54
Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan pada Bronkitis Aku Bronkitis Akut Pengertian Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang- cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis bronkitis sering merupakan diagnosis yang sering dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat dari beberapa keadaan lain pada saluran napas atas dan bawah. Manifefstasi klinis biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas. Etiologi Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan denganMycoplasma pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Bordatella pertusis,Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia, Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik. Manifestasi klinis Anamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri kepala, nyeri otot selama 3-4 hari diikuti dengan batuk. Pada awalnya batuk bersifat kering dan keras, kemudioan berkembang menjadi batuk yang produktif, dahak bisa jernih atau pululen. Batuk biasanya berlangsung 7-10 hari, tetapi dapat juga berlangsung samnpai 3 minggu. Pada anakj Cecil,usa untuk emnegluarkan dahak yang lengket dan kental dapat merangsang muntah, pada anak ayang lebih tua keluhan utama dapat berupa batuyk produktif,, nyeri dada pada

Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan pada Bronkitis Aku

Bronkitis AkutPengertianBronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis bronkitis sering merupakan diagnosis yang sering  dibuat,  pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan  suatu penyakit tersendiri tetapi  merupakan akibat  dari beberapa keadaan lain pada saluran napas atas dan bawah. Manifefstasi klinis biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas.

EtiologiBronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu  yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri  biasanya dikaitkan denganMycoplasma pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Bordatella pertusis,Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia,  Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.

Manifestasi klinisAnamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri kepala, nyeri otot selama 3-4 hari diikuti dengan batuk. Pada awalnya batuk bersifat kering dan keras, kemudioan berkembang menjadi batuk yang produktif, dahak bisa jernih atau pululen. Batuk biasanya berlangsung 7-10 hari, tetapi dapat juga berlangsung samnpai 3 minggu. Pada anakj Cecil,usa untuk emnegluarkan dahak yang lengket dan kental dapat merangsang muntah, pada anak ayang lebih tua keluhan utama dapat berupa batuyk produktif,, nyeri dada pada keadaan yang lebih berat. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila gejala dan tanda klinis menetap sampai 2-3 minggu,perla dicurigai adanya proses kronis atau terjadi infeksi bakteri sekunder.

Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

Pemeriksaan penunjangTidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan

Page 2: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat.   Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. Jika dicurigai adanya asma sebagai penyakit yang mendasari, uji fungsi paru perlu dipertimbangkan untuk dilakukan.

TerapiPenderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada indikasi seperti dehidrasi atau penyempitan bronkus yang berat.

MedikamentosaAntibiotik tidak direkomendasikan secara rutin pada bronkitis akut, bahkan pemberian antibiotik dengan indikasi untuk pencegahan superinfeksi saluran napas bawah tidak memberikan keuntungan.Bronkodilator agonis 2  seperti salbutamol dapat memberikan manfaat untuk mengatasi batuk, utamanya pada keadaan yang disertai dengan  tanda-tanda bronkokontriksi. Pemberian salbutamol dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali.akan mengurangi batuk dalam 7 hari, lebih baik dibandingkan pemberian antibiotik,Analgesik & antipiretik bila diperlukan dapat  diberikan.Pemberian antitusif tidak direkomendasikan, mukolitik, dan ekspektoran,walau belum cukup bukti klinis yang kuat, dapat dipertimbangkan diberikan bila batuknya efektif dan pada anak diatas 2 tahun.

SuportifTerapi bronkitis akut sebagian besar bersifat suportif. Diperlukan istirahat dan asupan makanan  yang cukup, kelembaban udara yang cukup serta masukan cairan ditingkatkan.

PemantauanAnak-anak dengan bronkitis akut berulang harus dinilai secara seksama untuk menemukan kemungkinan adanya anomali-anomali pada saluran napas, benda asing, bronkiektasis, imunodefisiensi, tuberkulosis, alergi, sinusitis, tonsilitis, adenoiditis, serta fibrosis kistik.PatofisiologiPenemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang

Page 3: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

sulit dikeluarkan dari saluran nafas.KeluhanBatuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental.Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

Pemeriksaan diagnostik       1.   Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.Corak paru bertambah

     2.     Pemeriksaan fungsi paruVEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.KV (kapasitas vital) : menurun (normal   3,1 liter,   4,8 liter).VR (volume residu) : bertambah (normal   1,1 liter,   1,2 liter).KTP (kapasitas total paru) : normal (normal  4,2 liter,  6,0 liter).KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal   1,8 liter,   2,2 liter).

        3.  Analisa gas darahPa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).Saturasi hemoglobin menurun.Eritropoesis bertambah.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan         Pengkajian.

Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :Aktivitas/istirahatGejala : Keletihan, kelelahan, malaise.Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.Ketidakmampuan untuk tidur.Dispnoe pada saat istirahat.Tanda : KeletihanGelisah, insomnia.Kelemahan umum/kehilangan massa otot.SirkulasiGejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.Distensi vena leher.

Page 4: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Edema dependentBunyi jantung redup.Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosisPucat, dapat menunjukkan anemi.Integritas EgoGejala : Peningkatan faktor resikoPerubahan pola hidupTanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.Makanan/cairanGejala : Mual/muntah.Nafsu makan buruk/anoreksiaKetidakmampuan untuk makanPenurunan berat badan, peningkatan berat badanTanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.Penurunan berat badan, palpitasi abdomenHygieneGejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhanTanda : Kebersihan buruk, bau badan.PernafasanGejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.Episode batuk hilang timbul.Tanda : Pernafasan biasa cepat.Penggunaan otot bantu pernafasanBentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.Bunyi nafas ronchiPerkusi hyperresonan pada area paru.Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.KeamananGejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.Adanya/berulangnya infeksi.SeksualitasGejala : Penurunan libidoInteraksi sosialGejala : Hubungan ketergantunganKegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekatPenyakit lama/ketidakmampuan membaik.Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasanKeterbatasan mobilitas fisik.Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.Pemeriksaan diagnostik :Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan

Page 5: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.TLC : MeningkatVolume residu : Meningkat.FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.

         Diagnosa keperawatanBersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

         Perencanaan KeperawatanBersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.Tujuan :Mempertahankan jalan nafas paten.Rencana Tindakan:Auskultasi bunyi nafasRasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.Kaji/pantau frekuensi pernafasan.Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibirRasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.

         Observasi karakteristik batukRasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahanTingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hariRasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.

Page 6: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.Tujuan :Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.Rencana Tindakan:Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.Auskultasi bunyi nafas.Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasiAwasi tanda vital dan irama jantungRasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.Awasi GDARasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDARasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.Rencana Tindakan:Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibirRasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahatRasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskanRasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.Tujuan :Menunjukkan peningkatan berat badan.Rencana Tindakan:Kaji kebiasaan diet.Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.Auskultasi bunyi ususRasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.Berikan perawatan oralRasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan

Page 7: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

muntah.Timbang berat badan sesuai indikasi.Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.Konsul ahli giziRasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggiRencana Tindakan:Awasi suhu.Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.Observasi warna, bau sputum.Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.Rasional : mencegah penyebaran patogen.Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.Berikan anti mikroba sesuai indikasiRasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.Tujuan :Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran

         Rencana tindakan:Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatanTujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.Rencana tindakan:Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.Berikan dorongan emosional.Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalahRasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakanJelaskan jenis prosedur dari pengobatanRasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.

