Upload
agung-robby
View
103
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Meningitis
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita
meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli,
epilepsi, retardasi mental. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri
itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang
bayi di bawah usia 2 tahun (Marilynn E. 1999).
Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman
tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu
penyebab meningitis terparah. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding
orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan
bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan
semakin parah setelah beberapa bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?
2. Apa saja etiologi pada meningitis?
3. Bagaimana klasifikasi meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi pada meningitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada meningitis?
6. Bagaimana WOC pada meningitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada meningitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan dan medikamentosa pada meningitis?
9. Apa saja data fokus yang perlu dikaji pada kasus meningitis?
10. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus meningitis?
11. Apa saja NOC, NIC, dan rasional dari intervensi pada kasus meningitis?
Asuhan Keperawatan Meningitis | 1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi meningitis.
2. Untuk mengetahui etiologi pada meningitis.
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada meningitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi pada meningitis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada meningitis.
6. Untuk mengetahui WOC pada meningitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada meningitis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan dan medikamentosa pada
meningitis.
9. Untuk mengetahui data fokus yang perlu dikaji pada kasus meningitis.
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus meningitis.
11. Untuk mengetahui NOC, NIC, dan rasional dari intervensi pada kasus meningitis.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Meningitis
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di
otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun
penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D, 1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (Long, 1996)
B. Etiologi
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa
pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa
mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya
kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Dikarenakan infeksi bakteri adalah
yang paling serius dan dapat mengancam jiwa, identifikasi sumber infeksi adalah bagian
penting dari perencanaan pengobatan. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat
jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan
tubuh) seperti pada penderita AIDS. (Marilynn E. 1999)
a. Bacterial meningitis (meningitis karena bakteri)
Acute bacterial meningitis biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke dalam aliran darah
dan berpindah ke otak dan tulang belakang. Tetapi juga dapat terjadi ketika bakteri
secara langsung menyerang membran, akibat dari infeksi telinga atau sinus atau
kerusakan tengkorak.
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan acute bacterial meningitis secara umum
antara lain:
a) Streptococcus pneumonia (pneumococcus)
b) Neisseria meningitis (meningococcus)
c) Haemophilus influenzae (haemophilus)
d) Listeria monocytogenes (listeria)
Asuhan Keperawatan Meningitis | 3
Klien yang mempunyai kondisi seperti : otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau
sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur
tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis. Selain
itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, seperti : AIDS dan
defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
b. Viral meningitis (meningitis akibat virus)
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptic meningitis. Viral meningitis
biasanya ringan dan sering hilang dengan sendirinya dalam dua minggu. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti : campak,
mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga
mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan
disfungsi sel dan gangguan neurologic.
c. Chronic meningitis
Bentuk meningitis kronis terjadi ketika organisme menyerang membran dan
cairan disekitar otak. Meskipun meningitis akut menyerang secara tiba-tiba,
meningitis kronis berkembang dalam dua minggu atau lebih. Tanda dan gejala
meningitis kronis serupa dengan meningitis akut. Meningitis jenis ini langka.
d. Fungal meningitis (meningitis akibat jamur)
Meningitis jenis ini relatif tidak biasa dan menyebabkan meningitis kronis.
Dapat menyerupai acute bacterial meningitis. Cryptococcal meningitis adalah bentuk
umum dari infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada mereka yang
mengalami penurunan sistem imun, seperti AIDS. Dapat mengancam jiwa jika tidak
segera diobati. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh
yang akan berefek pada respon inflamasi.
C. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
a. Meningitis purulenta
Merupakan radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa pus,
disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering
didapatkan pada anak daripada orang dewasa.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 4
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain.
Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit
faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain.
Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus, hemofilus
influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan salmonella.
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan
yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat. Pada permulaan gejala meningitis
purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan
muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung
dan sendi, setelah 12 sampai 24 jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih
khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku
kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam.
b. Meningitis serosa
Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis
primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput
otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan
tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang
kemudian pecah kedalam rongga archnoid.
Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada
meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobata
yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai
deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi
berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan
kadang kadang menderita retardasi mental.
D. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara langsung menyebar di
nasofaring, paru-paru dan jantung. Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan
sedang mengalami hiperemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel
leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke-2 sel-sel
plasma. Eksudat terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung
leukosit, polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 5
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,
selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel
darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem
saraf pusat.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan
demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial (Harsono : 1996)
Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang
berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut
meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :
a. Hyperemia Meningens
b. Edema jaringan otak
c. Eksudasi
E. Manifestasi Klinis
a. Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :
a) Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu, mudah
terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri kepala.
b) Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri kepala,
penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata juling, paresis
atau paralisis.
c) Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan :
(a) Rasa nyeri pada leher dan punggung,
(b) Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme
otot-otot leher.
(c) Tanda kernik positip.
(d) Tanda brudzinki positif.
b. Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :
a) Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-
lahan yaitu: demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan
menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila
tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium prodomal
berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium terminal.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 6
b) Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku
kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan
kesadaran.
c) Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun
sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya
meninggal.
c. Pada viral meningitis (meningitis akibat virus) ditemukan tanda dan gejala : ruam,
radang tenggorokan, diare, nyeri sendi dan sakit kepala.
d. Pada fungal meningitis (meningitis akibat jamur) ditemukan tanda dan gejala yang
bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon
inflamasi. Gejala klinisnya bisa disertai demam atau tidak, tetapi hampir semua
penderita ditemukan sakit kepala, nausea, muntah, penurunan status mental, dan
adanya ruam yang merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
F. WOC
G. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan
otak. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas
nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan
dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai
serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai
normal.
H. Penatalaksanaan Keperawatan Dan Medikamentosa
a. Farmakologis
a) Obat anti inflamasi :
(a) Meningitis tuberkulosa ;
Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama
1 ½ tahun.
Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 7
Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali
sehari, selama 3 bulan.
(b) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan ;
Sefalosporin generasi ke 3.
Ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
(c) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan ;
Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
Sefalosforin generasi ke 3.
b) Pengobatan simtomatis :
(a) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.
(b) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
(c) Turunkan panas ;
Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM atau es.
c) Pengobatan suportif :
(a) Cairan intravena.
(b) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50 %.
b. Perawatan
a) Pada waktu kejang :
(a) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
(b) Hisap lender.
(c) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
(d) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
b) Bila penderita tidak sadar lama :
(a) Beri makanan melalui sonda
(b) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin
(c) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika
c) Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi, dan jika ada inkontinensia alvi
lakukan lavement.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 8
d) Pemantauan ketat : Tekanan darah, respirasi, nadi, produksi air kemih, dan faal
hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
c. Terapi Anti Mikroba
a) Antibiotika : Ampisilin/IV, 400 mg/kg BB/hari.
b) Khloramfenikol, 100 mg/kgBB/hari.
c) Mempertahankan hidrasi optimal dengan pemberian cairan Dorrow glukosa
secara intravena dengan kekuatan tetesan :
50 cc/jam/diatas 20 kg BB,
25 cc/jam/5-20 kg BB, dan
10 cc/jam/kurang dari 25 kg BB.
d) Mencegah dan mengobati komplikasi.
e) Mengontrol kejang : Pemberian terapi anti epilepsi ;
Natrium fenobarbital/parenteral dengan dosis awal 7 mg/kg BB,
Difenilhidantoin /IV, 5mg/kgBB/hari, dan
Diazepam(valium)/IV, 0,5 mg/kgBB.
f) Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial.
g) Mengontrol suhu badan
Asuhan Keperawatan Meningitis | 9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Nama :
2) Usia :
3) Alamat :
4) Jenis kelamin :
5) Pendidikan :
6) Agama :
7) Suku bangsa :
8) Diagnosa medis :
b. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama :
2) Riwayat penyakit sekarang :
3) Riwayat kesehatan dahulu :
4) Riwayat kesehatan keluarga :
c. Data biologis
1) Aktivitas
keluhan : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2) Eliminasi
Keluhan : sering BAK
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
3) Makan
Keluhan : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
4) Higiene
keluhan : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran :
Asuhan Keperawatan Meningitis | 10
2) Tanda tanda vital
a) Temperatur :
Suhu mengalami peningkatan lebih dari normal
b) Denyut nadi :
Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial
c) Respirasi :
Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum
d) Tekanan darah:
Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda - tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
e) Pemeriksaan menyeluruh
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan Kaku kuduk
b. Pemeriksaan Tanda Kernig
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
f. Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur.
c. Pemeriksaan Radiologis
Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal) dan foto dada.
Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungkin
dilakukan CT Scan. (Harsono. 1996)
Asuhan Keperawatan Meningitis | 11
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan tekanan intracranial.
2. Nyeri akut b.d proses infeksi.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
(Nurarif, amin Huda 2013)
C. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Rencana keperawatan Rasional
Tujuan dan kriteria
hasil
intervensi
Dx 1 :
Ketidakefektifan
Perfusi jaringan
cerebral b.d
peningkatan
tekanan
intracranial
Noc
Circulation
status
Tissue prefusion
: cerebral
Kriteria hasil :
Mendemostrasi
kan status
sirkulasi yang
ditandai.
Tekanan sytole
dandistole
dalam rentang
ang diharapkan
Tidak ada
ortostatikhi
pertensi
Tidak ada
tanda tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial
(tidak lebih
1. Pertahankan tirah
baring dengan posisi
kepala datar dan
pantau tanda vital
sesuai indikasi setelah
dilakukan pungsi
lumbal.
2. Pantau catat status
neorologis dengan
teratur dan
bandingkan dengan
keadaan normalnya
seperti GCS.
3. Kaji adanya regiditas
nkal, gemetar,
kegelisahan yang
meningkat, peka
rangsangan dan
adanya serangan
kejang.
4. Pantau tanda vital.
5. Pantau frekuensi
1. Perubahan tekanan
CSS mungkin
merupakan potensi
adanya resiko
herniasi batang
otak yang
memerlukan
tindakan medis.
2. Pengkajian
kecenderungan
adanya perubahan
tingkat kesadaran
dan potensial
peningkatan TIK
adalah sangat
berguna dalam
menentukan lokasi
penyebaran atau
luasnya dan
perkembangan dari
keruskan serebra
3. Merupakan
indikasi adanya Asuhan Keperawatan Meningitis | 12
dari 15
menit )
Mendemost
rasikan
kemampuan
kognitif
yang ditndai
dengan :
Berkomuni
kasi dengan
jelas dan
sesuai
dengan
kemampuan
Menunjuka
n perhatian ,
konsentrasi
dan
orientasi
Memprose
informasi
Membuat
keputusan
dengan
benar
Menunjuka
n fungsi
sensori
Motori
cranial yang
utuh :
tingkat
kesadaran
irama jantung.
6. Pantau pernafasan
catat pola irama
pernafasan.
7. Pantau suhu dan juga
atur suhu lingkungan
sesuai kebutuhan,
batasi penggunaan
selimut.
8. Pantau masukan
makanan dan keluaran
9. Bantu pasien untuk
berkemih, membatasi
batuk, muntah
mengejan, anajurkan
pasien untuk
mengeluarkan nafas
selama peregerakan
atau perpindahan
tempat tidur.
10.Berikan tindakan yang
menimbulkan rasa
nyaman seperti
massase punggung
lingkungan yang
tenang suara yang
halus dan sentuhan
lembut.
11.Berikan waktu
istirahat antara
aktivitas perawatan
dan batasi lamanya
tindakan tersebut.
iritasi meningeal
dan mungkin juga
terjadi dalam
periode akut atau
penyembuhan dari
trauma otak
4. Normalnya,
autoregulasi
mampu
mempertahankan
aliran darah
serebral dengan
konstan sebgai
dampak adanya
fluktasi pada
teakanan darah
sistematik
5. Perubahan pada
frekuensi dan
disritma dapat
terjadi, yang
mencerminkan
trauma atau
tekanan batang
otak pada tidak
adanya penyakit
jantung yang
mendasar
6. Tipe dari pola
pernafsan
merupakan tanda
yang berat dari
adanya
Asuhan Keperawatan Meningitis | 13
membaik,
tidak ada
gerakan
gerakan
involunter
peningkatan TIK
7. Demam biasanya
berhubungan
dengan proses
inflamasi tetapi
mungkin
merupakan
komplikasi dari
kerusakan pada
hipotalamus
8. Hipertermia
meningkatkan
kehilangan air
takkasatmata dan
meningkatkan
resiko dehidrasi
9. Aktivitas seperti
akan meningkatkan
tekanan intratorak
dan intra abdomen
yang dapat
meningkatkan TIK
10. Meningkatkan
istirahat dan
menurunkan
stimulus sensori
yang berlebihan
11. Menecegah
kelelalahn
berlebihan
aktivitas yang
dilakukan secara
terus meenrus
Asuhan Keperawatan Meningitis | 14
dapat
meningkatkan TIK
2.
