KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI LETAK SUNGSANG DI RSUD BANGIL PASURUAN Oleh : NOVI DWI LESTARI NIM. 1601026 PROGRAM DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO 2019 i
SUNGSANG DI RSUD BANGIL PASURUAN
Oleh :
2019
i
MEDIS POST SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI
LETAK SUNGSANG DI RSUD BANGIL
PASURUAN
(Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh :
Nama : Novi Dwi Lestari
Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Menyatakan bahwa proposal berjudul: “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Ny.
M DENGAN DIAGNOSA MEDIS SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI
LETAK SUNGSANG “ adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain baik
sebagaian
maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebut
sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila
pernyataan ini tidak benar , saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, 24 Mei 2019
Marlita Dewi Lestari, S.Kep., Ns.,M.Kes Faida Annisa, S.Kep., Ns.,
MNS.
NIDN. 0709038372 NIDN. 0708078606
Nama : Novi Dwi Lestari
Judul : Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Diagnosa Medis post
Sectio
Caesaria dengan indikasi Letak Sungsang
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis
Ilmiah pada
tanggal 20 Juni 2019
Marlita Dewi Lestari, S.Kep., Ns.,M.Kes Faida Annisa, S.Kep., Ns.,
MNS.
NIDN. 0709038372 NIDN. 0708078606
Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes
HALAMAN PENGESAHAN
Telah di uji dan disetujui oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
sidang di
program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Sidoarjo
Tanggal : 20 juni 2019
( )
Mengetahui,
Direktur
melimpahkam rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.
M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESARIA DENGAN
INDIKASI LETAK SUNGSANG” ini dengan tepat waktu sebagai
persyaratan
akademik menyelesaikan program D3 Keperawatan di Akademi
Keperawatan
Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1) Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini
2) Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan
sehingga
semua bisa berjalan dengan lancar.
3) Ns. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku direktur
Akademi
4) Marlita Dewi Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing 1
pembuatan
Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5) Faida Annisa, S.Kep., Ns., MNS. selaku pembimbing 2 pembuatan
Karya
Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan
kepada penulis.
6) Untuk pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya
Tulis
Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai
kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan , penulis akan
berterimakasih
apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam
bentuk
kritikan maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis beharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan
bagi
keperawatan.
1.5.3 Sumber Data
...............................................................................
6
1.5.4 Studi Kepustakaan
......................................................................
6
2.1 Konsep Dasar Sectio Caesaria
................................................................
8
2.1.1 Pengertian
....................................................................................
8
2.1.2 Etiologi
........................................................................................
8
2.1.4 Jenis Sectio Caesaria
...................................................................
11
2.1.5 Patofisiologi
...........................................................................
.... 13
2.1.6 Indikasi Sectio
Caesarea..............................................................
14
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
...............................................................
15
2.2.1 Pengertian
....................................................................................
18
2.2.2 Etiologi
........................................................................................
18
2.2.5 Patofisiologi
.................................................................................
20
Tabel 2.1 perencanaan pada post Sectio Caesaria
................................................. 30
Tabel 3.1 Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu
............................ .. ...... 37
Tabel 3.1 Pemeriksaan penunjang
..............................................................................
37
Tabel 3.2 Diagnosa keperawatan
................................................................................
48
Tabel 3.3 Rencana tindakan keperawatan
................................................................
49
Tabel 3.4 Implementasi keperawatan
........................................................................
52
Tabel 3.5 Evaluasi keperawatan
..................................................................................
60
ix
Gambar 2.4 Kerangka Masalah pada klien dengan Diagnosa Medis
Post
Sectio Caesaria dengan Indikasi Postdate 34
Gambar 3.1 Genogram 3 generasi
................................................................................
37
x
Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Studi
Kasus......................................
Lampiran 2 Surat
Pernyataan....................................................................
Lampiran 3 Informed
Consent..................................................................
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn& William, 2010).