Page 8: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

         Beri dorongan spiritualRasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumahTujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.Intervensi :Jelaskan proses penyakit individuRasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitasDiskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.

         ImpelementasiPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

         Evaluasi.Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA DENGAN MASALAH SISTEM PERNAFASAN

KEPERAWATAN GERONTIK

Page 9: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANSIADENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

 

Kelompok 3:1.      Binur Tuasikal2.      Citra Arthana3.      Rindi Ajeng Putrie4.      Ulya Nuraini

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES JAYAKARTA

PKP DKI JAKARTA

2011

KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gerontik ini

dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Lansia Dengan Gangguan Pernafasan”.

Page 10: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat penilaian Mata

Ajar Keperawatan Gerontik di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayakarta di Jakarta, penulis

berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Makalah ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1.                  Ibu Teti Rahmawati, S.Kp selaku koordinator Mata Ajar Keperawatan Gerontik.

2.    Ibu Eddy Rosfiati, Skp selaku pembimbing dalam penulisan Makalah ini.

3.    Rekan-rekan satu tim, yang telah bekerja sama guna terwujud dan terselesaikannya penulisan

Makalah ini.

4.    Kedua orang tua, yang tak henti-hentinya memberikan semangat, doa dan bantuan baik moril

dan materil.

5.    Seluruh teman-teman yang ikut memberikan saran dan kritikan sehingga dapat menjadi

pertimbangan dan pembahasan.

6.    Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

pembuatan Makalah ini.

Penulis masih menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi

maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi menyempurnakan Makalah ini dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat membawa manfaat bagi

penulis sendiri dan para pembaca sekalian.

           Jakarta, 29 Oktober  2011

   Penulis

DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang .................................................................................................

B.     Tujuan Penulisan................................................................................................

1.    Tujuan Umum ................................................................................................

2.    Tujuan Khusus ...............................................................................................

Page 11: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

C.     Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................................

D.    Metode Penulisan ..............................................................................................

E.     Sistematika Penulisan ........................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A.     Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan

1.    Pengertian Proses Penuaan ..............................................................................

2.    Fungsi Normal Sistem Pernafasan ....................................................................

3.    Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi Pada

Lansia ..................................................................................................................

4.    Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat Adanya Perubahan

Fungsi dan Struktur Tubuh ..............................................................

B.     Konsep Dasar Penyakit

1.  Pengertian ..........................................................................................................

2.  Etiologi ...............................................................................................................  

3.  Tanda Dan Gejala ..............................................................................................

4.  Manifestasi Klinis ...............................................................................................

5.  Komplikasi ..........................................................................................................

6.  Penatalaksanaan Medis .....................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian .........................................................................................................

B.     Diagnosa Keperawatan.......................................................................................

C.     Perencanaan ......................................................................................................

D.    Implementasi Keperawatan ................................................................................

E.     Evaluasi Keperawatan .......................................................................................

BAB IV PENUTUP

A.    Simpulan ............................................................................................................

B.    Saran ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

BAB I

PENDAHULUAN

F.        Latar Belakang

Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat

luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian

penyakit-penyakit infeksi menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya

kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usaha harapan hidup menjadi lebih

meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak

(Mangunegoro, 1992 www.sampoerna.blogspot.com).

Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktorlingkungan yang

lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu

mungkin merupakan homeostasismartial,kemudian bisa timbul homeostasis abnormal

atau reaksi adaptasi danpaling akhir terjadi kematian sel (Kumar et al,

1992www.sulandraamensambas.blogspot.com).

Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat

bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan.

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua(menjadi tua)

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantindes, 1994www.sampoerna.blogspot.com).

Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula

penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-penyakit yang diderita

Page 13: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

kelompok usia lanjut merupakan kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur

muda, akibat dari gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya, penyakit akibat

kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok,

minum alkohol dan sebagainya danpenyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia

lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti

pola penyebab atau kejadian

tersebut (Mangunegoro, 1992www.sampoerna.blogspot.com).

Menurut data yang ada, infeksi saluran napas bagian bawah akut dan tuberkulosis

paru masih menduduki lima penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat (Boedhi-

Darmojo, 1992; DepKes RI/SKRT tahun 1980, 1986, 1992).

Roesdi tahun 1980 meneliti secara retrospektif terhadap 31.275 orang penderita

yang dirawat di RS Dr. Kariadi selama satu tahun (1980), ditemukan 226 orang

penderita usia lanjut. Di antara 226 orang penderita tersebut 67 orang (29,4%)

menderita penyakit paru dalam berbagai jenis.

Pada tahun 1981 Pranarka , mengadakan survey kesehatan kelompok usia lanjut

di daerah pegunungan di Jawa Tengah (berpenduduk 3.247 jiwa) menemukan

sebanyak 274 orang (8,4%) penduduk usia diatas 50 tahun, sebanyak 56 orang (1,7%)

menderita penyakit paru, dan 29 orang (0,9%) diantaranya menderita tuberkulosis paru.

Sutanegara di Bali (1987) memeriksa sebanyak 196 orang kelompok pensiunan

(usia lanjut) dikota Denpasar Bali, menemukan 24,5% diantaranya dengan

kelainan/penyakit paru.

Sidharto di Semarang (1987) mengadakan studi retrospektif terhadap penderita-

penderita usia lanjut yang diawatdi RS Dr. Kariadi Semarang yang menderita penyakit

infeksi, menemukan sebanyak 614 penderita usia lanjut menderita penyakit infeksi dan

61,9% diantaranya menderita infeksi saluran napas.

Rahmatullah pada tahun 1993 mengadakan studi retospektif terhadap 55.655

orang penderita yang dirawat di RS Dr. Kariadi menemukan sebanyak 522 orang usia

lanjut menderita penyakit paru dengan rincian ISPA/pneumoni 16,6%, tuberkulosis paru

25,2%, PPOM 5,6% dan karsinoma paru 4,5%.

Berdasarkan data diatas terkait masalah perubahan sistem pernapasan pada

lansia maka kelompok tertarik untuk membahas mengenai asuhan keperawatan yang

diberikan kepada lansia dengan gangguan sistem pernapasan khususnya untuk

masalah penyakit TB Paru.

Page 14: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

G.      Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk memahami

perubahan sistem pernafasan dan dampaknya pada lansia serta asuhan keperawatan

yang dapat dilakukan.

2.    Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini antara lain, yaitu untuk memahami:

a.       Pengertian lansia.

b.      Pengertian proses penuaan (proces ageing).

c.       Fungsi normal dari sistem pernafasan pada manusia.

d.      Perubahan struktur dan fungsi sistem pernafasan yang terjadi pada lansia.

e.       Perubahan psikososial dan spiritual yang dialami lansia akibat adanya perubahan

struktur dan fungsi sistem pernafasan.

f.       Konsep dasar dari penyakit TBC yang mencakup mengenai pengertian, penyebab,

tanda dan gejala, komplikasi dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan.

g.      Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia dengan masalah perubahan

sistem pernafasan khususnya dengan penyakit TBC.

H.      Ruang Lingkup Penulisan

Penyusunan makalah ini hanya membahas tentang perubahan struktur dan fungsi

sistem pernafasan pada lansia, konsep dasar dari penyakit pada sistem pernafasan

yang terjadi pada lansia (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat

dilakukan.

