Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Prioritas Masalah
58
Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman; Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caeserea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Oleh: Ulan Valentina Siagian 132500035 PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Universitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Prioritas Masalah
Pasien Post Operasi Sectio Caeserea di RSUD. Dr. Pirngadi
Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas
berkat dan kasihanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini
dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Prioritas
Masalah
Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman; Nyeri pada Pasien Post
Operasi
Sectio Caeserea di RSUD dr. Pirngadi Medan” yang merupakan salah
satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Program DIII Keperawatan di
Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan,
bimbingan,dan
arahan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas
Keperawatan USU
2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Prodi DIII
Keperawatan
Fakultas Keperawatan USU
3. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kep selaku Sekretaris DIII
Keperawatan
Fakultas Keperawatan USU
4. Ibu Diah Arruum, S.Kep, Ns M.Kep selaku dosen pembimbing
akademik
yang senang tiasa membimbing saya selama masa perkuliahan
5. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing Karya
Tulis
Ilmiah ini
saya ucapkan banyak terimakasih atas ilmu yang sudah diberikan
selamam
masa perkuliahan
7. Teristimewa saya ucapkan banyak syukur dan kasih kepada kedua
orangtua
saya tercinta, Bapak Manuksuk Siagian, dan Ibu Happi Panjaitan yang
selalu
memberikan motivasi, dukungan moral dan material serta yang tak
henti-
hentinya mendoakan penulis. Terkhusus kepada kedua kakak dan
adik-adik
tercinta, Sarlina Siagian, Rokaya Siagian, Togi Siagian, Sahat
Siagian, Karlos
Universitas Sumatera Utara
iv
Siagian dan Rio Siagian yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis. Dan
semua ini saya persembahkan untuk keluarga besar saya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini
jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunan nya, untuk itu
penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua
pihak untuk
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga bantuan, bimbingan, dan
arahan
yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Tuhan.
Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan
perkembangan
profesi keperawatan.
Rasa Aman dan Nyaman; Nyeri
1. Pengkajian
..................................................................................................
14
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
.............................................................................................................
45
B. Saran
......................................................................................................................
45
Daftar Pustaka
.....................................................................................................................
47
Rasa nyaman merupakan bebas dari rasa yang tidak menyenangkan
adalah
suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan bebas dari
nyeri
itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan
diberikan
asuhan keperawatan pada seorang pasien dirumah sakit (Prasetyo,
2010).
Nyeri mengganggu dan kemampuan individu untuk mempertahankan
perawatan dirinya. Dengan menyadari prasangka atau kesalahpahaman,
maka
perawat akan dapat menangani masalah klien dengan lebih
professional.
Perawat yang berperan sebagai seorang pengamat yang aktif dan
memiliki
pengetahuan tentang klien yang mengalami nyeri, akan menganalisa
lebih
objektif tentang pengalaman nyeri. Klien membuat diagnosis bahwa
ia
mengalami nyeri dan perawat bekerja untuk menerapkan teknik-teknik
dan
keterampilan yang akhirnya akan menghilangkan nyeri (Potter &
Perry,
2006).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
sayatan
rahim dalam keadaan utuh (Winkjosastro, 1999). Masa nifas adalah
masa
pemulihan kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan
kembali seperti pra hamil kira-kira 6-8 minggu. Selama masa nifas,
terjadi
perubahan yang dialami oleh ibu nifas, antara lain intensitas
kontraksi, uterus
meningkat 1-2 jam post partum, aktivitas uteri menurun secara halus
dan
cepat kembali stabil. Kontraksi uterus ini akan menjadi pembuluh
darah
uterus sehingga perlahan dapat berhenti. Rasa sakit (After pain)
mulas-mulas
yang disebabkan karena kontraksi rahim berlangsung 2-4 hari post
partum.
After pain lebih terasa bila wanita tersebut menyusui. Perasaan
sakit timbul
bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, plasenta dan
gumpalan darah.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga perlu diberikan pengertian pada ibu tentang hal tersebut,
apabila
menggangu dapat diberikan analgetik atau spasmolitik.
