Epidemiologi - Asma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Epidemiologi penyakit tidak menular Asma

Citation preview

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

ASMA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

AULIA FARIDA

DINA ANINDIA

ENDANG TRI SULISTIANI

FRETARIA DEVI M

NORZAINAH

RIZKI LUKITAEVA ARIANAFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY BANJARMASIN

2015/2016BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun. Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya.

Badan kesehatan sedunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga di negara maju sekalipun.

Penduduk Indonesia menderita asma. Berdasarkan laporan Heru Sundaru (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM), prevalensi asma di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%). Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit Asma tertinggi di Indonesia adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat (11,5%), Boalemo (11,0%), Sorong Selatan (10,6%), Kaimana (10,5%), Tana Toraja (9,5%), Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Penyakit Asma terendah adalah Yakuhimo (0,2%), Langkat (0,5%), Lampung Tengah (),5%), Tapanuli Selatan (0,6%), Lampung Utara (0,6%), Kediri (0,6%), Soppeng (0,6%), Karo (0,7%), Serdang Bedagai (0,7%), dan Kota Binjai (0,7%).

Penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Pada tahun 2005 Survei Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal karena asma. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007, penyakit asma ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi nasional, sedangkan di Sumatera Barat Departemen Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58%. Jumlah kunjungan penderita asma di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang sebanyak 12.456 kali di tahun 2013.

Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas.Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk, sesak napas, rasa tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan. Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau ketika beraktivitas.B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah :

1) Untuk mendeskripasikan mengenai epidemiologi penyakit tidak menular yaitu mengenai Asma

2) Untuk mengidentifikasi sampel pasien pengidap asma

3) Untuk mengidentifikasi faktor terbanyak pemicu asam dalam bentuk diagram atau grafikBAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Definsi AsmaPenyakit Asma berasal dari kata Ashtma yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti sukar bernapas. Penyakit Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamai kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang bersifat periodic berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan GINA (Global Initiative for Asthma).

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat di hamper semua Negara di dunia., diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus menyebabkan kematian. Asma merupakan penyakit kronis yang sering muncul pada masa kanak-kanak dan usia muda sehingga dapat menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah atau kerja produktif yang berarti juga menyebabkan gangguan aktivitas social, bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. EpidemiologiAngka kejadian Asma bervariasi di berbagai Negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obatan Asma banyak dikembangkan. National Health Interview Survey di Amerika Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri itu mengidap bronchitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita emfisema dan setidaknya 6,5 juta orang menderita salah satu bentuk Asma. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberculosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1% dan Asma 0,3%.

Saat ini penyakit Asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien Asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih mengingat Asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita Asma. Data dari berbagai Negara menunjukkan bahwa prevalensi penyakit Asma berkisar antara 1-18%.

Pada tahun 2013 terdapat 18 provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit Asma melebihi angka nasional, dari 18 provinsi tersebut 5 provinsi teratas adalah Sulawesi Tengah, NTT, D.I Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan provinsi yang memiliki prevalensi Asma terendah yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau, Bengkulu, dan Lampung.Berdasarkan latar belakang demografis, pada umumnya Asma diderita usia muda sementara PPOK terutama di usia tua. Diagnosis Asma tidak tertutup kemungkinan bisa terjadi pada kelompok usia tua. Kedua penyakit ini menyebabkan keluhan hampir sama yaitu sesak dan kadang disertai dengan suara mengi (wheezing) pada saat bernapas atau awamnya disebut bengek. Adapun sifat sesak ini bila ditelusuri dengan teliti pada penyakit Asma berbeda dengan PPOK. Seseorang usia tua dengan keluhan sesak dapat didiagnosis sebagai Asma atau PPOK dan untuk menentukan kepastian antara kedua diagnosis ini dengan melakukan pemeriksaan menggunakan peakflow dan spirometri.

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian AsmaAdapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Asma adalah :

1) Imunitas dasar

Mekanisme imunitas terhadap kejadian inflamasi pada asma kemungkinan terjadi ekspresi sel Th2 berlebihan. Gen mempunyai hubungan kuat sebagai faktor predisposisi asma.

2) Umur

Insidensi tertinggi Asma biasanya menganai anak-anak (7-10%), yaitu umur 5-14 tahun. Sedangkan pada orang dewasa, angka kejadian asma lebih lebih kecil yaitu 3-5%. Kejadian Asma pada kelompok umur 18-34 tahun adalah 14% sedangkan >65 tahun menurun menjadi 8,8%.

