Upload
liasafriana
View
119
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
daad
Citation preview
Aspek budaya bayi tabung
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai dengan budaya dan tradisi ketimuran
kita. Pelaksanaan bayi tabung masih sangat bertolakbelakang dengan kehidupan sosial dan
budaya di Indonesia. Status anak adalah hal yang sangat penting dan akan berpengaruh pada
kehidupannya kelak. Sedangkan pada inseminasi buatan (bayi tabung), anak akan memiliki
status seperti anak pada umumnya, jika pelaksanaan bayi tabung mengikuti peraturan-
peraturan yang berlaku. Di Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi
tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari pasangan yang sah.
Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma, atau ovum dari pendonor. Banyak negara-
negara yang menggunakan teknik bayi tabung seperti negara Inggris untuk mengatasi
terjadinya kemandula. Namun di Indonesia jarang sekali adanya teknik tersebut. Hal ini
kemungkinan besar banyaknya biaya yang akan dikeluarkan maupun sesuksesan dalam
praktek bayi tabung akan berjalan lancar.
Baik dari perspektif sosial maupun budaya akan merusak keestetikan suatu agama.
Dalam perspektif budaya, dengan adanya teknik reproduksi buatan (bayitabung) akan
menimbulkan adanya kebiasan budaya dalam suatu daerah. Hal ini hanya semata- mata untuk
kepentingan manusia saja dan merupakan pelanggarandalam budaya apabila hal ini masih
dilakukan. Hal ini disebabkan karena jika ini dilakukan dan dilegalkan maka akan terjadi
perdagangan bayi secara ilegal, para wanita tidak membutuhkan seorang laki- laki sebagai
pasangan hidupnya, akan menguntungkan sebagian pihak saja. Apabila seorang manusia
melanggar hal tersebut, maka manusia tersebut dapat dikatakan sebagai manusia yang tidak
beretika dan melanggar norma- norma batasan agama yang telah ditetapkan. Baik dari
perspektif sosial maupun budaya akan merusak keestetikan suatu agama.