Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA DENGAN MASALAH
GANGGUAN PERTUKARAN GAS DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA
MALANG
Diana Novita Herawati, Wisoedhanie Widi Anugrahanti, Wibowo
Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh
bakteri, virus, atau jamur. Infeksi ini menyebabakan paru-paru meradang, kantung-kantung
udara dalam paru yang biasanya disebut alveoli, dipenuhi cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi berkurang dan menyebabkan gangguan pertukaran gas. Tujuan
penelitian adalah untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien pneumonia dengan
masalah gangguan pertukaran gas. Subyek penelitian adalah 2 klien, yang mengalami
Pneumonia dengan masalah gangguan pertukaran gas. Pada kedua klien sudah dilakukan
implementasi, pada klien 1 dilakukan implementasi utama yaitu pemantauan respirasi dan
terapi oksigen, sedangkan pada klien 2 dilakukan implementasi pendukung yaitu dukungan
ventilasi, hal ini disebabkan karena kondisi kedua klien berbeda. Setelah dilakukan evaluasi
selama 3 hari, masalah gangguan pertukaran gas pada kedua klien tidak teratasi hal ini
disebabkan karena, bunyi suara tambahan ronchi pada kedua klien masih terdengar.
Pemeriksaan BGA yang belum kembali dalam batas normal yaitu peningkatan PO2 pada
pasien 1 yaitu 103,0 mmHg, dan peningkatan PO2 pada pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.
Peningkatan pH pada klien 2 yaitu 4,47. saturasi oksigen meningkat pada kedua pasien
tetapi masih dengan bantuan oksigen. Klien 1 menggunakan bantuan oksigen nasalkanul 4
lpm. Sedangkan pasien 2 menggunakan bantuan oksigen dengan simple mask 6lpm.
Kata Kunci : Pneumonia, Gangguan Pertukaran Gas
ABSTRACT
Pneumonia is an infection of one or two lungs that is usually caused by bacteria, viruses, or
fungi. This infection causes inflamed lungs, air sacs in the lungs usually called alveoli, filled
with fluid so that the ability to absorb oxygen becomes reduced and caused disruption of gas
exchange.The purpose of the study was to carry out nursing care for Pneumonia Patients
With disruption of gas exchange Problems. The study subjects were 2 clients, who
experienced Pneumonia Patients With disruption of gas exchange Problems. The
implementation of the two clients has been carried out, the client 1 carried out the main
implementation of monitoring respiration and oxygen therapy, while the client 2 carried out
the supporting implementation of ventilation support, this is because the conditions of the two
clients are different. After evaluating for 3 days, the disruption of gas exchange Problems in
the two clients is not resolved this is because, this was due to the sound of additional ronchi
on both client. Examination of BGA that has not returnedwithin normal limits is an increase
in PO2 in patient 1, which is 103,0 mmHg, and an increase in PO2 in patient 2, which is
100,3 mmHg. The increase in pH in client 2 was 4,47. Oxygen saturation increased in both
patients but still on oxygen support. Client 1 uses 4 lpm nasalkanul oxygen assistance.
Meanwhile, patient 2 used oxygen with a simple mask of 6 lpm.
Keywords: Pneumonia, Disruption of Gas Exchang.
mailto:[email protected]
Pendahuluan
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu
atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur.
Pneumonia adalah infeksi yang
menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang
disebut alveolidipenuhi cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi
berkurang (Yudha, 2018).
Pasien Pneumonia mengalami peradangan
yang disertai dengan adanya cairan dalam
alveoli, sehingga saluran pernafasan akan
terganggu sehingga tidak berfungsi dengan
normal dan keluar masuknya oksigen juga
dapat terganggu yang dapat
mengakibatkan gangguan pertukaran gas.
