24
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SINDROM GUILLAN-BARE Deskripsi Sindrom Guillan-Bare (GBS) merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset (awitan) akut dari gejala- gejala yang mengenai saraf tepi dan saraf kranial. Patofisiologi Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam selaput (nodus Ranvier) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraseluler. Membran sangat permiabel pada nodus tersebut sehingga konduksi menjadi lebih baik. Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada nodus Ranvier sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilanagan selaput mielin pada GBS membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf batalkan. Pengkajian

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sindrom Guillan Barre

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sindrom GBS

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SINDROM GUILLAN-BAREDeskripsiSindrom Guillan-Bare (GBS) merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset (awitan) akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf tepi dan saraf kranial.

PatofisiologiAkson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam selaput (nodus Ranvier) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraseluler. Membran sangat permiabel pada nodus tersebut sehingga konduksi menjadi lebih baik.Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada nodus Ranvier sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilanagan selaput mielin pada GBS membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf batalkan.Pengkajian Pengkajian keperawatanklien dengan GBS meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajan psikososial.Pengkajian terhadap komplikasi GBS meliputi pemantauan terus-menerus terhadap ancaman gangguan gagal napas akut yang mengancam kehidupan. Komplikasi lain mencangkup disritmia jantung, yang terlihat melalui pemantauan EKG dan mengobservasi klien terhadap tanda trombosis vena profunda dan emboli paru-paru, yang sering mengancam klien imobilisasi dan paralisis.AnamnesisKeluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah berhubungan dengan kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umum maupun lokalis seperti melemahnya otot-otot pernapasan.Riwayat penyakit saat iniKeluhan yang paling sering di temukan pada klien GBS dan merupakan komplikasi yang berat dari GBS adalah gagal napas. Melemahnya otot pernapasan membuat klien dengan gangguan ini beresiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernapasan berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada aspirasi. Gangguan kelemahan ekstermitas atas dan bawah hampir sama seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya adalah kelainan dari fungsi kardiovaskuler, yang mungkin menyebabkan gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital.Riwayat penyakit dahuluPengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, antibiotik dan reaksinya pemakaian obat kartikosteroid, pemakaian jenis-jenis (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.Pengkajian Psiko-sosio-spiritualPengkajian psikologis klien GBS meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit klien yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun masyarakat. Apakah ada tampak yang timbul pada klien, yaitutimbul ketakutan atau kecacata, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres.Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu.Pemeriksaan fisikSetelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal. Penurunan denyut nadi terjadi berhungan dengan tanda-tanda penurunan curahjantung. Peningkatan frekuensi pernapasan berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan dan adanya akumulasi sekret akibat insufisiensi pernapasan. TD didapatkan ortstatik hipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien) berhungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.B1 (Breathing)Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan dan yang paling sering didapatkan pada klien GBS adalah penurunan frekuensi pernapasan karena melemahnya fungsi otot-otot pernapasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan GBS berhubungan akumulasi sekret dari infeksi saluran napas. B2 (Blood)Pengkajian pada sistem kardiovaskular pada klien GBS didapatkan bradikardi yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer. TD didapatkan ortostatikhipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.B3 (Brain)Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.Tingkat KesadaranPada klien GBS biasanya kesadaran klien compos mentis (CM). Apabila klien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk monitoring pemberian asuhan.Fungsi SerebriStatus mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik yang pada klien GBS tahap lanjut disertai penurunan tingkat kesadaran biasanya status mental klien mengalami perubahan.Pemeriksaan Saraf KranialSaraf I Biasanya pada klien GBS tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.Saraf IItes ketajman penglihatan pada kondisi normal.Saraf III, IV, dan VIPenurunan kemampuan membuka dan menutup kelopak mata, paralisis okular.Saraf VPada klien GBS didapatkan paralisis pada otot wajah sehingga mengganggu proses mengunyah.Saraf VIIPersepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karen adanya paralisis unilateral.Saraf VIITidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan XParalisis otot orofaring, kesukarn berbicara, mengunyah, dn meneln. Kemampuan menelan kurang baik sehingga mengganggu pemenuhn nutrisi via oral.Saraf XITidak ada artrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Kemmpuan mobilisasi leher baik.

