Upload
altamasidarta
View
9
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
okkkkk
Citation preview
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
1/12
PENGERTIAN
Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernapasan obstruktif yangditandai
inflamasi saluran dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi inimenyebabkan
produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan
ventilasi alveolus (Corwin, 2009).
Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif terhadap berbagai
jenis iritan di jalan napas. Faktor risiko untuk salah satu jenis gangguan hiper
responsif ini adalah riwayat asama atau alergi dalam keluarga, yangmengisyaratkan
adanya kecenderungan genetik. Pajanan yang berulang atau terus-menerus terhadap
beberapa rangsangan iritan, kemugkinan pada masa penting perkembangan, juga
dapat meningkatkan risiko penyakit ini. Infeksi pernapasan atas berulang juga dapat
memicu asma awitan dewasa, seperti yang dapat terjadi akibat pajanan okupasional
terhadap debu di lingkungan kerja (Corwin, 2009).
ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan Asma bronkhial.
1.Faktor predisposisiGenetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
2/12
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1). Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2). Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3). Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
3/12
libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada
sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus
dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
4/12
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan
bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
Tabel : Derajat Asma berdasarkan aktivitas jasmani
Derajat
Keadaan Klinis/Kemampuan
Aktivitas Jasmani
I A
B
II A
B
III
Dapat bekerja dengan agak susah, tidur kadang-kadang
terganggu.
Dapat bekerja dengan susah payah, tidur seringkali
terganggu.
Tiduran/duduk, bisa bangun dengan agak susah, tidur
terganggu.
Tiduran/duduk, bisa bangun dengan susah payah
Nadi 120 x/menit
Tiduran/duduk, tidak bisa bangun
Nadi > 120 x/menit
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
5/12
IV Pasien tidak dapat bergerak lagi dan kelelahan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan sputum, dilakukan untuk melihat adanya :
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
2. Pemeriksaan eosinopil
a. Spiral crushman, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
c. Netropil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plag.
3. Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hipercapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menendakan terdapatnya suatu infeksi.
d. Pada pemeriksaan factor-faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaanpenunjang
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
6/12
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan
rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada emfisema paru yaitu :
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertopi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
Bundle Branch Block).
c. Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES
atau terjadinya depresi segman ST negative.
4. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
7/12
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergic. Peningkatan FEVI
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
CARA PENCEGAHAN
Menurut penelitian Ruth A. Etzel (2010) dan WHO (2002) disebutkan bahwa
pencegahan terhadap penyakit asma diantaranya pendidikan kesehatan atau konseling
dari pelayanan kesehatan, menghindari dari lingkungan yang memngkinkan terjadinya
eksposure atau terpapar faktor resiko asma. Berikut ini pencegahan terhadap penyakit
asma berdasarkan faktor resiko :
1. Genetik
Melakukan konsultasi kesehatan apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit asma, sebab sebagian besar penyakit asma merupakan penyakit yang
bersifat genetic.
2. Mengurangi dan menghindari merokok, terutama apabila memiliki anggota
keluarga bayi atau balita, sebab asap rokok dapat meningkatkan sensitivitas IgE
sehingga meningkatkan sensitivitas terhadap allergen. Selain itu, menghidari anak
dari polusi udara seperti asap kendaraan dan pabrik.
3. Lingkungan rumah baik indoor maupun outdoor selalu bersih dari debu atau bahan
allergen lainnya.
4. Melakukan diagnosis dini, terutama pada individu yang memiliki faktor resiko
asma.
5. Menghindarkan diri dari stress dan mengurangi aktivitas yang berat.
6. Mengurangi olahraga yang berlebihan
CARA PENGOBATAN
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
8/12
Banyak obat asma dapat diberikan secara langsung atau dengan inhalasi. Obat Asma
dapat dibagi menjadi kontrol jangka panjang dan obat cepat-lega. Obat kontrol jangka
panjang digunakan setiap hari untuk mengontrol asma persisten yaitu menghaluskan
peradangan saluran udara dan merelaksasikan otot polos. Prinsip umum pengobatan
asma bronchial yaitu :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya (Wilson, 2002)
Adapun pengobatan terhadap penyakit asma terbagi menjadi 2 menurut Global
Initiative for Asthma (GINA) 2006, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus (resiko)
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Memberi O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
Simpatomimetik/ Andrenergik (Adrenalin dan Efedrin)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler)
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
9/12
atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat
khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk
selanjutnya dihirup.
Santin (Teofilin)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat
seperti : Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard) dan Teofilin
(Amilex). Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu
hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara
oral.
E. Rehabilitasi
Rehabilitasi asma bronchial dapat dilakukan dengan cara :
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
10/12
1. Yoga
Senam yoga bertujuan untuk memperlancar aliran udara pada saluran pernapasan.
Selain itu, bertujuan untuk mengurangi bahkan menghilangkan stress pada pasien.
Senam yoga juga dapat disebut sebagai terapi psikologi (Jain, 1993).
2. Terapi relaksasi dengan senam asma
Terapi relaksasi dengan senam asma berujuan dari terapi relaksasi adalah untuk
mengurangi ketegangan otot pernapasan tambahan sehingga dapat mengurangi
pemakaian energi saat bernapas, penderita dilatih untuk bisa melakukan kontrol
pernapasan. Terapi relaksasi bisa dilakukan dengan posisi tidur miring atau posisi
duduk dengan kepala dan dada atas bertumpu pada 2-3 bantal di meja. Kedua posisi
ini selain membantu waktu terjadi serangan, juga membantu ketegangan otot
diafragma. Manfaat senam pada penderita asma, bila dilakukan secara teratur jangka
waktu 2 bulan akan mendapatkan beberapa manfaat yaitu pengurangan frekuensi
kekambuhan pengurangan intensitas kekambuhan, gejala asma menjadi ringan
sehingga diperoleh peningkatan VO2 maks (Huntley, 2002.).
3. Terapi Spa
Menurut penelitian Mitsunobu di Jepang, terapi spa bermanfaat langsung bagi
penderita asma yaitu dengan cara memberikan kenyamanan pada penderita asma
seperti latihan berendam di dalam air hangat selama 30 menit, memsukkan uap dari
larutan garam yodium secara inhalasi dan terapi fingo yaitu terapi dengan lumpur
yang berasal dari Ningyo, lumpur tersebut dipanaskan terlebih dahulu hingga suhunya
mencapai 70-800C. Lumpur tersebut didinginkan sampai suhunya 40-430C,
kemudian dilakuakan spa dan kompres dengan lumpur hangat pada pasien tersebut
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
11/12
selama 30 menit. Untuk penderita asma dianjurkan untuk melakukan terapi fingo lima
kali per minggu. Terapi spa memberikan manfaat langsung pada kelancaran sirkulasi
udara pernapasan (Mitsunobu, 2004).
PROGNOSIS
Prognosis penyakit asma bronkiale adalah dapat menimbulkan komplikasi, asma
bronkiale akut bahkan dapat menimbulkan kematian. Berikut ini berbagai komplikasi
yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa
hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status asmatikus
merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu :
Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap
usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran
napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan lain-lain).
2. Atelektasis
Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
3. Hipoksemia (atau Hypoxaemia)
Secara umum didefinisikan sebagai penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah,
kadang-kadang khusus kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
5/24/2018 Asma (Tunjauan Pustaka)
12/12
hemoglobin.
4. Pneumothoraks adalah adanya udara di dalam rongga pleural antara pleura parietal
dan viseral.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas