21
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Acute Lung Oedema (ALO) A. Definisi Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi Secara Mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006). Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan Secara Masif Di Rongga Alveoli Yang Menyebabkan Pasien Berada Dalam Kedaruratan Respirasi Dan Ancaman Gagal Napas. Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terkumpulnya Cairan Ekstravaskuler Yang Patologis Di Dalam Paru. (Soeparman;767). B. Etiologi Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Edema paru kardiogenik Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler. a. Penyakit pada arteri koronaria Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung yang mengalami gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti biasa.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Acute Lung Oedema (ALO)

A.    Definisi

            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi

Secara Mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006).

            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan Secara Masif

Di Rongga Alveoli Yang Menyebabkan Pasien Berada Dalam Kedaruratan Respirasi

Dan Ancaman Gagal Napas.

            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terkumpulnya Cairan Ekstravaskuler Yang

Patologis Di Dalam Paru. (Soeparman;767).

B.    Etiologi

Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Edema paru kardiogenik

Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau

sistem kardiovaskuler.

a.      Penyakit pada arteri koronaria

Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya

deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan darah

pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung yang disuplai

oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung yang mengalami gangguan tidak

mampu memompa darah lagi seperti biasa.

b.      Kardiomiopati

Penyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut

beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati dapat

disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis), penyalahgunaan

alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain dan obat kemoterapi.

Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri menjadi lemah sehingga tidak mampu

mengkompensasi suatu keadaan dimana kebutuhan jantung memompa darah

lebih berat pada keadaan infeksi. Apabila ventrikel kiri tidak mampu

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

mengkompensasi beban tersebut, maka darah akan kembali ke paru-paru. Hal

inilah yang akan mengakibatkan cairan menumpuk di paru-paru (flooding).

c.       Gangguan katup jantung

Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk

mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau

tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini menyebabkan

darah mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.

d.      Hipertensi

Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada

otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria.

2. Edema paru non kardiogenik

Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung tetapi paru itu

sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Infeksi pada paru

2. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.

3. Paparan toxic

4. Reaksi alergi

5. Acute respiratory distress syndrome (ards)

6. Neurogenik

C.     Patofisiologis

            alo kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang

mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatan

tekanannya) ke kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologis

tersebut gagal mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan membanjiri

alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk di alveoli ini

sebanding dengan beratnya oedema paru. Penyakit jantung yang potensial

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

mengalami alo adalah semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan

atrium kiri >25 mmhg.

Sedangkan alo non-kardiogenik timbul terutama disebabkan oleh kerusakan

dinding kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas endotel kapiler paru

sehingga menyebabkan masuknya cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan

mengakibatkan terjadinya pengeluaran sekret encer berbuih dan berwarna pink froty.

Adanya sekret ini akan mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankan

fungsinya.

D.    Tanda dan gejala

Alo dapat dibagi menurut stadiumnya (3 stadium),

a.    Stadium 1

Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan

mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi co.

Keluhan pada stadium ini biasanya hanya berupa sesak napas saat melakukan

aktivitas.

b.   Stadium 2

Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darah

paru menjadi kabur, demikian pula hilus serta septa interlobularis menebal.

Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial akan lebih

mempersempit saluran napas kecil, terutama di daerah basal karena pengaruh

gravitasi. Mungkin pula terjadi reflek bronkokonstriksi yang dapat menyebabkan

sesak napas ataupun napas menjadi berat dan tersengal.

c.    Stadium 3

Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami

gangguan secara berarti, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita tampak

mengalami sesak napas yang berat disertai batuk berbuih kemerahan (pink froty).

Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

E.      Penegakkan diagnosa

      Pemeriksaan fisik

1.      Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih.

2.       ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh

lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang

akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.

3.      Takikardia dengan s3 gallop.

4.      Murmur bila ada kelainan katup.

         Elektrokardiografi.

Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium,

tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau

aritmia bisa ditemukan.

         Laboratorium

1. Analisa gas darah po2 rendah, pco2 mula-mula rendah dan kemudian

hiperkapnia.

2. enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.

3. darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, ekg, enzim

jantung (ck-mb, troponin t), angiografi koroner.

foto thoraks pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan x-ray dada.

Radiograph (x-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung

jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral

column, dengan bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang

lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding

dada.

X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih

banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-

kasus yang lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification

(pemutihan) yang signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari

bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

akibat dari pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal

tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.

           Pengukuran plasma b-type natriuretic peptide (bnp)

Alat-alat diagnostik lain yang digunakan dalam menilai penyebab yang mendasari

dari pulmonary edema termasuk pengukuran dari plasma b-type natriuretic peptide

(bnp) atau n-terminal pro-bnp. Ini adalah penanda protein (hormon) yang akan timbul

dalam darah yang disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar jantung. Peningkatan

dari bnp nanogram (sepermilyar gram) per liter lebih besar dari beberapa ratus (300

atau lebih) adalah sangat tinggi menyarankan cardiac pulmonary edema. Pada sisi lain,

nilai-nilai yang kurang dari 100 pada dasarnya menyampingkan gagal jantung sebagai

penyebabnya.

           Pulmonary artery catheter (swan-ganz)

Pulmonary artery catheter (swan-ganz)  adalah tabung yang panjang dan tipis

(kateter) yang disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan dimajukan

melalui ruang – ruang sisi kanan dari jantung dan diletakkan kedalam kapiler-kapiler

paru atau pulmonary capillaries (cabang-cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh

darah dari paru-paru). Alat ini mempunyai kemampuan secara langsung mengukur

tekanan dalam pembuluh-pembuluh paru, disebut pulmonary artery wedge pressure.

Wedge pressure dari 18 mmhg atau lebih tinggi adalah konsisten dengan cardiogenic

pulmonary edema, sementara wedge pressure yang kurang dari 18 mmhg biasanya

menyokong non-cardiogenic cause of pulmonary edema. Penempatan kateter swan-

ganz dan interpretasi data dilakukan hanya pada intensive care unit (icu).

F.       Penatalaksanaan pengobatan

1. Posisi ½ duduk.

2. Oksigen (40 – 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker.

3. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, pao2 tidak bisa

dipertahankan ≥ 60 mmhg dengan o2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi co2,

hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka

dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

4. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor ekg, oksimetri bila ada.

5. Menurunkan preload dan mengeluarkan volume cairan intra paru. Nitrogliserin (ntg)

dan furosemide merupakan obat pilihan utama.

6. Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg (sebaiknya

dihindari).

7. bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : dopamin 2 – 5 ug/kgbb/menit

atau dobutamin 2 – 10 ug/kgbb/menit untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat

ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.

8. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard

9. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan

oksigen.

10.Penggunaan aminophyline, berguna apabila oedema paru disertai bronkokonstriksi

atau pada penderita yang belum jelas oedema parunya oleh karena faktor

kardiogenik atau non-kardiogenik, karena selain bersifat bronkodilator juga

mempunyai efek inotropok positif, venodilatasi ringan dan diuretik ringan.

11.Penggunaan inotropik. Pada penderita yang belum pernah mendapatkan

pengobatan, dapat diberikan digitalis seperti deslano-side (cedilanide-d). Obat lain

yang dapat dipakai adalah golongan simpatomi-metik (dopamine, dobutamine) dan

golongan inhibitor phos-phodiesterase (amrinone, milrinone, enoxumone,

piroximone)

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

PEMERIKSAAN FISIK

Sistem kardiovaskuler

No Prosedur

Tahap prainteraksi

Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap orientasi

Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien

Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap kerja

1 Pengkajian

Keluhan utama

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat keluarga

Riwayat pekerjaan

Riwayat alergi

Nama

Usia

Jenis kelamin

Tempat tinggal

Suku

Agama

Cek ttv :

     Td

     Nadi

     Rr

     Suhu

2 Pemeriksaan fisik jantung

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

a.    Inspeksi

-     Bentuk perikordium

Lihat bentuk dada klien

Normal : kedua dada simetris

Abnormal :