Saraf XIILidah simetris, tidak da deviasi pda satu sisi dan tidk ada vasikulasi. Indra pengecapa normalSistem MotorikKekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dn koordinsi pada klien GBS tahap lanjut menglmi perubahan. Klien mengalami kelemahan motorik secara umum sehingga mengganggu mobilitas fisik.Pemeriksaan RefleksPemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, tau periosteum derajat refleks pada respon normal. Gerakan InvolunterTidak ditemukan adanya tremor, kejang, TIC, dan distonia.Sistem SensorikArestesia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh, dan otot wajh. Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu. B4 (Bladder)Pemeriksaan pada sistem kandung kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. B5 (Bowel)Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien GBS menurun karena anorexia dan kelemahan otot-otot pengunyh serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via orl menjadi berkurang.

B6 (Bone)Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih bnyak dibantu oleh orang lain.

Pemeriksaan Diagnostikdiagnosis GBS sngt bergantung pada : Riwayat penyakit dan perkembangan gejala-gejala klinik. Tidak ada satu pemeriksaanpun yang dapat memastikan GBS; pemeriksaan tersebut hanya menyingkirkan gangguan. Lumbal pungsi dapat menunjukkan kadar protein normal pada awalnya dengan kenaikan pada minggu ke-4 sampai ke-6. Cairan spinal memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi protein dengan menghitung jumlah sel normal. Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transmisi impuls sepanjang serabut saraf. Pengujian elektrofisiologi gis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju konduksi saraf. Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibiotik baik terhadap citomegalovirus atau virus epstein-barr. Telah ditunjukkan bahwa suatu perubahan respon imun pada antigen saraf tepi dapat menunjang perkembangan gangguan. Uji fungsi pulmonal dapat dilakukan jika GBS terduga, sehingga dapat ditetapkan nilai dasar untuk perbandingan sebagai kemajuan penyakit. Penurunan kapasitas fungsi pulmonal dapat menunjukkan kebutuhan akan ventilasi mekanik.

Penatalaksanaan MedisTujuan utama merawat klien dengan GBS adalah memberikan pemeliharaan fungsi sistem tubuh, dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang mengancam jiwa. Mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas serta memberikan dukungan psikologis untuk klien dan keluarga. GBS dipertimbangkan sebgai kedarurtan medis dan klien diatasi di unit perawatan intensif. Klien yang mengalami masalah pernapasan yang memerlukan ventilator, kadang-kadang untuk periode yang lama. Plasmaferesis (perubhan plasma) yang menyebabkan reduksi antibiotik ke dalam sirkulasi sementara, yng dapat digunakan pada serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memburuk pada klien dan demielinisasi. Diperlukan pemantauan EKG kontinu, untuk kemungkinan adanya perubahan kecepatan atau ritme jantung. Disritmia jantung disebabkan keadaan abnormal otonom yang diobati dengan propanolol untuk mencegah takikardia dan hipertensi. Atropi dapat diberikan untuk menghindri episode bradikrdia selama pengisapan endrotrakeal dan terapi fisik.

Diagnosis Keperawatan1. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan.2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran.3. Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan kondisi listrik jantung.4. Resiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik.5. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan.6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kesadaran.7. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensorik, transmisi sensorik, dan integrasi sensorik.8. Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapn.9. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk.

Rencana IntervensiTujuan utama asuhan keperawatan klien mencakup mempertahankan fungsi pernapasan, mancapai mobilitas, terpenuhinya kebutuhan nutrisi normal, mampu berkomunikasi, menurunnya ketakutan dan ansietas, dan tidak ada komplikasi.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan.

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan pola napas kembali efektif.Kriteria hasil: secara subjektif sesak napas (-), RR 16-20 x/mnt. Tidak menggunakan otot bantu napas, gerakan dada normal.

Intervensi Rasionlisasi

Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori.Menjadi bahan parameter monitoring serangan gagal naps dan menjadi data dasar intervensi selanjutnya.

Evaluasi keluhan sesak napas baik secara verbal dan nonverbal.Tanda dan gejala meliputi adanya kesukaran bernapas saat bicara, pernapasan dangkal dan irreguler, menggunakan otot-otot aksesoris, takikardia, perubahan pola napas.