Pada pasien pneumonia dampak dari
pertukaran gas dapat menyebabkan
hipoksia dan gagal nafas. Hal ini
disebabkan karena daerah paru menjadi
padat (eksudat) sehingga terjadi penurunan
ventilasi dan perfusi yang berdampak pada
penurunan kapasitas difusi
Berdasarkan laporan WHO pada tahun
2017 kasus kematian yang diakibatkan
oleh pneumonia di dunia diperkirankan
mencapai 935.000 jiwa pertahun dan
bahkan lebih dari 2.500 jiwa perhari
meninggal dunia. Di Indonesia prefalensi
penyakit pneumonia rata-rata 4,0%. Di
Jawa Timur prefalensinya juga mencapai
angka 4,0% (Riseksdas 2018). Di Malang
didapatkan hasil 8,92% yang menderita
pneumonia (Dinas Kesehatan Jawa Timur,
2017 ). Berdasarkan data rekam medis
klien rawat inap di Rumah Sakit Panti
WaluyaMalang pada tahun 2019 yang
terdiagnosa medis pneumonia mencapai
142 orang. (Rekam medik RS panti
Waluya Sawahan Malang, 2018).
Peneliti menemukan fenomena pada saat
perktek pada bulan Februari tahun 2019 di
Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Terdapat2 klien dengan diagnosa medis
pneumonia, klien 1 berusia 52 tahun. Data
subjektif Klien mengeluhsesak nafas,
klienpusing, klien batuk dan dahaknya
susah keluar. Saat dikaji, peneliti
menemukan pernafasan klien cuping
hidung, frekuensi nafas klien terlihat cepat
26x/menit. Klien 2 berusia 55 tahun. Data
objektif yang didapatkan klien tampak
gelisan, terdapat bunyi suara nafas
tambahan wheezing klien tampak pucat .
Data subjektif yang didapatkan klien
mengatakan sesak nafas, klien mengatakan
pusing, klien mengatakan pandangannya
kabur.
Sebagai seorang perawat dalam menangani
klien dengan masalah pneumonia adalah
dengan memberikan dan menerapkan
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
menegakkan diagnosa, merencanakan
intervensi, melakukan implementasi serta
mengevaluasi hasil tindakan yang sesuai
dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan. Perawat berperan sebagai
pemberi asuhan keperawatan, maka
perawat diharapkan dapat melakukan
asuhan keperawatan, dengan cara teknik
nafas dalam mengajarkan batuk efektif dan
memonitor O2,dapat dilakukan untuk
menjaga kelancaran sistem pernafasan
kolaborasi pemberian oksigen,
membersihkan sputum untuk melongarkan
jalan nafas, catat pergerakan dada
(Muttaqin 2014) .
Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan dalam
ProposalKarya tulis ilmiah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien Dewasa
yang Mengalami Pneumonia dengan
Masalah Gangguan Pertukaran Gas di
Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Metode penelitian
Studi kasus ini adalah studi untuk
mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada klien pneumonia dengan
gangguan pertukaran gas di Rumah Sakit
Panti Waluya Malang.
Maka batasan istilah dijabarkan oleh
penulis adalah :
1. Klien dengan diagnosia
medispneumonia dengan atau tanpa
penyakit penyerta yang mengalami
gangguan pertukaran gas.
2. Klien pneumonia yang mengalami
gangguan pertukaran gas yang
ditandani dengan tanda gejala dibawah
ini:
a. Klien tampak dispnea.
b. Klien mengalami takikardi
>100x/m
c. Adanya bunyi suara nafas
tambahan whezzing/ronchi
d. Pemeriksaan BGA yang abnormal
a) PCO2meningkat/menurun
nilai normal 35-45mmHg
b) PO2menurun nilai normal 80-
100mmHg
c) pH meningkat/menurun nilai
normal 7,35-7,45
e. klien tampak cyanosis yang dapat
dilihat dari bibir dan kuku yang
tampak kebiruan.
f. pernafasan klien tampak cuping
hidung.
g. Terdapat adanya otot bantu
pernafasan.
Partisipan pada penelitian ini adalah 2
klien. Klien 1 berumur 58. Klien 2
berumur 80 th. terdiagnosa medis
pneumonia dengan masalah gangguan
pertukaran gas di Rumah Sakit Panti
Waluya Malang. Penelitian dilakukan di
Rumah Sakit Panti Waluya Malang ruang
Intensif Unit Care bad 3 dan bad 2,
penelitian dilaksanakan selama 3 hari
dengan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumen yang
dilakukan melalui perantara pembimbing 3
pada kedua klien, terdiri dari :
a) Informed Consent (persetujuan
menjadi klien)
b) Anonimity (tanpa nama)
c) Confidentiality (kerahasiaan)
Hasil
pada studi kasus ini didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan data yang diperoleh dari
pembimbing 3 bahwa klien 1 masuk icu
jam 08.15 wib dengan keluhan sesak
nafas, batuk produktif berdahak, warna
sputum berwarna putih kental. GCS E 4
V5 M 6 tekanan darah 140/90 Mmhg.
