28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun (Marilynn E. 1999). Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut. Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan meningitis? 2. Apa saja etiologi pada meningitis? Asuhan Keperawatan Meningitis | 1

Asuhan Keperawatan Meningitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Meningitis

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita

meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli,

epilepsi, retardasi mental. Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri

itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang

bayi di bawah usia 2 tahun (Marilynn E. 1999).

Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman

tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu

penyebab meningitis terparah. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding

orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan

bakteri tersebut.

Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita

kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau

keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan

semakin parah setelah beberapa bulan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?

2. Apa saja etiologi pada meningitis?

3. Bagaimana klasifikasi meningitis?

4. Bagaimana patofisiologi pada meningitis?

5. Bagaimana manifestasi klinis pada meningitis?

6. Bagaimana WOC pada meningitis?

7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada meningitis?

8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan dan medikamentosa pada meningitis?

9. Apa saja data fokus yang perlu dikaji pada kasus meningitis?

10. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus meningitis?

11. Apa saja NOC, NIC, dan rasional dari intervensi pada kasus meningitis?

Asuhan Keperawatan Meningitis | 1

Page 2: Asuhan Keperawatan Meningitis

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi meningitis.

2. Untuk mengetahui etiologi pada meningitis.

3. Untuk mengetahui klasifikasi pada meningitis.

4. Untuk mengetahui patofisiologi pada meningitis.

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada meningitis.

6. Untuk mengetahui WOC pada meningitis.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada meningitis.

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan dan medikamentosa pada

meningitis.

9. Untuk mengetahui data fokus yang perlu dikaji pada kasus meningitis.

10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus meningitis.

11. Untuk mengetahui NOC, NIC, dan rasional dari intervensi pada kasus meningitis.

Asuhan Keperawatan Meningitis | 2

Page 3: Asuhan Keperawatan Meningitis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Meningitis

Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di

otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun

penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D, 1999).

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan

medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah

satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus

influenza dan bahan aseptis (Long, 1996)

B. Etiologi

Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa

pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa

mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya

kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Dikarenakan infeksi bakteri adalah

yang paling serius dan dapat mengancam jiwa, identifikasi sumber infeksi adalah bagian

penting dari perencanaan pengobatan. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat

jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan

tubuh) seperti pada penderita AIDS. (Marilynn E. 1999)

a. Bacterial meningitis (meningitis karena bakteri)

Acute bacterial meningitis biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke dalam aliran darah

dan berpindah ke otak dan tulang belakang. Tetapi juga dapat terjadi ketika bakteri

secara langsung menyerang membran, akibat dari infeksi telinga atau sinus atau

kerusakan tengkorak.

Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan acute bacterial meningitis secara umum

antara lain:

a) Streptococcus pneumonia (pneumococcus)

b) Neisseria meningitis (meningococcus)

c) Haemophilus influenzae (haemophilus)

d) Listeria monocytogenes (listeria)

Asuhan Keperawatan Meningitis | 3

Page 4: Asuhan Keperawatan Meningitis

Klien yang mempunyai kondisi seperti : otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau

sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur

tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis. Selain

itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, seperti : AIDS dan

defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.

b. Viral meningitis (meningitis akibat virus)

Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptic meningitis. Viral meningitis

biasanya ringan dan sering hilang dengan sendirinya dalam dua minggu. Ini biasanya

disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti : campak,

mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu

metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga

mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan

disfungsi sel dan gangguan neurologic.

c. Chronic meningitis

Bentuk meningitis kronis terjadi ketika organisme menyerang membran dan

cairan disekitar otak. Meskipun meningitis akut menyerang secara tiba-tiba,

meningitis kronis berkembang dalam dua minggu atau lebih. Tanda dan gejala

meningitis kronis serupa dengan meningitis akut. Meningitis jenis ini langka.

d. Fungal meningitis (meningitis akibat jamur)

Meningitis jenis ini relatif tidak biasa dan menyebabkan meningitis kronis.

