49
BAB I TINJAUAN UMUM A. Tinjauan Medis 1.Definisi Tuberculosis (TB) paru adalah salah satu penyakit infeksi yang mempengaruhi organ dan jaringan lain dan terutama menyerang pada parenkim paru dimana dia berbentuk kuman batang (patofisiologi, Silfa A. Price). Tuberculosis (BT) paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim , dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe (KMB, Brunner dan Suddarth). Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan 1

Askep TB Paru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep TB Paru

BAB I

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Medis

1. Definisi

Tuberculosis (TB) paru adalah salah satu penyakit infeksi yang

mempengaruhi organ dan jaringan lain dan terutama menyerang pada

parenkim paru dimana dia berbentuk kuman batang (patofisiologi, Silfa A.

Price).

Tuberculosis (BT) paru adalah penyakit infeksius yang terutama

menyerang parenkim , dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya termasuk

meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe (KMB, Brunner dan Suddarth).

Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Kapita

Selekta Kedokteran).

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dimana dapat merupakan organism pathogen

maupun saprofit (Patofisiologi Lorraine M. Wilson).

Tuberculosis paru adalah peradangan pada jaringan paru yang

merupakan penyakit menular, berpindah ke orang lain melalui udara

pernapasan (droplet).

1

Page 2: Askep TB Paru

2. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran pernapasan.

3. Patofisiologi

TB paru melalui Mycobacterium tuberculosis, dimana dari inhalasi droplet

diparu yang menyebabkan reaksi ini menurun, kemudian timbulah reaksi

inflamai, sehingga mengakibatkan adanya krisi situasi, perubahan status

kesehatan, limfosit, spesifik TB, pelepasan mediator kimia (histamine,

prostaglandin, bradikinin) serta adanya reaksi neutrofil, dimana melalui proses

yang panjang, dari akibat-akibat tersebut menimbulkan akibat-akibat lain

seperti terjadinya ansietas, kurang pengetahuan, timbulnya bersihan jalan

napas inefektif, reaksi terhadap kerusakan pertukaran gas, adanya nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh, lalu resiko penyebaran infeksi, kemudian

timbulnya nyeri, adanya hipertermi dan adanya intoleransi aktivitas.

2

Page 3: Askep TB Paru

DAIGRAM PATOFISIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis

Inhalasi droplet

Paru-paru

Reaksi imun menurun

Reaksi inflamasi

Limfosit spesifik TB

Penumpukan eksudat

Resiko thdp. Pertukaran gas

Perubahan status kesehatan

Krisis situasi

Kurang pengetahuan

Ansietas

Bersihan jalan napas inefektif

Resiko penyebaran infeksi

Melepaskan mediator kimia

Nyeri

Reaksi nertofil

Hipertermi

Intoleransi aktivitas

Nutrisi kurang dari kebutuhan

3

Page 4: Askep TB Paru

4. Manifestasi Klinik

a. Keluhan pokok

- Hanya menyerupai influenza

- Selera makan menurun (anoreksia)

- Demam samar-samar malam hari, lamanya berminggu-minggu

- Batuk-batuk kering

- Haemopthysis (batuk darah)

- Sakit dada, sesak

- Lemah (malaise)

b. Tanda penting

- Tidak ada tanda yang khas

- Ditemukan ronchi

- Kelemahan

- BB menurun

- Umumnya yang ditemukan akibat komplikasi

5. Pemeriksaan Diagnostik/Diagnosa Test

a. Anamnesis dan pemberiksaan fisik

b. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)

c. Foto thoraks PA dan lateral, gambaran foto thoraks yang menunjang

diagnosis TB:

4

Page 5: Askep TB Paru

- Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus

bawah.

- Bayangan berawan (patchy) atau bercak (nodular).

- Adanya Krista, tunggal atau ganda.

- Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru.

- Adanya klasifikasi.

- Bayangan menetap pad foto tulang beberapa minggu kemudian.