3) Jenis KelaminMenurut GINA (2009) dan NHLBI (2007), jenis kelamin laki-laki merupakan sebuah faktor resiko terjadinya asma pada anak-anak. Akan tetapi, pada masa pubertas, rasio prevalensi bergeser dan menjadi lebih sering terjadi pada perempuan. Pada manusia dewasa tidak didapati perbedaan angka kejadian asma diantara kedua jenis kelamin.

4) Faktor Pencetus

Paparan terhadap alergen merupakan faktor pencetus asma yang paling penting. Alergen ini dapat berbentuk kutu debu, kecoa, binatang, dan polen atau tepung sari. Kutu debu umumnya ditemukan pada lantai rumah, karpet dan tempat tidur yang kotor. Kecoa telah dibuktikan menyebabkan sensitifitas alergi, terutama pada wilayah rumah diperkotaan. Paparan terhadap binatang khususnya bulu anjing dan kucing dapat meningkatkan sensitifitas alergi asma. Konsentrasi polen diudara bervariasi pada setiap daerah dan biasanya dibawa oleh angin dalam bentuk partikel besar.

Iritan-iritan berupa paparan terhadap rokok dan bahan kimia juga telah dikaitkan dengan kejadian Asma. Dimana rokok diasosiasikan dengan penurunan fungsi paru pada penderita asma, meningkatnya derajat keparahan Asma, dan mengurangi responsivitas terhadap pengobatan Asma dan pengontrolan Asma. Balita dari ibu yang merokok memiliki resiko 4 kali lebih tinggi menderita kelainan seperti menderita mengi pada tahun pertama kehidupannya.

Kegiatan fisik berat tanpa diselingi istirahat juga dapat memicu terjadinya serangan asma. Riwayat penyakit infeksi saluran juga telah dihubungkan dengan kejadian Asma. 5) Status Sosial-Ekonomi

Hubungan antara status sosial-ekonomi atau pendapatan dengan prevalensi derajat asma berat. Dimana, prevalensi derajat asma berat paling banyak terjadi pada penderita dengan status sosial-ekonomi yang rendah, yaitu sekitar 40%.D. Patogenesis AsmaAsma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari berbagai penelitian. Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan bakat/kecenderungan untuk terjadinya asma. Fenotip yang berkaitan dengan asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala) dan objektif (hipereaktiviti bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya. Karena kompleksnya gambaran klinis asma, maka dasar genetik asma dipelajari dan diteliti melalui fenotip-fenotip perantara yang dapat diukur secara objektif seperti hipereaktiviti bronkus, alergik/ atopi, walau disadari kondisi tersebut tidak khusus untuk asma. Mutasi pada kluster-kluster gen sitokin pada kromosom 5 dihipotesiskan sebagai predisposisi terjadinya asma. Berbagai gen pada kromosom 5q berperan dalam progresiviti inflamasi baik pada asma maupun atopi, Interleukin-4 sangat penting dalam respons imun atopi, baik dalam menimbulkan diferensiasi sel Th2 maupun merangsang produksi IgE oleh sel B. Gen IL-4 dan gen-gen lain yang mengatur regulasi ekspresi

IL-4 adalah gen yang berpredisposisi untuk terjadi asma dan atopi. Faktor lingkungan yang berperan sebagai faktor pencetus serangan/eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap, a.l: Alergen di dalam dan di luar ruangan, polusi udara di dalam dan di luar ruangan, infeksi pernapasan, exercise dan hiperventilasi, perubahan cuaca, sulfur dioksida, makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan, Ekspresi emosi yang berlebihan, Asap rokok dan Bahan iritatif (a.l. parfum, bau-bauan merangsang).

E. Diagnosis Asma

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik. Riwayat penyakit/gejala: bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan, gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak, gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari, diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu, serta respons terhadap pemberian bronkodilator. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :

riwayat keluarga (atopi), riwayat alergi / atopi, penyakit lain yang memberatkan, perkembangan. penyakit dan riwayat pengobatan (misalnya pasien sudah sering menggunakan obat inhaler).F. Epidemiologi Asma Adapun faktor resiko terjadinya Asma merupakan interaksi antara Host dan Environment.

