Upload
truongthuy
View
325
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Katalog ProdukM3 Kebidanan 2018/2019
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
1
KEHAMILANILMU DASAR MEDIS PERSALINAN DAN BBL NIFAS DAN MENYUSUI
NEONATUS, BAYI, BALITADAN ANAK PRA SEKOLAH
KEGAWATDARURATAN, MATERNAL NEONATAL
KOMUNITAS KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
KUIS INTERAKTIF UPDATE KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN M3
Kode Serial M3 Kebidanan
0878-3483-2315
xxxxxxxxxx
xx-xxxxx B
Kode Serial M3 Kebidanan
0878-3483-2315
xxxxxxxxxx
xx-xxxxx WB
2
Technical Support
Jalan Tanjung Duren RayaNo. 89C, Jakarta Barat, 11470 (021-56967880)
m3technicalsupport1
SMS
ONLY
0878 3483 2315 0878 3483 2315
@
[email protected] - Sabtu, 08.00 - 17.00
08.00
17.00
Petunjuk instalasi M3 Kebidanan untuk Android
3
Klik “INSTAL”, setelah proses selesai buka aplikasi untuk melakukan registrasi.
Masuk ke Play Store dan cari aplikasi “M3 Kebidanan”, pilih aplikasi yang akan diinstal.
1 2
3 4
Isi data dengan lengkap dan benar, masukkan kode serial yang ada pada kartukemudian klik Register.
Aplikasi sudah dapat digunakan.
6
5
4
xxxxxxxxxx
Kode Serial M3 Kebidanan
0878-3483-2315
xxxxxxxxxx
xx-xxxxx B
Edisi Kebidanan
Petunjuk instalasi M3 Kebidanan untuk Windows
5
Hubungkan flashdisk M3 KEBIDANAN ke Desktop.Buka “File Explorer” kemudian buka “M3 KEBIDANAN”.
Klik “Setup M3 Kebidanan.exe” untuk menginstal.
2
1
6
Klik “selanjutnya”.
Klik “I agree to the License terms and condition” kemudian klik “INSTALL”. Setelah proses instalasi selesai, klik “selesai”. Logo aplikasi akan muncul di desktop.
3
4
Kode Serial M3 Kebidanan
0878-3483-2315
xxxxxxxxxx
xx-xxxxx WB
Saat membuka aplikasi pertama kali akan muncul form registrasi berikut. Isi data diri dengan lengkap dan benar. Masukkan kode aktivasi yang ada pada kartu kemudian klik “Daftar” dan aplikasi sudah bisa digunakan.
5
Buka aplikasi pada desktop.
7
6
Ilmu Dasar Medis
8
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
MEDIS
ILMU DASARFISIOLOGI
ILMU DASARHISTOLOGI
ILMU DASARBIOLOGI
ILMU DASARPATOLOGI KLINIS
ILMU DASARPATOLOGI ANATOMI
ILMU DASARFARMAKOLOGI
ILMU DASARANATOMI
ILMU DASARGIZI
9.3. Vaskularisasi Cranium 9.3.1. Ekstrakranial 9.3.2. Intrakranial 9.3.3. Cerebrovaskular 9.4. Encephalon (otak) 9.5. Anatomi Perjalanan Sirkulus Wilisi 9.6. Area - Area Otak 9.7. Sutura Beserta Isinya 9.7.1. Sutura 9.7.2. Serebrum 9.7.3. Serebelum 9.7.4. Batang Otak 9.7.5. Medula Spinalis 9.7.6. Liquor Cerebrospinal(LCS)10. ANATOMI SISTEM INDRA 10.1. Anatomi Mata 10.1.1. Rongga Orbita 10.1.2. Palpebra 10.1.3. Aparatus Lacrimalis 10.1.4. Bola Mata 10.2. Anatomi Telinga 10.2.1. Telinga Luar 10.2.2. Telinga Tengah 10.2.3. Telinga Dalam 10.3. Anatomi Hidung dan Tenggorokan
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
ANATOMI
1. TERMINOLOGI ANATOMICA 1.1. Definisi2. POSITIO ANATOMICA 2.1. Definisi 2.2. Bagian-bagian3. LINEA 3.1. Definisi4. ANATOMI SUPERFISIAL 4.1. Definisi5. ANATOMI PROFUNDA 5.1. Definisi6. GERAKAN ANATOMI 6.1. Definisi 6.3. Tulang7. JUNCTURA 7.1. Definisi 7.3. Komponen Penyusun8. SISTEM ORGAN 8.1. Definisi 8.3. Sistem Organ9. ANATOMI SISTEM SARAF 9.1. Anatomi Cranium 9.1.1. Neuro-cranium 9.1.2. Viscerocranium/Splanchnocranium 9.2. Anatomi Lapisan Kepala
1.2. Bagian-bagian
3.2. Bagian-bagian
4.2. Regio
5.2. Bagian
6.2. Otot6.4. Jenis Gerakan
7.2. Otot7.4. Macam-macam
8.2. Sistem Organisasi8.4. Cavity
Ilmu Dasar Medis Anatomi
9
1. TERMINOLOGI ANATOMICA11.1. Definisi
1.2. Bagian-bagian
Terminologi adalah kosa kata suatu seni atau ilmu atau ilmu yang mem-pelajari tentang penyelidikkan, susunan, dan konstruksi istilah.
Kepala
Leher
Thoraks
Punggung
Abdomen
Pelvis/perineum
Ekstreminitas bawah
Ekstreminitas atas
Superior (kanal): lebih dekat dengan kepala. Contoh: cor (jantung) ter-letak superior dari pada gaster (lambung).Inferior (kaudal): lebih dekat pada kaki. Contoh: gaster (lambung) leb-ih inferior dari pada cor (jantung).Anterior (ventral): lebih dekat ke depan. contoh: sternum terletak an-terior terhadap cor (jantung).Prosterior (dorsal): lebih dekat ke belakang. contoh: jantung prosteri-or terhadap sternum.Medial (tengah): mendekati bagian medial (tengah). contoh: digitus (jari kelingking) lebih medial daripada digitus I manus.Lateral: menjauhi bidang median. Contoh: digitus I manus (ibu jari) terletak lebih lateral dari pada digitus v manus.
Proksimal lebih dekat dengan batang tubuh atau pangkal misalnya pada ekstremitas. Contoh: siku terletak proksimal terhadap pergelan-gan tangan.Distal lebih jauh dari batang tubuh atau rangka misalnya pada eks-tremitas. Contoh: pergelangan tangan lebih distal dari pada siku.Superfisial: lebih dekat ke atau di permukaan. contoh: otot-otot len-gan bawah adalah superfisial terhadap tulangnya (humerus).Profunda: lebih jauh dari permukaan. Contoh: humerus lebih profunda dari pada otot-ototnya.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
1
32
46
8
5
7
9
1010
Gambar 1-1 Bagian-bagian utama tubuh yang dipelajari dalam anatomi regional.
Gambar 1-2 Istilah anatomi yang menjelaskan posisi satu struktur relatif terhadap struktur lain.
Lateral
Proksimal
Distal Inferior
LateralSuperior
Medial
Garis tengah
Kuadran Kanan Atas
Kuadran Kanan Bawah
Usus 12 jari (duo denum), usus besar, usus kecil, kandung kemih, rektum, testis, anus
Anus, rektum, testis, ginjal, usus kecil, usus besar
Kuadran Kiri Bawah
Hati, kantung empedu, paru, esofagus Hati, jantung, esofagus, paru, pankreas,limfa, lambung
Kuadran Kiri Atas
Tabel 1-1. Gambaran Organ dalam Kuadran
B. Dalam bentuk regioRegio digunakan untuk pemeriksaan yang lebih rinci atau lebih spesifik, yaitu dengan menarik dua garis sejajar den-gan garis median dan garis transversal yang menghubung-kan dua titik paling bawah dari arkus kosta dan satu lagi yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS). Bedasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen terbagi menjadi 9 regio:
1. Regio hypocondriaca dextra2. Regio epigastrica3. Regio hypocondriaca sinistra4. Regio abdominal lateralis dextra5. Regio umbilicalis6. Regio abdominal lateralis sinistra7. Regio inguinalis dextra8. Regio pubica (hypogastrium)9. Regio inguinalis sinistraKepentingan pembagian ini, yaitu bila kita meminta pasien untuk menunjukan dengan tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi perjalanan rasa nyeri tersebut. Dalam hal ini sangat penting untuk mem-buat peta lokasi rasa nyeri beserta perjalanannya, sebab sudah diketa-hui karakteristik dan lokasi nyeri akibat kelainan masing-masing organ intra abdominal berdasarkan hubungan persarafan viseral dan somatik. Secara garis besar organ-organ dalam abdomen dapat diproyeksikan pada permukaan abdomen dalam bentuk regio, yaitu antara lain:
Gambar 3-3 Pembagian Regio Abdomen dalam bentuk regio
Hati atau hepar berada di regio hypocondriaca dextra, epigastrica dan sedikit ke hypocondriaca sinistra. Lambung berada di regio epigastrium. Limpa berkedudukan di regio hypocondrium kiri. Kandung empedu atau vesika felea sering kali berada pada per-batasan regio hypocondrium kanan dan epigastica. Kandung kemih yang penuh dan uterus pada orang hamil dapat teraba di regio hypogastrium. Apendiks berada di daerah antara regio inguinalis dextra, abdomina-lis lateral kanan, dan bagian bawah regio umbilicalis.
•
•••
•
•
10
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
BIOLOGI
1. SEL 1.1. Definisi Sel 1.2. Teori Sel 1.3. Jenis Sel 1.4. Bentuk Sel2. PEMBELAHAN SEL 2.1. Definisi 2.2. Fungsi Pembelahan Sel 2.3. Macam-macam 3. KOMUNIKASI SEL 3.1. Definisi 3.2. Fungsi Komunikasi Sel 3.3. Ikatan Biomolekul 4. GENETIKA 4.1. Definisi Genetika 4.2. Fungsi Genetika 4.3. Definisi Gen, genom, pengantar genetika5. KROMOSOM 5.1. Definisi Kromosom 5.2. Fungsi kromosom 5.3. Struktur kromosom 5.4. Bentuk dari kromosom
6. GEN (DNA DAN RNA) 6.1. Definisi Gen 6.2. Fungsi Gen 6.3. Struktur Gen7. MUTASI 7.1. Definisi Mutasi 7.2. Faktor Penyebab Mutasi 7.3. Macam-macam Mutasi8. EKSPRESI GEN (DOGMA SENTRAL) 8.1. Definisi Ekspresi Gen 8.2. Mekanisme Ekspresi Gen 8.2.1. Transkripsi 8.2.2. Translasi 8.2.3. Transkripsi Prokaryot dan Translasi Prokaryot 8.2.4. Transkripsi Eukaryot dan Translasi Eukaryot 8.3. Faktor Ekspresi Gen
1.5. Ukuran Sel1.6. Jumlah Sel1.7. Struktur Sel1.8. Metode Pengamatan Sel
2.3.1. Mitosis 2.3.2. Meiosis 2.3.3. Amitosis
3.4. Jenis Komunikasi Sel3.5. Mekanisme Komunikasi Sel3.6. Matriks Extraseluler
4.4. Pola Hereditas4.5. Simbol Genetika4.6. Pedigree chart
5.5. Jenis Kromosom5.6. Kariotipe Manusia5.7.Penyakit Kelainan Genetik
11
BiologiIlmu Dasar Medis
Ciri-ciri sel eukariotik - Komponen sel lebih teratur - Merupakan bahan genetika dalam nukleus Komponen utama sel, terdiri dari : - Membran plasma - Sitoplasma Sub-komponen sel terdiri dari : - Mitokondria - Ribosom - Retikulum endoplasma kasar - Retikulum endoplasma halus2. Sel prokariotik
Berdasarkan keberadaan membran intinya, sel terbagi menjadi 2, yaitu1. Sel eukariotik
Sel eukariotik memiliki dua bentuk, yaitu tetap dan berubah, sebagai berikut:
Adapun faktor bentuk sel tergantung pada:
Sel prokariotik ialah suatu jenis sel yang memiliki inti tidak jelas, karena tidak memiliki membran inti.