Dapat menyerupai acute bacterial meningitis. Cryptococcal meningitis adalah bentuk

umum dari infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada mereka yang

mengalami penurunan sistem imun, seperti AIDS. Dapat mengancam jiwa jika tidak

segera diobati. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh

yang akan berefek pada respon inflamasi.

C. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan

otak, yaitu :

a. Meningitis purulenta

Merupakan radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa pus,

disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering

didapatkan pada anak daripada orang dewasa.

Asuhan Keperawatan Meningitis | 4

Page 5: Asuhan Keperawatan Meningitis

Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain.

Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit

faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain.

Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus, hemofilus

influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan salmonella.

Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan

yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat. Pada permulaan gejala meningitis

purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan

muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung

dan sendi, setelah 12 sampai 24 jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih

khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku

kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam.

b. Meningitis serosa

Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis

primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput

otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan

tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang

kemudian pecah kedalam rongga archnoid.

Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada

meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobata

yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai

deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi

berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan

kadang kadang menderita retardasi mental.

D. Patofisiologi

Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara langsung menyebar di

nasofaring, paru-paru dan jantung. Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan

sedang mengalami hiperemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel

leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam

beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke-2 sel-sel

plasma. Eksudat terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung

leukosit, polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.

Asuhan Keperawatan Meningitis | 5

Page 6: Asuhan Keperawatan Meningitis

Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi,

selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel

darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem

saraf pusat.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat

menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan

demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial (Harsono : 1996)

Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang

berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut

meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain :

a. Hyperemia Meningens

b. Edema jaringan otak

c. Eksudasi

E. Manifestasi Klinis

a. Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :

a) Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu, mudah

terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri kepala.

b) Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri kepala,

penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata juling, paresis

atau paralisis.

c) Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan :

(a) Rasa nyeri pada leher dan punggung,

(b) Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme

otot-otot leher.

(c) Tanda kernik positip.

(d)  Tanda brudzinki positif.

b. Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :

a) Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-

lahan yaitu: demam ringan atau kadang-kadang tidak demam, nafsu makan

menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila

tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium prodomal

berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium terminal.

Asuhan Keperawatan Meningitis | 6

Page 7: Asuhan Keperawatan Meningitis

b) Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku

kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan

kesadaran.

c) Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun

sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya

meninggal.

c. Pada viral meningitis (meningitis akibat virus) ditemukan tanda dan gejala : ruam,

radang tenggorokan, diare, nyeri sendi dan sakit kepala.

d. Pada fungal meningitis (meningitis akibat jamur) ditemukan tanda dan gejala yang

bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon

inflamasi. Gejala klinisnya bisa disertai demam atau tidak, tetapi hampir semua

penderita  ditemukan sakit kepala, nausea, muntah, penurunan status mental, dan

adanya ruam yang merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

F. WOC

G. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan

otak. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas

nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya

ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan

dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai

serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai

normal.

H. Penatalaksanaan Keperawatan Dan Medikamentosa

a. Farmakologis

a) Obat anti inflamasi :

(a) Meningitis tuberkulosa ;

Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama

1 ½ tahun.

Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.

Asuhan Keperawatan Meningitis | 7

Page 8: Asuhan Keperawatan Meningitis

Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali

sehari, selama 3 bulan.

(b) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan ;

Sefalosporin generasi ke 3.

Ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.

Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

(c) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan ;

Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

Sefalosforin generasi ke 3.

b) Pengobatan simtomatis :

(a) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis

kemudian klien dilanjutkan dengan.

(b) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

(c) Turunkan panas ;

Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

Kompres air PAM atau es.

c) Pengobatan suportif :

(a) Cairan intravena.

(b) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50 %.

b. Perawatan

a) Pada waktu kejang :

(a) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

(b) Hisap lender.

(c) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

(d) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

b) Bila penderita tidak sadar lama :

(a) Beri makanan melalui sonda

(b) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita

sesering mungkin

(c) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika

c) Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi, dan  jika ada inkontinensia alvi

lakukan lavement.

Asuhan Keperawatan Meningitis | 8

Page 9: Asuhan Keperawatan Meningitis

d) Pemantauan ketat : Tekanan darah, respirasi, nadi, produksi air kemih, dan faal

hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

c. Terapi Anti Mikroba

a) Antibiotika : Ampisilin/IV, 400 mg/kg BB/hari.

b) Khloramfenikol, 100 mg/kgBB/hari.

c) Mempertahankan hidrasi optimal dengan pemberian cairan Dorrow glukosa

secara intravena dengan kekuatan tetesan :

50 cc/jam/diatas 20 kg BB,

25 cc/jam/5-20 kg BB, dan

10 cc/jam/kurang dari 25 kg BB.

d) Mencegah dan mengobati komplikasi.

e) Mengontrol kejang : Pemberian terapi anti epilepsi ;

Natrium fenobarbital/parenteral  dengan dosis awal 7 mg/kg BB,

Difenilhidantoin /IV, 5mg/kgBB/hari, dan

Diazepam(valium)/IV, 0,5 mg/kgBB.

f) Mengurangi meningkatnya  tekanan intra kranial.

g) Mengontrol suhu badan

Asuhan Keperawatan Meningitis | 9

Page 10: Asuhan Keperawatan Meningitis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MENINGITIS

A. Pengkajian

1. Pengumpulan data

a. Biodata

1) Nama :

2) Usia :

3) Alamat :

4) Jenis kelamin :

5) Pendidikan :

6) Agama :

7) Suku bangsa :

8) Diagnosa medis :

b. Riwayat kesehatan :

1) Keluhan utama :

2) Riwayat penyakit sekarang :

3) Riwayat kesehatan dahulu :

4) Riwayat kesehatan keluarga :

c. Data biologis

1) Aktivitas

keluhan : Perasaan tidak enak (malaise).

Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.

2) Eliminasi

Keluhan : sering BAK

Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

3) Makan

Keluhan : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.

Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

4) Higiene

keluhan : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran :

Asuhan Keperawatan Meningitis | 10

Page 11: Asuhan Keperawatan Meningitis

2) Tanda tanda vital

a) Temperatur :

Suhu mengalami peningkatan lebih dari normal

b) Denyut nadi :

Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial

c) Respirasi :

Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju

metabolisme umum

d) Tekanan darah:

Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda - tanda

peningkatan tekanan intrakranial.

e) Pemeriksaan menyeluruh

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

a. Pemeriksaan Kaku kuduk

b. Pemeriksaan Tanda Kernig

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

f. Pemeriksaan Penunjang Meningitis

a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis

Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi

menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.

b. Pemeriksaan darah

Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju

Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur.

c. Pemeriksaan Radiologis

Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus

paranasal) dan foto dada.

Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungkin

dilakukan CT Scan. (Harsono. 1996)

Asuhan Keperawatan Meningitis | 11

Page 12: Asuhan Keperawatan Meningitis

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan tekanan intracranial.

2. Nyeri akut b.d proses infeksi.

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.

(Nurarif, amin Huda 2013)

C. Intervensi

Diagnosa

Keperawatan

Rencana keperawatan Rasional

Tujuan dan kriteria

hasil

intervensi

Dx 1 :

Ketidakefektifan

Perfusi jaringan

cerebral b.d

peningkatan

tekanan

intracranial

Noc

Circulation

status

Tissue prefusion

: cerebral

Kriteria hasil :

Mendemostrasi

kan status

sirkulasi yang

ditandai.

Tekanan sytole

dandistole

dalam rentang

ang diharapkan

Tidak ada

ortostatikhi

pertensi

Tidak ada

tanda tanda

peningkatan

tekanan

intrakranial

(tidak lebih

1. Pertahankan tirah

baring dengan posisi

kepala datar dan

pantau tanda vital

sesuai indikasi setelah

dilakukan pungsi

lumbal.

2. Pantau catat status

neorologis dengan

teratur dan

bandingkan dengan

keadaan normalnya

seperti GCS.

3. Kaji adanya regiditas

nkal, gemetar,

kegelisahan yang

meningkat, peka

rangsangan dan

adanya serangan

kejang.

