20
Oleh : Wahyu Ningtyas Aspek Sosial Budaya ketika Hamil, Melahirkan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Lingkungan Masyarakat

Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Oleh :Wahyu Ningtyas

Aspek Sosial Budaya ketika Hamil,

Melahirkan, Nifas dan Bayi Baru Lahir

di Lingkungan Masyarakat

Page 2: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Aspek Sosial Budaya ketika

Hamil di Lingkungan Masyarakat

Upacara Telonan

Upacara Tingkeban

Pantangan Ibu Hamil

Page 3: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Upacara Telonan

Upacara telonan yaitu upacara yang diselenggarakan pada waktu usia kandungan berumur 3 lapan (3 x 30 hari = 105 hari).

Tradisi ini biasanya dilakukan secara sederhana. Hidangannya biasanya di bawa ke musholla atau masjid untuk selamatan dan makanan yang dibawa biasanya kue pasar atau nasi tumpeng.

Page 4: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Upacara Tingkeban

Upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu.

Hidangan yang diberikan untuk tamu yaitu :a.Sayuranb.Kuec.Rujak

Page 5: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Pantangan Ibu Hamil

Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan.

Ibu hamil dilarang keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.

Ibu hamil dilarang menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.

Ibu hamil dilarang duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.

Page 6: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Pantangan Ibu Hamil

Ibu hamil dilarang makan terong, karena bayinya terlalu banyak lemak.

Ibu hamil dilarang terlalu banyak minum es karena bayinya akan terlalu besar sehingga sukar dalam melahirkan.

Ibu hamil dilarang terlalu banyak makan daun kemangi ka rena mengakibatkan keguguran.

Ibu hamil dilarang makan – makanan yang bergetah karena anaknya nanti akan malas..

Ibu hamil dilarang makan kecambah karena bayinya nanti lekas punya adik lagi (Jawa : kesundulan).

Page 7: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Aspek Sosial Budaya ketika Melahirkan di Lingkungan Masyarakat

Upacara Mendhem Ari-ari

Page 8: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Upacara Mendhem Ari - ari

Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau mbingmbing. Bagi orang desa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya di tempat penanaman ari-ari tersebut diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya, lampu tersebut merupakan simbol pepadhang bagi bayi. Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu.

Page 9: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Aspek Sosial Budaya ketika

Nifas di Lingkungan Masyarakat

Tradisi Perawatan

Tradisi yang Dilakukan

Pantangan Ibu Nifas

Page 10: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Tradisi Perawatan Ibu Nifas

Perawatan pemeliharaan kebersihan diri, terdiri dari: mandi wajib nifas, irigasi vagina dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menapali perut sampai vagina dengan menggunakan daun sirih.

Perawatan untuk mempertahankan kesehatan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian pilis, pengurutan, walikdada, dan wowongan.

Page 11: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Tradisi Perawatan Ibu Nifas

Perawatan untuk menjaga keindahan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian parem, duduk senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian gurita, dan minum jamu kemasan

Perawatan khusus, terdiri dari: minum kopi dan minum air jamu wejahan

Page 12: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Tradisi yang Dilakukan Ibu Nifas

Harus pakai sandal kemanapun ibu nifas pergi, selama 40 hari.

Harus memakai kendit. Minum jamu, agar rahim cepat kembali

seperti semula. Tidak boleh bicara dengan keras keras Tiap pagi harus mandi keramas, biar

badannya cepat segar dan peredaran darah lancar.

Page 13: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Tradisi yang Dilakukan Ibu Nifas

Kalau tidur atau duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu dapat mempengaruhi posisi tulang, dikarenakan tulang ibu nifas seperti bayi baru melahirkan/ mudah terken Varises.

Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.

Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi.

Page 14: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Pantangan Ibu Nifas

Ibu menyusui dilarang makan makanan yang pedas dan amis.karena bayinya akan mencret bila ibu makan makanan yang pedas, dan muntah karena mual bila diberi makanan yang amis.

Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin.

Ibu menyusui tidak boleh minum es dan air panas.karena minum panas atau dingin membuat ASI menjadi panas atau dingin.

Page 15: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Aspek Sosial Budaya ketika

Bayi Baru Lahir di Lingkungan Masyarakat

Upacara Brokohan

Upacara Selapan

Pantangan Bayi Baru Lahir

Page 16: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Upacara Brokohan

Tradisi masyarakat ketika hamil yaitu mengadakan upacara selamatan. Ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran disebut brokohan. Pada saat ini brokohan biasanya terdiri dari : Beras, Telur, Mie instan, Gula, Teh, dan sebagainya. Namun jika dikembalikan lagi ke makna yang terkandung dalam selamatan bayi

Brokohan cukup dengan 4 macam ubarampe saja yaitu:a. Kelapa b. Gula merah atau gula jawa c. Dawet d. Telor bebek

Page 17: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Upacara Selapan

Upacara selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.

Page 18: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Upacara Selapan

Yang dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah1. potong rambut atau parasan. 2. pemotongan kuku bayi

Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.

Page 19: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Pantangan Bayi Baru lahir

Bayi baru lahir tidak boleh di bawa jauh keluar rumah sebelum 40 hari,karan di takutkan terkena penyakit orang lain dan di ganggu mahluk halus. Bayi  di pakaikan  gurita dan  Jika anak demam,pasti di bawa ke dukun untuk dalam istilahnya “ di suwok” atau di bawa ke bidan.

Bayi baru lahir tidak boleh di pegang langsung oleh orang yang baru datang dari jauh karena bisa membuat bayi jadi sawanan.

Page 20: Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl

Sekian dan Terima Kasih

Atas Perhatiannya .....

.........Wassalamuaikum

Wr. Wb.