-
-
---
--
Tetap terdiri dari: sel spermatozoa, sel saraf, sel eritrosit, sel epi-tel, sel tanaman, dan lain-lain. Berubah terdiri dari: sel leukosit dan amoeba
Fungsi selViskositas sitoplasmaTegangan permukaan membransel
Rigiditas membran plasmaPengaruh mekanis darisekitarnya.
1.3. Jenis Sel
Gambar 1-20 Mikroskopis
Sel eukariotik memiliki inti sel yang jelas karena inti sel mempunyai dinding atau membran inti.
MitokondriaPeroksisom
Pori inti
Nekleus (inti sel)
Retikum endoplasma kasar
Retikulum endoplasma halus
Ribosom (menempel pada retikulum endoplasma kasar)
Mikrofilamen
Membran plasma
Ribosom bebas
Lisosom
Kompleks golgi
Vesikel
Sitosol
Vault
Pasangan sentrioldalam sentrosom
Mikrolobulus yang memancardari sentrosom
Fimbria: struktur pelekatanpermukaan sejumlah prokariota
Ribosmom: komplek yangmenyintesis protein
Membran plasma: membran yang menyelubungi sitoplasma
Dinding sel: struktur kaku di luar membran plasmaKapsul: pelapis luar serupa-jeli pada banyak prokariota
Flagela: organel lokomosibeberapa jenis bakteri
0,5 μm
(b) Irisan tipis baktei Bacillus coagulans (TEM)
Gambar 1-3 Sel prokariotik.Contoh dari sel prokariotik :- Bakteri- Ganggang hijau- Ganggang biru- Virus
Kromosombakteri
Nukleoid: wilayah tempat DNAsel terletak (tidak terselubungmembran)
(a) Bakteri tipikal berbentuk batang
-
-
-
-
-
-
-
-
Kromosom terlihat pertama kali sebagai benang panjang yang kemudian menjadi pendek dan tebal. Di karenakan hilangnya air dari kromosom yang mengadakan spiralisasi (cooling)Kromosom terlihat ganda, kecuali pada daerah kinetokhor atau sentromer. Ini menandakan bahwa telah terjadi suatu replikasi kromatid pada interfaseKedua benang pada kromosom ini disebut kromatid (sister chromatids)Membran nukleus mulai menghilang, nukleolus juga meng-hilang. Sentroma di luar nukleus membelah menjadi dua dan mulai bergerak ke arah kutub masing-masing sambil mem-buat benang-benang spindle.
Kromosom mulai bergerak pertama kali menuju dan berkum-pul pada bidang ekuatorial = proses kongregasi.Yang menempel pada ekuatorial hanyalah kinetokhor. Sedang-kan lengan-lengan kromosom bebas di luar bidang ekuatorial.Setelah semua kromatid tersusun dalam bidang ekuator, kromatid ini akan mulai terpisah dari pasangannya dan mas-ing-masing akan di hubungkan dengan kutub pembelahan sel pada setiap sisi. Tahap metaphase ini diakhiri dengan tertari-knya bagian kinektokor kearah kutub pembelahan sel mas-ing-masing. Sementara itu bagian lengan kromatidnya masih melekat satu sama lain.
2. Mitosis
Gambar 2-3 Pada profase, kromatin mengembun menjadi kromosom.
Gambar 2-4 Pada metafase, kromosom menyelaraskan di pusat sel dalam hubungan dengan serat poros.
Gambar 2-2 Mitosis selesai, dan interfase baru dimulai.
Serat poros Serat astral
Sentriol
Khatulistiwa
Sentromer
Di dalam interfase, di bagi menjadi tiga periode, yaitu:a. Periode G1 (Gap 1) : suatu periode sebelum sintetis DNA.b.
c.
Periode S (Sintetis) : Periode sintetis DNA atau replica DNA dan replica kromatid dari kromosom.Periode G2 (Gap2) : Periode sintetis DNA berakhir dan siap untuk bermitosis. Juga di sebut pra-mitosis.Jadi, pada tahap G2 sel telah mempunyai kromosom bersifat dip-loid dan mempunyai sepasang unit sentriol atau dengan kata lain sel telah siap untuk menggandakan atau memulai pembelahan.
a. Kariokinesis 1) Profase
2) Metaphase
KromatidKromosom
Serat poros
Kromosom
Kinetokor di sentromer
Kromatid
12
Fisiologi
13
2.2.1. Fisiologi Pendengaran 2.2.2. Jenis Gangguan Pendengaran 2.2.3. Jenis Penyakit Pendengaran 2.3. Fisiologi Hidung dan Tenggorokan 2.3.1. Sel-sel Membran Olfactorius 2.3.2. Perangsangan Sel-sel Olfactorius 2.3.3. Potensial Membran dan Aksi pada Sel-Sel 2.3.4. Sensasi Utama Penghidu 2.3.5. Penghantaran Sinyal Penghidu ke Sistem Saraf Pusat 2.3.6. Sinus Paranasal 2.3.7. Proses Menelan 2.3.8. Proses Berbicara3. FISIOLOGI PERNAPASAN (RESPIRASI) 3.1. Fungsi Sistem Respirasi 3.2. Proses Respirasi 3.3. Pernafasan Eksternal dan Internal 3.3.1. Pernafasan Eksternal 3.4. Mekanika Pernafasan 3.5. Otot Respirasi 3.5.1. Otot inspirasi utama 3.5.2. Otot inspirasi tambahan: 3.5.3. Otot ekspirasi: 3.6. Volume dan Kapasitas Paru 3.6.1. Volume paru
1. FISIOLOGI SISTEM SARAF 1.1. Fisiologi Neuron 1.2. Mekanisme Penghantaran Impuls Saraf 1.3. Pembagian, Tingkat, & Organisasi Sistem Saraf 1.4. Jaras 1.4.1. Jaras Sensoris 1.4.2. Jaras Motoris 1.4.3. Hemifer Cerebri 1.4.4. Sistem Saraf Perifer 1.4.5. Nervus Kranialis 1.4.6. Input SSP 1.5. Ganglia Basal 1.5.1. Fisiologi 1.5.2. Komponen Ganglia Basal 1.5.3. Hubungan-hubungan Ganglia Basalia 1.5.4. Peran Ganglia Basalis pada Sirkuit Regulatoris 1.5.5. Fisiologi 1.6. Sistem Otonom 1.6.1. Sistem Saraf Simpatis 1.6.2. Sistem Saraf Parasimpatis2. FISIOLOGI SISTEM INDRA 2.1. Fisiologi Mata 2.1.1. Proses Visual Mata 2.1.2. Tajam Penglihatan 2.2. Fisiologi Telinga
3.3.2. Pernapasan Internal
3.6.2. Kapasitas paru
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
FISIOLOGI
Ilmu Dasar Medis
14
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan pala-tum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini ter-jadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m. salpingofaring dan m. palatofaring, kemudian m. levator veli palatine bersama-sama m. kon-striktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m. pala-tofaring (bersama m. salpingofaring) oleh kontraksi aktif m. konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu bersamaan.Ada yang berpendapat bahwa tonjolan passavant ini menetap pada periode fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.
Gambar 2-58 Proses berbicara
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut ke faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap ketiga jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang sebenarnya adalah: pen-gunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi li-dah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi da-lam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor far-ingis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan masuk ke lambung.2.3.8. Proses Berbicara
Palatum molle
Plica vocalis
Cavitas oralis
Cavitas nasi
Bibir
Gigi
Lidah
Cavitaspharingeal
Plica vocalis tertutup ketika berbicara sehingga udara dari paru-paru menekan
antara plica vocalis menyebabkan getaran yang menghasilkan suara
Plica vocalis terbuka selama bernapas memungkinkan udara masuk ke dalam
paru-paru
Larynx
Pada mata emetropia sinar merah dibiaskan di belakang retina sedang sinar hijau di depan, demikian pula dengan mata yang telah dikoreksi dengan tepat. Penderita duduk dengan satu mata ditutup dan melihat pada kartu merah hijau yang ada huruf di atasnya. Pada pasien diminta untuk memberitahu huruf diatas warna yang tam-pak lebih jelas. Bila terlihat huruf diatas hijau lebih jelas berarti mata hipermetropia, sedang pada miopi akan lebih jelas huruf pada warna merah. Pada keadaan diatas dilakukan koreksi sehingga huruf diatas warna hijau sama jelas dibanding huruf diatas warna merah
5. Uji Dominan MataUji ini bertujuan untuk mengetahui mata dominan pada anak. Anak diminta melihat pada satu titik atau benda jauh. Satu mata ditutup kemudian mata yang lainnya. Bila mata yang dominan yang tertutup maka anak tersebut akan menggerakkan kepalanya untuk melihat ben-da yang matanya dominan
6. Uji Crowding Phenomenon
Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya ambliopia. Penderita di-minta membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya crowding phenomenon pada mata tersebut menderita ambliopia.
7. Penurunan Tajam PenglihatanPenurunan tajam penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, kesehatan mata dan tubuh dan latar belakang pasien. Ta-jam penglihatan cenderung menurun sesuai dengan meningkatnya usia seseorang. Jenis kelamin bukan merupakan suatu faktor yang mempen-garuhi ketajaman penglihatan seseorang. Dari penelitian yang dilaku-kan di Sumatera, Indonesia, didapat bahwa penyebab tertinggi terjad-inya low vision atau visual impairment adalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, Age-related Macular Degeneration, Macular Hole, Optic Atrophy, dan trauma. Kelainan refraksi merupakan suatu kelainan mata yang herediter.
Gambar 2-11 Uji dominan mata kanan
Gambar 2-12 Crowding bar, atau kontur interaksi bar, memungkinkan pemeriksa untuk menguji crowding phenomenon dengan optotype terisolasi pada anak yang menderita ambliopia.