I.         Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan

menggambarkan dan menjelaskan perubahan struktur dan fungsi pada sistem

pernafasan, konsep dasar dari penyakit sistem pernafasan (penyakit TBC) dan asuhan

keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia dengan gangguan sistem pernafasan.

Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan untuk mendapatkan informasi dan data

yang diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun teknik yang penulis gunakan

adalah studi pustaka dan pencariaan informasi dari internet. Hasilnya digunakan untuk

membantu penulisan makalah ini serta untuk mendapatkan data-data sebagai sumber

resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang dapat disajikan dalam bentuk

makalah.

Page 15: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

J.         Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penulisan ini terdiri dari empat bab dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

B.   Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum

2.    Tujuan Khusus

C.   Ruang Lingkup Penulisan

D.   Metode Penulisan

E.   Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A.     Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan

1.    Pengertian Proses Penuaan

2.    Fungsi Normal Sistem Pernafasan

3.    Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi Pada Lansia

4.    Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat Adanya Perubahan

Fungsi dan Struktur Tubuh

B.     Konsep Dasar Penyakit

7.     Pengertian

8.     Etiologi

9.     Tanda Dan Gejala

10.  Manifestasi Klinis

11.  Komplikasi

12.  Penatalaksanaan Medis

BAB III TINJAUAN KASUS

F.        Pengkajian

G.       Diagnosa Keperawatan

H.       Perencanaan

I.          Implementasi Keperawatan

J.          Evaluasi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

Page 16: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

A.     Simpulan

B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.     Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan

1.    Pengertian Proses Penuaan

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice

Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana

orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut (Prayitno

dalam Aryo (2002) dalam bukuKeperawatan Gerontik edisi 2) mengatakan bahwa

setiap orang yang berhubungan dengan lanjut  usia adalah orang yang berusia 56

tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk

keperluan pokok kehidupannya sehari-hari.

Pada Lansia, menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan

Page 17: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2000 dalam buku Keperawatan

Gerontik edisi 2)

Pada  orang orang sehat, perubahan anatomik

fisiologik tersebutmerupakan bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah

merupakanpenyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yangditandai

dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasiterhadap stres atau pengaruh

lingkungan. Proses menua melandasiberbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut

(Kumar et al, 1992. Di dalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)

Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuhadalah

disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan olehpenyakit yang menyertai

proses menua, ada 4 kriteria yang harusdipenuhi (Widjayakusumah, 1992. R Didalam

buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999): 

1.    Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifatuniversal, artinya umum

terjadi pada setiap orang.

2.    Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berartiperubahan fungsi sel dan

jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor

luar.

3.    Proses menua terjadi secara progresif, berkelanjutan, berangsurIambat dan tidak dapat

berbalik lagi.

4.    Proses menua bersifat proses kemunduran atau kerusakan(injury).

2.    Fungsi Normal Sistem Pernafasan

Pernafasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh serta menghembuskan CO2 (karbondioksida)

sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna pernafasan banyak sekali

diantaranya: mengambil O2 yang kemudian dibawa keseluruh tubuh untuk mengadakan

pembakaran, mengelurakan CO2 sebagai sisa dari pembakaran karena tidak digunakan

lagi oleh tubuh dan menghangatkan dan melembabkan udara.

Saluran pernafasan mulai dari atas secara berturut-turut adalah:

a)    Hidung (Nasal)

Merupakan saluran udara yang pertama, yang terdiri dari 2 kavum nasi, dipisah

kan oleh septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring

udara, debu dan kotoran. Bagia luar terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot

dan tulang rawan. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas

rongga hidung berhubungan dengan sinus para nasalis. Adapun fungsi dari nasal ini

Page 18: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

sebagai saluran udara pernafasan, penyaring udara pernafasan yang dilakukan bulu-

bulu hidung, dapat menghangatkan udara oleh mukosa serta membunuh kuman yang

masuk bersamaan dengan udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput

lendir (mukosa) atau hidung.

b)    Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan pencernaan. Terdapat di

bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas

tulang leher. Ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang

(koana), kedepan berhubungan dengan rongga mulut. Rongga faring terbagi atas tiga

bagian: nasofaring, orofaring dan laringofaring.

c)    Laring

Laring merupakan lanjutan dari pharing yang terletak didepan oesophagus.

Bentuknya seperti kotak segi tiga dengan sebelah samping mendatar dan didepan

menonjol. Laring ini dibentuk oleh tulang rawan yang dihubungkan oleh jaringan ikat,

pada laring terdapat selaput pita suara.

d)    Trachea

Trachea merupakan lanjutan dari laring, dibentuk oleh cincin tulang rawan yang

berbentuk huruf C. Diantara tulang rawan dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot polos

yang panjangnya 11,2 cm, lebarnya ± 2cm. Mulai dari bawah laring segitiga vertebra

thorakalis V dan akan bercabang menjadi bronchus kiri dan kanan. Trachea juga

dilapisi oleh selaput lendir (mukosa) yang mempunyai epitel torak yang berbulu getar.

Permukaan mukosa ini selalu basah oleh karena adanya kelenjar mukosa. Trachea

berfungsi untuk menyaring debu-debu yang halus dari udara pernafasan. Otot polos

pada dinding trachea dapat berkontraksi sehingga saluran akan menyempit sehingga

timbul sesak nafas.

e)    Bronchus

Bronchus merupakan cabang trachea sehingga vertebra thorakalis V yaitu terdiri

dari bronchus kiri dan brochus kanan. Bronchus ini dibentuk oleh cincin tulang rawan

yang ukurannya lebih kecil dari trachea yang dilapisi oleh selaput lendir. Perbedaan

bronchus kiri dan bronchus kanan adalah: bronchus kiri lebih kecil, horizontal dan lebih

panjang sedangkan bronchus kanan lebih besar, vertikal dan lebih pendek.

f)     Bronchiolus

Bronchiolus merupakan cabang dari bronchus yang mana struktur sama dengan

brochus hanya saja ukuran dan letaknya berbeda. Bronchiolus sudah memasuki lobus

paru-paru sedangkan bronchus masih di luar paru-paru. Bronchiolus akan bercabang

lagi menjadi bronchiolus terminalis yang strukturnya sama dengan Bronchiolus dan

Page 19: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

letaknya lebih dalam di jaringan paru-paru. Diujungnya baru terdapat rongga udara

yaitu alveolus dan dinding dari alveolus merupakan jaringan paru-paru.

g)    Paru-paru

Paru-paru (pulmo) terletak dalam rongga dada yang terdiri dari paru kiri dan

kanan, diantara paru kiri dan kanan terdapat jantung, pembuluh darah besar trachea,

bronchus dan esophagus. Di sebelah depan, belakang dan lateral paru-paru berkontak

dengan dinding dada, sebelah bawah berkontak dengan diafragma dan sebelah medial

adalah tempat masuk bronchus kiri, kanan dan tempat masuk pembuluh darah arteri

dan vena pulmonalis. Bentuk dari paru ini seperti kubah (segitiga) yang puncaknya

disebut apek pulmonum dan alasnya disebut basis pulmonal.

Jaringan paru-paru ini bersifat elastis sehingga dapat mengembang dan

mengempis pada waktu bernafas. Didalam paru-paru terdapat kantong-kantong udara

(alveolus), alveolus ini mempunyai dinding yang tipis sekali dan pada dindingnya

terdapat kapiler-kalpiler pembuluh darah yang halus sekali dimana terjadi difusi oksigen

dan CO2. Jumlah alveolus ini ± 700 juta banyaknya dengan diameter 100 micron.