4. Pantau tanda vital.

5. Pantau frekuensi

1. Perubahan tekanan

CSS mungkin

merupakan potensi

adanya resiko

herniasi batang

otak yang

memerlukan

tindakan medis.

2. Pengkajian

kecenderungan

adanya perubahan

tingkat kesadaran

dan potensial

peningkatan TIK

adalah sangat

berguna dalam

menentukan lokasi

penyebaran atau

luasnya dan

perkembangan dari

keruskan serebra

3. Merupakan

indikasi adanya Asuhan Keperawatan Meningitis | 12

Page 13: Asuhan Keperawatan Meningitis

dari 15

menit )

Mendemost

rasikan

kemampuan

kognitif

yang ditndai

dengan :

Berkomuni

kasi dengan

jelas dan

sesuai

dengan

kemampuan

Menunjuka

n perhatian ,

konsentrasi

dan

orientasi

Memprose

informasi

Membuat

keputusan

dengan

benar

Menunjuka

n fungsi

sensori

Motori

cranial yang

utuh :

tingkat

kesadaran

irama jantung.

6. Pantau pernafasan

catat pola irama

pernafasan.

7. Pantau suhu dan juga

atur suhu lingkungan

sesuai kebutuhan,

batasi penggunaan

selimut.

8. Pantau masukan

makanan dan keluaran

9. Bantu pasien untuk

berkemih, membatasi

batuk, muntah

mengejan, anajurkan

pasien untuk

mengeluarkan nafas

selama peregerakan

atau perpindahan

tempat tidur.

10.Berikan tindakan yang

menimbulkan rasa

nyaman seperti

massase punggung

lingkungan yang

tenang suara yang

halus dan sentuhan

lembut.

11.Berikan waktu

istirahat antara

aktivitas perawatan

dan batasi lamanya

tindakan tersebut.

iritasi meningeal

dan mungkin juga

terjadi dalam

periode akut atau

penyembuhan dari

trauma otak

4. Normalnya,

autoregulasi

mampu

mempertahankan

aliran darah

serebral dengan

konstan sebgai

dampak adanya

fluktasi pada

teakanan darah

sistematik

5. Perubahan pada

frekuensi dan

disritma dapat

terjadi, yang

mencerminkan

trauma atau

tekanan batang

otak pada tidak

adanya penyakit

jantung yang

mendasar

6. Tipe dari pola

pernafsan

merupakan tanda

yang berat dari

adanya

Asuhan Keperawatan Meningitis | 13

Page 14: Asuhan Keperawatan Meningitis

membaik,

tidak ada

gerakan

gerakan

involunter

peningkatan TIK

7. Demam biasanya

berhubungan

dengan proses

inflamasi tetapi

mungkin

merupakan

komplikasi dari

kerusakan pada

hipotalamus

8. Hipertermia

meningkatkan

kehilangan air

takkasatmata dan

meningkatkan

resiko dehidrasi

9. Aktivitas seperti

akan meningkatkan

tekanan intratorak

dan intra abdomen

yang dapat

meningkatkan TIK

10. Meningkatkan

istirahat dan

menurunkan

stimulus sensori

yang berlebihan

11. Menecegah

kelelalahn

berlebihan

aktivitas yang

dilakukan secara

terus meenrus

Asuhan Keperawatan Meningitis | 14

Page 15: Asuhan Keperawatan Meningitis

dapat

meningkatkan TIK

2.

Dx 2 :

Nyeri akut b.d

proses infeksi

Painlevel

Pain control

Comfor level

Kriteria hasil

Mampu

mengontrol nyeri

(tau penyebab

nyeri, mampu

menggunakan

teknik non

farmakologi untuk

mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

dengan

menggunakan

manjemen nyeri.

Mampu mengenali

nyeri (skala,

intensitas,

frekuensi dan

tanda nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman setelah

nyeri berkurang .

1. Dukung untuk

menemukan posisi

yang nyaman(kepala

agak tingi)

2. Berikan latihan

rentang gerak

aktif/pasif.

3.  Gunakan pelembab

hangat pada nyeri

leher atau pinggul

4.   Observasi Skala

nyeri dan TTV

pasien

5. Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian terapi

obat seperti

analgetik,

asetaminofen,

codein.