Penelitian menurut Hillan mengenai rasa nyeri pada post SC
diketahui
bahwa pada minggu ke-12 klien masih mengalami nyeri luka, dan
bahkan
hampir separuh wanita berlangsung sampai mereka pulang ke rumah.
Dan
sekitar 32% yang melakukan operasi SC masih mengalami nyeri pada
luka,
dan tidak jarang nyeri bertambah berat setelah kembali pulang
sehingga
membutuhkan obat analgesic. Nyeri pasca operasi SC sering sekali
tidak
diperdulikan oleh perawat (Mander, 2004). Hal ini perlu penanganan
yang
optimal agar perasaan nyeri pasca operasi SC terpenuhi, misalnya
dengan cara
managemen yang benar.
seorang pasien yang sedang dirawat dirumah sakit khususnya pada
penderita
post operasi sectio caeserea tidak dapat dipisahkan dari masalah
kebutuhan
kenyamanan yaitu nyeri. Karena pada saat operasi bagian dari tubuh
yaitu
abdomen dilakukan sayatan pada beberapa lapisan abdomen, sehingga
setelah
selesai persalinan sectio caeserea tiap lapisan abdomen akan
dilakukan
penutupan luka yaitu dengan menjahit pada setiap lapisan abdomen
.
Penulis memberikan pernyataan demikian berdasarkan survey
bahwa
semakin lama wanita cenderung lebih memilih persalinan secara
caeserea
dibandingkan dengan persalinan normal. Sehingga berdasarkan
penelitian
yang dilakukan oleh Hillan dimana telah diutarakan sebelumnya
bahwa
hampir seluruh wanita yang melakukan operasi caeserea akan
mengalami
nyeri pada luka hingga minggu ke-12. Oleh karena itu dibutuhkan
asuhan
keperawatan yang benar agar perasaan nyeri klien berkurang.
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP)
dalam
Hamidah (2010, nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang
tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial,
atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Munculnya nyeri
sangat
berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Seseorang
dapat
Universitas Sumatera Utara
diantaranya luka setelah dilakukannya sectio caesarea.
WHO (Word Health Organization) menganjurkan operasi caeserea
hanya
sekitar 10-15% dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut
tentunya
didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar.
Baik resiko
bagi ibu maupun bayi. Angka kejadian operasi sc di Indonesia
menurut data
survey nasional tahun 2010 adalah 743.000 dan 3.832.000 persalinan
atau
sekitar 19,15%. Sedangkan di Jawa Tengah kejadian operasi sesar
mencapai
32,2%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka tersebut
sudah
melebihi batas yang di tetapkan oleh WHO (Hamidah, 2010).
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik memberikan
“Asuhan
Keperawatan dengan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri “ pada
post
operasi sectio caesaria di Tanjung V RSUD Dr. Pirngadi Medan
B. Tujuan
bagaimana asuhan keperawatan yang baik dan benar pada klien
yang
mengalamai masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman;
nyeri
khususnya Ny.L diruangan tanjung V RSUD dr. Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. L dengan prioritas
masalah
kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman; nyeri
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. L dengan
prioritas
masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman; nyeri
3. Mampu menyusun recana asuhan keperawatan Pada Ny. L dengan
prioritas masalh kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman; nyeri
4. Mampu melakukan implementasi pada Ny. L dengan proritas
masalah
rasa aman dan nyaman; nyeri
5. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. L dengan prioritas
masalah
kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman; nyeri
Universitas Sumatera Utara
Hasil Karya Tulis Ilmiah yang diperoleh dapat dijadikan kontribusi
bagi
peningkatan pendidikan keperawatan dan pengembangan ilmu
keperawatan.
masukan bagi praktisi keperawatan guna meningkatkan pelayanan
asuhan
keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah Nyeri.
3. Bagi Kebutuhan Klien
sectio caesarea.
Gangguan Rasa Nyaman; Nyeri
2.1 Definisi Sectio Caeserea
abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding
uterus
interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah
tranversal
(Ferrer, 2001).