Cekung (adanya penyakit jantung dan paru : perikarditis menahun, atelektasi

paru)

Cembung/menonjol : adanya pembesaran jantung,efusi perkardium,efusi

pleura.adanya penonjolan iga adanya pjb (genetik)

-     Denyut diapeks jantung (ictus cordis)

Lihat denyut jantung yang tampak didaerah apeks

Normal dewasa : terletak sela iga 4 kiri 2-3cm dari garis mid clavicula : seluas ibu

jari

Normal anak : terletak disela iga 4 kiri.bila denyut tak tampak dikarenakan

payudara besar,dinding torak besar,efusi perikardium

Abnormal :

Denyut apeks tergeser kesamping kiri pada keadaan patologis misalnya penyakit

jantung,efusi pleura (adanya cairan di lapisan pleura paru)

Denyut nadi pada dada :

   Timbul denyutan di iga 2 kanan : adanya aneurisma aorta asenden

   Timbul denyutan di iga 2 kiri :dilatasi pulmonalis, aneurisma aorta desenden

-     Denyut vena :

Lihat vena jugularis

b.   Palpasi

Denyut apeks:

Normal disela iga ke 5 (2-3 cm medial garis midclavicula)

Getaran/thrill :

Bising jantung yang keras akan teraba sebagai getaran pada palpasi

Sela iga 2 kiri sternum misalnya pulmonal stenosis

Sela iga 4 kiri sternum misalnya vsd

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

Sela iga 2 kanan sternum misalnya pada aortik stenosis

Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk kedepan

dengan nafas ditahan waktu ekspirasi

Gerakan trakhea

Pada aneurisma aorta denyutnya akan menjalar ke trakhea,denyutan ini

dapat diraba

Cara : pemeriksa berdiri dibelakang penderita dan kedua jari telunjuk

diletakan ditrakhea.kemudian laring dan trakhea diangkat keatas oleh kedua

telunjuk.

Jika ada aneurisma aorta,tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari

telunjuk

c.    Perkusi

  Daerah redup jantung mengecil pada emfisema (alveoli menjadi kaku

mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi)

d.   Auskultasi

Bj1 dan bj 2:

Ics 2 kanan: aorta

Ics 2 kiri : pulmonal

Ics ics 4 kiri : trikuspidalis

Ics 5 kiri midclavicula : mitral

Tahap terminasi

Melakukan evaluasi tindakan

Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

Berpamitan dengan klien

Membereskan alat-alat

Mencuci tangan

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Asuhan keperawatan ALO

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

Kasus pemicu 1:

            pasien tn.jr, 67 tahun, masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas makin

berat 2 hari smrs. Cepat lelah, perut terasa begah, pada pengkajian lebih lanjut, doe

(+), pnd (+), orthopnea (+), odema di kaki (+2), td: 130/90 mmhg, nadi 86 x/mnt, rr

24x/menit, spo2: 94%. Pada pengkajian riwayat pasien pernah di rawat dengan nstemi

dan chf 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan thorax foto menunjukkan gambaran

odema paru.

           Pengkajian:

1.      Keluhan utama: sesak nafas semakin berat 2 hari smrs

2.      Riwayat penyakit sekarang: cepat lelah, perut terasa begah

3.      Riwayat penyakit terdahulu: nstemi dan chf

4.      Nama: tn.jr

5.      Usia: 67tahun

6.      Jenis kelamin: pria

7.      Cek ttv: -     td: 130/90 mmhg

-          Nadi: 86 x/mnt

-          Rr: 24 x/mnt

         Data fokus

Data subjektif Data objektif

- pasien mengeluh sesak nafas

- pasien mengatakan cepat lelah

- pasien mengatakan perutnya terasa

begah

- doe (+)

- pnd (+)

- orthopnea(+)

- odema di kaki (+2)

- td : 130/90

- n : 86x/mnt

- rr : 24x/mnt

-spo2 : 94%

         Analisa data

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

No Data fokus Problem Etiologi

1.

2.

3.