Luasnya permukaan dari seluruh membran respirasi ini kalau direntang adalah 90

m2atau ± 100 kali luas tubuh, akan tetapi hanya 70 m2 yang dipergunakan untuk

pernafasan selebihnya tidak mengembang.

Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua yaitu pleura. Selaput

ini merupakan jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseral yang

langsung melengket pada dinding paru-paru, masuk kedalam fisura dan memisahkan

lobus satu dengan yang lainnya, membran ini kemudian dilipat kembali sebelah tampuk

paru-paru dan membentuk pleura parietalis dan melapisi bagian dalam dinding dada.

Pleura yang melapisi iga-iga adalah pleura kostalis, bagian yang menutupi

diafragmatika dan bagian yang terletak dileher adalah pleura servicalis. Pleura ini

diperkuat oleh membran yang kuat yang disebut dengan membran supra renalis (fasia

gison) dan diatas membran ini terletak arteri subklavia.

Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat eksudat untuk melicinkan

permukaannya dan menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu

bernafas. Dalam keadaan normal kedua lapisan ini satu dengan yang lain erat

bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi

dalam keadaan tidak normal udara atau cairan akan memisahlkan kedua pleura dan

ruangan diantaranya akan menjadi lebih jelas.

Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dengan karbon dioksida

yang terjadi pada paru-paru. Adapun tujuan pernafasan adalah memenuhi kebutuhan

Page 20: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

jaringan terhadap oksigen dan mengeluarkan sisa pembakaran berupa karbondioksida

dari jaringan.

Pernafasan menyangkut dua proses :

1.    Pernafasan luar (eksternal) adalah: Absorbsi O2 dari luar masuk kedalam paru-paru dan

pembuangan CO2 dari paru-paru keluar.

2.    Pernafasan dalam (insternal) ialah: Proses transport O2 dari paru-paru ke jaringan dan

transport CO2 dari jaringan ke paru-paru.

Pernafasan melalui paru-paru (internal), oksigen diambil melalui mulut dan hidung

pada saat pernafasan dimana oksingen masuk melalui trachea sampai ke alveoli

berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari

darah, oksigen menembus membran diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung

dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh.

Sementara itu karbondioksida sebagai sisa metabolisme dalam tubuh akan

dipisahkan dari pembuluh darah yang telah mengumpulkan karbondioksida itu dari

seluruh tubuh kedalam saluran nafas.

3.    Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi Pada Lansia

3.1  Perubahan Anatomik sistem pernafasan

 Adapun bagian yang mengalami perubahan adalah:

1.    Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan mengalami

osifikasi.

2.    Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat atrofi.

3.    Saluran nafas: akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli

menyebabkan lumen bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami

pengapuran.

4.    Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar

secara progeseif terjadi emfisema senilis.

3.2  Perubahan-perubahan fisilogik sistem pernafasan

1.    Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun rongga dada akan

merubah mekanika pernafasan,amplitudo pernafasan menjadi dangkal sehingga

akan timbul keluhan sesak bernafas.

2.    Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan menimbulkan

penumpukan udara dalam alveolus (air  traping) ataupun gangguan pendistribusian

oksigen.

3.    Volume dan kapasitas paru menurun.

4.    Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap,

yang penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-

Page 21: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 dalam  darah dari alveoli (difusi) dan

transport O2 kejaringan-jaringan berkurang, terutama saat melakukan olahraga.

5.    Gangguan perubahan ventilasi paru: akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor

perifer, kemoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan pada medulla oblongata

dan pons.

Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir

seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ.

A.     Perubahan Anatomik Sistem Pernafasan

Menurut Stanley, 2006 dalam buku Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit,

mengatakan bahwa perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat

penuaan sebagai berikut:

a)    Paru-paru kecil dan kendur.

b)    Hilangnya recoil elastic.

c)    Pembesaran alveoli.

d)    Penurunan kapasitas vital: penurunan PaO2 dan residu.

e)    Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

f)     Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.

g)    Hilangnya tonus otot thoraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

h)   Kelenjar mucus kurang produktif.

i)     Penurunan sensitivitas sfingter esophagus.

j)      Penurunan sensitivitas kemoreseptor.

B.   Perubahan Fisiologis Sistem Pernafasan

Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan struktural dan fungsional

pada thoraks dan paru-paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk

pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah. Pada

lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-

kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena

kapasitas difusi paru-paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh. Daya

pegas paru-paru berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada

posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan

diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, maka

menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan

peningkatan kalsifikasi dari kartilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering,

sehingga menghalangi pembuangan sekret dan menciptakan resiko tinggi terhadap

infeksi pernapasan. (Maryam, 2008 www.JrPatrickGaskinsBlogger.com).

Page 22: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Sedangkan menurut Stokslager, 2003 dalam buku Fisiologi Manusia dan

Mekanisme Penyakit perubahan fisiologis pada sistem pernapasan sebagai berikut:

a.    Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.

b.    Atrofi umum tonsil.

c.    Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.

d.    Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan metabolisme

kalsium dan kartilago iga.

e.    Kekakuan paru: penurunan jumlah dan ukuran alveolus.

f.     Kiposis.

g.    Degenerasi atau atrofi otot pernapasan.

h.    Penurunan kapasitas difusi.

i.      Penurunan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi: penurunan kapasitas vital.

j.      Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan recoil elastis

paru dan peningkatan kapasitas residual.

k.    Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas) yang mengakibatkan

penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen.

l.      Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%.

m.   Penurunan cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian resiko infeksi paru dan sumbat

mukus.

n.    Toleransi rendah terhadap oksigen.

C.   Perubahan Fisik Sistem Pernafasan Pada Lansia

a)    Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi

berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

b)    Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial

terjadi penumpukan sekret.

c)    Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah udara

pernafasan yang masuk ke paru mengalami penurunan, jika pada pernafasan yang

tenang kira-kira 500 ml.

d)    Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal 50 m²),

menyebabkan terganggunya proses difusi.

e)    Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu proses oksigenasi dari

hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua ke jaringan.

f)     CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang

lama-kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

Page 23: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

g)    Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret dan corpus alium dari

saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

4.    Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat Adanya Perubahan

Fungsi dan Struktur Tubuh

4.1   Perubahan-perubahan Psikososial

a)      Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan.

Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,

antara lain :

a.    Kehilangan finansial (income berkurang).

b.    Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan

segala fasilitasnya).

c.    Kehilangan teman atau kenalan atau relasi.

d.    Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.

b)      Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).

c)      Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

d)      Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

e)      Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit danbertambahnya biaya

pengobatan.

f)       Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g)      Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

h)     Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan

family.

i)       Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran

diri dan perubahan konsep diri.

4.2   Pengaruh Proses Penuaan Pada Fungsi Psikososial

a.      Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran

orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi

mereka.

b.      Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel-sel otak.

c.      Gangguan halusinasi.

d.      Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

e.      Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

4.3   Perubahan Spritual

Page 24: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

a.      Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan

(Maslow, 1970www.sulandraamensambas.blogspot.com).

b.      Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari-hari (Murray dan

Zentner, 1970www.sulandraamensambas.blogspot.com).

c.      Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara

memberikan contoh cara mencintai keadilan.