Menurut Amru
Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
(Amin &
Hardhi, 2013). Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin
melalui insisi
pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)
(Rasjidi,
2009). Dari beberapa pengertian tentang Sectiom Caesareadiatas
dapat diambil
kesimpulan bahwa Sectio Caesareaadalah suatu tindakan pembedahan
yang
tujuannya untuk mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan
pada dinding
abdomen dan dinding uterus. Letak sungsang adalah letak memanjang
dengan
bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Persalinan
letak
sungsang selalu menarik dibicarakan. Sedangkan prognosa untuk ibu
tidak banyak
berbeda jika dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala. Pada
zaman
dahulu orang beranggapan bayi sungsang itu bisa diatasi dengan
memijat perut ibu
supaya kepala janin jatuh ke bawah. Jika tidak ke dukun bayi
biasanya ibu
melakukan aktifitas seperti menyapu, mengepel dan lain-lain. Tetapi
pada zaman
sekarang tidak dianjurkan untuk ibu melakukan pemijatan untuk
mengubah posisi
bayi karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat. Jika ada bayi
sungsang maka
dokter akan menganjurkan untuk melakukan operasi SC untuk
keselamatan ibu
dan bayi.(Rukiyah,2011).
kejadian Sectio Caesaria 5 kali dibandingkan tahun sebelumnya.
Mengacu pada
WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka Sectio Caesaria standar
antara 15-
20% untuk RS rujukan. Angka itu dipakai juga untuk pertimbangan
akreditasi
Rumah Sakit (Gondo,2010). Di Indonesia angka persalinan sectio
caesaria
meningkat sangat tajam terutama dikota kota besar. Berdasarkan data
RISKESDA
tahun 2010 menunjukkan angka kejadian sectio caesaria sebesar
15,3%. Terendah
di sulawesi tenggara 5,5% dan tertinggi di DKI Jakarta 27,2%.
Persalinan caesaria
yang dilakukan berdasarkan indikasi bayi, indikasi ibu dan adanya
penyakit
penyerta. Berdasarkan indikasi bayi diketahui lebih dari separuh
(52,3%)
persalinan caesaria elektif dilakukan karena letak sungsang /
malposisi
(RISKESDAS,2010). Angka kejadian dari kehamilan letak sungsang
berkurang
mulai dari 20% pada usia kehamilan 28 minggu, hingga mencapai 3-4%
saat usia
kehamilan sudah aterm sehubungan dengan bayi yang secara spontan
berputar
untuk mencapai presentasi kepala ketika usia kehamilan semakin tua
(Alston,
2012). Berdasarkan survey di RSUD Bangil Pasuruan pada 2015,
kejadian Sectio
Caesaria indikasi letak sungsang dari bulan Juli 2015 di dapat 16
kasus, bulan
Agustus 16 kasus, bulan September 12 kasus. 3 bulan terakhir
tersebut
presentasenya 16,7% dari total 44 kasus. (RSUD Bangil ,2015)
Penyebab dari letak sungsang antara lain disebabkan oleh
premturitas
karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih
banyak dan kepala
relative besar, hidramnion karena anak mudah bergerak, plasenta
previa karena
menghalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul, bentuk
rahim yang
abnormal, kelainan bentuk kepala seperti ansepalus dan
hidrosefalus
3
(Rukiyah dan yulianti, 2010). Melihat tingginya kasus letak
sungsang tersebut
merupakan salah satu masalah yang cukup penting mengingat resikonya
pada saat
persalinan cukup besar dan dapat mengakibatkan nyawa ibu dan
bayinya dalam
bahaya seperti akan mengakibatkan asfiksia janin, dapat terjadi
infeksi. Sehingga
perlu dilakukan operasi caesar. Namun operasi caesar bukan berarti
tidak
mempunyai dampak, dampak dari operasi caesar relative lama
dibandingkan
persalinan normal yaitu sekitar 3 bulan, dapat mengalami rahim
pecah (uterine
ruptur) perempuan yang sering melakukan operasi caesar memiliki
resiko lebih
besar terkena kondisi pecahnya rahim. Hal ini disebabkan karena
bekas luka di
rahim rentan untuk robek/ hancur. (Manuaba, 2008).