- Bayangan milier.

d. Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosa TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30 – 70 % pasien TB yang

dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.

e. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologis immunoperoksidase memakai alat histogen

immunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgE spesifik

terhadap basil TB.

f. Tes Mantoux/tuberculin

g. Teknik polymerase chain reaction

Deteksi DNA kuman secara specific melalui amplifikasi dalam berbagai

tahap sehingga dapat mendeteksi meskupun hanya ada 1 mikroorganisme

dalam specimen, juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

5

Page 6: Askep TB Paru

h. Becton diokinson diagnostik instrument system (BACTEC)

Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism

asam lemak oleh Mycobacterium tuberculosis.

i. Enzim Linked Immunosorbent Assay

Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.

Penatalaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama

sehingga menimbulkan masalah.

j. MYCODOT

Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan

pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan

kedalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah

memadai maka warna sisir akan berubah.

6. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi Umum

1) Istirahat : tidak perlu dirawat inap

2) Diet : bebas, tetapi TKTP

3) Medikamentosa:

Dasar terapi medikamentosa TB

a) Kombinasi minimal dua macam tuberculostatica

b) Kontinu: makan obat setiap hari

c) Lama: berbulan-bulan/tahun

6

Page 7: Askep TB Paru

d) Bila obat pertama sudah diganti, dianggap telah resisten terhadap

obat tersebut

e) Obat pertama: tuberculostica yang dipakai adalah:

First line drugs (obat-obat primer)

- INH (Isoniazid)

- Rifampisin

- Etambutol

- Streptomisin

- Pirazinamid

f) Obat alternative

Second line drugs (bila yang pertama resisten)

- Kapreomisin

- Sikloserin

- Etionamid

- Viomisin

- Kanamisin

Alternative drugs

- PAS (Para Amino Salicy Acid)

- Tioasetazon

Sekarang banyak dianut tetapi jangka pendek, yaitu:

- INH + Rifampisin plus salah satu dari:

7

Page 8: Askep TB Paru

Streptomizin

Etambutol

Pirazinamid

Diberikan setiap hari selama 1 – 2 bulan, dilanjutkan dengan:

- INH plus salah satu dari:

Rifampisin

Etambutol

Streptomizin

Diberikan 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan. Dengan demikian,

lamanya pengobatan 6 – 9 bulan.

b. Terapi komplikasi

1) Tuberculostatika disamping tindakkan lain, seperti punksi pleura pada

efusi pleura, operasi pada Pott’s disease.

7. Komplikasi

a. TB tulang

b. Pott’s disease (rusaknya tulang belakang)

c. Destroyed lung (Pulmonary destruction)

d. Efusi pleura

e. TB milier

f. Meningitis TB

8

Page 9: Askep TB Paru

8. Prognosis

a. Terapi yang cepat dan legartis akan sembuh baik

b. Bila daya tahan baik, dapat sembuh sendiri

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Riwayat Keperawatan

a) Aktivitas/istirahat

Gejala : - Kelemahan dan kelelahan umum

- Napas pendek karena kerja

- Kesulitas tidur pada malam hari atau demam malam hari,

menggigil dan keringat

- Mimpi buruk

Tanda : - Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja

- Kelelahan otot, neyri dan sesak

b) Integritas ego

Gejala : - Adanya faktor stress lama

- Masalah keuangan, rumah

- Perasaan tak berdaya/tidak ada harapan

Tanda : - Menyangkal,

- Ansietas, ketakutan, mudah terangsang

c) Makanan/cairan

Gejala : - Kehilangan nafsu makan

9

Page 10: Askep TB Paru

- Tak dapat mencerna

- Penurunan BB

Tanda : - Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik

- Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan

d) Nyeri/kenyamanan

Gejala : - Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda : - Perilaku distraksi, gelisah