15
Histologi
4.1.2. Gigi 4.1.3. Lidah 4.2. Esofagus 4.3. Gaster 4.4. Usus Halus 4.5. Apendiks Vermiformis 4.6. Kolon Rektum 4.7. Hepar 4.8. Kandung Empedu 4.9. Pankreas5. HISTOLOGI SISTEM GINJAL & SALURAN KEMIH 5.1. Ginjal 5.2. Ureter 5.3. Kandung Kemih 5.4. Uretra6. HISTOLOGI SISTEM REPRODUKSI 6.1. Histologi Genitalia Wanita 6.1.1. Ovarium 6.1.2. Tuba Falopi 6.1.3. Uterus 6.1.4. Vagina 6.1.5. Kelenjar Mammae 6.1.6. Labia Mayora 6.1.7. Minora 6.1.8. Vestibulum
1. HISTOLOGI SISTEM SARAF 1.1. Neuron 1.1.1. Sinaps 1.1.2. Neurotransmiter 1.2. Sel Glia (Sel Penyongkong) 1.2.1. Sel Glia pada SSP 1.2.2. Sel Glia pada SST 1.2.3. Tahap Meilinasi 1.2.4. Tahap Regenerasi 1.3. Susunan Saraf Pusat 1.4. Histologi Medulla Spinalis 1.5. Histologi Sistem Saraf Pusat 1.6. Histologi Sistem Saraf Tepi2. HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI 2.1. Sistem Konduksi 2.2. Sistem Respirasi3. HISTOLOGI SISTEM KARDIOVASKULAR 3.1. Histologi Jantung 3.2. Histologi Arteri 3.3. Histologi Kapiler 3.4. Histologi Vena4. HISTOLOGI SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER, & PANKREAS 4.1. Rongga Mulut 4.1.1. Bibir
MICRON MEDICAL MULTIMEDIAMICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
HISTOLOGI
Ilmu Dasar Medis
16
Gambar 1-21 Potongan area di dekat fissura mediana anterior yang memperlihatkan dura mater (D) dan ruang subdural (SD) yang keras dan dilapisi oleh sel pipih mirip-epi-tel. Lapisan meninges tengah adalah lapisan arachnoid (A) yang menyerupai jaring dan mengandung ruang subarakhnoid (SA) dan trabekula jaringan ikat (T). Ruang subara-khnoid terisi dengan cairan serebrospinal dan arachnoid berfungsi sebagai bantalan peredam kejut di antara otak dan tengkorak. Pembuluh darah (BV) yang cukup besar berjalan melalui lapisan arakhnoid. Pia mater (P) yang berada paling dalam tipis dan tidak terpisah secara tegas dari arachnoid; bersama-sama, kedua lapisan tersebut ter-kadang disebut sebagai pia-arakhnoid atau leptomeninges. Ruang di antara pia ma-ter dan substansia alba (WM) di medula spinalis adalah artifak yang terbentuk selama proses diseksi; normalnya, pia tersebut sangat melekat erat pada lapisan prosessus astrosit pada permukaan jaringan SSP. lOOx. H&E.
Gambar 1-22 Banyak fitur penting dari medulla spinalis yang terlihat di penampang ini. Substantia alba terdiri dari serabut saraf yang membawa turun naik informasi dan membuat daerah luar medulla. Substantia grisea, yang berisi badan sel, terletak di pusat medulla dan mudah diidentifikasi oleh warna dan bentuk kupu-kupu. Canalis centralis terletak di pusat medulla dan berisi cairan serebrospinal (CSF). Radix pos-terior mengandung serat sensorik aferen yang mengirimkan sinyal dari SST, melalui ganglion sensorium nervi spinalis, ke Cornu posterius. Radix anterior nervi spinalis mengandung akson motorik eferen. Radix anterior nervi spinalis dan dorsalis bersatu membentuk medulla spinalis.
Merupakan lanjutan batang otak yang terbagi dalam sejumlah kanan, sedangkan setiap saraf spinal berhubungan segmen medulla spinalis melalui akar atau radiks (radiks posterior/dorsal: serabut aferen dan ra-dix anterior berisi serabut saraf efferen). Pada foramen intervetebrale yang terletak antara foramen magnum dan C1 merupakan keluaran dari nervus spinalis servicalis satu dan diantara C7 dan T1 terdapat nervus spinalis servicalis 8.
D
DSDATSABVPWM
: Dura mater: Subdural: Arachnoid: Trabekula: Subarakhnoid: Pembuluh darah: Pia mater: Substansia alba
SSA
BV
P
SD
T
BV
P
WM
Susunan saraf spinal → 31 pasang saraf spinal (nervus spinalis), yang terdiri dari:~ 8 pasang nervus cervicalis (C1 – C7).~ 12 pasang nervus thoracicus (T1 – T12).~ 5 pasang nervus lumbalis (L1 – L5).~ 5 pasang nervus sacralis (S1 – S5).~ 1 pasang nervus coccygeus (Co1).Substansia Alba (White matter): serabut saraf yang terdiri dari ser-abut yang berpangkal di medula spinalis yang naik meuju otak (acendens) dan serabut saraf yang berasal dari otak turun ke medula (de-cendens). Kumpulan serat-serat saraf (Funikulus):- Anterior (ventral).- Lateral.- Posterior (dorsal).- Funikulus terbagi atas kelompokan kecil lagi (Fasikulus)/traktus.
3
2
1
76
5
4
1. Canalis centralis2. Dorsalis3. Substantia alba4. Substantia grisea5. Radix posterior6. Radix anterior7. Ventralis
Gambar 1-15 Mielinisasi dari berdiameter besar PNS akson.
Gambar 1-19 Serebrum 40x
Gambar 1-19 Serebrum 40xGambar 1-18 Medula spinalis: daerah mid-torakal (potongan transversal). Pulasan: hematoksilin dan eosin. Pembesaran lemah.
SSP
2
4
5
6
7
8
9
10
11
3 1 1513
14
Serebrum
Serebrum
Medulla spinalis
Substansia Grisea
Substansia Grisea
Substansia Alba
Substansia Alba
Substansia Alba
Substansia Grisea
Vena spinalis posteriorDura materAraknoid materPia materRadiks posteriorKornu posterior griseaKolumna lateral albaKornu lateral grisea dengan neuron motorikKanalis sentralisKornu anterior grisea dengan neuron motorikRadiks anteriorVena dan arteri spinalis anteriorRuang subduralSpatium subarachnoideumSulcus medianus posteriorFasciculus gracilisFasciculus cuneatusCommisura griseaKornu lateral grisea dengan neuron motorikKornus anterior griseaAkson radiks anteriorFisuura mediana anteriorKolumna posterior
Korteks serebeli: substansia griseaKorteks serebeli: stratum moleculareStratum purkijenseKorteks serebeli: stra-tum granulosumSubstansia albaFolium serebeliPia materSubstansia albaSulciKorteks serebeli: substansia grisea
KapilarisSel GranularSel PiramidalNukleus Neuroglial
C :GC :PC :NN :
1.
2.
3.4.
5.6.7.8.9.
10.
NN
C
GC
PC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.2.3.4.5.6.7.8.
9.10.
11.12.
13.14.
15.
16.17.18.19.
20.21.22.
a.
Korteks Medula
D. Terdiri atas 2 lapisan:Substansia grisea (abu-abu) yang terdiri dari Perikarion dan serat saraf tak bermaielin.Substansia alba (putih) yang terdiri serat saraf bermielin dan den-drit.
1.
2.
16a
17
18
1920
21
22
12
17
Gizi
4. JUMLAH ZAT GIZI YANG DIBUTUHKAN TUBUH4.1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi4.2. Cara Menentukan Kebutuhan Gizi
5. PERIODE EMAS 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN5.1. 1000 Hari Pertama Kehidupan5.2. Masa Prakonsepsi dan Periode Awal Kehamilan5.3. Masa Kehamilan 0-8 Minggu5.4. Proses Tumbuh Kembang Otak5.5. Dampak Kekurangan Gizi5.6. Stunting
6. GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN6.1 Gizi Remaja6.1.1 Penilaian Status Gizi Remaja6.1.2 Kebutuhan Gizi Remaja6.1.3 Masalah Gizi dan Kesehatan Pada Masa Remaja
6.2. Gizi Ibu hamil6.2.1. Karakteristik Kehamilan6.2.2. Permasalahan Gizi Pada Ibu Hamil6.2.3. Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil6.2.4. Rekomendasi WHO Tentang Perawatan Antenatal
6.3. Gizi Bayi dan Balita6.3.1 Penilaian Status Gizi Bayi dan Balita6.3.2 Kebutuhan Gizi Pada Bayi dan Balita6.3.3 Pemberian Makanan6.3.4 Masalah Gizi Pada Bayi dan Balita
1. PENGERTIAN GIZI2. PENILAIAN STATUS GIZI
2.1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung 2.1.1. Antropometri2.1.2. Klinis
2.2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung2.2.1. Survey Konsumsi
3. ZAT GIZI3.1. Karbohidrat3.1.1. Kebutuhan & Sumber Karbohidrat3.1.2. Metabolisme Karbohidrat
3.2. Protein3.2.1. Mutu & Sumber Protein
3.3. Lemak3.3.1. Sumber Lemak3.3.2. Klasifikasi Lemak3.3.3. Kebutuhan Lemak
3.4. Vitamin dan Mineral3.4.1. Vitamin
3.5. Serat Makanan (DIETARY FIBER)3.5.1. Definisi Serat3.5.2. Penggolongan Serat
3.6. Air3.6.1. Definisi & Sumber Air3.6.2. Proses Perjalanan Air
2.1.3. Biokimia2.1.4. Biofisik
2.2.2. Stastitik Vital
3.2.2. Metabolisme Protein
3.3.4. Fungsi Lemak3.3.5. Metabolisme Lemak3.3.6. Makanan Tinggi Lemak
3.4.2. Mineral
3.5.3. Komposisi Kimia Serat3.5.4. Manfaat & Sumber Serat
3.6.3. Fungsi Air3.6.4. Dampak Negatif
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
GIZI
Ilmu Dasar Medis
18
3. ZAT GIZI Klasifikasi Zat Gizi
Pengelompokan zat gizi bila dikelompokkan ada tiga.1. Berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sumbernya zat gizi dibagi menjadi zat gizi berasal dari nabati dan hewani. Zat gizi nabati merupakan zat gizi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sedangkan zat gizi hewani adalah sumber zat gizi dari hewan.
2. Berdasarkan jumlahPengelompokkan zat gizi berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi mikro dan makro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tu-buh dalam satuan gram. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil dengan satuan mg. Zat gizi makro adalah mineral dan vitamin.
3. Berdasarkan FungsiZat gizi yang terkandung dalam makanan memiliki fungsi mas-ing-masing. fungsi zat gizi tersebut adalah pertama sebagai sumber tenaga atau sumber energi. Zat gizi yang bersumber tenaga digu-nakan untuk beraktivitas, membantu jalannya proses kerja dan me-tabolisme di dalam tubuh.