Nadi 120x/m suhu 36,30c RR 28x/m.
Reteraksi dada berat ronchi positif pada
paru kanan.
SpO2 92% dengan 02 nasal kanul 4 lpm
suhu 37,80c. GDA 229 mg/dl.
Hasil Foto thorax:
Kedua sinus/diaphragma normal.Bentuk
dan besar COR membesar kekiri arcus
aorta dan pulmonal segment normal.
Tidak tampak infiltrasi proses corakan
broncovascular paru normal.
Hasil pemeriksaan BGA:
Ph 7.47 (tinggi), PCO2 46 mmHg (tinggi),
O2 65,5 mmHg (tinggi),
HCO3,23.9mmol/L (normal), Beecf
0.9mmol/L (normal), Beb 0.2mmol/L
(normal), A 97.3mmHg (normal), a/AO2
0.7% (normal), FIO2 313.500 (rendah).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
perawat bahwa Jam 07.15 klien 2 masuk
ICU dengan keluhan sesak nafas, pasien
gelisah G.C.S E4.V5. M6, tekanan darah
118/70 Mmhg, nadi 115x/m, suhu 37.30c
RR 30 x/mnt Spo2 89 % GDA 270
mg/DL. Pasien mendapatkan oksigen 15lt
jaction reese, Foto thorak cyto
Hasil Foto thorak:
Kedua sinus/Diaphragma normal. bentuk
dan besar COR normal. Tampak infiltrasi
pada kedua lapang paru. Corakan
bronchovascular paru Normal. kesan
pneumonia.
Hasil pemeriksaan BGA
pH: 7.11 (rendah), pCO2 : 72,8 (tinggi),
pO2 123mg/dl (tinggi), HCO3
23,4mmol/L (normal), BEecf-6.3mmol/L
(rendah), Beb -6.7mmol/L (rendah), A
610.2 mmHg (normal), a/AO2 0,2 %
(rendah), FIO2 123.800 (rendah)
Jam 09.00 wib kesadaran Coma G C S
E1.V1.M1. Tekanan darah 121/72 mmHg,
nadi 118x/m RR27x/m suhu 37.
pernafasan klien cuping hidung +/+
reteraksi dada berat ronchi positif. Karena
kondisi memburuk pasien diputuskan
untuk dilakukan intubasi dengan ETT no
7.5 batas bibir 22 cm, pada saat sucction
sputum kental kehijauan.Topangan
syringe pump vascon dosis mulai
0.075mcg.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada
kedua klien ditegakkan diagnosa
keperawatan gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
3. Rencana keperawatan
Pada kedua klien telah ditetapkan
rencana intervensi utama dan intervensi
pendukung yang sesuai dengan
tinjauan pustaka yaitu :
Intrvensi utama
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen.
2. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas.
3. Monitor pola nafas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi).
4. Monitor kemampuan batuk
efektif
5. Monitor adanya produksi
sputum
6. Monitor adanya sumbatan
jalan nafas.
7. Auskultasi bunyi nafas
8. Monitor posisi alat terapi
oksigen.
9. Monitor aliran oksigen secara
priodik
10. Monitor efektifitas terapi
oksigen.\
11. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi.
12. Monitor saturasi oksigen
13. Monitor nilai AGD
14. Monitor hasil x-ray torax
15. Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea jika
perlu.
Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen.
16. Kolaborasi pemantauan
dosis oksigen.
17. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat tidur dan/atau
tidur.
Intervensi pendukung
1. Identifikasi adanya kelelahan
otot bantu nafas
2. Monitor status respirasi dan
oksigenasi (mis. Frekuensi dan
kedalaman nafas, penggunaan
otot bantu nafas, bunyi nafas
tambahan, saturasi oksigen).
3. Periksa indikasi veltilator
mekanik (mis, kelelahan otot
nafas).
4. Monitor kondisi yang
meningkatkan konsumsi
oksigen (mis, demam,
mengigil,kejang,nyeri)
5. Monitor gejala peningkatan
pernafasan(mis, peningkatan
denyut jantung atau
pernafasan, peningkatan
tekanan darah).
