9
PENDAHULUAN Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan b dan elemen sel.1 Inflamasi kronik ini menyebabkan hiperresponsivitas salura ditandai oleh episode berulang berbagai gejala dan tanda seperti bising mengi, batu dan dada terasa penuh, terutama pada malam atau dini hari. Episode serangan asma bi berhubungan dengan obstruksi aliran udara pernafasan yang bervariasi derajatnya da reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan Proses inflamasi pada penyakit ini sangat kompleks dan melibatkan faktor lingkungan, sel radang, sel. Peran proses inflamasi pada asma bronkial berkaitan dengan d penyakit ini yaituhiperresponsivitas bronkus, pembatasanaliran udara nafas (airflo limitation!, remodeling saluran nafas dan penurunan fungsi paru. Imunobiologi mempelajari asal, jenis, sifat, proses, koordinasi, interaksi, ditimbulkan berbagai komponen sistemimun." Penguasaanimunobiologi asma bronkial, khususnya proses inflamasi yang terjadi, diharapkan menambah pemahaman tentang pathogenesis penyakit ini serta meningkatkan kemampuan untuk menanganinya. #erdasarkan data #adan $esehatan %unia (&' !, sebanyak )** juta orang di dunia meng penyakit asma dan ""+ ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun "**+ la penelitian International tudy on Asthma and Alergies in -hildhood pada menunjukkan baha di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesa menjadi +, /.

Asma Tinjauan Pustaka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asma

Citation preview

PENDAHULUANAsma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan berbagai sel dan elemen sel.1 Inflamasi kronik ini menyebabkan hiperresponsivitas saluran nafas yang ditandai oleh episode berulang berbagai gejala dan tanda seperti bising mengi, batuk, sesak nafas dan dada terasa penuh, terutama pada malam atau dini hari. Episode serangan asma biasanya berhubungan dengan obstruksi aliran udara pernafasan yang bervariasi derajatnya dan umumnya reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatanProses inflamasi pada penyakit ini sangat kompleks dan melibatkan faktor genetik, factor lingkungan, sel radang, sel. Peran proses inflamasi pada asma bronkial berkaitan dengan dampak penyakit ini yaitu hiperresponsivitas bronkus, pembatasan aliran udara nafas (air flow limitation), remodeling saluran nafas dan penurunan fungsi paru.

Imunobiologi mempelajari asal, jenis, sifat, proses, koordinasi, interaksi, serta akibat yang ditimbulkan berbagai komponen sistem imun.2 Penguasaan imunobiologi asma bronkial, khususnya proses inflamasi yang terjadi, diharapkan menambah pemahaman tentang pathogenesis penyakit ini serta meningkatkan kemampuan untuk menanganinya.Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang di dunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.BAB I

LAPORAN KASUS

Ibu Tuti, seorang perempuan 30 tahun berobat ke suatu rumah sakit. Pada pemeriksaan darah ditemukan jumlah lekosit 7000/mm dengan eosinofil 3% dan kadar IgE 1200 iu/cc.

Ibu Tuti mengeluh sesak nafas apabila menghisap debu atau bulu kucing, sebelumnya idak disuntik obat dan tidak alergi terhadap makanan. Pada pemeriksaan ditemukan ekspirasi memanjang, wheezing, rhonchi dan takikardi, tekanan darah 110/70 dan peak flow rate 65% dari normal. Bapaknya menderita rhinitis allergica dan kakak perempuannya sinusitis.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ASMA BRONKIAL

DEFINISI

Asma adalah penyakit yang telah mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun ini. Salah satu aspek yang mengejutkan adalah prevalensi yang meningkat di banyak negara industri. Aspek lain dari industrialisasi yaitu polusi udara yang terus menerus di perkotaan akibat jumlah kendaraan yang makin banyak. Polusi udara secara meyakinkan berhubungan dengan bertambahnya gejala asma. Tingkat polusi udara berhubungan dengan efek yang merugikan kesehatan individu penyandang asma.

Efek-efek tersebut antara lain penurunan fungsi paru, peningkatan hiperesponsivitas bronkus, angka kunjungan ke gawat darurat dan rawat inap, peningkatan penggunaan obat, perubahan peradangan, interaksi antara polusi udara dan faktor alergen serta perubahan sistim imun.

ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial.

1. Faktor predisposisi

Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi

AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

b. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

StressStress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerjaMempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

PATOFISIOLOGI

Alergen yang masuk pada saluran nafas individu rentan asma, ditangkap dan dipresentasikan oleh antigen presenting cell (APC), khususnya sel dendritik yang berasal dari sumsum tulang dan sel-sel interdigit yang terletak di bawah epitel saluran nafas. Presentasi tersebut mengaktifkan sel T naif, dengan melibatkan HLA (human leukocyte antigen) kelas II, dan selanjutnya terjadi polarisasi ke arah sel Th2. Respons sel Th2 merangsang pelepasan berbagai sitokin oleh sel-sel efektor yang kemudian merangsang class switching (pergeseran kelas) sel limfosit B untuk menghasilkan IgE. Selanjutnya terjadi pengerahan berbagai sel efektor seperti sel mast, eosinofil dan basofil ke lokasi peradangan. Proses class switching (pergeseran kelas) dalam pembentukan IgE terjadi melalui dua signal. Signal pertama dibawa oleh IL-4 atau IL-13 yang menempel pada reseptornya di sel B. Signal kedua terjadi melalui ikatan antara CD-40 pada edema saluran nafas. Terjadi pelepasan enzim misalnya triptase yang menyebabkan proteolisis dan aktivasi komplemen C3a. Berbagai zat tersebut menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan hiperresponsivitas bronkial serta gejala dan tanda asma.

KLASIFIKASI

Pembagian asma berdasarkan drajat penyakit

ParameterAsma episodic jarangAsma episodic seringAsma persisten

Frekuensi< 1x/bulan>1x/bulanSering

Lama< 1 minggu>1 mingguSepanjang bulan

IntensitasRinganSedangBerat

Diantara seranganTanpa gejalaSering ada gejalaGejala siang & malam

Tidur & aktivitasTidak tergangguSering tergangguSanagt terganggu

PF diluar seranganNormalGangguan +/-Tidak pernah normal

Obat pengendaliTidak perluPerluPerlu

Uji faal paruFEV >80%FEV 60-80%FEV 15%>30%>50%

GEJALA KLINIS

Sesak napas

Mengi (wheezing) yang berulang

Batuk dengan dahak yang kental dan lengket

Episodic

Nocturnal

Riwayat atopi

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2. Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi

KOMPLIKASI

Atelektasis

Hipoksemia

Pneumothorax

Emfisema

Deformitas thorax

Gagal jantung

PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan

Menghindari faktor pencetus

Pemberian cairan

Fisiotherapy

Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

Orsiprenalin (Alupent)

Fenoterol (berotec)

Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

b. Santin (teofilin)

Nama obat :

Aminofilin (Amicam supp)

Aminofilin (Euphilin Retard)

Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.