B.     Konsep Dasar Penyakit

1.    Pengertian

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim

paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens,

ginjal, tulang dan nodus limfe (Brunner & Suddarth, 2002 hal.584).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium Tuberkulosis), sebagian besar kuman menyerang paru, tetapi dapat

juga mengenai organ tubuh lainnya (www.infeksi.com).

Tuberkulosis paru adalah Penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium

tuberkulosis, yakni kuman aerob yang dapat menyerang semua sistem tubuh, yang

mengenai paru (Dr. Med. Ahmad Ramali, Dkk, 1992 :306

www.erfansyah.blogspot.com).

TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium

tuberkulosa tipe humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus).TB paru merupakan penyakit

infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut

masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli,

terjadilah infeksi primer. Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan

terbentuklah primer kompleks atau ranke (Muhammad Amin,  Ilmu penyakit paru).

TB paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis

dengan gejala yang sangat bervariasi.

2.    Etiologi

Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. Sebagian

besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih

tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering

maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan dalam lemari es).

Page 25: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman yang

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dengan tebal 0,3-0,6 mikron.

Kuman ini lebih tahan terhadap asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman ini

lebih tahan terhadap terhadap asam, gangguan kimia dan fisik.

2.1   Yang tergolong yang tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosae complex

adalah:

1.    M. Tuberculosae

2.    Varian Asian

3.    Varian African I

4.    Varian African II

5.    M. Bovis

Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.

2.2   Kelompok kuman Mycobacterium tuberculosae dan Mycobacteria Other Than TB

(MOTT) atypical adalah:

1.    M. Kansaii

2.    M. Avium

3.    M. intra cellulare

4.    M. Scrofulaceum

5.    M. Malmacerse

6.    M. Xenopi

3.    Tanda Dan Gejala

Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit TB Paru, antara lain:

a)    Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu.

b)    Sesak napas dan nyeri dada.

c)    Badan lemah, kurang enak badan.

d)    Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun.

(Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru, Misnadiarly).

3.1    Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah:

1.    Keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.

2.    BB klien biasanya menurun: agak kurus.

3.    Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.

4.    Batuk lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.

Page 26: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

5.    Batuk yang kadang disertai hemaptoe.

6.    Sesak nafas.

7.    Nyeri dada.

8.    Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada

malam hari).

4.    Manifestasi Klinik

Sebagian besar tuberkulosis paru didiagnosa berdasarkan adanya keluhan

penderita yang merasakan kurang enak badan. Biasaya keluhan yang dirasakan

penderita tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.

Adapun keluhan yang tersering terjadi adalah :

a.    Demam (panas)

Demam ini mungkin hanya sedikit peningkatan suhu tubuh pada malam hari.

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang panas dapat

mencapai 40-41 0C. Serangan demam ini sifatnya hilang timbul yang berlangsung terus-

menerus sehingga penderita tidak pernah merasa terbebas dari demam ini. Hal ini juga

tergantung dari daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman

tuberkulosis.

b.    Batuk dan sputum

Gejala batuk ini banyak ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya iritasi pada

bronchus yang diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Batuk ini

timbul setelah penyakit telah berkembang dalam jaringan paru setelah berminggu-

minggu atau berbulan-bulan peradangan bermual. Sifat batuk ini dimulai dari batuk

kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif

(menghasilkan sputum) keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi batuk darah (hemaptoe)

karena terdapatnya pembuluh darah yang pecah.

c.    Sesak nafas

Sesak nafas yang terjadi pada tuberkulosis berkaitan dengan penyakit yang sudah

terjadi infiltrasi yang luas di dalam paru atau telah terjadi komplikasi beripa efusi pleura.

Sesak nafas akan akan ditemukan pada penyakit tuberkulosis yang sudah lanjut.

d.    Nyeri dada

Nyeri dada merupakan keluhan yang jarang dijumpai pada penderita tuberkulosis.

Bila dijumpai kadang bersifat nyeri tumpul dan rasa nyeri kadang dirasakan berat pada

waktu mengambil nafas (inspirasi), rasa nyeri ini juga berkaitan dengan tegangnya otot

pada saat penderita batuk nyeri ini juga timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke

pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e.    Malaise

Page 27: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun, Gejala malaise sering

ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, sakit

kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala ini makin lama makin berat dan

terjadi hilang timbul.

Beberapa gambaran klinis yang telah disebutkan diatas merupakan gejala-gejala

yang mengarah ke diagnosis tuberkulosis. Akan tetapi gejala itu tidak jelas. Satu-

satunya cara untuk memastikannya yaitu dengan pengujian sputum untuk mencari

kuman tuberkulosis pada individu yang menderita batuk (DR. Dr. Soeparman,

1994:715, www.ebookyuflihulkhair.blogspot.com).

Tuberkulosis juga dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti

perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia dan penurunan

berat badan. (Brunner & Suddarth-2002 hal. 585).

5.    Komplikasi

Penyakit tuberculosis paru jika tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi di bagi atas 2 yaitu:

5.1  Komplikasi dini

1.    Pleurtis

2.    Efusi pleura

3.    Empiema

4.    Laringitis

5.    Menjalar ke organ lain yaitu usus

5.2  Komplikasi lanjut

1.    Obstruksi jalan nafas-SOPT (Syndrome Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

2.    Kerusakan parenkim berat-fibrosis paru, kor pulmonal

3.    Amioloidosis

4.    Karsinoma paru

5.    Syndrom gagal nafas dewasa (ARDS)

(Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jili II, 2003 hal.829)

6.    Penatalaksanaan Medis

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu:

                         1.    Fase Intensif (2-3 bulan).

                         2.    Fase Lanjutan (4-7 bulan).

Page 28: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis

obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,

Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah

Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat,

derivat rifampisin atau INH.

Tuberculosis paru diobati karena agens kemotherapi (agen anti tuberkulosis)

selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan digunakan: isoniasid

(INH), rifampicin (RIF), streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirazinamid (PZA).

Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natirum para-aminosalisilat, amikasin dan siklisin

merupakan obat-obat baris kedua.

Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi

isu berkembang di seluruh dunia. Meski TB yang resisten terhadap obat telah

teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan

tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika

merencanakan terapi efektif:

a.    Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agens tuberculosis garis depan

pada individu yang sebelumnya belum mendapatkan pengobatan.

b.    Resiten obat didapat atau sekunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens anti

tuberculosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.

c.    Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja, INH dan RIF

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberculosis yang baru didiagnosa

adalah regimen pengobatan beragam termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan,

dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (totalnya 6 bulan).

Sekarang ini, setiap agens di buat dalam pil terpisah. Pil anti tuberculosis baru

three in-one yang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan

memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen

pengobatan. Pada awalnya etambutol dan streptomycin disertakan dalam terapi awal

sampai sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan,

bagaimanapun tetap dilanjutkan selama 12 bulan.

 Individu akan dipertimbangkan non infeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu

terapi obat kontinu. Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi

mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit signifikan, sebagai contoh, anggota

keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif.

Page 29: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Regimen pengobatan profilaktik ini mencakup penggunaan dosis harian INH

selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan

piridoksin (vitamin B6).

Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin di pantau setiap

bulan (Brunner & Suddarth, 2002 hal. 586-587).

