Click here to load reader
Upload
aditya-rahmat
View
382
Download
162
Embed Size (px)
Citation preview
Aspek Stereokimia tentang Kerja Obat
Karena berantaraksi dengan makromolekul hayati tak-simetri yang aktif-optik seperti
protein, polinukleotida, atau glikolipid yang bekerja sebagai reseptor, maka sangat masuk
akal jika banyak obat yang mempunyai kekhasan stereokimia. Ini berarti terdapat perbedaan
kerja antara isomer-isomer senyawa yang sama; satu isomer mempunyai aktifitas
farmakologi, sedangkan yang lain boleh dikatakan tak aktif.
1. Isomer optik
Isomerisasi optik adalah akibat dissimetri pada substitusi molekul. Dissimetri
mengandung arti hilangnya atau tidak adanya kesimetrian. Isomer optik (enansiomer) dapat
mempunyai faali yang sangat berlainan, asalkan antaraksinya dengan reseptor atau dengan
struktur efektor lain melibatkan atom karbon asimetri pada molekul enansiomer dan ketiga
substituen yang berbeda pada atom karbon itu berantaraksi dengan reseptor. Hipotesis
Easson-Stedman mengandaikan bahwa antaraksi tiga-titik menjamin sifat stereo-spesifik,
karena hanya satu enantiomer yang akan cocok; yang lain hanya mampu bergabung pada dua
titik, seperti pada Gambar 1, yaitu reaksi dengan reseptor hipotetik yang datar.
Kestereoaspesifikan reseptor dapat berubah bila konformasi reseptor berubah akibat antaraksi
reseptor-obat.
Gambar 1 Model karbon khiral kedua enantiomer norepinefrina yang membuat kontak
dengan reseptor. Enantiomer yang satu membuat kontak tiga titik, yang mutlak bagiaktifitak
farmakologi, enantiomer lain hanya membuat kontak dua titik, karena atom C tidak dapat
terikat pada sisi ikatan H. Gambar tersebut melukiskan hipotesi Easson-Stedman
Perbedaan dalam kerja farmakologi antara dua enantiomer dapat besar sekali. Meskipun
pasangan obat enantiomer agak sering mempunyai potensi berbeda, senyawa itu jarang
merupakan antagonis satu sama lain, sebab perbedaan kerjanya disebabkan oleh sifat
ikatannya; antagonis biasanya lebih kuat terikat dari pada agonis, dan enantiomer suatu
pasangan yang kurang aktif tidak mampu mendesak enantiomer yang lebih aktif dari reseptor.
Demikian pula, obat tak khas seperti anestika umum, tidak stereo-spesifik karena tidak
bekerja pada reseptor khas, yang biasanya adalah makromolekul dissimetri.
Obat diastereomer – yang mempunyai dua atau lebih pusat asimetri – biasanya hanya satu
konfigurasi yang aktif. Berbeda dengan enansiomer, yang memunyai sifat fisikokimia yang
sama, maka absorpsi, distribusi, ikatan reseptor, metabolisme, dan setiap aspek lain yang
mempengaruhi aktivitas farmakologi suatau obat, berbeda untuk masing-masing
diastereomer.
2. Isomer geometri
Isomer cis/trans adalah hasil rotasi terbatas sepanjang ikatan kimia yang ditimbulkan oleh
ikatan rangkap atau sistem cincin kaku dalam molekul isomer. Isomer cis/trans bukan
bayangan cermin dan mempunyai sifat fisikokimiaberlainan, yang tercermin pada aktivitas
farmakologi.karena gugus-gugus fungsi dalam molekul ini terpisah pada jarak berbeda-beda
dalam berbagai isomer itu, maka menurut aturan, gugus-gugus itu tidak mungkin terikat pada
reseptor yang sama. Karena itu, isomerisme geometri sendiri bukan merupakan daya rarik
utama bagi ahli kimia medisinal. Yang penting sebagai hasil isomerisme itu adalah
kereaktifan dan ketercapaian substituen dalam kerangka kaku itu.
3. Isomerisme konformasional
Konsep dan kenyataan biofisika tentang konformasi obat ‘yang disukai’ serta peranannya
yang kuat dalam mengikat reseptor, merupakan persoalan yang dewasa ini ramai
diperdebatkan para ahli farmakologi molekul. Untuk senyawa alfatik, proyeksi Newman yang
terkenal dugunakan untuk untuk memperlihatkan kedudukan nisbi berbagai substituen pasa
dua atom yang saling berhubungan. Misalnya, gambar 2 memperlihatkan beberapa
kemungkinan konformer asetilkholin.
Gambar 2 Proyeksi Newman untuk konformer asitilkolin
Pertibangan mengenai bagaimanan bentuk konformer penting jika dalam pertitungan
jarak antar gugus sebenarnya dalam obat, yang berperan dalam penyesuaian dan pengikatan
dalam reseptor.
Struktur elektronik dan efeknya pada aktivitas obat
1. Efek elektronik langsung
Efek ini terutama menyangkut ikatan kovalen, yang meliputi perhimpitan lintasan
elektron. ‘Kekuatan’ ikatan kovalen, jarak antaratom yang terentang karena ikatan ini, dan
tetapan disosiasi, semuanya merupakan akibat langsung dari sifat dasar ikatan kovalen.
Efek elektrnik tak-langsung terjadi pada jarak yang lebih panjang dibandingkan dengan
efek langsung. Efek ini antara lain oleh adanya gaya van der waals dan momen dwikutub
yang merupakan hasil polarisasi atau keterpolaran—gangguan tetap atau gangguan terimbas
pada penyebaran eektron dalam mlekul.