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Persalinan sectio
caeserea
dipengaruhi oleh beberapa indikasi diantanya indikasi ibu dan
janin. Indikasi
ibu antara lain: disproporsi kepala panggul/CPD/FDP, disfungsi
uterus,
distosia jarigan lunak dan plasenta previa. Sedangkan indikasi pada
janin
antara lain: janin besar, gawat janin, letak lintang (kasdu,
2003).
2.1.1 Tipe-tipe Sectio Caeserea
1. Segmen bawah: insisi melintang
Pada bagian segemen bawah uterus dibuat insisi melintang yang
kecil,
luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan
berhenti
didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala janin yang
pada
sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksikan atau
didorong,
diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta
selaput
ketuban.
Cara membuka abdomen dan menyingkapi uterus sama seperti pada
insisi
melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan
dengan
gunting tumpul untuk menghindari cidera pada bayi.
Universitas Sumatera Utara
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam
dinding
uterus anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah
dengan
gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena
bayi
dilahirkan dengan presentasi bokong dahulu, janin atau
plasenta
dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.
4. Sectio Caesarea Ekstra Peritonial
Pembedahan ekstra peritonial dikerjakan untuk Menghindari
perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas
dengan
mencegah peritonitis generalisasi yang sering bersifat fatal.
2.1.2 Komplikasi Sectio Caesarea
1. Nyeri pada daerah insisi.
2. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homeostatis
karena
insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi
setelah
pemanjangan masa persalinan.
3. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dan komplikasi ini lebih
besar bila
sectio caesaria dilaksanakan selama persalinan atau bila terdapat
infeksi
dalam rahim.
4. Cidera pada sekeliling usus besar, kandung kemih yang lebar dan
ureter.
5. Infeksi akibat luka pasca operasi.
6. Bengkak pada ekstremitas bawah.
7. Gangguan laktasi.
9. Potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional.
2.1.3 Mekanisme nyeri post operasi
Price dan Wilson (2006) menjelaskan bahwa proses fisiologik
nyeri
terjadi antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif
nyeri.
Universitas Sumatera Utara
sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi
nyeri
melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi
melewati
saraf perifer sampai ke terminal di medula spinalis dan jaringan
neuron-
neuron pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak. Modulasi
nyeri
melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari
otak yang
dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis.
Modulasi juga
melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan
aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri
adalah
pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh
aktivitas
transmisi oleh saraf.
sebagai berikut: ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan,
potongan, sayatan,
dingin, atau kekurangan O2 pada sel, maka bagian tubuh yang terluka
akan
mengeluarka berbagai macam substansi yang normalnya ada di
intraseluler.
Ketika substansi intraseluler dilepaskan ke ruang ekstraseluler
maka akan
mengiritasi nosiseptor. Syaraf ini akan terangsang dan bergerak
sepanjang
serabut syaraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi
yang
disebut dengan neurotransmiter seperti prostaglandin dan epineprin,
yang
membawa pesan nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak
dan
dipersepsikan sebagai nyeri.
individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu
terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya.
Hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada
klien
(Asmadi, 2008).
Menurut mahon (1994) dalam Potter dan Perry (2005), nyeri
merupakan
suatu kondisi sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
tertentu.
Nyeri bersifat subyektif dan dan sangat bersifat individual.
Stimulus nyeri
dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental, sedangkan
kerusakan
padat terjadi pada jaringan actual dan pada fungsi ego seseorang
individu
(Potter dan Perry, 2006).
Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan.
Sifatnya
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal
skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih
banyak orang dibandingkan suatu penyakit manapun. Nyeri
adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer,
2002)
2.2.2 Fisiologi Nyeri
Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri)
dan
reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu
ujung-ujung saraf
bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat.
Munculnya nyeri
dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-stimulus tersebut
dapat
berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik. Reseptor
merupakan
sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan-perubahan partikular
disekitarnya,
kaitannya dengan proses terjadinya nyeri maka reseptor-reseptor
inilah yang
menangkap stimulus-stimulus nyeri (Prasetyo,2010)
antara lain:
pada
2. Telereseptor : reseptor yang sensitive terhadap stimulus
yang
jauh.
organ otot,spindle dan tendon golgi.