1. Menurunkan iritasi

meningeal, resultan

ketidaknyamanan

lebih lanjut.

2. Dapat membantu

merelaksasikan

ketegangan otot

yang meningkatkan

reduksi nyeri atau

tidak nyaman

tersebut.

3. Meningkatkan

relaksasi otot dan

menurunkan rasa

sakit/ rasa tidak

nyaman.

4. Skala nyeri dan

TTV pasien dapat

terpantau.

5. Mungkin

diperlukan untuk

menghilangkan

nyeri yang berat.

Asuhan Keperawatan Meningitis | 15

Page 16: Asuhan Keperawatan Meningitis

Dx 3 :

Bersihan

jalan nafas

tidak efektif

berhubungan

dengan

penurunan

tingkat

kesadaran

Noc :

Respiratory

status :ventilatio

n

Respiratory

status :

Airway patency

Kriterial hasil :

Suara nafas yang

bersih , tidak ada

sianosis dan

dyspeneu

(mampu

mengeluarkan

sputum , mampu

bernafas dengan

mudah , tidak

ada pursed lips )

Menunjukan

jalan nafas yang

paten ( klien

tidak merasa

tercekik , irama

nafas ,frekuensi

pernafasan

dalam rentang

normal , tidak

ada suara nafas

abnormal )

Mampu

mengidentifikasi

kan dan

1. Tinggikan tempat

tidur 30 derajat

2. Observasi frekuensi

irama pernafsan .

Perhatikan

penggunaan otot

aksesoris, cuping

hidung, stridik dan

serak

3. Periksa mulut

terhadap

pembengkakan,

perubahan warna

akumulasi sekret

mulut atay darah

4. Perhatikan keluhan

pasien akan

peningkatan disfagia,

batuk, nada tinggi,

mengi edema jringan

wajah

5. Awasi tanda vital dan

perubahan mental

6. Auskultasi bunyi

nafas

7. Masukan pertahankan

drein

1. Meningkatkan

drainase sekresi

dan menurunkan

terjadinya edema

2. Dapat

mengindikasikan

terjadinya gagal

pernapasan

3. Pemeriksaan hati

hati diperlukan

karena pendarahan

mungkin

tersembunyi

pembuangan

material

mempertahankan

kebersihan jalan

nafas.

4. Dapat

menindikasikan

pemebengkakan

jaringan lunak

pada faring

posterior

5. Peninigkatan

gelisah dapat

mengindikasikan

terjadinya hipksia

pengaruh terhadap

pernafasan

6. Adanya rongki

menunjukan sekret

Asuhan Keperawatan Meningitis | 16

Page 17: Asuhan Keperawatan Meningitis

mencegah faktor

yang dapat

menghabat jalan

nafas

tertahan,

oksigenasi

mmebutuhkan

intervensi terhadap

pernafasan

7. Drainase pada area

yang diperlukan

untuk evakuasi bila

pembengkakan

mempengaruhi

jalan nafas.

D. Implementasi

Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :

1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi

2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien

pada situasi yang tepat

3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi

4. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi Anna keliat, 1994)

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses

keperawatan (Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien,

perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan

dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika

tindakan belum hasil.

Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau

tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu

sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :

1. Tujuan tercapai

2. Tujuan tercapai sebagian

3. Tujuan tidak tercapai. (Budi Anna Keliat, 1994)

BAB IVAsuhan Keperawatan Meningitis | 17

Page 18: Asuhan Keperawatan Meningitis

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat

disebabkan oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan

ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.

Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir

sama dan khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun

hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan

dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan

asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini dapat dijadikan

sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Meningitis | 18

Page 19: Asuhan Keperawatan Meningitis

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Donna D. (1999). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.

Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada University

Press.

Budi Anna keliat, (1994). Kapita Selekta Kedokteran FKUI. (1999). Jakarta : Media

Aesculapius.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan.Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia,

Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC.

Nurarif, amin Huda (2013) Nanda NIC NOC, Yogyakarta : MediAction

Asuhan Keperawatan Meningitis | 19