Semua aktivitas gaya tersebut sangat penting untuk telaah hubungan kuntitatif struktur—
aktivitas (HKSA) karena efek elektronik substituen, melalui resonansi dapat mengubah sifat
stereon elektronik molekul dan dengan demikian mempengaruhi aktivitas hayatinya.
2. Korelasi Hammet
Korelasi Hammet menyatakan secara kuntitatif hubungan antara reaktivitas kimiawi
dengan sifat pemberi-elektron dan penerima-elektron suatu substituen. Tetapan Hammet (σ)
dituliskan sebagai:
KX adalah tetapan disosiasi molekul yang mengandung substituen X; KH adalah tetapan
disosiasi molekul yang tidak tersubstitusi.
3. Pengionan obat
Pengionan adalah fungsi lain struktur eektronik moleku obat. pKa obat merupakan hal
penting bagi aktivitas farmakooginya, karena berpengaruh pada menyerapan dan
penghantaran obat melalui membran sel. Dalam beberapa hal, yang efektif pada keaadaaan
hayati hanyalah bentuk ion suatu obat.
Ikatan kimia dan aktivitas hayati
Secara molekul, aktivitas obat dimulai sejak antaraksinya dengan suatu reseptor. Karena
penggabungan molekul kecil (misalnya obat) dengan makromolekul (misalnya reseptor
didorong dan dimantapkan oleh pembentukan ikatan, maka pengertian tentang sifat dan
kombinasi berbagai ikatan kimia sangat penting bagi ahli kimia medisinal. Ikatan kovalen
dan nonkovalen kedua-duanya berdasarkan interaksi elektronik, tetapi sangat berbeda
kestabilannya, yang dinyatakan dengan energi disosisasi ikatan. Walaupun tidak terdapat
hubungan langsung antara energi ikatan dan kekuatan obat, nilai energi ikatan memberikan
perkiraan yang mendekati tentang kemudahan pembentukan dan penguraian, serta tentang
kekuatan nisbi berbagai jenis ikatan.
Jenis-jenis ikatan kimia tersebut yaitu:
Ikatan van der Waals
Antaraksi hidrofob
Ikatan hodrogen
Alih muatan
Dipol
Ikatan ion
Ikatan kovalen
Aspek kimia kuantum pada kerja obat
Perhitungan kimia kuantum yang sangat dibantu oleh komputer modern, dapat
memberikan dua macam keterangan, yaitu:
1. Dapat menggambarkan penyebaran elektron dalam molekul, meramalkannya untuk
senyawa yang belum dikenal, dan menghitung jarak antar atom;
2. Perhitungan berulang dapat menggambarkan kandungan energi nisbi—yaitu kestabilan
nisbi—pada semua konformer molekul yang mungkin, maupun menunjukkan
kenformasi ‘penting’ yang diperlukan untuk pengikatan reseptor.
Hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas biologis obat
Crum, Brown dan Fraser (1869) mengemukakan konsep bahwa aktivitas biologis suatu
senyawa berhubungan dengan struktur kimia. Mereka menunjukkan bahwa aktivitas biologis
beberapa alkaloida alam mengandung gugus amonium tersier akan berubah atau hilang bila
direaksikan dengan metil iodida, melalui reaksi metilasi membentuk amonium kuarterner.
Mereka membuat postulat bahwa efek biologis suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur
kimianya.
Overton (1897) dan Meyer (1899) memperlihatkan bahwa efek anestesi beberapa
senyawa yang mempunyai struktur kimia bervariasi ternyata berhubungan dengan nilai
koefisien partisi lemak/air.
Ferguson (1939) menunjukkan bahwa aktivitas bakterisid turunan fenol mempunyai
hubungan linier dengan kelarutan dalam air dan memberikan postulat bahwa aktivitas
biologis obat yang berstruktur tidak khas tergantung pada aktivitas termodinamik. Ferguson
juga merumuskan hubungan aktivitas senyawa seri homolog dengan beberapa sifat kimia
fisika, melalui persamaan sebagai berikut:
Ci = k . (Ai)m
dimana,
Ci = kadar dari sejumlah i anggota seri yang menghasilkan respon sama.
k, m = tetapan sistem.
Ai = tetapan parameter tetapan fisika, seperti kalarutan, koefisien partisi, tekanan
uap dan jumlah atom C pada rantai samping.
Pendekatan hubungan struktur dan aktivitas biologis mulai berkembang dengan pesat
setelah tahun 1960-an, dengan dipolopori oleh Corwin Hanschdan kawann-kawan yang
menghubungkan struktur kimia dan aktivitas biologis obat melalui sifat-sifat kimia fisika
umum seperti kelarutan dalam lemak, derajat ionisasi, atau ukuran molekul. Setelah itu
hubungan kuantitatif antara aktivitas biologis dan parameter yang menggambarkan perubahan
sifat kimia fisika, yaitu parameter hidrofob, elektronik dan sterik, pada suatu seri molekul,
mulai dikembangkan secara lebih intensif. Hubungan atau korelasi yang baik digunakan
untuk menunjang model interaksi obat-reseptor dan meramalkan jalur sintesis obat yang lebih
menguntungkan.
Hubungan kuantitatif struktur kimia dan aktivitas biologis obat (HKSA) merupakan
bagian penting bidang kimia medisinal dalam usaha mendapatkan suatu obat baru dengan
aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang tinggi, toksisitas atau efek samping yang sekecil
mungkain kenyamanan yang lebih besar. Selain itu, denagn menggunakan model HKSA
tersebut lebih menghemat biaya (ekonomis) karena untuk mendapatkan suatu obat baru
dengan aktiviats yang dikehendaki, faktor coba-coba ditekan sekecil mungkin sehingga
memperpendek jalur sintesis.