4. Interoseptor : reseptor yang sensitive terhadap perubanan
Pada organ-organ visceral dan pembuluh darah
Menurut Nair (1990) dalam Potter dan Perry (2005), nyeri
merupakan
campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk
memahami pengalaman nyeri akan membantu menjelaskan tiga
komponen
fisiologis berikut, yakni: resepsi, preseksi, dan reaksi. Stimulus
penghasilan
nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut
nyeri
memasuki selaput medulla spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa
rute saraf akhirnya sampai didalam massa warna abu-abu di medula
spinalis.
Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga di transmisi tanpa hambatan ke
korteks
serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka
otak
menginterprestasi kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang
pengalaman dan pengetahuan yang selalu serta asosiasi kebudayaan
dalam
mempresepsikan nyeri (Potter & Perry, 2005).
Mediator kimia dari nyeri, sejumlah substansi yang
mempengaruhi
sensitivitas ujung-ujung saraf atau reseptor nyeri dilepaskan ke
jaringan
eskstrakselular sebagai akibat dari kerusakan jaringan meliputi
histamin,
brandikinin, asetilkolin, dan subtansi. Prostalglandin adalah zat
kimiawi yang
di duga dapat meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri dengan
meningkatkan
efek yang menimbulkan nyeri dari brandikinin (Smeltzern 2002
Universitas Sumatera Utara
2008) nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan.
Awal
gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri
sudah
di ketahui. Nyeri akut di tandai dengan peningkatan tegangan otot
dan
kecemasan yang keduanya meningkatkan presepsi nyeri ( Mubarak
&
Chayatin, 2008). Menurut Prasetyo, Nyeri akut berdurasi
singkat
(kurang dari 6 bulan), memiliki oset yang tiba-tiba, dan
terlokalisir.
Nyeri ini biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau
inflamasi.
Hampir setiap individu pernah merasakan nyeri ini, seperti
sakitgigi,
sakit kepala, tertusuk jarum,terbakar, nyeri otot, nyeri saat
melahirkan
dan sendi setelah tindakan pembedahan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri
biasanya
diketahui akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan
kecemasan yang keduannya meningkatkan atau tidak. Nyeri
cenderung
hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain
itu
pengingeraan nyeri terjadi menjadi lebih lama sehingga
penderita
menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomia.
Akibatnya, mereka menjado kurang perhatian, sering merasa putus
asa
dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya
hilang
timbul dalam periode waktu tertentu (Murbarak & Chayatin,
2008)
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi terhadap
Nyeri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri menurut (Potter &
Potter,
2006) sebagai berikut:
khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan,
yang
Universitas Sumatera Utara
anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
2. Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam
berespon terhadap nyeri. Akan tetapi, toleransi terhadap
nyeri
dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang
unik
pada setiap individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa-apa yang diharapkan
dan
apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaimana beraksi terhadap nyeri.
pengalaman nyeri dari cara seseorang berdaptasi terhadap nyeri.
Hal
ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
individu
tersebut.
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan
daengan resepon nyeri menurun. Konsep ini merupakan salah
satu
konsep yang perawat terapkan diberbagai terapi untuk
menghilangkan
nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi, dan masase.
6. Asietas
meningkatkan persepsi,tetapi nyeri juga menimbulkan suatu
perasaan
ansietas.
sensasi nyeri semakin infensif dan menurunkaan kemampuan
koping.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang
menderita penyakit dalam jangka lama .
8. Pengalaman sebelumnya
nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada
individu
yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri.