6. Berikan posisi semi fowler
atau fowler
7. Ajarkan melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
8. Ajarkan mengubah posisi
secara mandiri.
9. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada
kedua klien berbeda klien 1
menggunakan intervensi utama
sebanyak 13 intervensi mandiri dan
1 intervensi kolaborasi, sedangkan
untuk klien 2 menggunakan
intervensi pendukung.
5. Evaluasi
Pada klien 1 dan 2 dilakukan
asuhan keperawatan pada kedua
klien selama 3 hari berturut-turut,
pada kedua klien evaluasi pada hari
ke 3 masalah pada kedua klien
masih belum teratasi hal ini
disebabkan karena, bunyi suara
tambahan ronchi pada kedua klien
masih terdengar. Pemeriksaan
BGA yang belum kembali dalam
batas normal yaitu peningkatan
PO2 pada pasien 1 yaitu 103,0
mmHg, dan peningkatan PO2 pada
pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.
Peningkatan pH pada klien 2 yaitu
4,47. saturasi oksigen meningkat
pada kedua pasien tetapi masih
dengan bantuan oksigen. Klien 1
menggunakan bantuan oksigen
nasalkanul 4 lpm. Sedangkan
pasien 2 menggunakan bantuan
oksigen dengan simple mask 6lpm.
Pembahasan
1. Pengkajian
Berdasarkan data yang diperoleh dari
pembimbing 3 bahwa klien 1
mengeluh sesak nafas, batuk produktif
berdahak, warna sputum berwarna
putih kental. GCS E 4 V5 M 6 tekanan
darah 140/90 Mmhg. Nadi 120x/m
suhu 36,30c RR 28x/m. Reteraksi dada
berat ronchi positif pada paru kanan.
SpO2 92% dengan 02 nasal kanul 4
lpm suhu 37,80c. GDA 229 mg/dl.
Hasil pemeriksaan BGA:
Ph 7.47 (tinggi), PCO2 46 mmHg
(tinggi), O2 65,5 mmHg (tinggi),
HCO3,23.9mmol/L (normal), Beecf
0.9mmol/L (normal), Beb 0.2mmol/L
(normal), A 97.3mmHg (normal),
a/AO2 0.7% (normal), FIO2 313.500
(rendah).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
perawat bahwa Jam 07.15 klien 2
masuk ICU dengan keluhan sesak
nafas, pasien gelisah G.C.S E4.V5.
M6, tekanan darah 118/70 Mmhg, nadi
115x/m, suhu 37.30c RR 30 x/mnt
Spo2 89 % GDA 270 mg/DL. Pasien
mendapatkan oksigen 15lt jaction
reese, Foto thorak cyto
Hasil pemeriksaan BGA
pH: 7.11 (rendah), pCO2 : 72,8
(tinggi), pO2 123mg/dl (tinggi), HCO3
23,4mmol/L (normal), BEecf-
6.3mmol/L (rendah), Beb -6.7mmol/L
(rendah), A 610.2 mmHg (normal),
a/AO2 0,2 % (rendah), FIO2 123.800
(rendah).
.
Klien 1 dan klien 2 terdiagnosa
pneeumonia Menurut Priscilla tahun
2016 Pasien Pneumonia mengalami
peradangan yang disertai dengan
adanya cairan dalam alveoli, sehingga
saluran pernafasan akan terganggu
sehingga tidak berfungsi dengan
normal dan keluar masuknya oksigen
juga dapat terganggu yang dapat
mengakibatkan gangguan pertukaran
gas (Priscilla, 2016). Berdasarkann
pengkajian klien 1 dan 2 dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan
gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidak seimbangan ventilasi –
pervusi, hal ini karena kedua klien
mengalami sesak nafas, batuk
produktif, bunyi suara tambahan
ronchi, takikardi, pemeriksaan BGA
PCO2 meningkat / menurun nilai
normal : 35-45 mmHg, PO2 menurun
nilai normal : 80-100 mmHg, pH arteri
meningkat / menurun nilai normal
7,35-7,45, hal ini seusai dengan teori
tim pokja Pokja SDKI DPP PPNI
(2016), gangguan pertukaran gas
adalah kelebihan atau kekurangan
oksigen atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolus-kapiler yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan
ventilasi-perfusiyang ditandai dengan :
Tanda gejala mayor :
a. Dispnea
b. PCO2 meningkat / menurun nilai
normal : 35-45 mmHg.