Ibu hamil yang mengalami bedah caesar akibat letak sungsang harus
diberikan
perawatan dan pengawasan yang intensif. Dari sinilah peran perawat
sangat
diperlukan. Perawat harus mampu memberikan perwatan yang
komprehensif,
berkesinambungan, teliti dan penuh kesabaran. Dengan solusi
penanganan klien
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang
mobilisasi post
Sectio Caesaria seperti melakukan ang pertama mengajarkan ibu untuk
miring
kanan dan kiri terlebih dahulu, kemudian mengajarkan duduk dan
kemudian
belajar berjalan setelah operasi dan mobilisasi secara bertahap dan
teratur serta
diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu, merawat
luka post
Sectio Caesaria agar tidak terjadi infeksi. Berdasarka dari
permasalahan yang di
hadapi pasien yang mengalami bedah Caesar akibat letak sungsang
maka penulis
tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah “Asuhan Keperawatan Post
Sectio
Caesaria atas indikasi Letak sungsang Di Ruang Bersalin RSUD
Bangil
Pasuruan”.
4
untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka
penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan Asuhan
Keperawatan
pada klien dengan Post SC dengan indikasi letak sungsang membuat
rumusan
masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperwatan pada klien
dengan
siagnosa Post SC dengan indikasi Letak Sungsang di ruang bersalin
RSUD
Bangil Pasuruan
Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa
Post
SC dengan indikasi Letak Sungsang di ruang bersalin RSUD Bangil
Pasuruan.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengkaji klien dengan diagnosa Post SC dengan Indikasi
Letak
Sungsang di ruang bersalin RSUD Bangil Pasuruan.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa Keperawatan pada klien dengan diagnosa
Pos
SC dengan Indikasi Letak Sungsang di ruang bersalin RSUD
Bangil
Pasuruan.
SC dengan Indikasi Letak Sungsang di ruang bersalin RSUD
Bangil
Pasuruan.
Sc dengan Indikasi Letak Sungsang di ruag bersalin RSUD
Bangil
Pasuruan.
5
SC dengan Indikasi Letak Sungsang di ruang bersalin RSUD
Bangil
Pasuruan.
SC dengan Indikasi Letak Sungsang di ruang bersalin RSUD
Bangil
Pasuruan.
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat
memberi
manfaat :
1.4.2 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi
ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal Asuhan Keperawatan pada klien
dengan
Post SC dengan Indikasi Letak Sungsang
1.4.3 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :
1.4.3.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di
RS
agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan klien dengan Post SC
dengan
Indikai Letak Sungsang dengan baik
1.4.3.2 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada Asuhan Keperwatan
pada
klien dengan diagnosa Post SC dengan Indikasi Letak Sungsang
6
pemahaman yang lebih baik tentang Asuhan Keperawatan pada klien
dengan
Post SC dengan Indikasi Letak Sungsang
1.6 Metode Penulisan
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan
peristiwa
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
kepustakaan
yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi
pendekatan
proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,
diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
maupun tim kesehatan lain
1.5.2.3 Pemeriksaan
menegakkan diagnosa dan penanganan selamjutnya
1.5.3 Sumber Data
1.5.3.1 Data primer
7
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau
orang
terdekat klien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan
tim kesehatan
lain.
1.7 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan
memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu :
1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing,
pengesahan,
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi
1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab
terdiri dari sub
bab berikut ini.
penelitian, sisstematika penulisan studi kasus
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut
medis dan
Asuhan Keperawatan klien dengan diagnosa Pos SC dengan Indikasi
Letak
Sungsang serta kerangka masalah
Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil
pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Bab 4 : Pembahasan berisi tentag perbandingan antara teori dengan
kenyataan
yang ada di lapangan
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep
penyakit
dan asuhan keperawatan ibu dengan post SC (Sectio Caesaria) dengan
indikasi
letak sungsang. Konsep penyakit akan diuraikan definisi, etiologi
dan cara
penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan
masalah-masalah
yang muncul pada ibu post SC (Sectio Caesaria) dengan indikasi
letak sungsang
dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian,
diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan rahim dengan saraf
rahim dalam
keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2009). Sectio
Caesaria adalah
suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan
uterus. (Harry O & William R, 2010).
2.1.2 Etiologi
Manuaba (2009) indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur
uteri
iminen, perdarahan anterpartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa
8
9
Caesaria sebagai berikut:
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang – tulang panggul
merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggulpatologis juga dapat menyebabkan
kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimtris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2.1.2.2 PEB ( Pre-Eklamsi Berat )
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian
maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena
itu diagnosa
dini amatlah oenting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan dibawah
36 minggu.
10
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tingi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
2.1.2.5 Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
2.1.3 Manifestasi Klinis
koprehensif yaitu : Perawatan pos operatif dan perawatan post
partum.
Manifestasi klinis Sectio Caesaria menurut Doenges (2011) antara
lain :
2.1.3.1 Nyeri akibat ada luka pembedahan
2.1.3.2 Adanya luka insisi pada bagian abdomen
2.1.3.3 Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di
umbilicus
2.1.3.4 Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
(lokhea
tidak banyak)
ml
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
2.1.3.8 Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
11
2.1.3.11 Pada kelahiran secara SC (Sectio Caesaria) tidak
direncanakan
maka biasnya kurang paham prosedur
2.1.3.12 Bonding dan attachment pada anak yang baru
dilahirkan.
2.1.4 Jenis – jenis Sectio Caesaria
Secara umum tindakan Sectio Caesaria dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
jenis
(Mochtar R, 2012) yaitu :
2.1.4.1 Sectio Transperitonealis Profunda
segmen bawah uterus.
(1) Perdarahan luka insisi tidak banyak
(2) Penjahitan luka lebih mudah
(3) Penutupan luka dengan reperitonial yang baik
(4) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan
penyebaran
uterus ke rongga peritonium
(5) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri
tidak besar
kemudian hari
2) Kelemahan / kerugian adalah sebagai berikut :
(1) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah yang dapat
menyebabkan
putusnya arteri uterina.
12
2.1.4.2 Sectio Kopral atau Klasik
Insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih
mudah
dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan Sectio
Caesaria Transperitonials Profunda misalnya, melekat erat uterus
pada dinding
perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus
mangandung
bahaya perdarahan yang banyak.
(2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
(3) Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal
(1) Infeksi mudah menebar secara intra abdominal karena tidak
ada
reperitonealisasi yang baik
Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian
tidak
membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
infeksi,
akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan
ini jarang
dilakukan. Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan
sebagai
berikut :
13
2.1.5 Patofisiologi
SC (Sectio Caesaria) merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan
berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia
jaringan linak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat
janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat
kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat
akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi
akan menjadi
post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama
insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
regional dari umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang- kadang bayi lahir
dalam
keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya
janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan
karena kerja otot
nafas sillia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung
akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien
sangat
beresiko terhadap aspirsi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu
mortilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu
konstipasi. (Diklit saifudin, mansjoer & prawirihardjo dalam
dewi, 2016).
2.1.6 Indikasi SC (Sectio Caesaria)
Indikasi Sectio Caesaria menurut Cuningham (2005):
2.1.6.1 Riwayat Sectio Caesaria
Uterus yng memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi
untuk
melahirkan karena di khawatirkan akan terjadi rupture uteri. Risiko
ruptur uteri
meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan
jaringan perut
melintang yang terbatas di segmen uterus bawah, kemungkinan
mengalami
robekan jaringan perut simtomatik pad kehamilan berikutny. Wanita
yang
mengalami ruptur uteri berisiko mengalami ke kambuhan, sehingga
tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervagina tetapi dengan
berisiko ruptur
uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
2.1.6.2 Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu
lambatnya
kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat
disproporsi
antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan
terdiri dari :
15
1) Ekspulsi (kelainan gaya dorong)
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik
(disfungsi uterus) dan
kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala dua.
2) Panggul sempit
3) Kelainan presentasi
4) Kelainan jaringan lemak saluran reproduksi yang menghalangi
turunnya janin
5) Gawat janin
Keadaan gawat janin dapat mempengaruhi keadaan janin, jika
peraturan waktu
Sectio Caesaria terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral
palsy dapat
dihindari dengan waktu yang tepat untuk Sectio Caesaria 6) Letak
sungsang
Janin dengan presentasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps
tali pusat
dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervagina
dibandingkan dengan
janin presentasi kepala.
Dalam praktek obstetri modern pada hakekatnya tidak terdapat
kontra
indikasi, meskipun demikian perlu diingat bahwa Sectio Caesaria
dilakukan untuk
menyelamatkan ibu maupun janin, oleh sebab itu Sectio Caesaria
dilakukan hanya
dalam keadaan bila ada indikasi (Diklit Cunningham Dalam Dewi,
2016).
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
2.1.8.1 Hemoglobin atau hematokrit, untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
2.1.8.2 Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
2.1.8.3 Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan
darah
16
2.1.9 Penatalaksaan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian
cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit
agar tidak
terjadihipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang
biasa digunakan biasanya DS 10% gr fisiologi dan RL secara
bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
tranfusi
darah sesuai kebutuhan.
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah dilakukan pada 6-10 jam pasca
operasi, berupa
air putih dan air teh.
2.1.9.3 Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
terlentang sendini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat di dudukkan selama 5
menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya
17
4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk
(semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian belajar sendiri
pada hari
k-3 sampai hari k-5 pasca operasi
2.1.9.4 Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam/ lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan
keadaan penderita.
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda setiap
rumah sakit
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
3) Obat-obatan lain
caboransia seperti neurobian vit.C
(1) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah,
nadi dan pernafsan. ( Manuaba, 2010).
2.2 Konsep Dasar Letak Sungsang
2.2.1 Pengertian
Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana
bayi
letaknya sesuai dengan badan ibu, kepala berada pada fundus uteri
sedangkan
bokong merupakan bagian terbawah ( di daerah pintu atas
panggul/simfisis).
(Sarwono, 2010).
yang terendah (presentasi bokong) (Rukiyah, 2011).
2.2.2 Etiologi Letak Sungsang
2.2.2.1 Dari sudut ibu
2) Hidrosefalus atau anensefalus
2007). 2.2.3 Manifes klinis
2.2.3.1 Keluhan umum yang sering dinyatakan oleh ibu dengan
kehamilan letak
sungsang adalah terasa penuh dibagian atas dan gerakan janin terasa
lebih banyak
dibagian bawah.
2.2.3.2 Pada pemeriksaan abdomen, tidak dapat diraba bagian yang
keras dan
bulat, yakni kepala dan kepala teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong
janin teraba bulat dan memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi
bokong tidak
dapat digerakkan semudah kepala. Auskultasi menunjukkan DJJ
lokasinya
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
2.2.3.3 Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba adanya bokong yang
ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki,
maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada
tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari-jari lain dan
panjang jari kurang sama dengan panjang telapak tangan.
(wiknjosastro,2007).
2.2.4 Kriteria letak sungsang
2.2.4.1 Letak bokong murni (frank breech) : bokong yang menjadi
bagian depan
kedua tungkai lurus keatas.
2.2.4.2 Letak bokong kaki (complete breech) : disamping bokong
teraba kaki
biasa disebut letak bokong kaki sempurna , jika disamping bokong
teraba kedua
kaki atau tidak sempurna, jika disamping bokong teraba satu
kaki.
2.2.4.3 Letak kaki (incomplete presentation) : presentasi kaki
(Rukiyah, 2011).
20
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak
dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam
presentasi kepala,
letak lintang atau letak sungsang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang
yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih
kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa
pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi
kepala (winkjosastro, 2007).
2.2.6 Diagnosa Banding
dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi leopold
masih
ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni
pada letak
sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus
mengalami
rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus.
Pada letak muka,
jari masuk mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan
dengan USG
atau rontgen sangatlah dapat dibedakan (Manuaba ,2010).
21
1) Asfiksia bayi dapat disebabkan oleh:
(1) Kemacetan persalinan kepala, aspirasi air ketuban/lender
(2) Perdarahan atau edema jaringan otak
(3) Kerusakan medula oblongata
(5) Kematian bayi karena asfiksia berat
2) Trauma persalinan
(2) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau
jantung
(3) Dislokasi fraktur persendian tulang leher, fraktur tulang dasar
kepala,fraktur
tulang kepala kerusakan pada mata, hidung atau telinga, kerusakan
pada
jaringan otak. Infeksi dapat terjadi karena :
(1)) Persalinan berlangsung lama
(3)) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam (Manuaba, 2010).
22
Dilakukan jika msih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan
dalam,
sehingga harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik
atau MRI (Magnetic Resnance Imaging). Pemeriksaan ultrasonografik
diperlukan
untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas,
menentukan letak
placenta, menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen
(bila perlu)
untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta
fleksi
kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak. (Hanifa,
2006).
2.2.9 Pencegahan
2.2.9.3 Rutin memeriksakan kandungannya di bidan atau dokter
kandungan
2.2.9.4 USG rutin
2.2.10.1 Penanganan sewaktu hamil
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik,
maka
usahakan merubah letak janin dengan versi luar. Tujuannya adalah
untuk merubah
letak menjadi letak kepala. Hal ini dilakukan pada primi dengan
kehamilan 34
minggu, multi dengan usia kehamilan 36 minggu, dan tidak ada
panggul sempit,
gameli, atau plasenta previa syarat:
1) Pembukaan kurang dari 5 cm
2) Ketuban masih ada
3) Bokong belum turun atau masuk PAP (Pintu Atas Panggul)
23
Teknik :
(1) Lebih dahulu bokong lepaskan dari PAP dan ibu berada dalam
posisi
trendelennburg
(2) Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada
bokong
(3) Putar kearah muka / perut janin
(4) Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di
kepala
(5) Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi tensi,DJJ, serta
ketuban
2.2.10.2 Penanganan pada saat persalinan
Terdiri dari partus spontan (pada letak sungsang janin dapat lahir
secara
spontan seluruhnya) dan manualaid (manual hilfe). Waktu memimpin
partus
dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
1) Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi.
Bila tangan
tidak menjungkit keatas (nuchee arm), persalinan akan mudah.
Sebaliknya jangan
lakukan ekspresi kristeller, karena hal ini akan memudahkan
terjadinya nuchee
arm.
2) Fase II : fase untuk bertindak cepat
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan
antara kepala
dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit, untuk
mempercepat
lahirnya janin dapat dilakukan manual.
24
1) Cara klasik deventer
Pegang bokong dengan menggunakan ibu jari berdampingan pada os
sakrum dan
jari lain dilipat paha. Kemudian janin ditarik ke arah bawah,
sehingga kepala
berada dibawah simphisis, lalu lahirkan lengan bahu dan belakang,
kemudian
lengan depan.
2) Cara lovset
Setelah sumbu bahu janin berada dalam ukuran muka belakang tubuhnya
di
tarik ke bawah lalu dilahirkan bahu serta lengan belakang. Setelah
itu janin
diputar 90° sehingga bahu depan menjadi bahu belakang lalu
dikeluarkan seperti
biasa.
3) Cara Mueller
Tarik janin vertikal kebawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan.
Cara
melahirkan bahu-lengan depan bisa spontan atau dikait dengan satu
jari menyapu
muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki keatas lalu bahu-
lengan
belakang dikait menyapu kepala.
4) Cara Bracht
Bokong di tangkap, tangan diletakkan pada paha dan sakrum, kemudian
janin
ditarik keatas. Biasanya hal ini dilakukan pada janin kecil dan
multipara.
5) Cara Potter
Dikeluarkan dulu lengan dan bahu dengan menarik janin kebawah
dan
menekan denga 2 jari pada skapula. Badan janin diangkat keatas
untuk melahirkan
lengan dan bahu belakang dengan menekan skapula belakang.
25
Masukkan jari-jari dalam mulut ( muka mengarah ke kiri = jari
kiri,
mengarah ke kanan = jari kanan ). Letak anak menunggang pada lengan
sementara
tangan lain memegang pada tengkuk, lalu tarik kebawah sampai rambut
dan
kepala dilahirkan. Kegunaan jari dalam mulut, hanya untuk menambah
fleksi
kepala.
2) Cara De Snoo
Tangan kiri menadah perut dan dada serta 2 jari diletakkan di
leher
(menunggang kuda) tangan kanan menolong menekan diatas
symphisis.
Perbedaannya dengan Mauriceau ialah disini tanagn tidak masuk dalam
vagina.
3) Cara Wigand Martin-Winckel
Satu tangan (kiri) dalam jalan lahir dengan telunjuk dalam mulai
janin
sedang jari tengah dan ibu jari pada rahang bawah. Tangan lain
menekan diatas
symphisis atau fundus.
