56
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Asma bronkhiale adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutam a pada malam hari danatau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik. Disamping itu banyak permasalahan kesehatan lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gang guan perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya,Penyakit i

ASMA BRONKHIALE.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASMA BRONKHIALE.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Asma bronkhiale adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas

yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai

dengan gejala episodik berulang berupa

mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari danatau

dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.

Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani

yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak

napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak

kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah

terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik.

Disamping itu banyak permasalahan kesehatan

lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permas

alahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak

faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-

faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya,

bulu binatang, asap rokok,asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan

penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak

menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru,

Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan penyakit

menular tapi penyakit keturunan.”4

 

i

Page 2: ASMA BRONKHIALE.doc

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia

mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada

tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies

inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi

gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak

dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini

hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, pe

nderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang

mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-

hari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas

pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang

baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit

asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan

meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut

dalam halaman detail ini

meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobata

n, pengcegahan dan hidup bersama asma.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma bronkial

khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan

penatalaksanaan terkait kasus

1.Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial

2.Tujuan Khusus

a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.

b.Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan asma

bronchial.

c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.

ii

Page 3: ASMA BRONKHIALE.doc

d.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.

e.Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronchia

f.Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.

1.3.Ruang Lingkup

Makalah ini menguraikan tentang bagaimana melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien dengan asma bronchial, pada kasus ini penulis

menggunakan metoda pemecahan masalah yaitu dengan pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis pelaksanaan dan

evaluasi.

1.4.Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu pengamatan langsung

terhadap klien mengenai penyakit dan perkembangan, perawatan serta pengobatan klien

dengan asma bronchial.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

iii

Page 4: ASMA BRONKHIALE.doc

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1    Definisi

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit

obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,

inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibeldimana

trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma

bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon tracheadan

bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan

jalannafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun

hasil daripengobatan. ( The American Thoracic Society ).

Pembagian asma pada anak.

Asma episode yang  jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi

virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya

serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-

4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya

misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,

diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-

bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.

iv

Page 5: ASMA BRONKHIALE.doc

Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,

serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi

serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan

udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya.

Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa

minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut 

kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya

gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu

tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu

serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat

ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .

Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum

umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama,

dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya

obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam

hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui

ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan

mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru

menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai

puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.

Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini  tetap menderita asma persisten atau sering.

Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang

yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest),

Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan

pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak

dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga

prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.

v

Page 6: ASMA BRONKHIALE.doc

2.2 Etiologi

Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-

serbuk, bulu-bulu binatang).

Faktor intrinsik;

infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..

Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur.

Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).

Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat

menjadi faktor pencetus.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnyaserangan asma bronchial:

1. Faktor Predisposisi

- Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana

carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluargadekat

yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah

terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor pencetus.Selain itu

hipersentifisitas.

saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi

- Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

vi

Page 7: ASMA BRONKHIALE.doc

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

- Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang

mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang

serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.

Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

- Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala

asma yang  timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress   / gangguan

emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya

belum diatasi maka gejala asmanya belum

bisa diobati.

-Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan

dengan dimana dia bekerja.  Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri

tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

- Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

vii

Page 8: ASMA BRONKHIALE.doc

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau

aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma

karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Pencetus:

-Alergen.

faktor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma.

Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila

tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit

dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk

menimbulkan serangan asma.

Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan

dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya

tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya

umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada

bayi dan anak kecil.

-Infeksi.

Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah

respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri

misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.

-Iritan.

Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2  dan polutan

udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat

menimbulkan refleks bronkokonstriksi.

-Cuaca.

Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan

dengan  percepatan dan terjadinya serangan asma.

viii

Page 9: ASMA BRONKHIALE.doc

-Kegiatan jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.

Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal

paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

-Infeksi saluran nafas.

Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma

pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.

-Faktor psikis.

Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak

adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan  asma

oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu

takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.

Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak

dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan

memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus

memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada

seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari

pada udara dingin.

2.3 Manifestasi klinis

Auskultasi :

-          Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.

ix

Page 10: ASMA BRONKHIALE.doc

-          Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori      pernafasan, cuping

hidung, retraksi dada,dan stridor.Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan

lumen jalan nafas sempit.

-          Tachypnea, orthopnea.

-          Diaphoresis

Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.

-          Fatigue.

Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan, labil

dan perubahan tingkat kesadaran.

Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit

karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau

berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X foto dada

: atelektasis tersebar, “Hyperserated”

2.4 Tanda dan gejala

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala

klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,

duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja

dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi

( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala

tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala

yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,

hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi

pada malam hari.

x

Page 11: ASMA BRONKHIALE.doc

1.Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol:

a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

c.Whezing belum ada

d.Belum ada kelainan bentuk thorak

e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f.BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b.Whezing

c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d.Penurunan tekanan parsial O2

2.Stadium lanjut/kronik

a.Batuk, ronchi

b.Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c.Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

xi

Page 12: ASMA BRONKHIALE.doc

d.Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e.Thorak seperti barel chest

f.Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g.Sianosis

h.BGA Pa O2 kurang dari 80%

i.Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

j.Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik,

seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan spora

jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi genetik

terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak

spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering

sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadibronkhitis kronis dan

emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan

non-alergik.

xii

Page 13: ASMA BRONKHIALE.doc

 

 

 

2.5  patofisiologi

Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon

terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.

Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi

tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada

reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan

zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.

Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan

bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6

jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan 

hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.

Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.

Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus.

Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi

jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan

Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema

pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran

gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02,

sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan

meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory

dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan

meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan

dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).

 

xiii

Page 14: ASMA BRONKHIALE.doc

 

 

 

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

o Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

o Foto rontgen

o Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil

biasanya meningkat dalam darah dan sputum

o Pemeriksaan alergi

o Pulse oximetri

o Analisa gas darah.

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

o Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil.

o Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang

bronkus.

o Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

o Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid

dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2. Pemeriksaan darah

xiv

Page 15: ASMA BRONKHIALE.doc

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari

SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana

menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi

peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari

serangan.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang

bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah

sebagai berikut:

o Bila disertai dengan bronkitis,  maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

o Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akan semakin bertambah.

o Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

o Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

xv

Page 16: ASMA BRONKHIALE.doc

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada

paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi

menjadi 3  bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada

empisema paru yaitu :

o perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan

clock wise rotation.

o Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB

( Right bundle branch block).

o Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan

VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara

selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling

cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan

xvi

Page 17: ASMA BRONKHIALE.doc

bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah

pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis

asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting

untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa

keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

2.8. pengobatan terapi

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakitasm

a. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengertitujuan

pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat

yangmerawat.

- Pengobatan

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

Pengobatan non farmakologik

Memberikan penyuluhan

Menghindari faktor pencetus

Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu

xvii

Page 18: ASMA BRONKHIALE.doc

Pengobatan farmakologik

o Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam

2 golongan:

Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Nama

obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin

(bricasma).

Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp),

Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin(Amilex)Penderita

dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum

obat ini.

o KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan

obat pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama

obat anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

o KetolifenMempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat

diberikan secara oral.

2.8 Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :

Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.

Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20

menit sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :

Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :

Efedrin             : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam

Salbutamol      : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin        : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

xviii

Page 19: ASMA BRONKHIALE.doc

o Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,

hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua

tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.

o Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme

dan meningkatkan bersihan jalan nafas.

Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Teofilin     : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping

tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf

pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.

Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus

misalnya infus pump.

Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison     :

0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahaman

mengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,yaitu:

penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar seran

gan (controller).Berdasarkan panduan asma internasional (GINA: Global Intiative for

Asthma),tujuan penatalaksanaan asma yang berhasil adalah bagaimana penyakit asma

tersebut bisa dikontrol. Menurut GINA yang telah diakui oleh WHO dan National

Healt, Lung and Blood Institute-USA (NHBCLI), ada beberapa kriteria yang

dimaksudkan denganasma terkontrol. Idealnya tidak ada gejala-gejala kronis,  jarang 

terjadi kekambuhan,tidak ada kunjungan ke gawat darurat, tidak ada keterbatasan

aktivitas fisik, sepertilatihan fisik dan olahraga, fungsi paru normal atau mendekati

normal, minimal efek samping dari penggunaan obat dan idealnya tidak ada

kebutuhan akan obat-obat yangdigunakan kalau perlu.Dalam penatalaksanaan asma,

yang penting adalah menghindari pencetus (trigger)dan memilih pengobatan yang

tepat untuk mencegah munculnya gejala asma. Selain itu, menghilangkan gejala 

dengan  cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi.

xix

Page 20: ASMA BRONKHIALE.doc

Penatalaksanaan Asma Saat Serangan

Penatalaksanaan asma saat serangan bertujuan untuk:

o mencegah kematian,dengan segera menghilangkan obstruksi saluran napas

o mengembalikan fungsi paru sesegera mungkin

o mencegah hipoksemia dan mencegah terjadinya serangan

berikutnya.Penatalaksanaan asma saat serangan dibagi lagi menjadi dua, yaitu 

penatalaksanaan saat serangan di rumah dan penatalaksanaan asma saat

serangan di rumah sakit.