c. PO2 menurun nilai normal : 80-100
mmHg
d. Takikardi
e. pH arteri meningkat / menurun nilai
normal 7,35-7,45
f. Bunyi nafas tambahan
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang ditemukan pada
kedua klien, mengalami masalah
keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan
Ventilasi-Perfusi. Hal ini ditandai dengan
tanda dan gejala seperti adanya data
keluhan sesak serta hasil pemeriksaan
BGA dimana pada kedua klien terjadi
peningkatan PCO2, yaitu 46 mmHg pada
klien 1, dan peningkatan PCO2 pada klien
2 yaitu 72,8 mmHg , penurunan PO2 pada
klien 1 yaitu 65,5 mmHg dan peningkatan
PO2 pada klien 2 yaitu 123,8 mmHg ,
takikardia pada kedua pasien , pH arteri
meningat pada klien 1 yaitu 7,47 dan
penurunan pH arteri pada klien 2 yaitu
7.11., serta bunyi napas tambahan ronchi
pada kedua pasien.
Hal ini sesuai dengan teori Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2016), masalah
keperawatan gangguan pertukaran gas
yang ditandai dengan :
Tanda gejala mayor :
1. Dispnea
2. PCO2 meningkat / menurun nilai
normal : 35-45 mmHg
3. PO2 menurun nilai normal : 80- 100
mmHg
4. Takikardi
5. pH arteri meningkat / menurun nilai
normal 7,35-7,45
6. Bunyi nafas tambahan
3. Rencana keperawatan
Pada setiap klien dilakukan
intervensi yang sama yang bersifat
mandiri dan kolaboratif. Peneliti
merencanakan ada 19 intervensi
utama terdiri dari 16 intervensi
mandiri dan 2 intervensi kolaborasi.
Serta ditambahkan 8 Intervensi
pendukung jika diperlukan untuk
kedua klien karena setiap intervensi
yang akan dilakukan disesuaikan
dengan kondisi klien pada saat
pengkajian. Dari intervensi yang
direncanakan ditetapkan intervensi
pada Pada klien 1 dilakukan 14
intervensi dengan 13 tindakan
mandiri dan 1 tindakan kolaborasi.
Pada klien 2 dilakukan intervensi
pendukung dengan 8 intervensi serta
dilakukan 5 intervensi utama. Pada
kedua klien dilakukan intervensi
yang berbeda karena pada klien 1
kesadaran klien composmentis dan
bisa dilakukan intervensi utama,
sedangakan pada klien kedua
kesadaran klien coma dan harus
menggunakan ventilator oleh karena
itu penulis menetapkan intervensi
pendukung yaitu dukungan ventilasi
mekanik yang menjadi intervensi
pendukung pada klien 2. Intervensi
tersebut bertujuan untuk membantu
agar masalah keperawatan gangguan
pertukaran gas bisa teratasi. Menurut
Tim Pokja SDKI PPNI DPP PPNI(
2017). Gangguan pertukaran gas
adalah kelebihan atau kekurangan
oksigen dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler yang menyebabkan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,
yang ditandai dengan dispnea, PCO2
meningkat/menurun, PO2 menurun,
takikardi, pH arteri
meningkat/menurun, dan bunyi suara
nafas tambahan. Intervensi yang
ditetapkan pada klien 1 dan klien 2
telah sesuai dengan teori TIM
POKJA SIKI DPP PPNI (2018)
yaitu dengan pemantauan respirasi,
terapi oksigen dan intervensi
pendukung yaitu dukungan
ventilasi.
4. Implementasi keperawatan
Berdasarkan intervensi pada tinjauan
pustaka terdapat 19 intervensi. Pada
klien 1 ditetapkan 14 intervensi.
dengan 13 implementasi tindakan
mandiri dan 1 implementasi tindakan
kolaborasi. Pada klien 2 dilakukan
intervensi pendukung. dengan 8
implementasi serta dilakukan 5
implementasi utama. Implementasi
yang dilakukan pada kedua klien
berbeda hal ini dikarenakan pada
klien 2 menggunakan ventilator dan
klien 1 tidak menggunakan ventilator
jadi klien 1 menggunakan intervensi
utama dan tidak menambahkan
intervensi pendukung.
Menurut Debora (2017).