Tabel 2.1 Faktor Resiko Terjadinya AsmaFaktor Pejamu

Predisposisi genetic

Atopi

Hiperrespinsif saluran pernapasan

Jenis Kelamin

Rasa tau Etnik

Faktor Lingkungan

(Mempengaruhi berkembangnya Asma pada individu dengan predisposisi Asma)

Alergen dalam ruanganMite domestic

Alergen binatang

Jamur (fungi mold, veast)

Alergen diluar ruangan

Tepung sari bunga

Jamur (fungi mold, veast)

Bahan dilingkungan kerja

Asap rokok

Polusi udara

Infeksi pernapasan

Infeksi parasite

Status sosioekonomi

Diet dan obat

Obesitas

Faktor Lingkungan

(Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala Asma menetap)

Alergen di dalam dan di luar ruangan

Polusi di dalam dan di luar ruangan

Infeksi pernapasan

Aktivitas fisik (exercise) dan hiperventilasi

Perubahan cuaca

Sulfur dioksida

Makanan aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan) obat-obatan

Ekspresi emosi yang berlebihan

Asap rokok

Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray)

Sumber : Mangunegoro, 2004G. Klasifikasi AsmaBerdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan faal paru dapat ditentukan klasifikasi (derajat) Asma sebagai berikut :

Tabel 2. 2 Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis

Derajat AsmaGejalaGejala MalamFaal Paru

I. Intermitten Bulanan 2x sebulanAPE 80%

Gejala 1x/minggu, tetapi 1x semingguAPE 60%

Gejala setiap hari

Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

Membutuhkan bronkodilator setiap hari VEP1 60-80% nilai prediksi

Ape 60-80% nilai terbaik

Variabiliti APE > 30%

IV. Persisten BeratKontinyu SeringAPE 60%

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik terbatas VEP1 60% nilai prediksi

Ape 60% nilai terbaik

Variabiliti APE > 30%

Sumber : PDPI 2006Klasifikasi berdasarkan GINA 2014Gejala tipikal Asma :

Lebih dari satu gejala berikut : mengi, sesak napas, batuk, dada terasa berat, terutama pada orang dewasa.

Gejala sering memburuk malam hari atau menjelang pagi.

Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitasnya.

Adanya faktor pencetus.

H. Penatalaksanaan Asma

Tujuan utama dari penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol sehingga penderita Asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan Asma dibagi menjadi 2, yaitu : Penatalaksanaan Asma jangka panjang dan Penatalaksanaan Asma akut atau saat serangan.

1) Tatalaksana Asma Jangka Panjang

Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada sata serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.

Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pelega dan pengontrol. Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.

Pelega (Reliever): Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega adalah: Agonis beta2 kerja singkat, Antikolinergik, Aminofillin, dan Adrenalin.

Pengontrol (Controllers): Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :

Kortikosteroid inhalasi

Kortikosteroid sistemik

Sodium kromoglikat

Nedokromil sodium

Metilsantin

Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi

Agonis beta-2 kerja lama, oral Leukotrien modifiers Antihistamin generasi ke dua2) Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa

Tujuan tatalaksana serangan Asma akut :

Mengatasi gejala serangan Asma

Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan

Mencegah terjadinya kekambuhan

Mencegah kematian karena serangan Asma

Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan Asma yang terkontrol terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu : medikasi dan pengobatan berdasarkan derajat. Kriteria Asma terkontrol pada anak dan dewasa, yaitu :

1. Tidak ada gejala atau minimal

2. Tidak ada serangan asma pada malam hari

3. Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise4. Tidak ada pemakaian obat-obat pelega atau minimal

5. Variasi harian APE (Arus Puncak Ekspirasi) kurang dari 20%

6. Nilai APE normal atau mendekati normal

7. Efek samping obat minimal (tidak ada)

8. Tidak ada kunjungan ke unit gawat darurat

Penyakit Asma merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu dari kedua orang tua, kakek, atau nenek menderita Asma maka bisa diturunkan ke anak. Penyakit Asma juga tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit Asma, penderita bisa bebas dari gejala penyakit Asma yang mengganggu sehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Mengingat banyaknya faktor resiko berperan, maka prioritas pengobatan penyakit Asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang baik ini diharapkan dapat mencegah terjaidnya eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit Asma), menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