- Berhati-hati pada area yang sakit

e) Pernapasan

Gejala : - Batuk, produktif atau tak produktif

- Napas pendek

- Riwayat tuberculosis/terpajan pada individu terinfeksi

Tanda : - Peningkatan frekuensi pernapasan

- Perkusi pendek

f) Keamanan : - Adanya kondisi penekanan imun, misalnya AIDS, kanker

- Tes HIV positif

10

Page 11: Askep TB Paru

2. Patoflodiagram/Penyimpangan KDM

Merangsang pusat vomiting

p↑ metabolisme

Inhalasi droplet

Penyempitan lumen

Mycobacterium tuberculosis

Inhalasi droplet

Paru-paru

Rx immune M↓

Reaksi inflamasi

Limfosit spesifik TB

Penumpukan eksudat

Granuloma pd alveoli

Resiko thdp pertukaran gas

Perubhn stss k’hatanhospitalisasi

Inflamasi

Salah persepsi

Kurangnya pengetahuan

Krisis situasi

Koping individu inefektif

Stress psikologis M↑

Ansietas

Responden batuk

Bersihan jl. Napas inefektif

Paru-paru

Immune M↓, kurangnya pengetahuan,

menghindari patogen

Terpajan lingkungan

Resiko penyebaran infeksi

Melepaskan mediator kimia (H, B, P)

nociceptor

Thalamus

Cortex cerebri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri

Rx netrofil

Pengeluaran zat

Merangsang termoregulator di

hipotalamus

Set poin M↑

Rx. menggigil

p↑ suhu tubuh

Hipertermi

ATP dlm tubuh M↓

Kebutuhan fisiologi m↓

Kelemahan umum

Intoleransi aktivitas

Mual/muntah

Anoreksia

Intake kurang

Nutrisi kurang dari kbthn. tubuh

11

Page 12: Askep TB Paru

3. Pemeriksaan Diagnostik/Diagnosa Test

a) Anamnesis dan pemeriksaan fisik

b) Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, lomfositosis)

c) Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang

diagnosis TB, yaitu:

- Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus

bawah.

- Bayangan berawan (Patchy) atau bercak (nodular).

- Adanya kavitas, tunggal atau ganda.

- Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru.

- Adanya klarifikasi.

- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.

- Bayangan milier.

d) Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnostik TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30 – 70 % pasien TB yang

dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

e) Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologis immunoperoksidase memakai alat histogen

immunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik

terhadap hasil TB.

12

Page 13: Askep TB Paru

f) Tes mantoux/tuberculin

g) Teknik Polymerase Chain Reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui ampilaksis dalam berbagai

tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada satu mikroorganisme

salam specimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

h) Becton diekinson diagnostik instrument system (BACTEC)

Deteksi Growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism

asam lemak oleh M. Tuberculosis.

i) Enzyme Linked Immunosorbent Assay

Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibody yang terjadi.

Reaksinya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga

menimbulkan masalah.

j) Mycodot

Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinoman yang direkatkan pada

suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum

pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka waran

sisir akan berubah.

4. Diagnosa Keperawatan

a) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan napas

b) Hipertermi b/d reaksi inflamasi

c) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang nafsu makan

d) Nyeri dada b/d adanya fibrasi jaringan paru

13

Page 14: Askep TB Paru

e) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

f) Resiko terhadap pertukaran gas b/d penurunan luas permukaan efektif paru

g) Resiko penyebaran infeksi b/d kurangnya pengetahuan untuk menghindari

penanganan pathogen

h) Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi

Intervensi dan Rasionalnya

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan napas

Intervensi:

- Bantu pasien untuk mengambil posisi batuk yang efektif.

R/ : Mempermudah pasien dalam bernapas.

- Ajarkan pasien teknik batuk yang efektif yaitu dengan cara tarik napas

dalam 3 x setelah napas terakhir batukkan bersamaan dengan ekspirasi.

R/ : Menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.

- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi O2 dan terapi

ekspetoran.

R/ : Mencegah pengeringan membrane mukosa dan membantu

pencegahan secret.

2. Hipertermi b/d reaksi inflamasi

Intervensi:

- Observasi tanda vital, suhu tubuh

14

Page 15: Askep TB Paru

R/ : Untuk mengetahui keadaan umum klien.

- Berikan kompres hangat

R/ : Untuk dapat mengurangi demam.