4) Cara Naujoks
Satu tangan memegang leher janin dari dean, tangan lain memegang
leher
pada bahu, tarik janin kebawah dengan bantuan dorongan dari atas
symphisis 5)
Cara Praque Terbalik
memegang bahu janin dari belakang,tangan lain memegang kaki lalu
menarik
janin kearah perut ibu dengan kuat ( Rustam Mochtar, 1998).
2.2.11 Dampak masalah
Dampak masalah yang terjadi pada letak sungsang adalah cedera
lahir,
infeksi akibat tingginya intervensi, hipoksia janin hal ini dapat
terjadi akibat
prolaps tali pusat atau kompresi, plasenta lepas sebelum waktunya
(Faser, 2009).
2.3 Asuhan Keperawatan
1) Identitas
Di dalam identitas yang berisiko tinggi meliputi umur yaitu ibu
yang
mengalami kehamilan pertama dengan indikasi letak
(primigravida),
kehamilan dengan indikasi letak umur diatas 30 tahun
(primiparatua), nama,
no RM, status perkawinan, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
jenis
kelamin, suku bangsa dan diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
Pasien post operasi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi SC
(Sectio
Caesaria)
dirasakan setelah pasien operasi
4) Riwayat kesehatan dahulu
27
asma dari komplikasi tersebut akan dilakukan opersi sesar
6) Riwayat perkawinan
Meliputi menikah sejak umur berapa dan berlangsung sudah berapa
tahun
pernikahannya
Yaitu menghitung usia kehamilan dan tanggal tafsiran persalinan
(HPHT),
mengetahui perkiraan lahir bayi, apakah bayi lahir premature karena
bayi
premature merupakan factor predisposisi dari letak sungsang
8) Riwayat persalinan
perdarahan atau tidak
9) Riwayat ginekologi
(1) Riwayat menstruasi
Meliputi menarche berapa siklus, berapa lama, haid pertama dan haid
terakhir
( HPHT )
(2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
Meliputi kehamilan anak ke berapa, umur kehamilan, ada penyulit
atau tidak,
penolong dalam persalinan, jenis persalinan SC atau normal,
terdapat
komplikasi nifas atau tidak
menggunakan kontrasepsi.
2) Tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu,
pernafasan,nadi
3) Respirasi (B1)
(1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada
retraksi dada,
payudara menonjol, aerola hitam, putting menonjol
(2) Palpasi : tidak mengalami nyeri tekan
(3) Perkusi : sonor
4) Kardiovaskuler (B2)
(2) Palpasi : irama jantung teratur, tekanan darah naik turun
(3) Perkusi : pekak
5) Persyarafan (B3)
muda, pupil isokor
(3) Perkusi : tidak ada
(4) Auskultasi : tidak ada
(1) Inspeksi : mukosa bibir lembab, bibir normal, terdapat luka
post
operasi masih di balut, terdapat striae
(2) Palpasi : kontraksi uterus bisa baik/ tidak, terdapat nyeri
tekan atau
tidak, TFU 2 jadi diatas pusat
(3) Perkusi : abdomen tympani
8) Muskuluskeletal dan intergumen (B6)
(1) Inspeksi : Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang atau
kunimg
langsat, tidak ada oedema, kelemahan otot, tampak sulit
bergerak,
kebutuhan klien masih dibantu keluarga
(2) Palpasi : akral hangat
(3) Perkusi : reflek patella (+)
(4) Auskultasi : tidak ada
daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi pengalaman meliputi
data objekktif
dan data subjektif (perry dan potter, 2005)
2.3.2 Diagnosa keperawatan menurut (Prawirohardjo, 2005)
2.3.2.1 Nyeri akut b.d terputusnya inkontuinitas jaringan
2.3.2.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
2.3.2.3 Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko :
episiotomi, laserasi
jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan
2.3.2.4 Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan
nyeri
2.3.2.5 Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penanganan post
partum
Tabel 2.1 perencanaan pada post Sectio Caesaria (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Dx Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
.