Dx 2 :
Nyeri akut b.d
proses infeksi
Painlevel
Pain control
Comfor level
Kriteria hasil
Mampu
mengontrol nyeri
(tau penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manjemen nyeri.
Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang .
1. Dukung untuk
menemukan posisi
yang nyaman(kepala
agak tingi)
2. Berikan latihan
rentang gerak
aktif/pasif.
3. Gunakan pelembab
hangat pada nyeri
leher atau pinggul
4. Observasi Skala
nyeri dan TTV
pasien
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
obat seperti
analgetik,
asetaminofen,
codein.
1. Menurunkan iritasi
meningeal, resultan
ketidaknyamanan
lebih lanjut.
2. Dapat membantu
merelaksasikan
ketegangan otot
yang meningkatkan
reduksi nyeri atau
tidak nyaman
tersebut.
3. Meningkatkan
relaksasi otot dan
menurunkan rasa
sakit/ rasa tidak
nyaman.
4. Skala nyeri dan
TTV pasien dapat
terpantau.
5. Mungkin
diperlukan untuk
menghilangkan
nyeri yang berat.
Asuhan Keperawatan Meningitis | 15
Dx 3 :
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
berhubungan
dengan
penurunan
tingkat
kesadaran
Noc :
Respiratory
status :ventilatio
n
Respiratory
status :
Airway patency
Kriterial hasil :
Suara nafas yang
bersih , tidak ada
sianosis dan
dyspeneu
(mampu
mengeluarkan
sputum , mampu
bernafas dengan
mudah , tidak
ada pursed lips )
Menunjukan
jalan nafas yang
paten ( klien
tidak merasa
tercekik , irama
nafas ,frekuensi
pernafasan
dalam rentang
normal , tidak
ada suara nafas
abnormal )
Mampu
mengidentifikasi
kan dan
1. Tinggikan tempat
tidur 30 derajat
2. Observasi frekuensi
irama pernafsan .
Perhatikan
penggunaan otot
aksesoris, cuping
hidung, stridik dan
serak
3. Periksa mulut
terhadap
pembengkakan,
perubahan warna
akumulasi sekret
mulut atay darah
4. Perhatikan keluhan
pasien akan
peningkatan disfagia,
batuk, nada tinggi,
mengi edema jringan
wajah
5. Awasi tanda vital dan
perubahan mental
6. Auskultasi bunyi
nafas
7. Masukan pertahankan
drein
1. Meningkatkan
drainase sekresi
dan menurunkan
terjadinya edema
2. Dapat
mengindikasikan
terjadinya gagal
pernapasan
3. Pemeriksaan hati
hati diperlukan
karena pendarahan
mungkin
tersembunyi
pembuangan
material
mempertahankan
kebersihan jalan
nafas.
4. Dapat
menindikasikan
pemebengkakan
jaringan lunak
pada faring
posterior
5. Peninigkatan
gelisah dapat
mengindikasikan
terjadinya hipksia
pengaruh terhadap
pernafasan
6. Adanya rongki
menunjukan sekret
Asuhan Keperawatan Meningitis | 16
mencegah faktor
yang dapat
menghabat jalan
nafas
tertahan,
oksigenasi
mmebutuhkan
intervensi terhadap
pernafasan
7. Drainase pada area
yang diperlukan
untuk evakuasi bila
pembengkakan
mempengaruhi
jalan nafas.
D. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat
3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi Anna keliat, 1994)
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses
keperawatan (Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien,
perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan
dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika
tindakan belum hasil.
Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau
tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :
1. Tujuan tercapai
2. Tujuan tercapai sebagian
3. Tujuan tidak tercapai. (Budi Anna Keliat, 1994)
BAB IVAsuhan Keperawatan Meningitis | 17
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan
ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir
sama dan khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun
hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini dapat dijadikan
sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Keperawatan Meningitis | 18
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Donna D. (1999). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Budi Anna keliat, (1994). Kapita Selekta Kedokteran FKUI. (1999). Jakarta : Media
Aesculapius.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan.Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia,
Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC.
Nurarif, amin Huda (2013) Nanda NIC NOC, Yogyakarta : MediAction
Asuhan Keperawatan Meningitis | 19