Makanan yang masuk melalui mulut kemudian dipecah menjadi senya-wa kimia yang lebih sederhana disebut zat gizi. Menurut almaitser 2001 dan Sulistyoningsih 2011 zat gizi itu sendiri adalah ikatan kimia yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai keperluan, yaitu menghasilkan ener-gi, membangun dan memelihara jaringan dan mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi yang terdapat dimakanan dan dibutuhkan oleh tu-buh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.Makanan yang masuk kedalam tubuh memiliki berbagai kandungan zat gizi. Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh usia, jenis kelamin, akti-vitas, berat badan dan tinggi badan.
Gambar 3-1 Pedoman gizi seimbang
Mencuci tangan
2-4 porsi
3-4 porsi
2-3 porsi
Bermain sepak bola
BerjalanSenam Bersepeda
Menyapu
+ Minum air putih 8 gelas
4 sendok makan (gula)
Batasi gula, garam, dan minyak
1 sendok teh (garam)
5 sendok makan (minyak)
Pantau berat badan
Air
Bahan Makanan
Bahan Kering
Organik
Protein Lemak Vitamin
Anorganik
Mineral
Karbohidrat
Zat makanan
Skema 3-1 Klasifikasi Zat gizi
Selama proses kehamilan terjadi perpindahan zat-zat gizi dari tubuh ibu ke dalam tubuh janin melalui plasenta. Pertumbuhan janin dalam kand-ungan ibu sangat bergantung pada asupan zat gizi ibu. Ibu hamil yang menderita gizi kurang, terutama Kurang Energi Kronis (KEK) berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah dan berdampak pada per-tumbuhan dan perkembangan anak, perkembangan intelektual, serta produktivitas di kemudian hari.Ibu hamil secara alamiah senantiasa melindungi dan memelihara janin dalam kandungannya agar tetap sehat. Janin yang sehat akan tercip-ta apabila ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsi secara baik dan benar. Upaya yang baik ini tidak hanya akan membentuk tubuh janin yang sehat, tetapi juga dapat memberi perlindungan pada bayi dari berbagai infeksi dan gangguan lain yang dapat mengganggu pertum-buhan dan perkembangan. Beberapa hal terkait kehamilan yang akan diuraikan dalam bab ini meliputi karakteristik kehamilan, permasalahan gizi pada masa kehamilan, dan gizi seimbang pada masa kehamilan.
6.2.1. Karakteristik KehamilanDefinisiMasa bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, kehamilan, menyusui, dan lansia ialah rangkaian dalam siklus kehidupan manusia. Proses ke-hamilan, melahirkan, dan menyusui merupakan kondisi alamiah yang secara kodrati dialami oleh kaum perempuan. Perempuan memegang peranan penting dalam pembentukan insan manusia yang sehat, baik lahir maupun batin, cerdas, kuat, dan produktif. Salah satu ciri bangsa maju adalah memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivi-tas kerja yang tinggi. Tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas akan sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi seseorang.Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tu-buh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja mening-kat, serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, pola makan masyarakat perlu ditingkatkan ke arah konsumsi gizi seimbang.
6.2. Gizi Ibu hamil
Gambar 6-9 Gizi pada ibu hamil
Trimesterpertama0 sampai 2 minggu
Trimesterkedua13 sampai 28 minggu
Trimesterketiga29 sampai 40 minggu
Gambar 6-10 Periode perkembangan kehamilan
19
Farmakologi
1. ILMU DASAR FARMAKOLOGI1.1. Obat1.2. Bentuk Sediaan Obat (BSO)1.3. Cara Pemberian Obat, Keuntungan, & Kerugiannya1.4. Alasan Pemberian Obat 1.5. Efek Obat
2. FARMAKOKINETIK2.1. Absorbsi2.2. Distribusi
3. PARAMETER FARMAKOKINETIK3.1. Bio-availability 3.2. Jenis parameter-parameter farmakokinetika
4. FARMAKODINAMIK4.1. Farmakodinamik I4.1.1. Mekanisme Kerja Obat4.1.2. Reseptor
4.2. Farmakodinamik II4.2.1. Kerja Obat yang Tidak Diperantarai Reseptor4.2.2. Kerja Obat dengan Reseptor
4.3.Variabel Farmakodinamika4.3.1. Kurva Kadar Obat Dalam Plasma Vs Waktu4.3.2. Hubungan Dosis Obat dengan Persen Responsif
5. INDEKS TERAPI5.1. Kondisi Fisiologik
2.3. Metabolisme Obat2.4. Ekskresi (Eliminasi)
5.2. Kondisi Patologik
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
FARMAKOLOGI
Ilmu Dasar Medis
20
- Dekontaminasi topikal, menggunakan air dan sabun sebagai zat iritan.- Meningkatkan eliminasi zat toksik, untuk pembebasan urin.- Antidot.
Farmakokinetik atau kinetik obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup empat proses, yakni: Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi.
2. FARMAKOKINETIK
Gambar 1-17 Efek toksik
Kualitas
Toksikologi
Farmakologi
Studi klinis
Obat yang aman dan berkhasiat
Berkas pendaftaran
Pharmaco-vigilance
Gambar 2-1 Prinsip-prinsip kunci dari Farmakokinetik
Gambar 2-2 Farmakokinetik
Obat Absorpsi
Distribusi
Metabolisme
Hati
Ekresi
Alat pengangkut
Mulut, intravena, intraperitoneal, subkutan, intramuskular, inhalasi
Membran rongga mulut, saluran pencernaan, peritoneum, kulit, otot, paru-paru.
1. Administrasi obat
2. Penyerapan dan distribusi
Target situs
3. Mengikat
Plasma darah
Plasma protein yang mengikat
Metabolisme
4. Inaktivasi
Hati
Keringat, uap air, air liur, urin, feses
5. Ekresi
Produk ekskresi
Depot penyimpanan tidak aktif
Usus, ginjal, paru-paru, kelenjar keringat, dll
Reseptor neuron
Tulang & lemak
2.1. Absorbsi Pemberian obat di bawah lidah hanya untuk obat yang sangat larut dalam lemak, karena luas permukaan absorpsinya kecil, sehingga obat harus melarut dan diabsorpsinya kecil, sehingga obat harus melarut dan diab-sorpsi dengan sangat cepat, misalnya nitrogliserin. Karena darah dari mu-lut langsung ke vena kava superior dan tidak melalui vena porta, maka obat yang diberikan sublinguinal ini tidak mengalami metabolisme lintas pertama oleh hati. Pada pemberian obat melalui rektal, misalnya untuk pasien yang tidak sadar atau muntah, hanya 50% darah dari rektum yang melalui vena porta, sehingga eliminasi lintas pertama oleh hati juga hanya 50%. Akan tetapi, absorpsi obat melalui mukosa rektum seringkali tidak teratur dan tidak lengkap, dan banyak obat menyebabkan iritasi mukosa rektum.Absorpsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagian barier absorpsi adalah membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua mem-bran sel di tubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus mempunyai kelarutan lemak. Kecepatan difusi berbanding lurus dengan derajat kelar-utan lemak molekul obat. Kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah, yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam air, elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya. Derajat ionisasi obat bergantung pada konstanta ionisasi obat (pKa) dan pada pH larutan dimana obat berada.
Absorpsi sama artinya dengan penyerapan. Untuk bahasan mengenai far-makokinetik ini bahwa absorpsi yang dimaksud adalah proses diserapnya atau masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberiannya yaitu berupa ada yang dari saluran cerna (mulut sampai dengan rektum), kulit, paru-paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, den-gan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 m2 (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan villi dan mikrovilli).
Gambar 2-3 Absorpsi obat
Sublingual
Obat Inhalasi
Topikal
Rektal
Tempelan transdermal
Bagian paracellular
Difusi pasif
Difusi yang terfasilitasi
Transpor-tasi aktif
Gambar 2-4 Absorbsi
21
Patologi Klinis
MICRON MEDICAL MULTIMEDIAMICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
PATOLOGI KLINIS
2.8. Sediaan Apus Darah2.8.1. Membuat Sediaan Apus Darah2.8.2. Memulas Sediaan Apus2.8.3. Memeriksa Sediaan Apus
3. PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK HEMATOLOGI 23.1. Menghitung Retikulosit3.2. Menghitung Trombosit3.3. Laju Endap Darah3.4. Penetapan Nilai Hematokrit3.5. Indeks Ikterus3.6. Nilai Eritrosit Rata-rata3.7. Ketahanan Osmotik3.8. Sel Lupus Erythematosus (Sel LE)
4. PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK HEMATOLOGI 34.1. Sumsum Tulang 4.1.1. Pungsi, Membuat dan Memulas Sediaan4.1.2. Memeriksa dan Melaporkan
4.2. Percobaan-Percobaan pada Kelainan Hemoragik4.2.1 Masa Perdarahan4.2.2 Percobaan Pembendungan4.2.3. Retraksi Bekuan4.2.4. Volume Cairan Bekuan
4.3. Penetapan Golongan Darah (ABO)4.4. Uji Silang4.5. Percobaan Coombs
1. PENDAHULUAN CAIRAN TUBUH (DARAH)1.1. Komposisi Cairan tubuh1.2. Hematologi1.3. Darah1.3.1. Fungsi Darah1.3.2. Komposisi Darah
1.4. Gangguan Pada Darah1.4.1. Anemia defisiensi besi 1.4.2. Leukemia
1.5. Golongan Darah1.6. Imunologi1.7. Hipersensitivitas
2. PENUNTUN LABORATORIUM KLINIK HEMATOLOGI 12.1. Alat-Alat Pemeriksaan Hematologi2.1.1. Jenis Alat Hematologi2.1.2. Pemeliharaan Alat-Alat
2.2. Cara Memperoleh Darah Pemeriksaan Hematologi 2.3. Antikoagulansia Untuk Pemeriksaan Hematologi2.4. Darah Oxalat dan EDTA Untuk Pemeriksaan Hematologi 2.5. Kesalahan Lazim Dalam Cara Memperoleh Darah 2.6. Penetapan Kadar Hemoglobin2.7. Menghitung Sel-Sel Darah2.7.1. Menghitung Leukosit2.7.2. Menghitung Sel Eosinofil2.7.3. Menghitung Eritrosit
1.4.3. Hemofilia1.4.4. Thalasemia
4.2.5. Masa Pembekuan4.2.6. Masa Protrombin4.2.7. Masa Rekalsifikasi
Ilmu Dasar Medis
22
Cara ini digunakan untuk menguji adanya gangguan faktor pembekuan darah pada jalur extrinsik, yaitu kekurangan faktor pembekuan V, VII, X, protrombin dan fibrinogen. Jika dianggap bahwa faktor lain-lain dalam proses-proses itu normal, maka masa protrombin ini menjadi ukuran untuk aktivitas protrombin. Dasar percobaan: kepada plasma diberi sejumlah tromboplastin dan ion calcium yang optimal dan la-manya waktu untuk menyusun fibrin diukur.Cara tahap tunggal menurut QuickA. Membuat plasma
Ke dalam tabung sentrifuge yang bergaris dimasukkan 0,5 ml larutan natriumsitrat 3,8%Lakukan pungsi vena dan masukkanlah ke dalam tabung sentri-fuge tadi 4,5 ml dari darah itu. Campurlah baik-baik.Pusinglah selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 rpm dan pi-sahkanlah plasma dari sel-sel darah. Kalau plasma itu tidak dapat segera diperiksa, simpanlah dalam lemari es; tetapi meskipun di-simpan pada suhu rendah, pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu 2 jam setelah darah diambil.