1.Penatalaksanaan Saat Serangan di Rumah

Terapi awal

Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20

menit, contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg.

Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat  diberikan

agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg

Evaluasi responpasien

Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau

tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis

diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik atau

malah memburuk maka berikan kortikosteroid

oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan

segera rujuk pasien ke rumah sakit.

2.Penatalaksanaan Asma di Luar Serangan

xx

Page 21: ASMA BRONKHIALE.doc

Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma.

Berdasarkan berat ringannya gejala asma, maka penatalaksanaan

asma di luar serangan dapat dibagi menjadi; penatalaksanaan asmaintermiten ,

penatalaksanaan asma persisten ringan, sedang dan berat.

3.Penatalaksanaan Asma Intermiten

Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten(kurang dari satu

kali seminggu), serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam

kurang dari dua kali sebulan, diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru

normal, nilai APE dan VEP1 > 80% darinilai prediksi, variabilitas < 20%.Pada asma

intermiten ini, tidak diperlukan pengobatan pencegahan jangka panjang. Tetapi obat

yang dipakai untuk menghilangkan gejala yaitu

agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapatditamb

ahkan kortikosteroid oral.

4.Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan

Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1xseminggu, tapi

kurang dari 1x per hari, serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih

dari 2x per bulan dan nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-

30%.Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 200-

500mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jikadiperlukan, d

osis kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800mikrogram atau digabung

dengan bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan

agonis beta 2 kerja lama inhalasi atau oralatau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk

menghilangkan gejala digunakan:agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4

kali per hari dan obat pencegah setiap hari.6.

Penatalaksanaan Asma Persisten Sedang

xxi

Page 22: ASMA BRONKHIALE.doc

Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala setiap hari,serangan

mengganggu aktivitas dan tidur, serangan malam lebih dari 1x per minggu dan nilai APE

atau VEP1 antara 60-80% nilai prediksi, variabilitas >

Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-2000mikrogram,

bronkodilator kerja lama, khususnya untuk gejala malam:

inhalasiatau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat yangdigunakan

untuk menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak

melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.

Penatalaksanaan Asma Persisten Berat

Gambaran linis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala terus-menerus,sering mendapat

serangan, sering serangan malam, aktivitas fisik terbatas dannilai APE atau VEP1 kurang

dari 60% nilai prediksi, variabilitas > 30%.

Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-

2000migrogram; bronkodilator kerja lama (inhalasi agonis beta 2 kerja lama,teofilin lepas

lambat, dan atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup; kortikosteroid kerja lama

tablet atau sirup. Sedangkan, obat yang digunakan

untuk menghilangkan gejala, agonis beta 2 inhalasi bila perlu dan obat pencegah setiap

hari.

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma :

a)Menghilangkan obstruksi jalan nafas

b) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan seranganasma.

c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan

maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

1.Pengobatan dengan obat-obatanSeperti :

•Beta agonist (beta adrenergik agent)

•Methylxanlines (enphy bronkodilator)

xxii

Page 23: ASMA BRONKHIALE.doc

•Anti kolinergik (bronkodilator)

•Kortikosteroid

•Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

2.Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :

•Oksigen 4-6 liter/menit.

•Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atauterbutalin 10 mg) inhalasi

nabulezer dan pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis

B2 mg atauterbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.

•Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam.

•Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien

sedang menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat.

3.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

•Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

•Tes provokasi :

1)Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2)Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewattes spirometri.

3)Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasihistamin, metakolin, alergen, kegiatan

jasmani,hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasidengan aqua destilata.

4)Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh.

•Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalamserum.

•Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

•Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

•Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

xxiii

Page 24: ASMA BRONKHIALE.doc

•Pemeriksaan sputum.

2.9 Pencegahan / perawatan dirumah

Perencanaan Pemulangan

Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.

Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.

Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan

lainnya.

Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.

Ajarkan penggunaan nebulizer.

Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping,

waktu pemberian.

Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.

Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

2.10  Komplikasi 

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

Chronik persistent bronchitis

Bronchiolitis

Pneumonia

Emphysema.

berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

1.Status asmatikus

adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak

memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat

xxiv

Page 25: ASMA BRONKHIALE.doc

digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi

yangintensif.

2. Atelektasis

adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara

(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.

3. Hipoksemia

adalah tubuh kekurangan oksigen

4. Pneumotoraks

adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkankolapsnya paru.

5. Emfisema

adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas

karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami

kerusakan yang luas.

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.   Pengkajian

Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh

infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi,

biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan  berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.

Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua

xxv

Page 26: ASMA BRONKHIALE.doc

menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma

tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten

terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi

obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk

jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

Keluhan utama

Batuk-batuk dan sesak napas.

Riwayat penyakit sekarang

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

Riwayat penyakit terdahulu

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya

Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan

Riwayat kesehatan lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih

atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat

semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan

kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma

Riwayat tumbuh kembang

o Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur

1-6 tahun  yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,

pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata

pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti

meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-

rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.

xxvi

Page 27: ASMA BRONKHIALE.doc

Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik

cenderung bertambah tinggi.

Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif

mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah

dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan

motorik dan bahasanya.

Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5

tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek

( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke

ayahnya ).

Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual

( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum

sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan

prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa

menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan

belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal,

bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah

bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa

mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5

tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang

xxvii

Page 28: ASMA BRONKHIALE.doc

familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau

memberikan perintah sederhana.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak

bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari

bahwa dia mempunyai lingkungan luar.

Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan

yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu

melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

Riwayat imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO

I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun

900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi

Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi buruk kurang dari 60%

Gizi kurang 60 % – <80 %

Gizi baik 80 % – 110 %

Obesitas lebih dari 120 %

Dampak Hospitalisasi

xxviii

Page 29: ASMA BRONKHIALE.doc

-          Sumber stressor : Perpisahan

-          Protes : pergi, menendang, menangis

-          Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi

-          Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

-          Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini

akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.

-          Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.

-          Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

Aktivitas

- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas

- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukanaktivitas sehari-

hari

- Tidur dalam posisi duduk tinggi

Pernapasan

- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur

- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.

- Adanya bunyi napas mengi

- Adanya batuk berulang

Sirkulasi

xxix

Page 30: ASMA BRONKHIALE.doc

- Adanya peningkatan tekanan darah- Adanya peningkatan frekuensi jantung

- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

Integritas ego

- Ansietas

- Ketakutan

- Peka rangsangan

- Gelisah

Asupan nutrisi

- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan

- Penurunan berat badan karena anoreksia

Hubungan sosial

- Keterbatasan mobilitas fisik

- Susah bicara atau bicara terbata-bata.

Pengkajian Persistem

Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan

otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi

hipersonor, pada auskultasi terdengar  wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering

musikal.

Sistem Cardiovaskuler

Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

xxx

Page 31: ASMA BRONKHIALE.doc

Sistem Persyarafan / neurologi

Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng 

→ apatis → sopor → coma.

Sistem perkemihan

Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,

mukosa mulut kering.

Sistem integumen

Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

 

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu

seranganmenunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen

yangbertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang

menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah

sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akansemakin bertambah.- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat

pada paru- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal- Bila terjadi

xxxi

Page 32: ASMA BRONKHIALE.doc

pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat

bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

b. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang

dapatmenimbulkan reaksi yang positif pada asma.

c. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi

3bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:

o Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan

clock wise rotation

o Terdapat tanda

-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (RightBundle branch Block)

o Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan

VESatau terjadinya depresi segmen ST negatif

d. Scanning Paru

Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak

menyeluruhpada paru-paru.

e. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaanspirometri

tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga pentinguntuk menilai berat

obstruksi dan efek pengobatan.

3.2  Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Rencana Intervensi.

xxxii

Page 33: ASMA BRONKHIALE.doc

1.Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola

nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.

Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal,  bersihan jalan nafas  yang

efektif dan pola nafas dalam batas normal.

Kriteria hasil : PO2dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk

produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada

2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.

Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.

Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.

3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.

Tujuan : Kecemasan menurun

Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa

tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan

dan menurunnya intake cairan.

Tujuan : Status hidrasi adekuat

Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan

usia dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.

5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.

Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat

Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan                      

aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.