BAB III

PEMBAHASANDATA SAMPEL

1. Nama

: Komariah2. Umur

: 21 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Belum menikah5. Alamat

: Jl. A. Yani No.56, Puruk Cahu Kab. Murung Raya6. Pekerjaan: Ibu rumah tangga7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Asma sering kambuh apabila keadaan cuaca dingin, terlalu panas, hujan deras dan lama terlalu lama terpapar asap, terlebih ketika musim dipenuhi kabut. Ketika asma kambuh sering batuk-batuk, nafas terasa sesak dan berbunyi. Apabila asma kambuh hanya istirahat dan mengurangi aktivitas

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Sudah memiliki riwayat asma sejak dari bayi

Riwayat Penyakit Keluarga:Ibunya juga mengidap asma, merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan semuanya merupakan penderita asma.

Riwayat Pengobatan:Pernah masuk rumah sakit ketika SMP kelas VII, sekarang sudah tidak pernah berobat kedokter lagi hanya mengkonsumsi obat warung

Keadaan Lingkungan:Rumah tempat tinggal berada dipinggir jalan

Pola Konsumsi Makanan:Tidak ada riwayat alergi makanan tertentu

DATA SAMPEL

1. Nama

: Rizarina Yuma2. Umur

: 8 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Belum menikah5. Alamat

: Jl. A. Yani No.56, Puruk Cahu Kab. Murung Raya6. Pekerjaan: Pelajar7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Asma sering kambuh tergantung daya tahan tubuh dan konsumsi makanan cemilan yang berlebihan, serta makan jajanan sembarangan dan kondisi cuaca seperti kabut atau asap menjadi pemicu. Batuk pilek dan kemudian muncul asma. Apabila asma kambuh sulit bernapas atau bengek.

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Sudah menderita asma sejak kecil

Riwayat Penyakit Keluarga:Ibu dan empat saudaranya menderita asma

Riwayat Pengobatan:Hanya menggunakan obat warung sudah pernah tiga kali masuk rumah sakit

Keadaan Lingkungan:Rumah tempat tinggal berada dipinggir jalan

Pola Konsumsi Makanan:Tidak ada riwayat alergi makanan tertentu

DATA SAMPEL

1. Nama

: Sari A.2. Umur

: 17 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Belum menikah5. Alamat

: Jl. Sungai Besar, No.6 RT.XI, Banjarbaru6. Pekerjaan: Pelajar7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Mulai sesak nafas apabila mengalami kelelahan atau cuaca dingin

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Memiliki asma sejak berusia 12 tahun, sering kambuh apabila cuaca dingin, kelelahan, tidak juga terlalu parah, namun apabila kambuh dada terasa sakit dan sesak napas

Riwayat Penyakit Keluarga:Ibu dan adiknya juganya mengidap asma , ibunya mengidap asma sejak umur 20 tahun. Adiknya juga memiliki asma sejak umur 10 tahun, ayahnya tidak ada asma tapi memiliki riwayat asam urat dan darah tinggi

Riwayat Pengobatan:Olahraga, penggunaan inhaler, dan obat herbal, serta hanya melakukan olahraga dan istirahat untuk meredakan sesak napasnya

Keadaan Lingkungan:Keadaan rumah terletak didalam sebuah gang, tidak ada pabrik industry didekat rumahnya yang menjadi pemicu asmanya kambuh

Pola Konsumsi Makanan:Memiliki riwayat alergi dengan makanan laut.

DATA SAMPEL

1. Nama

: Rara2. Umur

: 18 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Belum menikah5. Alamat

: Jl. Guntung Manggis, Komp Persada, No.5 RT. XXV, Banjarbaru6. Pekerjaan: Pelajar7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Asma bisa kambuh apabila muncul alergi pada lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat atau terlalu banyak berkontak dengan debu

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Menderita asma sejak kecil yakni ketika berusia 10 tahun. Sering kambuh apabila terkena debu dan cuaca dingin

Riwayat Penyakit Keluarga:Orangtua bukan pengidap asma namun memiliki riwayat diabetes dan katarak

Riwayat Pengobatan:Inhaler dan cordyceps plus capsule

Keadaan Lingkungan:Keadaan tempat tinggal atau rumah berada dipinggir jalan sehingga sering terpapar debu dan asap kendaraan.