1.
2.
3.
B. PenetapanMasukkanlah tabung serologi 13 x 10 mm ke dalam air bersuhu 37oC.Masukkanlah 0,1 ml plasma ke dalam tabung dan tunggulah be-berapa lama sampai plasma bersuhu 37oC pula.Kemudian tambahkan 0,1 ml tromboplastin dan campurlah.Lalu kepada campuran itu diberi 0,1 ml larutan CaCl2 0,22% (0,02 m). Jalankan stopwatch tepat pada saat larutan calciumchlorida itu masuk. Campur baik-baik.Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fi-brin dengan berkali-kali memancing memakai kaitan logam dalam campuran tadi.Hentikan stopwatch pada saat adanya fibrin: lamanya yang ditun-juk ialah masa protrombin plasma.
CatatanPemeriksaan ini pun bukan satu penetapan kuantitatif dalam arti kata sebenarnya; hasilnya ikut dipengaruhi oleh kualitas tromboplastin yang dipakai dan oleh teknik mengerjakan percobaan.
1.
2.
3.4.
5.
6.
4.2.6. Masa Protrombin
Gambar 4-24 Masa Protrombin
Kalsium, tromboplastin (termasuk faktor jaringan dan fosfolipid)
Disentrifugasi
Plasma Bekuan fibrinBerisi sitrat (mengikat kalsium)
Pisahkan sel darah
Gambar 4-25 Membuat plasma dengan mensentrifuge sample darah
Guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya penyakit, follow up).Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik urine adalah:1. Urine sewaktu yang segar2. Urine pagi yang segar (terbaik)3. Urine dengan pengawet (formalin)Sediaan pemeriksaan mikroskopik urine :1. Tanpa pewarnaan (sediaan natif)2. Dengan pewarnaan seperti: Sudan III/IV = oval fat bodies; Prussian
Blue = butir hemosiderin.Cara pemeriksaan : 5ml urin masukkan dalam tabung sentrifuge, pus-ingkan 1500 rpm selama 5 menit, supernatan dipisahkan ke tabung lain, sedimen diteteskan diatas obyek gelas, tutup dengan deck gelas, sediaan diperiksa dengan mikroskop dengan perbesaran obyektif 10 dan 40x. Yang dapat dilihat:
5.2.2. Pemeriksaan Mikroskopik urine
Sel darah (Eritrosit) : ditemukan pada pasien hematuria pada trauma ginjal, tumor ginjal, TBC ginjal : Bentuk bundar; Batas jelas; Warna kuning muda; Ukuran ± 7μm; Normal 0-1 /lpb.Leukosit : ditemukan pada pasien leukosituria, pada sistitis, pielone-fritis : Bentuk bundar; Batas tidak jelas; Sitoplasma banyak berbutir; Ukuran ± 11μm; Normal <6/lpb.Silinder : cetakan protein yang terjadi di tubuli. Syarat terbentuknya; adanya proteinuria, suasana asam, oligouria – anuria. Yang ditemukan = silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder leukos-it. (nama sesuai dengan sel/struktur yang menempel).Contoh : Silinder hyalin, silinder epitel, silinder eritrosit. Epitel : Berasal dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Normal selalu terdapat dalam urin. Bertambah banyak pada penderita glomerulonefritis. Positif pada radang selaput lendir pada traktus uri-narium.Benang lendir : Terdapat pada iritasi selaput lendir traktus urogenital.Oval bat bodies : epitel yang mengandung lemak, berasal dari sindro-ma nefrotik (SN).Bakteri : S. Tiphy, E.Colli, M.TBC.
Gambar 5-14 Pemeriksaan Mikroskopik urine
Gambar 5-15 Unsur organik
EritrositLeukosit
Sel darah merah segar
23
Patologi Klinis
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ILMU DASAR
PATOLOGI ANATOMI
1. JEJAS1.1. Penyebab Jejas Sel1.2. Mekanisme Jejas Sel1.3. Proses Kematian Sel1.3.1. Kematian Sel Terprogram1.3.2. Kematian Sel Tidak Terprogram1.3.3. Morfologi Kerusakan Sel
1.4. Jenis-jenis Kerusakan Sel1.4.1. Cedera Subletal
1.5. Respon Subseluler1.6. Kalsifikasi
2. ADAPTASI SEL2.1. Adaptasi Sel Fisiologis2.2. Adaptasi Sel Patologik2.2.1. Atrofi2.2.2. Hipertrofi2.2.3. Metaplasia2.2.4. Hiperplasia2.2.5. Displasia
3. INFLAMASI3.1. Sistem Imun Non-Adaptif (Innate)3.1.1. Inflamasi3.1.2. Interferon3.1.3. Sel Natural Killer 3.1.4. Sistem Komplemen Melubangi Organisme
1.4.2. Cedera Letal
3.2. Sistem Imun Adaptif (non-Innate)3.2.1. Limfosit B : Imunitas Humoral3.2.2. Limfosit T : Imunitas Selular3.3. Lima Tanda Inflamasi
3.4. Inflamasi Akut dan Mekanisme3.4.1. Mekanisme Inflamasi Akut3.4.2. Mediator Kimia Inflamasi Akut3.4.3. Perubahan Vaskuler3.4.4. Berbagai Peristiwa yang Terjadi Pada Sel3.4.5. Defek Pada Fungsi Leukosit
3.5. Inflamasi Kronik dan Mekanisme3.5.1. Mekanisme Inflamasi Kronik3.5.2. Sel dan Mediator Inflamasi Kronik
3.6. Inflamasi Granulomatosa3.7. Saluran dan Kelenjar Getah Bening Pada Inflamasi3.7.1. Kelenjar Getah Bening 3.7.2. Lalu Lintas Kelenjar Getah Bening Pada Inflamasi
3.8. Pemulihan4. REGENERASI SEL
4.1. Pengendalian Pertumbuhan dan Deferensial Sel4.1.1. Proliferasi Sel Normal (siklus sel) 4.1.2. Potensi Proliferatif Jenis Sel yang Berbeda4.1.3. Mediator Terlarut4.1.4. Pemberian Sinyal4.1.5. Reseptor Permukaan Sel
Ilmu Dasar Medis
24
G0, sebagian besar jaringan matur terdiri atas sel yang dalam suatu kombinasi dari berbagai kedaan. Masuk dan berkembangnya suatu sel dipengaruhi oleh perubahan kadar dan aktivitas protein yang disebut siklin. Siklin menjalankan fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleks sehingga mengaktivasi dengan protein yang disintesis secara konstitutif yang disebut kinase yang bergantung pada siklin (CDK ; Cyclin-Dependent Kinase). Kombinasi antara siklin dan CDK berkaitan dengan setiap transisi penting dalam siklus sel. Kombinasi keduanya menggunakan efeknya dengan memfosforilasi sekelompok substrat protein terpilih (protein fosforilat kinase dan protein kontraregulasi de-fosforilat kinase). Fosforilasi dapat menimbulkan perubahan konformasi bergantung pada proteinnya yang secara potensial dapat :a. Mengaktivasi atau meng inaktivasi suatu aktivitas enzimatik.b. Menginduksi atau mengganggu interaksi protein.c. Menginduksi atau menghambat pengikatan protei pada DNA.d. Menginduksi atau mencegah katabolisme protein.
4.1.2. Potensi Proliferatif Jenis Sel yang Berbeda
Berdasarkan kemampuan regenerasi serta hubungan terhadap siklus sel, sel tubuh dibagi menjadi tiga kelompok. Yaitu sel labil, sel stabil, dan sel permanen dengan mengecualikan jaringan yang terutama tersusun atas sel permanen yang tak membelah (otot jantung dan syaraf), sebagian sel matur memiliki perbandingan jumlah yang beragam antara sel yang terus membelah,
4.1.1. Proliferasi Sel Normal (siklus sel)
Meskipun pertumbuhan dapat dicapai dengan memperpendek panjang siklus sel atau menurunkan laju sel yang hilang, kendali pengaturan yang penting adalah penginduksian sel istirahat (resting cells) (pada fase G0) agar memasuki siklus sel. Berbagai sinyal dari lingkungan se-tempat dapat mengubah kecepatan prolifesasi sel dan dapat mengu-bah kemampuan sel dalam berdiferensiasi dan bersintesis. Proliferasi sel normal = Siklus sel. Sel yang sedang ber proliferasi berkembang melalui serangkaian tempat dan fase yang sudah ditentukan yang dise-but siklus sel yang terdiri dari beberapa fase, yaitu : a. Fase G1: fase pertumbuhan dan pengecekan prasintesis 1b. Fase S : fase sintesis DNAc. Fase G2: fase pertumbuhan dan pengecekan pramitosisd. Fase M : fase mitosise. Fase G0 : sel istirahatSel beristirahat dalam suatu fase yang disebut fase G0. Dengan mengec-ualikan jaringan yang terutama tersusun atas sel-sel yang mengalami diferensiasi tahap akhir dan tidak membelah, dan semuanya berada pada fase
Gambar 4-2 Fase siklus sel normal
Sel labil bersiklus secara kontinu (misalnya, epidermis, saluran pencernaan epitel)
Duplikasi kromosom
Memeriksa kerusakan DNA unduplikat
(Pos G2/M)S
M
G1
G0
G2
Titik pembatas
Mitosis
Siklus sel
Pembelahan sel
Duplikasi sentrosom
Pertumbuhan massa
Sel stabil yang tak bergerak (misalnya, hepatosit)
Sel Permanen(misalnya, neuron, miosit jantung)
Memeriksa kerusakan DNA (Pos G1/S)
Jaringan labil(terus mem-
belah)
Jaringan stabil(tidak terus membelah)
Jaringan otot polos
Jaringan kulit
Jaringan saraf
Jaringan permanen
(tidak mem-belah)
Gambar 4-3 Potensi poliferatif jenis sel yang berbeda, menurut kapasitas generatif sel, jaringan tubuh dapat dibagi menjadi 3 kelompok
a.
b.
c.d.
terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel radang yang berasal dari pejamu.Prinsip umum :
Timbulnya neoplasma adalah hilangnya responsibilitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan normal (terus membelah diri tanpa mempedulikan pengaruh regulatorik yang mengendalikan pertumbu-han sel normal)Neoplasma berperilaku seperti parasite dan bersaing dengan sel dan jaringan normal untuk memperoleh kebutuhan metaboliknya .Mengalami transformasiPada tahap tertentu, neoplasma memiliki otonomi dan sedikit banyak terus membesar tanpa bergantung pada lingkungan lokal dan status gizi penjamu.