Ds : - pasien

mengeluh sesak nafas dan

cepat lelah

Do : - doe (+)

        - pnd (+)

        - orthopnea(+)

        - rr : 24x/mnt

Ds : - pasien mengatakan

perutnya terasa begah

Do : - odema di kaki (+2)

Intake : 2800

Output : 2500

Ds : - pasien mengeluh

cepat   lelah

Do : - doe (+)

        - pnd (+)

        - orthopnea (+)

Gangguan

pertukaran gas

Kelebihan

volume cairan

Intoleransi

aktivitas

Gangguandifusi

oksigen

Adanya cairan di

dalam alveolus

Kurangnya suplai

oksigen (o2)

         Diagnosa keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tanggal

ditemukan

Tanggal teratasi

1.

2.

Gangguan pertukaran gas

b.d gangguan difusi

oksigen

Kelebihan volume

cairan b.d adanya cairan di

19 / 9 / 2012

19 / 9 / 2012

20 / 9 / 2012

21 / 9/ 2012

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

3.

dalam alveolus

Intoleransi aktivitas

b.d berkurangnya suplai

oksigen (o2)

20 / 9/ 2012 22 / 9 / 2012

         Intervensi

No Tanggal Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi

keperawatan

1.

2.

19 / 9 / 2012

19 / 9 / 2012

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

masalah gangguan

pertukaran gas sudah

teratasi dengan criteria

hasil :

1.sesak nafas

berkurang

2.rr: 12-24x/mnt

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

masalah gangguan

keseimbangan cairan

sudah teratasi dengan

- berikan posisi

semi fowler/fowler

- berikan

lingkungan yang

nyaman

- kaji keluhan

sesak

- kaji ttv

- pantau hasil agd

- kolaborasi dalam

pemberian oksigen

- monitor intake

dan output cairan

-monitor

pengeluaran urin,

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

3. 19  / 9 / 2012

criteria hasil :

- tidak terjadi odema

kaki

- turgor kulit bagus

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

masalah intoleransi

aktivitas sudah teratasi

dengan criteria hasil :

- pasien tidak lemas

lagi

- mampu melakukan

aktivitas tanpa

gangguan

catat jumlah,

konsentrasi, dan

warna

- kolaborasi dalam

pemberian terapi

seperti diuretik, ntg,

dll

-anjurkan untuk

total bed rest

-pantau skala

kekuatan otot

-berikan lingkungan

yang nyaman

-kolaborasi dalam

memberikan

oksigen

         Implementasi

No Tanggal Diagnosa Implementasi keperawatan

1. 19  / 9 / 2012 1  -memberikan posisi semi

fowler/fowler

- memberikan lingkungan

yang nyaman

- mengkaji keluhan sesak

- mengkaji ttv

- memantau hasil agd

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

2.

3.

19  / 9 / 2012

20 / 9 / 2012

Ii

Iii

- kolaborasi dalam

pemberian oksigen

- memonitor intake dan

output cairan

-memonitor pengeluaran

urin, catat jumlah,

konsentrasi, dan warna

- kolaborasi dalam

pemberian terapi seperti

diuretik, ntg, dll

-menganjurkan untuk total

bed rest

-memantau skala kekuatan

otot

-memberikan lingkungan

yang nyaman

-kolaborasi dalam

memberikan oksigen

         Evaluasi

No Tanggal S.o.a.p Paraf dan nama

jelas

1. 20 / 9 / 2012 S: pasien sudah tidak

mengeluh sesak nafas

O: rr : 12-24x/mnt

A: tujuan tercapai

masalah gangguan

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Acute Lung Oedema

2.

3.

21 / 9/ 2012

22 / 9 / 2012

pertukaran gas teratasi

P: intervensi dihentikan

S : pasien sudah tidak

merasa begah

O: tidak terjadi odema

a:masalah gangguan

keseimbangan cairan

sudah teratasi

P:intervensi dihentikan

S: klien sudah sehat

O: spo2 normal : 90-

100%

A: masalah sudah

teratasi kurangnya supali

oksigen

P: intervensi dihentikan