Implementasi merupakan tahap
perencanaan yang dibuat dan
diaplikasikan pada klien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda Dengan
urutan yang telah dibuat pada
perencanaan. Aplikasi yang
dilakukan pada klien akan berbeda
disesuaikan dengan kondisi klien
saat itu dan kebutuhan yang paling
dirasakan oleh klien. Adapun
pedoman implementasi keperawatan
menurut Darmawan (2012) yaitu
tindakan keperawatan yang
dilakukan konsisten dengan rencana
dan dilakukan setalah memvalidasi
rencana keperawatan, serta dalam
tahap implementasi perawat terus
mengumpulkan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan klien,
semua implementasi
didokumentasikan kedalam format
yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan evaluasi selama 3
hari, masalah gangguan pertukaran
gas pada klien 1 dan klien 2 tidak
teratasi hal ini disebabkan karena
bunyi suara tambahan ronchi pada
kedua klien masih terdengar.
Pemeriksaan BGA yang belum
kembali dalam batas normal yaitu
peningkatan PO2 pada pasien 1 yaitu
103,0 mmHg, dan peningkatan PO2
pada pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.
Peningkatan pH pada klien 2 yaitu
4,47. saturasi oksigen meningkat
pada kedua pasien tetapi masih
dengan bantuan oksigen. Klien 1
menggunakan bantuan oksigen
nasalkanul 4 lpm. Sedangkan pasien
2 menggunakan bantuan oksigen
dengan simple mask 6lpm . Menurut
Munrung (2011) evaluasi
keperawatan merupakan kegiatan
yang perlu dilakukan secara
berkelanjutan untuk mengukur
tingkat efektivitas dan keberhasilan
rencana keperawatan serta serta
bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan atau bahkan dihentikan.
Hal ini sesuai dengan teori Tim
Pokja SLKI DPP PPNI (2018)
bahwa hasil yang diharapkan setelah
dilakukan tindakan keperawatan
adalah :
1. Tingkat kesadaran klien
meningkat
2. Dispnea menurun .
3. Bunyi nafas tambahan ronchi
masih terdengar pada kedua
klien
4. Takikardi menurun
5. Pusing menurun
6. Pengelihatan kabur menurun
7. PCO2cukup membaik.
8. PO2 pada kedua klien masih
meningkat
9. pH arteri pada kedua klien
masih meningkat.
kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien
pneumonia dengan masalah
gangguan pertukaran gas di ruang
ICU Rumah Sakit Panti Waluya
Malang pada kedua klien tidak
teratasi karena, bunyi suara
tambahan ronchi pada kedua klien
masih terdengar. Pemeriksaan
BGA yang belum kembali dalam
batas normal yaitu peningkatan
PO2 pada pasien 1 yaitu 103,0
mmHg, dan peningkatan PO2 pada
pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.
Peningkatan pH pada klien 2 yaitu
4,47. saturasi oksigen meningkat
pada kedua pasien tetapi masih
dengan bantuan oksigen. Klien 1
menggunakan bantuan oksigen
nasalkanul 4 lpm. Sedangkan
pasien 2 menggunakan bantuan
oksigen dengan simple mask 6lpm.
Daftar pustaka
Debora oda. 2017 proses keperawatan
dan pemeriksaan fisik, jakarta:
selembat medika
Dermawan, D 2012. Proses
Keperawatan Penerapan Konsep
dan Kerangka Kerja (1st).
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Munrung, S. 2011. Keperawatan
profesional. Jakarta: trans info
media
Muttaqin. 2014.Buku ajar asuhan klien
dengan gangguan sistem
pernafasan jakarta: selembat
medika
Rekam medis RSPW 2019
Riskesdas 2018 kementrian kesehatan
badan penelitian dan
pengembangan
Sektya Yudha, 2018 buku ajar
keperawatan medikal bedah
sistem respirasi,Yogyakarta: CV
budi utama
Tim pokja SDKI DPP PPNI.
2016standar diagnosa
keperawatan indonesia, jakarta:
dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018
standar intervensi keperawatan
indonesia, jakarta: dewan
pengurus pusat persatuan perawat
nasional indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2019
standar luaran keperawatan
indonesia, jakarta: dewan
pengurus pusat persatuan perawat
nasional indonesia
World Health Organization, 2017
pneumonia di Dunia, Jakarta:
EGC