Pola Konsumsi Makanan:Tidak ada alergi pada makanan tertentu

DATA SAMPEL

1. Nama

: Erny Wahyuni2. Umur

: 22 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Belum menikah5. Alamat

: Desa Teluk Mesjid RT.02 RW.01 Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru6. Pekerjaan: PNS7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Asma bisa kambuh apabila terpapar kondisi cuaca yang sangat dingin dan wilayah yang berdebu dan apabila tingkat kegugupan meningkat tiba-tiba. Tapi keadaan tersebut sekarang sudah berkurang. Tetapi sekarang Asma sudah jarang kambuh

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Sudah memiliki riwayat asma ketika masih kecil tepatnya muncul ketika berusia lima tahun

Riwayat Penyakit Keluarga:Ibu dan Neneknya pengidap asma tetapi diantara tiga bersaudara hanya pasien yang memiliki penyakit asma

Riwayat Pengobatan:Penggunaan inhaler dan kontrol rutin pada dokter apabila gejala asma mulai timbul atau kambuh tiba-tiba

Keadaan Lingkungan:Tempat tinggal dipinggir siring pantai kotabaru.

Pola Konsumsi Makanan:Tidak ada alergi pada makanan tertentu

DATA SAMPEL

1. Nama

: Emelitha2. Umur

: 47 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Menikah5. Alamat

: Jl. Kapuas Seberang I No. 112 RT. 1 Kelurahan Sungai Pasah Kecamatan Kapuas Hilir. Kabupaten Kapuas6. Pekerjaan: IRT7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Asma dan sering terasa sakit pada tumit kaki, kambuh apabila cuaca terasa dingin, melakukan kerja berat, kelelahan, dan terpapar asap

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Mulai ada timbul penyakit asma sejak SMA, tapi tidak terlalu parah.

Riwayat Penyakit Keluarga:Ibunya juga memiliki riwayat asma, selain itu juga ada riwayat jantung dan kencing manis. Bapanya tidak memiliki riwayat asma tetapi memiliki riwayat penyakit prostat. Dari 9 bersaudara hanya ibu Emelitha yang memiliki penyakit asma

Riwayat Pengobatan:Tidak pernah menjalani perawatan atau pengobatan khusus, hanya beristirahat bila asma kambuh karena tidak memiliki biaya yang cukup memadai untuk melakukan pengobatan.

Keadaan Lingkungan:Dahulu pernah tinggal dilingkungan yang banyak debu dan pasir disekitar rumah

Pola Konsumsi Makanan:Tidak mengkonsumsi makanan yang pedas, asam, dan asin karena juga memiliki riwayat penyakit maag

DATA SAMPEL

1. Nama

: Rosita2. Umur

: 18 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Belum menikah5. Alamat

: Jl. Trikora Komp. Sederhana No.6 RT.05, Banjarbaru 6. Pekerjaan: Pelajar7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Memiliki riwayat Asma tapi tidak terlalu sering kambuh

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Mengalami asma sejak dua tahun yang lalu dan memiliki riwayat penyakit maag

Riwayat Penyakit Keluarga:Kedua orangtuanya tidak memiliki asma, namun hanya pasien yang memiliki riwayat asma

Riwayat Pengobatan:Penggunaan inhaler

Keadaan Lingkungan:Tempat tinggal di dalam sebuah kompek atau dipinggir jalan jadi terkadang terpapar debu, asap dan pasir

Pola Konsumsi Makanan:Tidak ada alergi pada makanan tertentu tetapi tidak mengkonsumsi air es

DATA SAMPEL

1. Nama

: Eka Winarni 2. Umur

: 30 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Menikah5. Alamat

: Jl. Muning 6. Pekerjaan: PNS7. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang:Kambuh pada saat hamil

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Penyakit asma mulai muncul ketika berumur 2 tahun, setelah itu bisa tiba-tiba kambuh jika kelehanan atau cuaca dingin

Riwayat Penyakit Keluarga:Neneknya positif asma

Riwayat Pengobatan:Pernah menjalani pengobatan dirumah sakit

Keadaan Lingkungan:Kurang baik

Pola Konsumsi Makanan:Tidak ada alergi pada makanan tertentu

DATA SAMPEL

1. Nama

: Rohayana2. Umur

: 43 tahun3. Jenis Kelamin: Perempuan4. Status

: Menikah 5. Alamat

: Jl. Kelayan B, Gang Selamat6. Pekerjaan: Ibu rumah tangga (IRT) Riwayat Kesehatan Sekarang:Asma kambuh apabila cuaca dingin dan terlalu banyak terpapar asap atau debu