- Anjurkan untuk banyak istirahat

R/ : Untuk dapat mengurangi aktivitas metabolism tubuh.

- Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik

R/ : Dapat menurunkan demam.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penumpukan eksudat

Intervensi:

- Awasi program diet dan pola kebiasaan makanan dibandingkan dengan

intake makanan sekarang.

R/ : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus dan

memperbaiki masukan diet.

- Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pentingnya makanan bagi

kesembuhan penyakit.

R/ : Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya

makanan bagi kesembuhan penyakit.

- Berikan makanan TKTP bervariasi dan disajikan makanan dengan porsi

kecil dan sering dalam keadaan hangat bila kesukaran mengunya dalam

bentuk lunak dan rendah serat.

15

Page 16: Askep TB Paru

R/ : Tinggi karbohidrat, protein dan kalori diperlukan/dibutuhkan selama

ventilasi untuk memperbaiki fungsi pernapasan.

- Hindarkan makanan yang terlalu manis

R/ : Makanan yang manis dapat mencetus/meningkatkan spasme batuk.

- Timbang berat badan secara rutin

R/ : Untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan

dan evaluasi keadekuatan perencanaan nutrisi.

- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik

R/ : Antipiretik meningkatkan kebutuhan metabolism dan konsumsi

kalori.

4. Nyeri dada b/d adanya fibrasi jaringan paru

Intervensi:

- Anjurkan menggunakan bantal untuk menahan dada ketika bergerak,

batuk.

R/ : Untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan

keaktifan upaya batuk.

- Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.

R/ : Menghilangkan ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi dan

pengalihan perhatian.

- Atur posisi semi fowler.

R/ : Meningkatkan kenyamanan fisiologis/psikologis.

16

Page 17: Askep TB Paru

- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi analgetik.

R/ : Obat ini digunakan untuk menekan batuk produktif atau menurunkan

mukosa berlebihan dan meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

Intervensi:

- Kaji tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

R/ : Mengkaji sejauh mana perbedaan.

- Monitor keterbatasan aktivitas kelemahan otot saat aktivitas.

R/ : Merencanakan intervensi dengan tepat.

- Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas.

R/ : Membantu mengembalikan energy.

6. Ansietas b/d kurangnya informasi.

Intervensi:

- Jelaskan tujuan test dan prosedur.

R/ : Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis.

- Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh: menolak, depresi dan

marah. Biarkan pasien/orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi

normal. Catat pernyataan masalahnya.

R/ : Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal

dan efek gambaran diri, pernyataan masalah menurunkan tegangan

17

Page 18: Askep TB Paru

mengklarifikasi tingkat koping dan memudahkan pemahaman

perasaan.

- Dorong keluarga dan teman baik untuk menanggap pasien seperti

sebelumnya.

R/ : Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak

berubah.

- Kolaborasi dengan dokter tentang terapi yang diberikan.

R/ : Membantu pasien relax sampai secara fisik mampu untuk membuat

strategi koping adekuat.

7. Resiko terhadap pertukaran gas b/d penurunan luas permukaan efektif paru.

Intervensi:

- Monitor frekuensi pernapasan cepat, dangkal, serta perubahan tanda vital.

R/ : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja

napas.

- Auskultasi bunyi napas.

R/ : Bunyi napas dapat berkurang karena penurunan aliran darah.

- Pertahankan posisi semi fowler.

R/ : Mempermudah dalam bernapas dan meningkatkan kenyamanan

fisiologis/psikologis.

- Kolabirasi dengan dokter tentang terapi yang diberikan.

R/ : Mempertahankan O2 diatas 60 mmHg.

18

Page 19: Askep TB Paru

8. Resiko penyebaran infeksi b/d kurangnya pengetahuan untuk menghindari

penanganan patogen.

Intervensi:

- Kaji patologi penyakit.

R/ : Membantu pasien menyadari mematuhi program pengobatan.

- Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin.

R/ : Mencegah penyebaran infeksi.

- Dorong memilih/mencerna makanan seimbang, berikan makanan

sering/makanan kecil dalam jumlah makanan besar yang tepat.