6.2. Klasifikasi Neoplasma
Tumor dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Tumor jinak (Benigna) dan Tumor ganas (Maligna)1. Tumor Jinak (Benigna)
Gambaran makroskopisnya “Dianggap relatif tidak berdosa”, yang mengisyaratkan bahwa:
Neoplasma secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”. Suatu neoplasma, sesuai definisi Willis, adalah “massa abnormal jaringan yang pertumbu-hannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan ja-ringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti”. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal.Dalam istilah umum kedokteran neoplasma disebut tumor, dan cabang ilmu yang mempelajari tumor disebut onkologi . Tumor memiliki 2 kom-ponen dasar: Parenkim dan StromaParenkim terdiri atas sel yang telah mengalami transformasi atau sel neo-plastik, dan stroma penunjang non-neoplastik yang berasal dari pejamu,
6. NEOPLASMA6.1. Definisi Neoplasma
Gambar 6-1 Neoplasma
Jaringan di bawah kulit
Permukaan kulit Tumor Pertumbuhan tumor
Pembuluh darah baru memberikan tumor oksigen dan nutrisi
1
Sel kulit normal
Tumor invasif
Sel kanker
Kulit bagian bawah
Kanker menyerang jaringan di bawahnya
Sel kanker menginvasi pembuluh darah
Sel kanker menyebar ke bagian lain dari tubuh
Pembuluh darah
2
Gambar 6-2 Klasifikasi tumor
Sel tumor jinak (bukan kanker) tumbuh hanya secara lokal dan tidak dapat dapat menyebar
dengan invasi atau metastasis
Sel ganas (kanker) menginvasi jaringan di sekitarnya, memasuki pembuluh darah dan
bermetastasis ke situs yang berbeda
Sel normalSel normal
Sel tumor jinak
Sel tumor ganas
25
Kehamilan
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ASUHAN KEBIDANAN
KEHAMILAN
POKOK BAHASAN ASUHAN KEBIDANAN (KEHAMILAN)
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN6.1. FAKTOR FISIK
6.2. FAKTOR PSIKOLOGIS
6.3. FAKTOR LINGKUNGAN, SOSIAL BUDAYA, DAN EKONOMI
7. KEBUTUHAN IBU HAMIL SESUAI TAHAP PERKEMBANGANNYA7.1. KEBUTUHAN DASAR IBU HAMIL
7.2. SENAM HAMIL
7.3. IMUNISASI
7.4. PERSIAPAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN BAYI
7.5. PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN
7.6. KETIDAKNYAMANAN SELAMA HAMIL DAN CARA MENGATASI
7.7. KUNJUNGAN ULANG KEHAMILAN
8. TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN8.1. TANDA BAHAYA DINI KEHAMILAN MUDA
8.2. TANDA BAHAYA DINI KEHAMILAN LANJUT
9. KUNJUNGAN KEHAMILAN9.1. ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN AWAL
9.2. ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN ULANG
10. PENDOKUMENTASIAN10.1. MODEL PENDOKUMENTASIAN
10.2. PRINSIP POKOK DOKUMENTASIAN
10.3. ASPEK LEGAL DOKUMENTASI
1. KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN1.1. FILOSOPI, PRINSIP, DAN SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN
1.2. ASUHAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE)
1.3. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN
2. ANATOMI FISIOLOGI IBU HAMIL2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA
2.2. PANGGUL
2.3. SIKLUS HORMONAL
3. PROSES TERJADINYA KEHAMILAN3.1. KONSEPSI
3.2. PERKEMBANGAN HASIL KONSEPSI
4. PERUBAHAN ANATOMI DAN PSIKOLOGI IBU HAMIL4.1. PERUBAHAN ANATOMI IBU HAMIL
4.2. PERUBAHAN PSIOLOGI PADA IBU HAMIL
5. TANDA-TANDA KEHAMILAN5.1. TANDA PASTI KEHAMILAN
5.2. TANDA TIDAK PASTI
5.3. TANDA TIDAK MUNGKIN
5.4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KEHAMILAN
26
1.2.3. STANDAR ASUHAN KEHAMILANStandar asuhan kebidanan yang mambahas tentang asuhan kehamilan yaitu:I. Standar 3: identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan mas-yarakat secara berkala
II. Standar 4: pemeriksaan dan pemantauan antenatalibu hamil melakukan periksa kandungan ke bidan minimal 4 kali se-lama kehamilan.
III. Standar 5: palpasi abdominalPada palpasi abdominal ini dilakukan pemeriksaan leopold yang ter-diri dari empat langkah yaitu:a. Leopold I, letak presentasi kepala dan bokongb. Leopold II, letak punggungc. Leopold III, letak bagian terbawah janind. Leopold IV, apakah bagian terbawah janin sudah masuk panggul
IV. Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan Minimal 90 tablet selama kehamilan.
V. Standar 7: pengelolaan dini hipertensi pada kehamilanSetiap kenaikan tekanan darah serta tanda-tanda adanya preeklamsia bidan mengambil tindakan yang tepat
VI. Standar 8: persiapan persalinanPersiapan persalinan, meliputi: tempat persalinan, memilih tenaga kesehatan, menghubungi tenaga kesehatan, transportasi, dana, dan hadirnya keluarga saat melahirkan.
Dalam melakukan pemeriksaan kehamilan bidan melakukan 14T, yai-tu: Timbang BB (Berat Badan), ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus uteri, suntik TT, Tablet Fe min 90 tablet, Tes Penyakit Menular Seksual (PMS), dan Temu wicara.
7
► KUIS KEBIDANAN KEHAMILAN bagian 1 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 9 dari 25
a b c d e
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ny. Y datang ke bidan untuk memeriksakan kehamilannya pada tanggal 10 Oktober 2010. Ny. Y mengatakan bahwa hari pertama menstruasi terakhirnya tanggal 6 Juni 2010. Umur kehamilan ibu pada saat memeriksakan kehami-lannya adalah...
a. 8 minggu 2 harib. 8 minggu 3 haric. 8 minggu 4 harid. 8 minggu 5 harie. 8 minggu 6 hari
27
Persalinan
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN dan BBL
1. KONSEP DASAR ASUHAN PERSALINAN1.1. PENGERTIAN
1.2. SEBAB-SEBAB DIMULAINYA PERSALINAN
1.3. TAHAPAN PERSALINAN
1.4. TUJUAN ASUHAN PERSALINAN
1.5. TANDA-TANDA PERSALINAN
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN2.1. PASSSAGE (JALAN LAHIR)
2.2. POWER (KEKUATAN)
2.3. PASSENGER (JANIN)
2.4. PENOLONG DAN PSIKOLOGI IBU
3. KEBUTUHAN DASAR SELAMA PERSALINAN3.1. KEBUTUHAN FISIOLOGIS
3.2. KEBUTUHAN RASA AMAN
3.3. KEBUTUHAN DICINTAI DAN MENCINTAI
3.4. KEBUTUHAN HARGA DIRI
3.5. KEBUTUHAN AKTUALISASI
4. ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA I4.1. PERUBAHAN FISIOLOGIS
4.2. PERUBAHAN PSIOLOGIS
4.3. MANAJEMEN KALA I PERSALINAN
4.4. PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIK PSIKOLOGIS IBU DAN KELUARGA
4.5. TANDA BAHAYA KALA I
5. ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN KALA II5.1. ASUHAN PERSALINAN KALA II
5.2. AMNIOTOMI DAN EPISIOTOMI
5.3. DETEKSI KOMPLIKASI DAN PENYULIT KALA II
6. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA III6.1. FISIOLOGI KAU III
6.2. MANAJEMEN AKTIF KAU III
6.3. PEMANTAUAN KAU III
6.4. KEBUTUHAN IBU BERSALIN KAU III
6.5. DETEKSI KOMPLIKASI KALA III
6.6. TINDAKAN-TINDAKAN PADA KAU III
7. TINDAKAN-TINDAKAN PADA KALA IV7.1. FISIOLOGI KALA IV
7.2. PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI
7.3. PEMANTAUAN KAU IV
8. 60 LANGKAH APN8.1. MENGENALI GEJAU DAN TANDA KAU DUA
8.2. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
8.3. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK
8.4. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
8.5. PERSIAPAN PERTOLONGAN KEUHIRAN BAYI
8.6. PERSIAPAN PERTOLONGAN KEUHIRAN BAYI
8.7. PENANGANAN BAYI BARU UHIR
8.8. PENATAUKSANAAN AKTIF PERSALINAN KAU TIGA
8.9. MENIUI PERDARAHAN
8.10. MEUKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
9. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR (BBL)9.1. ADAPTASI FISIOLOGI BBL TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS
9.2. TERMOREGUUSI
9.3. PEMELIHARAN PERNAFASAN
9.4. PEMOTONGAN TALI PUSAT
9.5. EVALUASI NIUI APGAR
9.6. RESUSITASI
9.7. BOUNDING ATTACHMENT
9.8. INISIASI MENYUSU DINI
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
28
78
8. 60 LANGKAH APN
KEGIATANI. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala DuaIbu merasa ada dorongan kuat dan meneranIbu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginaPerineum tampak menonjolVulva dan sfingerani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial un-tuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lam-pu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayiMenyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tan-
gan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tan-gan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kon-taminasi pada alat suntik))
• •
••
•
•
► KUIS KEBIDANAN PERSALINAN bagian 2 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 11 dari 25
a b c d e
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ny. B umur 22 tahun G2P1A0, hamil 40 minggu datang ke BPM pada pukul 10.00 WIB dengan keluhan kenceng-kenceng teratur sejak pukul 05.00 WIB, keluar keringat dingin mengeluarkan lendir darah. Hasil pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 9 cm KK +, penurunan kepala 3/5. Dari data diatas Ny.B dalam persalinan inpartu ...