Panduan OAT di Indonesia WHO dan IULTD (Intrenational Union Against

Tubercolosis and Lung Diase) merekomendasikan panduan OAT standar, yaitu:

1.    Kategori-1

Tahap intensif terdiri dari Inosiasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan

Etambutol (E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE).

Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yag terdiri dari Inosiasid (H) dan Rifampicin

(R), diberikan dalam tiga kali dalam seminggu selama empat bulan (4H3R3). Obat ini

diberikan untuk:

  Penderita baru TBC Paru BTA Positif

  Penderita TBC Paru BTA negative, Rontgen Positif yang “sakit berat”

  Penderita TBC Ekstra Paru berat

2.    Kategori-2

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Inosiasid

(H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari

di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan Inosiasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z)

dan  Etambutol (E) setiap hari.

Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang

diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin

diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk:

  Penderita kambuh (relaps)

  Penderita gagal (failure)

  Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

3.    Kategori-3

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),

diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali

seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:

  Penderita paru BTA negative dan rontgen positif sakit ringan.

  Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa

unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

Page 30: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

OAT sisipan (HRZE) Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat

sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

6.1   Efek samping dari obat-obatan TBC:

Nama obat dan Efek samping

1.    Rifampisin 

Sindrom flu: demam, muntah, mual, diare, kulit gatal dan merah SGOT/SGPT

meningkat (gangguan hati).

2.    INH

1.    Nyeri syaraf

2.    Hepatitis (radang hati)

3.    Alergi, demam, ruam kulit

4.    Pyrazinamid: muntah, mual, diare

5.    Kulit merah dan gatal

6.    Kadar asam urat meningkat

7.    Gangguan fungsi hati

3.    Streptomisin 

Alergi, demam, ruam kulit, kerusakan vestibuler, vertigo (pusing) dan kerusakan

pendengaran.

4.    Ethambutol

Gangguan syaraf mata.

6.2   Pembedahan pada TB paru

Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang. Indikasi

pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.

6.2.1     Indikasi mutlak pembedahan adalah:

1.    Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif.

2.    Pasien batuk darah pasien tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.

3.    Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi dengan

secara konservatif.

6.2.2     Indikasi relative pembedahan, yaitu:

1.    Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang.

2.    Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.

3.    Sisa kavitas yang menetap.

Page 31: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

(Kapita selekta kedokteran jilid II, 2001 hal. 474)

6.3   Pemeriksaan Penunjang

1.    Kultur sputum: positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.

2.    Ziehl Neelsen: (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah)

positif untuk basil asam cepat.

3.    Test kulit: (PPD, Mantoux, potongan vollmer), reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi

48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan

adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi

bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat

diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.

4.    Elisa / Western Blot: dapat menyatakan adanya HIV.

5.    Foto thorax: dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan

kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB

dapat masuk rongga area fibrosa.

6.    Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster: urine dan cairan

serebrospinal, biopsi kulit) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.

7.    Biopsi jarum pada jarinagn paru: positif untuk granula TB, adanya sel raksasa

menunjukan nekrosis.

8.    Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi, ex: Hyponaremia,

karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal

tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.

9.    Pemeriksaan fungsi pada paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,

peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi

oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru

dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

6.4   Penatalaksanaan

Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian:

1.    Jangka Pendek

Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.

o      Streptomisin inj 750 mg.

o      Pas 10 mg.

o      Ethambutol 1000 mg.

o      Isoniazid 400 mg.

Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah

setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan

Page 32: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang

diberikan dengan jenis:

o    INH.

o    Rifampicin.

o    Ethambutol.

Dengan fase selama 2x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan

menjadi 6-9 bulan.

2.    Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam

pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat:

o    Rifampicin.

o    Isoniazid (INH).

o    Ethambutol.

o    Pyridoxin (B6).

BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus

Tn. A (62 th), datang ke rumah sakit dengan mengeluh kepada perawat bahwa

sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri

dada. Klien juga mengatakan bahwa setiap malam klien selalu berkeringat walaupun

klien tidak melakukan kegiatan yang berat dan mengalami demam. Klien mengatakan

tidak nafsu makan sehingga klien mengalami penurunan berat badan dari 57 kg

menjadi 47 kg. Klien terlihat lemah, lemas dan keadaan postur tubuh klien yang tampak

Page 33: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

terangkat kedua bahunya. Klien terlihat agak kurus. Saat dilakukan pengkajian

didapatkan TD: 110/60 mmHg, Suhu 39° C, RR : 27 x/menit, N : 107 x/menit. Saat di

auskultasi terdengar suara Ronchi (+), BB : 46 kg, TB : 157 cm, konjungtiva klien

terlihat pucat, mukosa bibir telihat pucat, Leukosit : 11.000 mg/dL. Klien bertanya

kepada perawat mengapa keluhan-keluhan yang ia rasakan tidak kunjung menghilang

dan apa yang menyebabkan klien seperti itu.

A.     Pengkajian

Proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk

memecahkan masalah klien secara bertanggung jawab dan berkesinambungan dengan

didasari atas prinsip-prinsip ilmiah yang memandang klien secara menusia yang utuh

(holistik) yaitu Bio, Psiko, Sosial, dan Spritual. Penerapan proses keperawatan terhadap

klien ini terdiri dari empat langkah yaitu: pengkajian, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

Pada klien dengan TB paru data yang dapat dikumpulkan meliputi:

1.    Riwayat kesehatan keperawatan

2.    Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan klien sebelumnya pernah menderita sakit seperti ini atau pernah

kontak dengan penderita tuberkulosis, tidak dapat imunisasi BCG dan mempunyai

riwayat status gizi yang kurang baik.

3.    Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengalami batuk disertai dengan demam, sesak nafas, sakit

didaerah sekitar dada, lelah, tidak nafsu makan, penurunan berat badan serta sering

berkeringat pada malam hari.

4.    Riwayat kesehatan keluarga

Karena penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang dapat ditularkan

melalui inhalasi, kemungkinan salah seorang dari keluarga pernah menderita penyakit

TB paru.

Pengkajian perawatan pada klien dengan tuberculosis paru antara lain difokuskan

pada:

1.    Aktifitas dan istirahat

Gejala:

Page 34: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

            Kelelahan umum dan kelemahan.

            Nafas pendek karena bekerja.

            Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau

berkeringat.

            Mimpi buruk.

Tanda :

            Takhikardi, takipneu atau dispneu pada kerja.

            Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).

2.    Integritas Ego

Gejala :

         Adanya faktor stres lama.

         Masalah keuangan, rumah.

         Perasaan tak berdaya atau tak ada harapan.

         Populasi budaya.

Tanda :

         Menyangkal (khususnya selama tahap dini).

         Anxietas, ketakutan dan mudah tersinggung.

3.    Makanan dan cairan

Gejala :

            Anorexia.

            Tidak dapat mencerna makanan.

            Penurunan BB.

Tanda :

         Turgor kulit buruk.

         Kehilangan lemak subkutan pada otot.

4.    Pernafasan

Gejala :

         Batuk produktif atau tidak produktif.

         Nafas pendek.

         Riwayat tuberkulosis atau terpajan pada individu yang terinfeksi.

Page 35: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Tanda :

         Peningkatan frekuensi nafas.

         Pengembangan pernafasan tak simetris.

         Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau

unilateral (efusi pleura atau pneumothorax) bunyi nafas tubuler atau bisikan pektoral

diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk

pendek (krekels-posttusic).

         Karakteristik sputum: hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.

         Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

         Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata dan perubahan mental (tahap lanjut).

5.    Nyeri dan kenyamanan

Gejala:

         Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda:

         Berhati-hati pada area yang sakit.

         Perilaku distraksi dan gelisah.

6.    Keamanan

Gejala:

         Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)

Tanda:

         Demam rendah atau sakit panas akut.

7.    Interaksi sosial

Gejala:

         Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular.

         Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk

melaksanakan peran.

8.    Penyuluhan atau pembelajaran

Page 36: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Gejala:

         Riwayat keluarga TB.

         Ketidakmampuan umum atau status kesehatan buruk.

         Gagal untuk membaik atau kambuhnya TB.

         Tidak berpartisipasi dalam terapi.

  Pengkajian Psikososial

Adapun pengkajian psikososial yang dapat dilakukan, yaitu:

1.    Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap

fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stres.

2.    Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan

hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau

ketidakmampuan.

3.    Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien

terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

A.   Data Biografi

Nama                                                      : Tn. A

Jenis kelamin                                        : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir                    : Surabaya, 21 Januari 1949

Pendidikan terakhir                              : SD

Agama                                                    : Islam

Status perkawinan                               : Duda

Tinggi badan atau berat badan          : 157 cm, 46 kg

Penampilan umum                               : Cukup baik, tubuh kurus, lemah

Alamat                                                     : Jl. Makmur Penganten Ali Jakarta Timur

Orang yang mudah dihubungi                      : Ibu R

Hubungan dengan klien                     : Anak

Alamat dan telepon                              : Jl. Makmur Penganten Ali Jakarta Timur

Page 37: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

                                                                   08567891204

Diagnosa medis                                                : TB Paru

B.   Riwayat Keluarga

Genogram:

 

Ket:

                 : Laki-laki

 

Page 38: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

                 : Perempuan

                 : Klien

  X                        : Meninggal

C.   Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini                                 : Pensiun

Pekerjaan sebelumnya                                    : Pekerja pabrik asbes

Sumber-sumber pendapatan             : Dari hasil pemberian anak

Kecukupan terhadap kebutuhan      : Cukup terpenuhi

D.   Riwayat Lingkungan Hidup            

Klien tinggal di rumah pribadi anaknya bersama anaknya, menantunya dan juga 3

orang cucunya. Jumlah kamar dalam rumah tersebut berjumlah 4 kamar, kondisi kamar

cukup baik, peralatan tertata rapi, kondisi tempat tidur cukup baik. Namun pertukaran

udara dan cahaya matahari dalam kamar Tn.A kurang. Tingkat kenyamanan dan

privacy klien cukup terjamin. Tetangga Tn.A yang terdekat dari rumahnya ialah Ibu S

E.   Riwayat Rekreasi

Klien memiliki hobi membaca koran dan membuat kaligrafi. Klien mengatakan pernah

menjadi anggota pengurus RT dan masjid di dekat rumahnya. Klien juga mengatakan ia

dan keluarganya sering melakukan perjalanan rekreasi ke daerah pegunungan dan

pantai. Klien mengatakan sangat senang ketika dirinya berekreasi bersama keluarga

karena denga begitu klien merasa masih diperhatikan dan dihargai oleh keluarganya.

F.    Sistem Pendukung

Di dekat rumah klien terdapat seorang dokter yang memang kenal dengan keluarga

klien. Terkadang keluarga klien meminta tolong kepada dokter tersebut untuk

memeriksa kondisi Tn.A. adapun jarak rumah dokter tersebut dengan rumah klien

hanya berjarak 5 km. Rumah klien tidak jauh dr R.S Pasar Rebo yang berjarak sekitar

500 km dari rumahnya. Selain itu juga terdapat klinik Sejahtera di dekat rumah klien

yang berjarak sekitar 50 km. Keluarga masih kurang memperhatikan kondisi klien

dikarenakan kesibukan mereka bekerja di luar rumah. Namun keluarga tetap membantu

mengawasi kesehatan klien.

G.   Diskripsi Kekhususan

Page 39: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Biasanya klien melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah yang beragama

islam, klien melaksanakan sholat lima waktu secara rutin dan mengaji atau terkadang

muhasabah diri untuk menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya dan untuk membantu

menenangkan dirinya akibat dari respon stres yang ditimbulkan karena penyakit yang

klien derita.

H.   Status Kesehatan

Klien mengatakan pernafasannya mulai mengalami penurunan dan gangguan-

gangguan kurang lebih 3 tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak menderita penyakit

lain, klien merasa dirinya sehat-sehat saja. Namun klien mengalami sedikit gangguan

pada pernafasannya, klien merasakan batuk yang tak kunjung reda dan pula sesak

nafas serta nyeri dada yang dirasakan sangat mengganggu aktivitasnya.

         Provokative/Paliative    : Batuk disertai dahak dan terkadang juga darah, serta sesak

nafas dan nyeri dada.

         Quality/Quantity                        : Batuk, sesak nafas dan nyeri dada dirasakan sangat

mengganggu aktivitasnya, dan sudah cukup lama klien mengalami keluhan-keluhan

tersebut.

         Region                            : Nyeri dada yang klien rasakan menyebar disekitar dada,

nyeri tersebut dirasakan setelah klien batuk-batuk dan juga disertai dengan sesak

nafas.

         Severity scale                : Bila batuk, sesak nafas dan nyeri dada itu timbul klien

mengatakan sulit tidur.

         Timming                          : ketika ada rangasan yang mempengaruhi pernafasan klien

atau setelah klien melakukan pekerjaan yang cukup berat danwaktu yang lama.

Obat-obatan                               : Dokter memberikan resep obat berupa obat batuk dan

juga obat untuk membantu mengurangi sesak dan nyeri dada serta memberikan

expectorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir atau dahak klien yang diminum

3xsehari.

Status imunisasi                       : lengkap

Alergi (obat-obatan/makanan/faktor lingkungan) seperti debu dan cuaca yang tidak

menentu.

Penyakit yang diderita             : TB Paru

I.      Aktivitas Hidup Sehari-hari (berdasarkan Indeks Katz, disimpulkan skore)

Aktifitas 0 1 2 3 4

Page 40: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Mandi    

Berpakaian    

Melakukan eliminasi    

Pergerakan    

Kontrol terhadap eliminasi    

Makan    

Kemampuan perawatan diri:Skor: 0  = mandiri, 1 = dibantu sebagian, 2 = perlu bantuan orang lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 = tergantung/ tidak mampu.

Bathing (mandi/personal hygiene)                : Mandiri

Bantuan hanya satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas yang tidak

mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.

Dressing (berpakaian)                                     : Mandiri

Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, mengancing atau mengikat pakaian.

Toileting (melakukan eliminasi)                     : Mandiri

Masuk dan keluar dari kamar kecil, membersihkan genitalia sendiri.

Transfering (pergerakan)                                : Mandiri

Berpindah ked an dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri.

Continence (kontrol terhadap eliminasi)      : Mandiri

Berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri.

Feeding (makan)                                              : Mandiri

Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.

Psikologis

         Persepsi klien terhadap penyakit cukup baik, karena klien merasa wajar karena

umurnya sudah tua.