9. Dukungan keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan
dukungan,
bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lainnya, atau
teman
terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran
orang
terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
2.2.5 Pengukuran Intensitas Nyeri
Nyeri tidak dapat diukur secara objektif misalnya dengan X-Ray
atau
tes darah. Namum tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan
berdasarkan
tanda dan gejalanya. Kadang-kadang perawat hanya bisa mengkaji
nyeri
dengan tumpu pada ucapan dan perilaku klien karena hanya klien
yang
mengetahui nyeri yang dialaminya. Oleh sebab itu perawat
harus
mempercayai bahwa nyeri tersebut memang ada. Gambaran skala
nyeri
tidak hanya berguna menguji beratnya nyeri, tetapi juga dalam
mengevaluasi perubahan kondisi klien (Potter dan Perry, 2005)
Menurut Hayward (1975) dalam Mybarak (2007), mengembangkan
sebuah alat ukur nyeri (painometer) dengan skala longtudinal yang
pada
salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk kedadaan tanpa nyeri)
dan
ujung lainnya menilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat).
Untuk
mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang menurutny
paling
menggambarkan pengalaman nyerinya yang terakhir kali ia rasakan,
dan
Universitas Sumatera Utara
13
nilai ini dapat di catat pada sebuah grafik yang dibuatt menurut
waktu.
Intensitas nyeri ini sifatnya subyektif dan dipengaruhi oleh banyak
hal,
seperti tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat
aktivitas,
dan harapan keluarga intensitas nyeri dapat di jabarkan dengan
beberapa
kategori (Mubarak, 2007).
Skala nyeri menurut Hayward
dilakukan
Skala penilaian numeric (numerical rating scale, NRS) lebih
digunakan
sebagai pengganti pendeskripsikan kata dengan menggunakan skala
analog visual
(visual analog scale, VAS) merupakan suaru garis lurus yang
mewakili intensitas
nyeri. Skala nyeri yang digunakan yaitu:
1. Neumerik
Pengkajian nyeri yang terkini,, lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat
di dalam menetapkan data dasar, dalam meningkatkan diagnose
keperawatan
yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok dan
memudahkan
perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang
diberikan.
(Prasetyo, 2010).
Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat
dalam
menetukan rencana intervensi yang sesuai (Muttaqin, 2011).
Table 2.3 Pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST
(Muttaqin,2011)
Variabel Deskripsi dan Pertayaan
predisposisi nyeri.
- Faktor apa saja yang bisa menurunkan nyeri?
Kualitas
secara subyektif. Karena sebagai besar deskripsi sifat dari
nyeri
sulit ditafsirkan.
- Bagaimana sifat nyeri yang digambarkan pasien?
Lokasi
(R:Region)
adanya radiasi dan penyebabnya.
paling hebat mulai dirasajkan?
Universitas Sumatera Utara
yang dirasakan pasien. Pengkajian ini dapat dilakukan
berdasarkan skala nyeri dan pasien menerangkan seberapa jauh
rasa sakit memengaruhi kemampuan fungsinya. Berat ringannya
suatu keluhan nyeri bersifat subyektif.
- Seberapa berat keluhan yang dirasakan.
- Dengan menggunakan rentang 0-9.
kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang
hari.
lahan atau seketika itu juga?
- Tanyakan apakah gejala-gejala timbil secara terus-
menerus atau hilang timbul.
nyaman atau merasa nyaman atau merasa sangat sehat.
2. Analisa data
Universitas Sumatera Utara
nyeri yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Menurut North America Nursing Diagnosis Association (NANDA)
NIC NOC, nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang
tidak
menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang
aktual
atau potensial,digambarkan dalam istilah seperti kerusakan, awitan
yang tiba-
tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam
bulan.
Batasan Karakteristik
Obyektif:
1. Gerakan menghindari nyeri
2. Posisi menghindari nyeri
3. Perubahan autonomik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak
tidak
berenergi sampai kaku)
pernafasan, perubahan nadi, dan dilatasi pupil)
5. Perubahan nafsu makan
berulang)
kewaspadaan, peka terhadap rangsanga, dan menarik nafas
dalam)
8. Wajah topeng (nyeri)
10. Bukti yang dapat diamati (nyeri)
11. Berfokus pada diri sendiri
12. Gangguan tidur (mata melihat kuyu, gerakan tidak teratur,
dan
menyeringai)
psikologis)
nyeri yaitu:
Nyeri yang tidak hilang
Cedera fisik atau trauma
Proses melahirkan
Jaringan parut
Nyeri maligna kronis
Nyeri musculoskeletal
Nyeri insisi
Penurunan resepsi nyeri
Nyeri musculoskeletal
Nyeri punggung bagian bawah
Menutut Potter dan Perry (2005) untuk setiap diagnosa yang
telah
terindetifikasi, perawat mengembangkan rencana keperawatan
untuk
kebutuhan pasien. Perawat dan pasien bersama-sama mendiskusikan
tentang
harapan dan tindakan untuk mengatasi nyeri. Apabila perawat
memberikan
asuhan keparawatan yang mengalami nyeri, maka tujuan berorintasi
pada
pasien yang mengcakup hal berikut:
1. Pasien melaporkan adanya penurunan rasanyeri
2. Pasien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri
4. Pasien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang
dimiliki
saat ini
5. Pasien melakukan terapi yang diberikan di rumah dengan
aman
Berikut contoh perencanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan
masalah nyeri berdasarkan intervensi NIC dan kriteria hasil
NOC.
No Perencanaan
1 Dx: Asietas yang berhubungan dengan Nyeri yang tidak hilang
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan ansientas dapat
berkurang
atau hilang
Kriteria hasil:
Kelihatan rileks, dapat tidur/ istirahat dengan benar.
Rencana Tindakan Rasional
Dorong keberadaan atau
masalah nyeri teratasi
akut.
Tujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang
Rencana tindakan Rasional
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 1x24 jam
nyeri
yang dirasakan klien bisa berkurang
Kriteria hasil:
menggunakan berbagai tehnik noninvasif untuk memodifikasi
nyeri yang dialami
ditentukan.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatn selam 1x24 jam klien
bisa
menunjukka koping yang efektif;
Menunjukan koping yang efektif
Tujuan:Mengembalikan persepsi sensoris/normal dan komplikasi
dapat
dicegah atau seminimal mungkin tidak ada
Kriteria hasil:
Rencana Tindakan Rasional
Kaji respon sensoris
dan keluarga mampu merawat diri sendiri
Kriteria hasil:
Pasien mampu melakukan perawatn diri secara mandiri atau
sendiri
8 Dx: Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri punggung
bagian
bawah
beristirahat dengan teratur
Rencana Tindakan Rasional
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2016
No. Register : 99-65-69
Golongan darah : -
Diagnosa Medis : Post op. sectio caeserea
II. KELUHAN UTAMA
Universitas Sumatera Utara
1. Apa penyebabnya
Karena luka jahitan post section ceaserea. Rasa sakit yang di
alami
klien bukan hanya faktor luka sayatan tapi karna adanya ( After
pain)
mulas-mulas yang disebabkan karena kontraksi rahim yang
berlangsung 2-4 hari post partum. After pain terasa bila ibu
menyusui
dan ibu memiliki riwayat kehamilan gemelli.
2. Hal-hal yang memperbaiki
B. Quantity/quality
Klien mengatakan jika nyerinya di ukur menggunakan skala nyeri
(0-
10), klien mengatakan nyeri yang dirasakannya yaitu skala 5.
2. Bagaimana dilihat
C. Region
2. Apa menyebar
E. Time
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Tidak ada tindakan pengobatan
D. Lama dirawat
F. Imunisasi
Tidak lengkap
A. Orang tua
Orang tua klien khusus nya ibu klien mempunya riwayat darah tinggi
dan
tidak memiliki penyakit keturunan.
seperti ibunya dan tidak ada penyakit keturunan.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturuan dari keluarga
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada yang mengalami gangguan jiwa dalam keluarga
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal
F. Penyebab meninggal
VI. RIWAYAT OBSTETRIK
G: 2 P: 1 A: 0 HPTH: 15-10-15 TTP: 30-05-15
No Umur Komplikasi/ Masalah Kondisi
Anak
Penolong
Universitas Sumatera Utara
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan klien juga berharap agar
kedua
ananknya sehat-sehat agar klien bisa berkumpul dengan
keluarganya.