Riwayat Kesehatan Masa lalu:Penyakit muncul ketika berusia 12 tahun dan ketika hamil anak ketiga

Riwayat Penyakit Keluarga:Ibunya pengidap Asma

Riwayat Pengobatan:Menjalani pengobatan di Puskesmas, rutin minum obat dan penggunaan Inhaler

Keadaan Lingkungan:Kurang baik

Pola Konsumsi Makanan:Tidak ada alergi pada makanan tertentu

Grafik berdasarkan umur

Grafik berdasarkan factor penyebab penyakit

Dari hasil penelitan terhadap sampel diperoleh :

a. Hasil kejadian asma tertinggi terjadi pada kelompok umur 16 30 tahun yaitu berjumlah 6 orang.

b. Penyakit asma banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan.

c. Faktor yang paling dominan menyebabkan terjadinya asma atau terjangkitnya seseorang dengan penyakit asma adalah faktor genetik atau bawaan ( 7 orang dari 9 orang sampel ). Factor genetic ini diturunkan oleh generasi sebelumnya, seperti orang tua, nenek kakek ataupun buyut. Seseorang yang mendapatkan bakat asma karena keturunan atau faktor genetik ini biasanya mengalami gejala gejala asma yang mirip dengan orang tua atau kakek neneknya terdahulu. Asma yang diperoleh karena faktor genetik ini lebih sulit untuk dihilangkan hanya dapat dikurangi saja gejala-gejalanya secara bertahap.

BAB IV

KESIMPULANA. Kesimpulan

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan.

Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit asma yaitu : imunitas dasar, umur, jenis kelamin, factor pencetus dan sosioekonomi.

Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun dengan mengontrol penyakit asma, penderita bias bebas dari gejala penyakit asma yang menggganggu sehingga dapat menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.

Berdasarkan dari hasil sampel, diketahui bahwa sebagian besar sampel menderita asma karena faktor keturunan atau genetik dan semua berjenis kelamin perempuan. Rata-rata umur sampel 25 tahun.B. SaranUntuk mengurangi resiko Asma pada seseorang maka hal hal yang dapat dilakukan adalah menjaga pola makan dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi yang seimbang sehingga daya tahan tubuh akan meningkat, menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan ( memperhatikan standar rumah sehat), tidak stres, tidak berolahraga secara berlebihan serta berperilaku hidup bersih dan sehat. DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, B. (2009). Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma. http://staff.ui.ac.id /internal/140370729/material/ Diagnosis Penatalaksanaan Asma09. pdf. Diakses tanggal 15 November 2015.

Badan Litbangkes. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma Pada Usia > 10 Tahun di Indonesia. http.:// jurnalrespirologi.org/wp content/uploads/2012/04/85-91-APRIL-VOL_30-NO_2-2010.pdf. Diakses tanggal 15 November 2015.

Ehrlich, R. I., Toit, D. D., Jordaan, E., Potter, M. Z., Volmink, J. A., & Weinberg, E. (2004). Risk Faktor Childhood Asthma and Wheezing, Importance of Maternal and Household Smoking. http://eprints.undip.ac.id/18656/1/ PURNOMO.pdf. Diakses tanggal 10 Desember 2012.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan. http://keperawatan.unsoed .ac.id/sites/default/files/BAB%20II .pdf. Diakses 15 November 2015.

InfoDATIN. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses tanggal 16 November 2015

Najib, A. (2010). Fakta Mengejutkan dari Kecoa. http://www.terbaca.com/2010/ 08/fakta-mengejutkan-dari-kecoa.html. Diakses tanggal 15 November 2015.

Sundaru. (2002). Prevalensi Penderita Asma. http://www.republika. co.id. Diakses tanggal 15 November 2015.

Yunus, F. (2009). Penatalaksanaan Asma Jangka Panjang. http://staff.ui.ac.id/ internal/140370729/material/Diagnosis Penatalaksanaan Asma09.pdf. Diakses tanggal 15 November 2015.1

_1200332440.xls

_1200332362.xls