R/ : Adanya anoreksia dan malnutrisi sebelumnya, meredahkan tahanan

terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.

- Berikan agen anti infeksi sesuai indikasi.

R/ : Kombinasi agent anti infeksi digunakan

9. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi.

Intervensi:

- Kaji tingkat pengetahuan klien.

R/ : Membantu dalam penentuan intervensi selanjutnya.

- Memberikan informasi kepada klien tentang penyakit.

R/ : Memberikan pengetahuan kepada klien.

- Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit lama penyembuhan.

19

Page 20: Askep TB Paru

R/ : Dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan

masalah yang berlebihan.

- Tekankan pentingnya melakukan batuk efektif.

R/ : Selama awal 6 – 8 minggu setelah pulang, pasien berisiko besar

untuk sembuh.

20

Page 21: Askep TB Paru

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

TUBERCULOSIS PARU

No rm:

Tanggal mrs : 21 -12 – 2014

Tanggal pengkajian : 23-12-2014

I. identitas umum

Identittas klien

Nama : tn j

Umur 63 tahun

21

Page 22: Askep TB Paru

A. Riwayat Kesehatan Saat Ini

1. Alasan MRS : Klein mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai

mual kurang lebih 1 minggu sebelum masuk RS

klien tidak tahan lagi lalu dibawa ke RS oleh

keluarga klien.

2. Keluhan utama : Sesak

3. Riwayat penyakit :

Provocative : Klien merasa sesak napas setelah berbaring

Quality : Klien mengatakan sesak napas seperti tertekan dan

kadang-kadang susah untuk bicara

Region : Dada

Saverty : Klien mengatakan sesak napas terasa berat

Timing : Hialng timbul/intermitent

B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil/kanak-kanak : Klien mengatakan tidak pernah menderita

penyakit yang serius, kecuali influenza.

Penyebab : Masuk angin.

Riwayat keperawatan : Klien mengatakan tidak pernah dirawat di RS.

Riwayat operasi : Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.

Riwayat pengobatan : Klien hanya menggunakan obat yang dijual

bebas bila klien sakit.

22

Page 23: Askep TB Paru

2. Riwayat alergi : Klien mengatakan tidak mempunyai alergi

terhadap makanan.

3. Riwayat imunisasi : Klien tidak pernah diimunisasi.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan X : Meninggal

: Klien

G1 : Kedua orang tua klien sudah meninggal karena lansia, tidak ada

riwayat penyakit keturunan dalam keluarga.

G2 : Klien anak 2 dari 5 bersaudara, diantara keluarganya hanya dia

menderita penyakit TB.

G3 : Klien tinggal serumah bersama istri dan anak ke 5 dan ke 6.

X X

? 70 ? ? ?

X

? ?

X

? 67 ? ?

? ?????

23

Page 24: Askep TB Paru

D. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual

1. Pola koping : Klien mengatakan bila ada masalah selalu

menyelesaikannya dengan keluarga.

2. Harapan klien terhadap penyakitnya : Klien sangat berharap agar cepat

sembuh.

3. Faktor stressor : Klien mengatakan memikirkan penyakitnya.

4. Konsep diri : Klien mengatakan tidak mempunyai perasaan rendah diri

dengan penyakitnya.

5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya : Klien mengatakan tidak tahu

tentang penyakitnya sehingga klien merasa cemas.

6. Adabtasi : Klien mampu beradabtasi dengan orang lain baik perawat,

dokter maupun pasien lainnya.

7. Hubungan dengan anggota keluarga : Klien mengatakan baik dan sangat

dekat dengan keluarganya.

8. Hubungan dengan masyarakat : Klein mengatakan baik.

9. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : Respon yang diberikan oleh

klien selama pengkajian dan anamnesa baik.

10. Aktivitas social :

11. Bahasa yang sering digunakan : Klien menggunakan bahasa Makassar

dan Indonesia.

12. Keadaan lingkungan : Klien mengatakan lingkungan rumahnya bersih

dan tenang.