B. Konsep diri
secara sectio caeseria
Klien berharap dirinya bisa menjadi seorang ibu yang bisa
mengasuh
anak-anaknya dengan baik
Peran diri
Klien berperasan sebagai istri dan ibu yang baik untuk anaknya
yang
baru lahir meskipun perannya belum dijalankan secara maksimal
Identitas
C. Keadan emosi
D. Hubungan social
Orang yang berarti
adalah suami, anak dan juga orang tuanya.
Hubungan dengan keluarga
anggota keluarga.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Universitas Sumatera Utara
berinteraksi dengan orang lain.
diikutinya.
Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selama di rawat di rumah sakit klien tidak
pernah
shalat.
composmentis dengan nilai GCS 14 (E4V5M5).
B. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80mmHg
scale
Kepala dan rambut
Ubun-ubun : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bau : Tidak ada
Mata
Palpebra
Tekanan bola mata
Tidak dilakukan pemeriksaan
Normal dan simetris
Cuping hidung
Telinga
Ukuran telinga : Normal
Ketajaman pendengaran : Baik
Mulut dan faring
Keadan lidah : Bersih
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Keadaan payudara klien normal, warna payudara sesuai dengan warna
kulit,
areola menghitam dan terdapat ASI.
Universitas Sumatera Utara
Palpasi
Perkusi
tangan.
dingin, getaran)
Tidak dilakukan pemeriksaan
Frekuensi makan/ hari : 3 x sehari
Nafsu/ selera makan : Normal
Alergi : Tidak ada
Waktu pemberian makan : Pagi, siang, sore
Jumlah dan jenis makan : 1 porsi nasi biasa
B. Perawatan diri/personal hygiene
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih
C. Pola kegiatan dan aktivitas
Uraikan aktivitas pasien
Eliminasi : Dilakukan secara mandiri
Selama dirawat klien tidak pernah melakukan shalat, walaupun
shalat
berbaring di tempat tidur karena harus menunggu waktu 40 hari
setelah nifas.
Karakter feses : Lunak
di lakukan
Katrakter urine : kuning keruh
Kesulitan BAK : Tidak ada
Penggunaan diuretic : Tidak ada
E. Mekanisme koping
thalamus
2. Diagnosa Keperawatan (Prioritas )
pembedahan post operasi sc ditandai dengan, klien tampak
lemas,
meringis menahan nyeri , skala nyeri 5, TD: 130/80mmHg. RR:
23x/i,
HR: 84x/i,
nyeri klien berkurang/terkontrol dengan baik.
Kriteria Hasil:
3. Klien tampak rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas
sesuai
kemampuan.
analgesic.
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri
sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan
suatu
penyakit manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial
(Smeltzer, 2002)
Pengkajian dilakukan terhadap Ny. S pada tanggal 30 Juni 2016
dan
ditemukan prioritas masalah dengan kebutuhan dasar aman dan nyaman
nyeri
berhubungan dengan kelahiran SC ditandai dengan terdapat luka SC
pada
daerah abdomen dengan skala nyeri: 5 menggunakan neumeric rating
scale.
Kemudian dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang
direncanakan
selama dua hari dan hasil evaluasi diperoleh masalah pada pasien
teratasi
sebagian disebabkan pasien sudah pulang.
B. Saran
sebagai bahan bacaan bagi Mahasiswa suna meningkatkan
kualitas
pendidikan bagi Mahasiswa khususnya Mahasisawa DIII
Keperawatan.
b. Bagi Praktik Keperawatan
Keperawatan dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri. Bagi
Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri.
c. Bagi mahasiswa
dengan nyeri.
Dasar Klien.Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta :
Salemba Medika.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan
Aplikasi dalam Praktek . Cetakan pertama. Jakarta: EGC.
Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4, Volume 2 Jakarata : EGC.
Prasetyo, Sigit N.2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi
1.Cetakan 1.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Jakarta: EKG
Wilkinson, Judith. M & Nancy R. Ahern. 2011. Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC,
Kriteria hasil NOC. Edisi 9. Cetakan 2012. Terjemahan Ns, Esty
Wahyuningsih,
S.kep. Jakarta: EGC
Universitas Sumatera Utara
seperti di tusuk-tusuk.
- Pasien mengatakan nyeri