Beri ventilasi mekanikVentilasi mekanik digunakan jika pengkajian sesuai kapasitas vital, klien memperlihatkan perkembangan ke arah kemunduran, yang mengindikasi ke arah memburuknya kekuatan otot-otot pernapasan.

Lakukan pemeriksaan kapasitas vital pernapasan.Kapasitas vital klien dipantau lebih sering dan dengan interval yang teratur dalam penambahan kecepatan pernapasan dan kualitas pernapasan, sehingga pernapasan yang tidak efektif dapat diantisipasi. Penurunan kapasitas vital dihubungkan dengan kelemahan otot-otot yang digunakan saat menelan, sehingga hal ini menyebabkan kesukaran saat batuk dan menelan, dan adanya indikasi memburuknya fungsi pernapasan.

Kolaborasi:Pemberian humidifikasi oksigen 3 liter/mntMembantu pemenuhan oksigen yang sangat diperlukan tubuh dengan kondisi laju metabolisme sedang meningkat.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran.

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan jalan napas kembali efektif.Kriteria hasil: secaara subjektif sesak napas (-), RR 16-20 x/mnt, tidak menggunakan otot bantu napas, retraksi ICS (-), ronkhi (-/-), mengi (-/-), dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori, warna, dan kekentalan sputum.Memantau dan mengatasi komplikasi potensial. Pengkajian fungsi pernapasan dengan interval yang teratur adalah penting karena pernapasan yang tidak efektif dan adanya kegagalan, karena adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diafragm yang berkembang dengan cepat.

Atur posisi fowler dan semifowler.Peninggian kepala tempat tidur memudahkan pernapasan, meningkatkan ekspansi dada, dan meningkatkan batuk lebih efektif.

Ajarkan cara batuk efektif.Klien berada pada resiko tinggi bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan napas dan mengalami kesulitan dalam menelan, yang dapat menyebabkan aspirasi saliva dan mencetuskan gagal napas akut.

Lakukan fisioterapi dada; vibrasi dada.Terapi fisik dada membantu meningktkan batuk lebih efektif.

Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putih dan pertahankan intake cairan 2500 ml/hari.Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mukus yang kental dan dapat membantu pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh.

Lakukan pengisapan lendir di jalan napas.Pengisapan mungkin dilakukan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas menjadi bersih.

Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung.

Tujuan: penurunan curah jantung tidak terjadi.Kriteria hasil: stabilitas hemodinamik baik (TD dalam batas normal, curah jantung kembali meningkat, intake dan output sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda disritmia).

Intervensi Rasionalisasi

Auskultasi TD. Bandingkan dengan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan.Hipotensi dapat terjdi sampai dengan disfungsi ventrikel, hipertensi juga fenomen umum karena nyeri cemas pengeluaran katekolamin.

Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi.

Catat murmur.Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung, (kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar)

Pantau frekuensi jantung dan irama.Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia.

Kolaborasi: O2 tambahan sesuai indikasi.Oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi okesigen dalam darah.

Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan.

Tujuan: pemenuhan nutrisi klien terpenuhi.Kriteria hasil: setelah dirawat selama 3 hari klien tidak terjadi komplikasi akibat penurunan asupan nutrisi.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan nutrisi oral.Perhatian yang diberikan untuk nutrisi yang adekuat dan pencegahan kelemahan otot karena kurang makanan.

Monitor komplikasi akibat paralisis akibat insufisiensi aktivitas parasimpatis.Ilius paralisis dapat disebabkan oleh insufisiensi aktivitas parasimpatis. Dalam kejadian ini, makanan melalui intravena dipertimbangkan diberikan oleh dokter dan perawat memantau bisisng usus sampai terdengar.

Berikan nutrisi via NGT.Jika klien tidak mampu menelan, mkanan diberikan melalui selang lambung.

Berikan nutrisi via oral bila paralisis menelan berkurang.Bila klien dapat menelan, makanan melalui oral diberikan perlahan-lahan dan sangat hati-hati.

Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatn otot, penurunan kesadaran.

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan mobilitas klien meningkat atau teradaptasi.Kriteria hasil: peningkatan kemampuan dan tidak terjadi, trombosis vena profunda dan emboli paru merupakan ancaman klien paralisis yang tidak mampu menggerakkan ekstremitas, dekubitus tidak terjadi.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji tingkat kemampuan klien dalm melakukan mobilitas fisik.Merupakan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya.