a. Kala I fase laten normalb. Kala I fase laten memanjangc. Kala I fase aktif akselerasid. Kala I fase aktif deselerasie. Kala I fase aktif dilatasi maksimal
29
Nifas dan Menyusui
ASUHAN KEBIDANAN
NIFAS dan MENYUSUI
1. KONSEP DASAR MASA NIFAS1.1. PENGERTIAN DAN TUJUAN ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS
1.2. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM ASUHAN MASA NIFAS
1.3. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS
2. PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
2.2. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI
2.3. MANFAAT PEMBERIAN ASI
2.4. KOMPOSISI DALAM ASI
2.5. UPAYA MEMPERBANYAK ASI
2.6. TANDA BAYI CUKUP ASI
2.7. ASI EKSKLUSIF
2.8. CARA MERAWAT PAYUDARA
2.9. CARA MENYUSUI YANG BENAR
2.10. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
3. RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR3.1. BOUNDING ATTACHMENT
3.2. RESPON AYAH DAN KELUARGA
3.3. SIBLING RIVALRY
4. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS4.1. SISTEM REPRODUKSI
4.2. SISTEM PENCERNAAN
4.3. SISTEM PERKEMIHAN
4.4. SISTEM MUSKULOSKELETAL
4.5. SISTEM ENDOKRIN
4.6. TANDA-TANDA VITAL
4.7. SISTEM KARDIOVASKULER
4.8. SISTEM HEMATOLOGI
5. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS5.1. TAHAPAN ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS
5.2. POSTPARTUM BLUES
6. KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS6.1. NUTRISI DAN CAIRAN
6.2. AMBULASI
6.3. KEBERSIHAN DIRI DAN BAYI
6.4. ISTIRAHAT DAN TIDUR
6.5. SENAM NIFAS
6.6. HUBUNGAN SEKS DAN KELUARGA BERENCANA
6.7. ELIMINASI
6.8. LAKTASI
7. ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS NORMAL7.1. PENGKAJIAN DATA
7.2. MERUMUSKAN DIAGNOSA DAN MASALAH
7.3. MERUMUSKAN DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
7.4. ANTISIPASI MASALAH
7.5. MERENCANAKAN ASUHAN KEBIDANAN
8. PROGRAM TINDAK LANJUT ASUHAN IBU NIFAS DI RUMAH8.1. JADWAL KUNJUNGAN RUMAH
8.2. ASUHAN LANJUTAN MASA NIFAS DI RUMAH
8.3. PENYULUHAN PADA MASA NIFAS
9. DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS
POKOK BAHASAN ASUHAN KEBIDANAN (NIFAS)
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
30
Bagian-bagian utama payudara:1) KORPUS MAMMAE
Merupakan bagian yang terbesar. Korpus mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari:a. Duktus laktiferus.b. Duktulus.c. Lobus.d. Alveolus.Payudara terdiri dari 15-25 duktus laktiferus, dimana masing-masing duktus bercabang-cabang menjadi 20-40 duktulus. Masing-masing duk-tulus bercabang-cabang lagi menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kesatuan kelenjar sehingga tampak seperti suatu pohon. Struktur duktulus dan duktus berpusat ke arah puting susu, mas-ing-masing duktus melebar membentuk ampulla atau sinus laktiferus sebagai tempat penampungan air susu.Sinus laktiferus, duktus, dan alveolus dikelilingi oleh otot polos (mioepi-tel) yang dapat berkontraksi untuk memompa air susu ibu. Alveolus se-lain dikelilingi otot polos dikelilingi pula dengan pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu ibu untuk proses pembentukan air susu ibu.Sedangkan stroma, jaringan penyangga pada korpus mammae tersusun atas bagian-bagian:a. Jaringan ikat.b. Jaringan lemak.c. Pembuluh darah.d. Syaraf.e. Pembuluh limfa.Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Ukuran payudara yang besar atau kecil memiliki alveoli dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat meng-hasilkan ASI yang sama banyaknya. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut berkontraksi.
7
► KUIS ASUHAN KEBIDANAN NIFAS bagian 3 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 17 dari 25
a b c d eKebutuhan gizi ibu menyusui pada masa nifas dapat dirumuskan beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui, kecuali...
a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap harib. Makan dengan diet berimbangc. Minum sedikitnya 3 liter setiap harid. Minum kapsul vitamin Ae. Mengkonsumsi DHA selama nifas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
31
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
ASUHAN KEBIDANAN
NEONATUS, BAYI, BALITA,dan ANAK PRA SEKOLAH
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
1. KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA1.1. ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS
1.2. PENCEGAHAN INFEKSI
1.3. RAWAT GABUNG
2. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI USIA 2-6 HARI2.1. PENGUMPULAN DATA
2.2. RENCANA ASUHAN 2-6 HARI
3. ASUHAN BAYI 6 MINGGU3.1. PERAN BIDAN PADA BAYI SEHAT
3.2. BOUNDING ATTACHMENT
4. NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH YANG LAZIMTERJADI
4.1. BERCAK MONGOL
4.2. HEMANGIOMA
4.3. IKTERUS
4.4. MUNTAH DAN GUMOH
4.5. ORAL TRUSH
4.6. DIAPER RUSH
4.7. SEBORRHEA
5. NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN5.1. CAPUT SUCCEDANEUM
5.2. CEPHALHEMATOMA
5.3. TRAUMA FLEKSUS BRACHIALIS
5.4. FRAKTUR
4.8. BISULAN
4.9. MILLIARIASIS
4.10. DIARE
4.11. OBSTIPASI
4.12. INFEKSI
4.13. BAYI MENINGGAL MENDADAK
6.8. ATRESIA DUODENI
6.9. MENINGOKEL DAN ENSEPHALOKEL
6.10. HIDROSEPHALUS
6.11. PHIMOSIS
6.12. HIPOSPADIA
6.13. KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN
7.6. KEJANG
7.7. HIPOTERMI
7.8. HIPERTERMI
7.9. HIPOGLIKEMI
7.10. ETANUS NEONATORUM
8.5. DIABETES MELITUS
8.6. PENYAKIT INFEKSI PADA KEHAMILAN
8.7. PENYAKIT DAN KEADAAN LAIN
6. NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN6.1. LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZIS
6.2. ATRESIA OESOPHAGUS
6.3. ATRESIA REKTI DAN ANUS
6.4. HIRSCHPRUNG
6.5. OBSTRUKSI DAN ATRESIA BILIARIS
6.6. OMFALOKEL
6.7. HERNIA DIAFRAGMATIKA
7. NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAANNYA 7.1. BBLR
7.2. ASFIKSIA NEONATORUM
7.3. SINDROME GAWAT NAFAS NEONATUS (SGNN)
7.4. IKTERUS
7.5. PERDARAHAN TALI PUSAT
8. PENYAKIT YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN8.1. TOKSEMIA GRAVIDARUM
8.2. PENYAKIT JANTUNG PADA KEHAMILAN
8.3. HEPATITIS B
8.4. HIPERTIROIDISME
9. INDIKATOR PEMANTAUAN TUMBUH DAN KEMBANG NEONATUS,BAYI, DAN BALITA
9.1. PERTUMBUHAN
9.2. MENGGUNAKAN DDST (DENVER DEVELOPMENT STRESS TEST)
10. IMUNISASI10.1. PENGERTIAN
10.2. MANFAAT DAN TUJUAN IMUNISASI
10.3. IMUNISASI DASAR
10.4. IMUNISASI ANJURAN
POKOK BAHASAN ASUHAN KEBIDANAN (NEONATUS)
32
59
6. NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN
6.1. LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZISPENGERTIANLabioskiziz adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung. Labiopalatoskizis adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-lan-git mulut dan menuju ke saluran udara di hidung. Selain tidak sedap di-pandang, kelainan ini juga menyebabkan anak mengalami kesulitan ketika makan, gangguan perkembangan bicara,dan infeksi telinga.PENYEBAB• Adanya mutasi gen atau teratogen.• Adanya faktor hereditas/keturunan.KLASIFIKASI1) Derajat 1 = sumbing palatum mole2) Derajat 2 = sumbing palatum durum dan mole3) Derajat 3 = sumbing unilateral total4) Derajat 4 = sumbing bilateral
► KUIS ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS bagian 3 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 20 dari 25
a b c d eMeningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba se-bagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.Pernyataan di atas merupakan definisi dari...
a. Hernia diafragmatikab. Obstruksi biliarisc. Hirschprungd. Meningokele. Atresia ani
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
33
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
1. PRINSIP DETEKSI DINI IBU DENGAN KELAINAN, KOMPLIKASI, SERTA PENYAKIT DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS
1.1. DETEKSI DINI PENYULIT KEHAMILAN
1.2. DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN
1.3. DETEKSI DINI PENYULIT MASA NIFAS
2. PENYAKIT INFEKSI YANG MENYERTAI KEHAMILAN, PERSALINAN,DAN NIFAS
2.1. PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
2.2. INFEKSI YANG MENYERTAI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIF
3. DETEKSI DINI KELAINAN, KOMPLIKASI, DAN PENYAKITPADA MASA KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS
3.1. MASA KEHAMILAN: PENYAKIT YANG MEMPERSULIT KEHAMILAN
3.2. MASA PERSALINAN
3.3. MASA NIFAS
4. PERDARAHAN DI LUAR HAID4.1. EROSI PORTIO
4.2. POLIP SERVIKS
4.3. POLIP ENDOMETRIUM
4.4. ULKUS PORTIO
4.5. TRAUMA
5. KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER I DANTRIMESTER II
5.1. HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
5.2. ANEMIA KEHAMILAN
5.3. ABORTUS
5.4. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
5.5. MOLA HIDATIDOSA
POKOK BAHASAN ASUHAN KEBIDANAN (PATOLOGI)
ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATANMATERNAL NEONATAL
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
34
4. PERDARAHAN DI LUAR HAID
4.1. EROSI PORTIOPENGERTIANErosio portiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia/alat tertentu, umumnya disebabkan oleh infeksi. Erosi portio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya se-bagian/seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, ero-si, dan terinfeksi.Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks. Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:a. Erosi ringan: meliputi ≤ 1/3 total area serviks.b. Erosi sedang: meliputi 1/3-2/3 total area serviks.c. Erosi berat: meliputi ≥ 2/3 total area serviks.
50
► KUIS KEBIDANAN PATOLOGI bagian 1 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 6 dari 25
a b c d e
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dari pernyataan-pernyataan di bawah ini, mana saja yang merupakan efek kehamilan terhadap fungsi ginjal?
1. Terjadi tekanan darah tinggi2. Ditemukan proteinuria3. Terjadi tekanan darah rendah4. Terjadi infeksi saluran kencing5. Terjadi peningkatan kreatinin serum
a. 1,2, dan 3b. 1,2, dan 4c. 1, 3, dan 5d. 1,4, dan 5e. 2, 3, dan 4
35
Komunitas
1. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN IBU DAN
ANAK3. METODE PENGKAJIAN DATA KESEHATAN DI MASYARAKAT
3.1. SKRINING
3.2. DETEKSI DINI
4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT4.1. PEMBINAAN KADER
4.2. PEMBINAAN DUKUN BAYI
4.3. PENGEMBANGAN WAHANA/FORUM PSM
4.4. PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT
5. ASUHAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS5.1. TUGAS UTAMA BIDAN DI KOMUNITAS
5.2. TUGAS TAMBAHAN BIDAN DI KOMUNITAS
5.3. BIDAN PRAKTIK SWASTA
6. PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DENGAN ELIBATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT
6.1. PENDEKATAN EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT
6.2. PELAYANAN YANG BERORIENTASI PADA KEBUTUHAN MASYARAKAT
6.3. MENGGUNAKAN ATAU MEMANFAATKAN FASILITAS DAN POTENSI YANG ADA DI
MASYARAKAT
7. KEWENANGAN BIDAN DI KOMUNITAS
8. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PELAYANANKEBIDANAN DI MASYARAKAT
8.1. PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK
(PWS KIA)
8.2. TUJUAN PWS KIA
8.3. PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA
8.4. INDIKATOR PEMANTAUAN
8.5. PEMBUATAN GRAFIK PWS KIA
8.6. ANALISA TINDAK LANJUT
8.7. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
8.8. KOHORT ANTENATAL DAN BAYI
9. DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS9.1. JENIS DATA
9.2. SUMBER DATA
9.3. PELAPORAN
POKOK BAHASAN ASUHAN KEBIDANAN (KOMUNITAS)
ASUHAN KEBIDANAN
KOMUNITAS
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
36
59
1. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS
Kebidanan berasal dari kata “Bidan’ menurut ICM, IFGO & WHO men-gatakan bahwa bidan (midwife) adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat dan tel-ah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktik kebidanan. Menurut Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Kebidanan (midwifery) mencakup pengeta-huan dan keterampilan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukannya untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan.Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu yang saling berinteraksi. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komu-nitas adalah bagian dari kebidanan yang berupa serangkaian ilmu dan ketrampilan untuk memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat di wilayah tertentu.