24

Page 25: Askep TB Paru

13. Kegiatan keagamaan : Klien mengatakan selama di RS dia tidak pernah

Shalat 5 waktu.

14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien percaya bahwa semua penyakit

dari Tuhan, namun manusia diwajibkan berusaha.

E. Kebutuhan Dasar/Pola Kebiasaan Sehari-Hari

1. Makanan

Sebelum masuk RS : Klien makan 3x/hari, komposisi: nasi, lauk,

nafsu makan baik.

Setelah masuk RS : Klien makan 3x/hari, komposisi: Bubur dengan

porsi sedikit tapi sering dan biasa tidak

dihabiskan.

2. Minum

Sebelum masuk RS : Klien minum setiap kali sudah makan sekitar 6-8

gelas/hari.

Setelah masuk RS : Klien minum ± 6 gels/hari, klien minum banyak

atas anjuran.

3. Tidur

Sebelum masuk RS : Klien tidak mempunyai kebiasaan tidur siang,

klien tidur malam pkl. 22.00 dan bangun pkl.

05.00, saat sesak klien mengatakan susah tidur.

25

Page 26: Askep TB Paru

Setelah masuk RS : Siang hari klien tidur jika sesak hilang, saat

malam klien sering terjaga disela-sela tidur

karena batuk.

4. Eliminasi BAB

Sebelum masuk RS : Klien BAB 1x/hari tanpa penggunaan pencahar.

Setelah masuk RS : Klien BAB 1x/hari tanpa penggunaan pencahar.

5. Eliminasi BAK

Sebelum masuk RS : Klien miksi 4 - 5 x/hari, warna kuning.

Setelah masuk RS : Klien miksi 3 x/hari, warna kuning jernih.

6. Aktivitas/latihan

Sebelum masuk RS : Klien biasa bekerja.

Setelah masuk RS : Aktivitas lebih banyak di tempat tidur.

7. Personal Hygiene

Sebelum masuk RS : Klien mandi 2x/hari, karmas 2x/minggu dan

memotong kuku jika merasa sudah panjang.

Setelah masuk RS : Klien 1x/hari (lap basah), klien tidak pernah

keramas.

F. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Kelemahan : Klien mengatakan kondisinya lemah karena tidak

lelap tidurnya dan tidak banyak makan karena

batuk terus.

26

Page 27: Askep TB Paru

Cirri-ciri tubuh : Tinggi badan sedang, kulit coklat, rambut kriting

dan tidak ada luka dipermukaan tubuh.

Perubahan mood : Klien mampu mengontrol emosinya.

Tingkat kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : TD : 120/90 mmHG

N : 78 x/i

S : 36,50C

P : 30 x/i

2. Head to toe

a. Kulit/integumen

Turgor kulit elastic, kulit terasas dingin, tidak terdapat peradangan

pada kulit.

b. Kepala/rambut

Bentuk kepala normal, warna rambut hitam dan panjang, tidak teraba

adanya massa dan nyeri tekan.

c. Mata/penglihatan

Bentuk mata simetris kiri kanan, posisi normal, sclera tidak ikterus,

konjungtiva anemis, tidak teraba masa dan nyeri tekan pada palpebra.

d. Hidung/penghidu

Bentuk simertis kiri dan kanan, tidak tampak perdarahan, tidak

terdapat sumbatan, tidak ada nyeri tekan.

27

Page 28: Askep TB Paru

e. Mulut dan gigi

Mulut tampak kering, membrane mukosa baik, lidah dan gigi tampak

kotor, tidak tampak adanya peradangan dan perdarahan. Tidak ada

nyeri tekan, klien mengatakan dahaknya banyak dijalan napas.

f. Leher

Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

Tidak adanya kekuatan gerakkan dan tidak adanya nyeri tekan.

g. Dada

Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak teraba adanya masa, tidak

teraba adanya pembesaran jantung.

h. Abdomen

Bentuk abdomen cekung, turgor kurang baik, gerakkan abdomen

Nampak mengikuti gerakkan napas, tidak terdapat masa dan nyeri

tekan.

i. Ekstremitas atas dan bawah

Tampak infus terpasang pada lengan kanan, tidak ada nyeri tekan.

3. Pengkajian data focus

Sistem respirasi:

I : Bentuk dada simetris kiri - kanan

P : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

P : Sonor

A : Bunyi napas vascular, ronchi

28

Page 29: Askep TB Paru

4. Pemeriksaan diagnostik

Eryth 0 - 1

Leuco 1 - 2/LPB

Epith cell 3 - 5/LPK

BTA (Pewarna 2n) (++)2 positif

BBS 60/1 jam

SGOT 119 µ/l

SGPT 112 µ/l

Ureum 16,4 mg/100 ml

Glukosa sewaktu 94 mg/100 ml

5. Penatalaksanaan medik

IVFD NaCl 0,9 % DS : 1:1:24/TPM

DAP kategori I

CeF tazidime/12 jam

Ambroxol 3 x 1

Codein 3 - 10 mg

Curcuma 3 x 1

B Comp 2 cc/24 jam

I. Klasifikasi Data

1. Data subjektif

a. Klien mengatakan sesak dan batuk.

29

Page 30: Askep TB Paru

b. Klien mengatakan nafsu makan berkurang.

c. Klien mengatakan dadanya sesak.

d. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.

2. Data objektif

a. Klien tampak sesak.

b. Pernapasan 30 x/i.

c. Klien tampak lemah.

d. Ekspresi wajah meringis.

e. Klien Nampak cemas dan gelisah.

f. Dispnea.

g. Tidak normalnya bunyi napas (ronchi).

30

Page 31: Askep TB Paru

II. Validasi Data

No. Data Subjektif Data Objektif Nilai Normal1

2

Klien mengatakan sesak napas.Klien mengatakan susah tidur.

Pernapasan 78 x/i Kurang dari 6 jam

Pernapasan 18x20 x/i.6 jam

III. Analisa Data

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan

1 Ds : Klien mengatakan sesak.

Do: - Klien tampak sesak.

- Pernapasan 30x/i.- Pasien batuk-

batuk.

Mycobacterium tuberculosis

Inhalasi droplet

Paru-paru

Reaksi imun menurun

Reaksi inflamasi

Limfosit spesifik TB

Penumpukan eksudat

Penyempitan lumen

Responden batuk

Bersihan jalan napas

Bersihan jalan napas inefektif

31

Page 32: Askep TB Paru

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan

infeksi2 Ds :

Do : - Dispnea- Tidak normalnya

bunyi napas

Penumpukan eksudat

Granuloma pada alveoli

Resti terhadap pertukaran gas

Resti terhadap pertukaran gas

3 Ds : Klien mengatakan adanya sakit.

Do: - Klien tampak meringis.

- Klien batuk-batuk.- Klien tampak

gelisah.

Reaksi inflamasi

Melepaskan mediator kimia (H, B, P)

nociceptor

Thalamus

Cortex cerebri

Nyeri

32

Page 33: Askep TB Paru

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan

Nyeri dipersepsikan

Nyeri 4 Ds : Klien mengatakan

tidak nafsu makan.Do: - Klien tampak

lemah.

Penumpukan eksudat

Merangsang pusat vomiting

Mual/muntah

Anoreksia

Intake kurang

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan

5 Ds :Do: - Klien terbaring

lemah.

Kebutuhan fisiologis menurun

Intoleransi aktivitas

33

Page 34: Askep TB Paru

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan

Kelemahan umum

Intoleransi aktivitas6 Ds : Klien mengatakan

tidak tahu tentang penyakitnya.

Do: - Klien tampak gelisah.

Perubahan status kesehatan

Hospitalisasi

Informasi

Salah persepsi

Kurangnya pengetahuan

Kurangnya pengetahuan

7 Ds :Do: - Klien tampak

cemas dan gelisah.

Krisis situasi

Koping indivdu inefektif

Stress psikologis meningkat

Ansietas

Ansietas

34