Page 41: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

         Konsep diri klien baik, karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau

bekerja sama dengan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang klien alami.

         Emosi cukup baik (stabil).

         Kemampuan adaptasi klien adaptasi klien cukup baik karena klien masih suka

berkumpul dengan teman-teman sebayanya disekitar rumah klien.

         Mekanisme pertahanan diri                : klien mengatakan senang tinggal di rumah

anaknya dibanding klien harus tinggal di panti, karena dengan tinggal di rumah anaknya

tersebut klien merasa masih diperhatikan, dihargai dan dicintai oleh keluarganya.

Apabila ada masalah klien melakukannya dengan cara pemecahan masalah yang

sebelumnya dibicarakan dengan keluarga klien.

J.    Pemeriksaan Fisik (Tinjauan Sistem)

1.    Keadaan umum                                    : Kurang baik

         TB   : 157 cm

         BB  : 46 kg

2.    Tingkat kesadaran                    : cukup baik (compos mentis)

3.    Skala koma gaslow                  : baik (15)

4.    Tanda-tanda vital                     

         TD   : TD : 110/60 mmHg

         N     : 107 x/menit

         RR  : 27 x/menit

         S     : 39° C

5.    Sistem kardiovaskuler  :

Inspeksi              : keadaan umum terlihat baik.

Palpasi                : tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung.

Perkusi               : tidak ada suara redup, pekak atau suara abnormal lain.

Auskultasi          : tekanan darah klien mengalami penurunan (hipotensi), nadi klien

cepat.

6.    Sistem pernafasan       :

Inspeksi              : dada kanan dan kiri terlihat simetris, pergerakan otot dada (+)

Palpasi                : tidak ada perbesaran abnormal.

Perkusi               : suara paru kanan dan kiri sama dan seimbang

Auskultasi          : frekuensi nafas cepat, irama nafas cepat, bunyi nafas tidak

normal saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).

7.    Sistem integument       : warna kulit normal, turgor kulit baik, (lecet, bercak, bengkak)

pada kulit tidak ada.

Page 42: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

8.    Sistem perkemihan      : tidak ada masalah dalam sistem perkemihan, klien mengatakan

biasa BAK di kamarb mandi dengan frekuensi 3-4 x/hari dan ngompol (-).

9.    Sistem muskuloskeletal : range of Motion  : penuh,  keseimbangan :

stabil,  menggenggam (tangan kanan dan kiri) : lemah, kekuatan otot (kanan, kiri) :

lemah, dan tidak ada kelainan tulang.

10. Sistem endokrin                        : tidak ada masalah dalam sistem endokrin,  klien

mengatakan tidak menderita kencing manis dan saat dilakukan palpasi tidak ada

pembesaran kelenjar.

11. Sistem immune             : tidak ada masalah dalam sistem immune, klien mengatakan

klien di imunisasi lengkap.

12. Sistem gastrointestinal            : peristaltik usus ada tapi kurang terdengar atau kurang

terdeteksi. Klien mengatakan tidak nafsu makan sehingga klien mengalami penurunan

berat badan dari 57 kg menjadi 47 kg.

13. Sistem reproduksi         : tidak ada masalah dalam sistem reproduksi.

14. Sistem persyarafan      : tidak masalah dalam sistem persyarafan. Klien mengatakan

status mental klien baik, emosi klien stabil dan respon klien terhadap pembicaraan (+)

dengan bicara yang normal dan jelas serta interpretasi klien terhadap lawan bicara

cukup baik. Keadaan mata klien normal dan kemampuan pendengaran klien cukup

baik.

K.   Pemeriksaan Status Kognitif atau Afektif atau Sosial

1.    Status kognitif atau afektif      :

         Short potable mental status questionaire (SPMSQ) : didapatkan skore 10, fungsi

intelektual klien utuh.

         Mini mental state exam (MMSE) : didapatkan skore 25, aspek kognitif dari fungsi

mental klien dalam keadaan baik.

         Inventaris depresi beck : didapatkan skore 3, pada keragu-raguan, kesulitan kerja dan

keletihan. Jadi tidak ada tanda-tanda depresi pada klien.

2.    Status sosial                              :

         Apgar keluarga : didapatkan skore 8, dimana fungsi sosial klie dalam keadaan normal.

L.    Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium     : melakukan pemeriksaan darah lengkap khususnya leukosit klien

meningkat.

Radiologi                        : melakukan pemeriksaan rontgen dada untuk melihat

perkijuan yang ada pada paru-paru klien

Page 43: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

EKG                     : -

USG                    : -

CT-Scan             : -

Analisa Data

No. Data Masalah Penyebab1. Ds :

       Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada.Do : TD : 110/60 mmHg Suhu 39° C RR : 27 x/menit N : 107 x/menit. Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).

Bersihan jalan napas tidak efektif.

Penumpukan sekret kental atau sekret darah.

2. Ds :       Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu

mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada.

Do :       Klien terlihat lemah, lemas dan keadaan postur tubuh

klien yang tampak terangkat kedua bahunya. TD : 110/60 mmHg Suhu 39° C RR : 27 x/menit N : 107 x/menit. Saat di auskultasi terdengar suara Ronchi (+).Dt : Nilai AGD Tanda-tanda sianosis

Gangguan atau Kerusakan pertukaran gas.

Kerusakan membran alveolar-kapiler.

3. Ds :       Klien mengatakan tidak nafsu makan sehingga klien

mengalami penurunan berat badan dari 57 kg menjadi 47 kg.

       Klien mengeluh kepada perawat bahwa sudah 3 minggu mengalami batuk disertai dahak dan darah, sesak napas dan nyeri dada.

Do :       TD : 110/60 mmHg       Klien terlihat lemah.       Klien tampak lemas.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Sering batuk atau produksi sputum meningkat.

Page 44: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

Klien terlihat agak kurus. Konjungtiva klien terlihat pucat,. Mukosa bibir telihat pucat. BB : 47 kg TB : 157 cmDt : Nilai Hb Bising usus Pemeriksaan Serum Albumin IMT LLA

4. Ds :       Klien juga mengatakan bahwa setiap malam klien selalu

berkeringat walaupun klien tidak melakukan kegiatan yang berat.

       Klien mengatakan mengalami demam.

Do : TD : 110/60 mmHg Suhu 39° C RR : 27 x/menit N : 107 x/menit. Leukosit : 11.000 mg/dLDt : Tanda-tanda infeksi Pemeriksaan rontgen dada Ada tidaknya perkijuan pada paru

Resiko tinggi terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi.

Penurunan imunitas, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

5. Ds : Klien bertanya kepada perawat mengapa keluhan-keluhan yang ia rasakan tidak kunjung menghilang. Klien mengatakan apa yag menyebabkan klien seperti itu.Do : -

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan serta pengobatan.

Tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.

B.     Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, antara lain:

1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret kental atau

sekret darah.

2.    Gangguan atau Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran

alveolar-kapiler.

3.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi

sputum meningkat.

Page 45: Asuhan Keperawatan Gangguan Pernapasan Pada Bronkitis Aku

4.    Resiko tinggi terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan kurang

pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

5.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan serta

pengobatan berhubungan dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.Diposkan oleh Ulya Nuraini Pecinta Sayyiduna Muhammad saw di 03.54Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookLabel: ulyanuraini_askep gerontik

Tidak ada komentar: