klien mengatakan sesak napas seperti tertekan dan
kadang-kadang susah untuk bicara
Region : Dada
Saverty : Klien mengatakan sesak napas terasa berat
Timing : Hialng timbul/intermitent
B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Saat kecil/kanak-kanak : Klien mengatakan tidak pernah menderita
penyakit yang serius, kecuali influenza.
Penyebab : Masuk angin.
Riwayat keperawatan : Klien mengatakan tidak pernah dirawat di RS.
Riwayat operasi : Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.
Riwayat pengobatan : Klien hanya menggunakan obat yang dijual
bebas bila klien sakit.
22
2. Riwayat alergi : Klien mengatakan tidak mempunyai alergi
terhadap makanan.
3. Riwayat imunisasi : Klien tidak pernah diimunisasi.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keterangan:
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan X : Meninggal
: Klien
G1 : Kedua orang tua klien sudah meninggal karena lansia, tidak ada
riwayat penyakit keturunan dalam keluarga.
G2 : Klien anak 2 dari 5 bersaudara, diantara keluarganya hanya dia
menderita penyakit TB.
G3 : Klien tinggal serumah bersama istri dan anak ke 5 dan ke 6.
X X
? 70 ? ? ?
X
? ?
X
? 67 ? ?
? ?????
23
D. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
1. Pola koping : Klien mengatakan bila ada masalah selalu
menyelesaikannya dengan keluarga.
2. Harapan klien terhadap penyakitnya : Klien sangat berharap agar cepat
sembuh.
3. Faktor stressor : Klien mengatakan memikirkan penyakitnya.
4. Konsep diri : Klien mengatakan tidak mempunyai perasaan rendah diri
dengan penyakitnya.
5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya : Klien mengatakan tidak tahu
tentang penyakitnya sehingga klien merasa cemas.
6. Adabtasi : Klien mampu beradabtasi dengan orang lain baik perawat,
dokter maupun pasien lainnya.
7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan baik dan sangat
dekat dengan keluarganya.
8. Hubungan dengan masyarakat : Klein mengatakan baik.
9. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : Respon yang diberikan oleh
klien selama pengkajian dan anamnesa baik.
10. Aktivitas social :
11. Bahasa yang sering digunakan : Klien menggunakan bahasa Makassar
dan Indonesia.
12. Keadaan lingkungan : Klien mengatakan lingkungan rumahnya bersih
dan tenang.
24
13. Kegiatan keagamaan : Klien mengatakan selama di RS dia tidak pernah
Shalat 5 waktu.
14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien percaya bahwa semua penyakit
dari Tuhan, namun manusia diwajibkan berusaha.
E. Kebutuhan Dasar/Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Makanan
Sebelum masuk RS : Klien makan 3x/hari, komposisi: nasi, lauk,
nafsu makan baik.
Setelah masuk RS : Klien makan 3x/hari, komposisi: Bubur dengan
porsi sedikit tapi sering dan biasa tidak
dihabiskan.
2. Minum
Sebelum masuk RS : Klien minum setiap kali sudah makan sekitar 6-8
gelas/hari.
Setelah masuk RS : Klien minum ± 6 gels/hari, klien minum banyak
atas anjuran.
3. Tidur
Sebelum masuk RS : Klien tidak mempunyai kebiasaan tidur siang,
klien tidur malam pkl. 22.00 dan bangun pkl.
05.00, saat sesak klien mengatakan susah tidur.
25
Setelah masuk RS : Siang hari klien tidur jika sesak hilang, saat
malam klien sering terjaga disela-sela tidur
karena batuk.
4. Eliminasi BAB
Sebelum masuk RS : Klien BAB 1x/hari tanpa penggunaan pencahar.
Setelah masuk RS : Klien BAB 1x/hari tanpa penggunaan pencahar.
5. Eliminasi BAK
Sebelum masuk RS : Klien miksi 4 - 5 x/hari, warna kuning.
Setelah masuk RS : Klien miksi 3 x/hari, warna kuning jernih.
6. Aktivitas/latihan
Sebelum masuk RS : Klien biasa bekerja.
Setelah masuk RS : Aktivitas lebih banyak di tempat tidur.
7. Personal Hygiene
Sebelum masuk RS : Klien mandi 2x/hari, karmas 2x/minggu dan
memotong kuku jika merasa sudah panjang.
Setelah masuk RS : Klien 1x/hari (lap basah), klien tidak pernah
keramas.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kelemahan : Klien mengatakan kondisinya lemah karena tidak
lelap tidurnya dan tidak banyak makan karena
batuk terus.
26
Cirri-ciri tubuh : Tinggi badan sedang, kulit coklat, rambut kriting
dan tidak ada luka dipermukaan tubuh.
Perubahan mood : Klien mampu mengontrol emosinya.
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 120/90 mmHG
N : 78 x/i
S : 36,50C
P : 30 x/i
2. Head to toe
a. Kulit/integumen
Turgor kulit elastic, kulit terasas dingin, tidak terdapat peradangan
pada kulit.
b. Kepala/rambut
Bentuk kepala normal, warna rambut hitam dan panjang, tidak teraba
adanya massa dan nyeri tekan.
c. Mata/penglihatan
Bentuk mata simetris kiri kanan, posisi normal, sclera tidak ikterus,
konjungtiva anemis, tidak teraba masa dan nyeri tekan pada palpebra.
d. Hidung/penghidu
Bentuk simertis kiri dan kanan, tidak tampak perdarahan, tidak
terdapat sumbatan, tidak ada nyeri tekan.
27
e. Mulut dan gigi
Mulut tampak kering, membrane mukosa baik, lidah dan gigi tampak
kotor, tidak tampak adanya peradangan dan perdarahan. Tidak ada
nyeri tekan, klien mengatakan dahaknya banyak dijalan napas.
f. Leher
Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Tidak adanya kekuatan gerakkan dan tidak adanya nyeri tekan.
g. Dada
Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak teraba adanya masa, tidak
teraba adanya pembesaran jantung.
h. Abdomen
Bentuk abdomen cekung, turgor kurang baik, gerakkan abdomen
Nampak mengikuti gerakkan napas, tidak terdapat masa dan nyeri
tekan.
i. Ekstremitas atas dan bawah
Tampak infus terpasang pada lengan kanan, tidak ada nyeri tekan.
3. Pengkajian data focus
Sistem respirasi:
I : Bentuk dada simetris kiri - kanan
P : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
P : Sonor
A : Bunyi napas vascular, ronchi
28
4. Pemeriksaan diagnostik
Eryth 0 - 1
Leuco 1 - 2/LPB
Epith cell 3 - 5/LPK
BTA (Pewarna 2n) (++)2 positif
BBS 60/1 jam
SGOT 119 µ/l
SGPT 112 µ/l
Ureum 16,4 mg/100 ml
Glukosa sewaktu 94 mg/100 ml
5. Penatalaksanaan medik
IVFD NaCl 0,9 % DS : 1:1:24/TPM
DAP kategori I
CeF tazidime/12 jam
Ambroxol 3 x 1
Codein 3 - 10 mg
Curcuma 3 x 1
B Comp 2 cc/24 jam
I. Klasifikasi Data
1. Data subjektif
a. Klien mengatakan sesak dan batuk.
29
b. Klien mengatakan nafsu makan berkurang.
c. Klien mengatakan dadanya sesak.
d. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
2. Data objektif
a. Klien tampak sesak.
b. Pernapasan 30 x/i.
c. Klien tampak lemah.
d. Ekspresi wajah meringis.
e. Klien Nampak cemas dan gelisah.
f. Dispnea.
g. Tidak normalnya bunyi napas (ronchi).
30
II. Validasi Data
No. Data Subjektif Data Objektif Nilai Normal1
2
Klien mengatakan sesak napas.Klien mengatakan susah tidur.
Pernapasan 78 x/i Kurang dari 6 jam
Pernapasan 18x20 x/i.6 jam
III. Analisa Data
No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
1 Ds : Klien mengatakan sesak.
Do: - Klien tampak sesak.
- Pernapasan 30x/i.- Pasien batuk-
batuk.
Mycobacterium tuberculosis
Inhalasi droplet
Paru-paru
Reaksi imun menurun
Reaksi inflamasi
Limfosit spesifik TB
Penumpukan eksudat
Penyempitan lumen
Responden batuk
Bersihan jalan napas
Bersihan jalan napas inefektif
31
No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
infeksi2 Ds :
Do : - Dispnea- Tidak normalnya
bunyi napas
Penumpukan eksudat
Granuloma pada alveoli
Resti terhadap pertukaran gas
Resti terhadap pertukaran gas
3 Ds : Klien mengatakan adanya sakit.
Do: - Klien tampak meringis.
- Klien batuk-batuk.- Klien tampak
gelisah.
Reaksi inflamasi
Melepaskan mediator kimia (H, B, P)
nociceptor
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri
32
No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
Nyeri dipersepsikan
Nyeri 4 Ds : Klien mengatakan
tidak nafsu makan.Do: - Klien tampak
lemah.
Penumpukan eksudat
Merangsang pusat vomiting
Mual/muntah
Anoreksia
Intake kurang
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Nutrisi kurang dari kebutuhan
5 Ds :Do: - Klien terbaring
lemah.
Kebutuhan fisiologis menurun
Intoleransi aktivitas
33
No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
Kelemahan umum
Intoleransi aktivitas6 Ds : Klien mengatakan
tidak tahu tentang penyakitnya.
Do: - Klien tampak gelisah.
Perubahan status kesehatan
Hospitalisasi
Informasi
Salah persepsi
Kurangnya pengetahuan
Kurangnya pengetahuan
7 Ds :Do: - Klien tampak
cemas dan gelisah.
Krisis situasi
Koping indivdu inefektif
Stress psikologis meningkat
Ansietas
Ansietas
34