Dekatkan alat dn sarana yang dibutuhkan klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.Bila pemulihan mulai untuk dilakukan, klien dapat mengalami hipotensi ortostatik (dari disfungsi otonom) dan kemungkinan membutuhkan meja tempat tidur untuk menolong mereka mengambil posisi duduk tegak.

Hindari faktor yang memungkinkan terjadinya trauma pada saat klien melakukan mobilisasi.Individu paralisis mempunyai kemungkinan mengalami kompresi neuropati, paling sering saraf ulnar dan peritoneal. Bantalan dapat ditempatkan di siku dan kepala fibula untuk mencegah terjadinya masalah ini.

Sokong ekstremitas yang mengalami paralisis.Ekstremitas paralisis disokong dengan posisi fungsional dan memberikan latihan rentang gerak secara pasif paling sedikit dua kali sehari.

Monitor komplikasi gangguan mobilitas fisik.Deteksi awal trombosis vena profunda dan dekubitus sehingga dengan penemuan yang cepat penanganan lebih mudah dilaksanakan.

Kolaborasi dengan tim fisioterapis.Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk mencegah deformitas kontraktur dengan menggunakan pengubahan posisi yang hati-hati dan latihan rentang gerak.

Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk.

Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam setelah intervensi kecemasan hilang atau berkurang.Kriteria hasil: mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, dan menyatakan cemas berkurang.

Intervensi Rasionalisasi

Bantu klien mengekspresikan perasaan mrah, kehilangan, dan takut.Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.

Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah.

Hindari konfrontasi.Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.

Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.

Tingkatkan kontrol sensasi klien.Kontrol sensasi klien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri), yang positif, membantu latihan relaksasi, dan tehnik-tehnik pengalihan dan memberikan respon balik yang positif.

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan kecemasannya.Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.

Berikn privasi untuk klien dan orang terdekat.Memberikan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan membentuk perilaku adaptasi.Adanya kelurga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.

Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis, penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan.

Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam setelah intervensi harga diri klien meningkat.Kriteria hasil: mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menhyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.

Intervesi Rasionalisasi

Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan denga derajat ketidakmampuan. Menentukan bantuan untuk individu dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien.Beberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sementara klien yang lain mempunyai kesulitan mengenal dan mengatur kekurangan.

Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan termasuk permusuhan dan kemarahan.Menunjukkan pemerimaan, membantu klien untuk mengenal dan memulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

Catat ketika klien menyatakan pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan ingin mati. Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.

Ingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar menggunakan sisi yang sehat.Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Membiarkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengendalikan lebih dari satu area kehidupan.

Anjurkan orang yang terdekat untuk mengijinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya.Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atu usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.

Dukung penggunaa alat-alat yang dapat membantu adaptasi klien seperti tongkat, atau alat bantu, tas panjang untuk kateter.Meningkatkan kemandirian untuk membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.

Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri.Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke, ketika intervensi dan evalusi lebih lanjut diperlukan.

Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.

Pendidikan klien dan pertimbangan perawatn di rumah Banyak klien GBS mengalami pemulihan yang sempurna dalam beberap minggu atau bulan. Klien-klien yang pernah mengalami paralisis total atau lma mungkin membutuhkan beberapa tipe rehabilitasi yang dilakukan terus setelah keluar dari rumah sakit. Program yang luas tergantung pada pengkajian yang dibutuhkan dibuat oleh anggotan tim kesehatan. Alternatif program yang komprehensif bagi klien jika dikurangi adalah penting dan dukungan sosil dibatasi untuk program di rumah terhadap terapi fisik dan okupasi. Fasi pemulihan mungkin lama dan akan membutuhkan kesbaran serta keterlibatan pihak klien dan keluarga untuk mengembalikan kemampuan sebelumnya. Awitan akut dan perkembangan yng dramatik dari gejala-gejala yang ada tidak dapat dilakukan penyelesaiannya dengan tiba-tiba dalam mengubah fungsi-fungsi. Kelompok pendukung GBS menawarkan kedua informasi dan berinteraksi dengan kelompok, yng dapat membantu selama fase pemulihan.