6. Kurangnya pengetahuan  berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.

xxxiii

Page 34: ASMA BRONKHIALE.doc

Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan

mengikuti regimen terapi yang diberikan.

Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan

program medik atau perawatan.

3.3 Intervensi

1. Intervensi :

1.Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena

peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi

tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan.

2. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan

ronchi

Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan

napas

3. Observasi TTV

Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada

kondisi pasien.

4. Bantu pasien latihan napas dan batuk secara efektif

Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas

lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.

5. Section sesuai indikasi bila perlu sesuai instruksi dokter

Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas

6. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya, debu, asap yang berhubungan

dengan kondisi pasien.

xxxiv

Page 35: ASMA BRONKHIALE.doc

Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut.

7. Berikan posisi yang nyaman pada pasien misalnya,peninggian kepala tempat

tidur(posisi semi fowler)

Rasional:  mempermudah fungsi pernapasan

8. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari. Tawarkan air hangat

Rasional :  meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan

dahak sehingga mudah dikeluarkan.

9. Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan

mukolitik melalui inhalasi

R/asional: memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat

10. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan

kecemasan.

11. Berikan terapi bermain sesuai usia.

2. intervensi

1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan

kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas

R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan

intervensi

xxxv

Page 36: ASMA BRONKHIALE.doc

2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai

indikasi, dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat

R/ Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat

3. Jelaskan pada orang tua pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya kesimbangan aktivitas dan istirahat

R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan

metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan

dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan

pernapasan

4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase penyembuhan

R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen

5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

R/ menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikan

3. intervensi

a. Identifikasi factor yang menimbulkan mual atau muntah (sputum banyak),

pengobatan aerosol, dispnea berat dan nyeri

R/ sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat

merangsang pusat pengaturan makanan di medulla oblongata

b. Auskultasi bunyi usus. Obervasi atau palpasi distensi abdomen.

R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang.

Distensi abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin

pada saluran gastrointestinal.

c. Evaluasi status nutrisi umum. Timbang berat badan dasar.

xxxvi

Page 37: ASMA BRONKHIALE.doc

R/ adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,

rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.

d.Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

R/ menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau

makanan yang disukai pasien

R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat

untuk kembali

f. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang diberikan

R/ menghindari adanya makanan pantangan pada pasien 

3.4  Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana yang

telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama

melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa.

NI,1989;162 ).

3.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulandata subyektif dan

obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan sudah dicapai atau

belum. Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan

analisamasalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

xxxvii

Page 38: ASMA BRONKHIALE.doc

Asma adalah suatu keadaan di manasaluran   nafas mengalami  penyempitan  karena

Hiperaktivitas terhadap  rangsangan tertentu,  yang menyebabkan peradangan;  penyempitan

ini bersifat sementara.Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnyaserangan asma .Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe,

dan wheezing. Padasebagian penderita disertai dengan rasanyeri dada, pada penderita yang

sedang bebasserangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak

penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan

sertatampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua kategori,

yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan olehalergi seperti debu, binatang, makanan, asap

(rokok) dan obat-obatan. Klien denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga

dengan alergi dan riwayat alergirhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara

spesifik dengan alergen.Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada

pemahamanmengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,

yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serang

an (controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah

pneumotoraks,atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.

1.Dalam melakanakan asuhan keperawatan penulismenggunakan pendekatan

proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajiansampai evaluasi. Data-

data tersebut digunakan untuk menyusun diagnosakeperawatan.

2.Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-data sebagai hasil

pengkajian berdasarkan masalah aktual,

masalahrisiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia

menurut Maslow.

3.Dengan melaksanakan asuhan keperawatan secarakomprehensif maka seluruh

permasalahan yagn dihadapi klien dapat teratasi.

4.Ternyata pada klien asma penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap perawat yang

empati danmenerapkan komunikasitheraphy, di samping pemberian obat-obatan.

5.Dengan adanya seminar ini, para perawat dapat mengambilmanfaat yaitu menambah penget

ahuan tentang proses asuhan keperawatanklien asma.

xxxviii

Page 39: ASMA BRONKHIALE.doc

4.2  Saran

Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin

danmengambil manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini guna pengembangan

yang ada pada diri kita masing-masing.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

xxxix

Page 40: ASMA BRONKHIALE.doc

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan

Infomedika Jakarta.

Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung

Seto Jakarta.

 

xl