1.1.1. FOKUS ATAU SASARANDalam komunitas terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam keluarga. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya. Pelayanan ini diserahkan untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera. Peningkatan kesehatan keluarga mewujudkan lingkungan keluarga yang sehat dan dapat meningkatkan sumber daya manusia. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial budaya, dan lingkungan sekitarnya.
► KUIS KEBIDANAN KOMUNITAS bagian 1 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 3 dari 25
a b c d e
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dari gambar-gambar di bawah ini, manakah yang menunjukkan sasaran dari MDGs dalam bidang memberantas kemiskinan?
a. Ab. Bc. Cd. De. E
37
Keluarga Berencana
KESEHATAN REPRODUKSIdan KELUARGA BERENCANA
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
1. KONSEP KEPENDUDUKAN1.1. PENGERTIAN PENDUDUK
1.2. DINAMIKA KEPENDUDUKAN
1.3. FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFI
1.4. TRANSISI DEMOGRAFI
1.5. MASAUH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
2. PERKEMBANGAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA2.1. SEJARAH KB DI INDONESIA
2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA
2.3. ORGANISASI-ORGANISASI KB DI INDONESIA
3. PROGRAM KB DI INDONESIA3.1. PENGERTIAN PROGRAM KB
3.2. TUJUAN PROGRAM KB
3.3. SASARAN PROGRAM KB
3.4. RUANG LINGKUP PROGRAM KB
3.5. STRATEGI PROGRAM KB
3.6. DAMPAK PROGRAM KB
4. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) DALAM PELAYANAN KB
4.1. PENGERTIAN KIE
4.2. TUJUAN KIE
4.3. JENIS-JENIS KEGIATAN KIE
4.4. PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN KIE
4.5. KONSELING
4.6. INFORMED CONSENT
5. PELAYANAN KB5.1. METODE SEDERHANA
5.1.1. TANPA ALAT
5.1.2. DENGAN ALAT
5.2. METODE MODERN
5.2.1. KONTRASEPSI HORMONAL
5.2.2. INTRA UTERINE DEVICES (IUD)/ ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
6. PEMBINAAN AKSEPTOR KB6.1. PEMBINAAN AKSEPTOR KB
6.2. PRAKTIK PEMBINAAN AKSEPTOR KB
7. BERBAGAI EFEK SAMPING DAN PENANGGULANGAN AKSEPTORBERMASALAH
7.1. MACAM-MACAM EFEK SAMPING KONTRASEPSI DAN PENANGANANNYA
7.2. RUJUKAN AKSEPTOR BERMASALAH
8. PENDOKUMENTASIAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA8.1. PENCATATAN DAN PEUPORAN
8.2. PENDOKUMENTASIAN RUJUKAN KB
POKOK BAHASAN ASUHAN KEBIDANAN (KB)
38
23. Organisasi-organisasi KB di Indonesiaa. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sar-wono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio.Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemer-iksaan kesehatan calon suami istri, pemeriksaan, dan pengobatan ke-mandulan dalam perkawinan dan pengaturan kehamilan.Visi PKBIMewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.Misi PKBIMemperjuangkan penerimaan dan praktik keluarga bertanggung jawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengem-bangan jaringan, dan kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.
b. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional sebagai tonggak terbentuknya BKKBN.Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.Visi BKKBNKeluarga berkualitas 201 5.Misi BKKBNMembangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan, dan terpenuhi hak-hak repro-duksinya melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promo-si, fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.
16
► KUIS KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA bagian 1 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 21 dari 25
a b c d e
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal: ber-napas, ada denyut jantungnya atau denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot disebut...
a. Still birthb. Abortusc. Live birthd. Childbearing agee. Spontaneus
39
Keterampilan Dasar Kebidanan
1. KONSEP MANUSIA1.1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HOLISTIK
1.2. MANUSIA SEBAGAI SISTEM
2. KONSEP SEHAT-SAKIT2.1. KONSEP SEHAT-SAKIT
2.2. KONSEP SAKIT
3. KONSEP STRES DAN ADAPTASI3.1. STRES DAN STRESSOR
3.2. ADAPTASI
4. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DAN HOMEOSTATIK4.1. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
4.2. HOMEMEOSTATIS
4.3. HOMEODINAMIK
5. PRINSIP-PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA5.1. BODY MEKANIK (KEBUTUHAN MEKANIKA TUBUH) DAN PENGATURAN POSISI
5.2. KEAMANAN DAN KENYAMANAN LINGKUNGAN
5.3. AMBULASI DAN MOBILISASI
5.4. ISTIRAHAT DAN TIDUR
6. KEBERSIHAN PERORANGAN6.1. MEMANDIKAN PASIEN DI TEAAPAT TIDUR
6.2. PEMELIHARAAN KEBERSIHAN KUKU TANGAN DAN KUKU KAKI
6.3. PEMELIHARAAN KEBERSIHAN RAMBUT
6.4. PEMELIHARAAN KEBERSIHAN MULUT
6.5. VULVA HYGIENE
6.6. MENOLONG BUANG AIR KECIL DENGAN MENGGUNAKAN URINAL
6.7. PEMASANGAN KATETER UNTUK PASIEN WANITA
6.8. MEMASANG KONDOM KATETER
6.9. MERAWAT KATETER
6.10. MEMBANTU BUANG AIR BESAR DENGAN MENGGUNAKAN PISPOT
6.11. MEMBERIKAN GLISERIN
6.12. MENGGANTI ALAT TENUN DAN MERAPIKAN TEMPAT TIDUR TANPA PASIEN DI ATAS
TEMPAT TIDUR
6.13. MENGGANTI ALAT TENUN DAN MERAPIKAN TEMPAT TIDUR DENGAN PASIEN DI
TAS TEMPAT TIDUR
POKOK BAHASAN ASUHAN KEBIDANAN (KDK)
KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN
MICRON MEDICAL MULTIMEDIA
40
56
10.1.2. Mencuci Tangan dengan Larutan Desinfektan
a. Tujuan
Mencegah penyebaran mikroorganisme baik dari bidan ke pa-
sien maupun dari pasien ke bidan
b. Alat dan Bahan
• Air yang mengalir
• Larutan desinfektan, misalnya Lisol atau Savlon
• Handuk kertas
c. Prosedur Kerja
• Kaji keadaan tangan. Kuku harus tetap pendek.
Periksa adanya luka pada tangan
• Lepaskan semua aksesori yang melekat pada tangan,
misalnya cincin, gelang, dan jam tangan
• Basahi kedua tangan hingga siku di bawah air
mengalir
• Gosokkan larutan desinfektan ke tangan dan sikat
tangan jika perlu
• Bilas jari tangan, lengan, hingga siku dengan air
mengalir sampai bersih
• Keringkan tangan dengan handuk kertas
• Matikan aliran air. Gunakan handuk kertas baru
untuk memegang ujung kran yang dijalankan
dengan tangan
► KUIS KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN bagian 3 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
► Pertanyaan 1 dari 25
a b c d eTabung nasogastrik (NGT) adalah tabung plastik bening yang dimasukkan melalui hidung, di bagian belakang tenggorokan, melalui kerongkongan dan ke dalam perut. Tabung ini dapat digunakan pada awalnya untuk menghilan-gkan udara dan cairan pencernaan dari perut. Hal ini juga digunakan sebagai tabung pengisi. Jumlah cairan yang diberikan saat awal pemberian NGT ada-lah...
a. 15 ccb. 30 ccc. 45 ccd. 60 cce. 75 cc
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
41
Kuis Kreatif
Bagian I
Bagian IV
Bagian VII
Bagian II
Bagian V
Bagian VIII
Bagian III
Bagian VI
Bagian IX
KUIS KREATIF
► KUIS KREATIF KEBIDANAN 2 Sisa WaktuKamis 16 Ags 2018. 9:00:00
24:59
a b c d e
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Seorang Perempuan G2P1A0H1 usia 24 tahun datang ke BPM dan menga-takan mules sejak 3 jam yang lalu, belum ada keluar air-air, TP 3 hari lagi, hasil pemeriksaan didapatkan TTV dalam batas normal, kontraksi uterus 2 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik, DJJ 158 x/i, VT : Portio lunak, pembu-kaan 3 cm, ketuban (+), moulage tidak ada.
Apa Diagnosa apa pada kasus tersebut?a. Seorang Perempuan Multigravida preterm fase laten persalinan, DJJ
normalb. Multigravida aterm, fase aktif accelerasi, DJJ normalc. Multigravida fase laten persalinan, DJJ normald. Multigravida aterm, fase laten, DJJ abnormale. Multigravida fase aktif accelerasi, DJJ normal
► Pertanyaan 8 dari 30
42
Selanjutnya
Ditemukan Pembaruan untuk M3 Kebidanan
Update M3 Kebidanan v1.8
NOTE : TOLONG CENTANG UPDATE APLIKASI SATU-PERSATU DARI VERSI TERKECIL (JANGAN LANGSUNG CENTANG SEMUA)
Fitur Baru
• Update Kuis Nifas, Neonatus, Patologi, Komunitas, KB, dan KDK
Pembaruan Ukuran TindakanM3 Kebidanan v1.8M3 Kebidanan v1.9M3 Kebidanan v1.10M3 Kebidanan v1.11M3 Kebidanan v1.12
409.61 MB84.99 MB1103.25 MB847.92 MB346.99 MB
DownloadLewatiLewatiLewatiLewati
Pilih Pembaruan yang Akan Diinstal
Batal
Update M3 Kebidanan
SelanjutnyaKembali Batal
Penginstalan M3 Kebidanan
Status: Mengekstrak berkas dari arsip
Advanced Installer
Tunggu selama program menginstal M3 Kebidanan. Proses ini mungkin memerlukan waktu beberapa menit.
Menginstal M3 Kebidanan