Setelah dilakukan saling percaya kooperatif
tindakan keperawatan dalam
dapat berkurang nyeri secara 2. Pengkajian
Kriteria hasil : komprehensif yang spesifik
1. Pasien termasuk lokasi membantu
mengetahui 3. Berikan penjelasan memilih
penyebab dari pada klien tentang intervensi
nyeri dan mampu nyeri yang tepat
memahami
mengatakan nyeri kepada
berkurang dengan pasien
3. Wajah pasien teknik distraksi
terlihat rileks dan relaksasi 4. Untuk
4. Pasien dapat mengetahui
dengan cara naman bagi klien
relaksasi (nafas 5. Untuk
normal
x/menit analgesic nyaman akan
Setelah dilakukan kemampuan klien tingkat
tindakan keperawatan untuk beraktivitas kemandirian
selama 1x24 jam dapat 2. Motivasi klien pasien
melakukan mobilisasi untuk melakukan 2. untuk
Kriteria hasil : pergerakan secara meningkatka
1. Pasien mengerti bertahap n keinginan
tentang tujuan dalam
dari peningkatan memenuhi
mengatakan gerakan kaki pada 3. pemberian
sudah dapat saat tidur bantuan
melakukan selama
miki,duduk,dan memenuhi mengurangi
beraktifitas secara hari kekuatiran
mandiri 4. status darah
5
5
kemampuan
klien
peripheral
melakukan
dilakukan tindakan lingkungan setelah terkena
selama 1x24 jam tidak dipakai pasien lain infeksi lebih
terjadi infeksi selama 2. cuci tangan kecil
perawatan sebelum dan 2. agar tidak
kriteria hasil : sesudah tindakan terkena
1. klien bebas dari keperawatan infeksi
tanda-tanda 3. monitor tanda dan setelah
infeksi gejala infeksi dilakukan
kemampuan 4. ajarkan cara 3. agar tidak
untuk mencegah menghindari terjadi
3. menunjukkan 5. kolaborasi dalam operasi
prilaku hidup pemberian 4. agar tidak
sehat antibiotic mengalami
dilakukan tindakan pentingnya tidur kebutuhan
keperawatan selama yang adekuat tidur dapat
1x24 jam pola tidur 2. ciptakan tercukupi
dalam batas normal lingkungan yang 2. agar dapat
kriteria hasil : nyaman membuat
dalam batas kebutuhan tidur 3. agar
normal 0-8 pasien setiap hari kebutuhan
jam/hari dan jam tidur adekuat
2. pola tidur, 4. ajarkan teknik 4. untuk
kualitas tidur distraksi pada saat mengurangi
dalam batas nyeri timbul ketika nyeri
33
dilakukan tindakan pendekatan yang pasien
keperawatan selama menyenangkan berkurang
berkurang prosedur dan apa pengetahuan
kriteria hasil : yang dirasakan pasien dan
1. klien mampu selama prosedur mengurangi
mengidentifikasi pemulihan rasa takut
mengungkapkan, untuk memberikan berkurang
mengontrol takut tingkat
,ekspresi wajah 5. intruksikan pasien 5. relaksasi
dan tingkat menggunakan dapat
kecemasan teknik relaksasi mengurangi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien
dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (perry dan
potter, 2015)
2.3.5 Evaluasi
penilaian dibuat mengenai kualitas, niali atau kelaakan dari sesuai
dengan
membandingkan pada kriteia yang diidentifikasi atau standart
sebelumnya
(Wilkinson, 2009).
34
2.4 Kerangka Masalah pada klien dengan Diagnosa Medis Post Sectio
Caesaria dengan Indikasi Letak sungsang (Linda, 2016)
Faktor dari ibu : Faktor dari janin : 1. Multiparitas 1.
Hidrosefalus
2. Plasenta previa 2. Gameli
3. Panggul sempit 3. Hidraminion 4. prematuritas
LETAK SUNGSANG
Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong
berada dibawah cavum uteri
pembedahan (SC)
Episiotomy (insisi)
Pre operasi
Post operasi
Infeksi
psikologi Terputusnya Jaringan Kelemahan
MK: Resiko MK: Gangguan
Gambar 2.1 Kerangka masalah post SC dengan indikasi Letak
Sungsang
35
keperawatan maternitas dengan diagnosa medis Post Operasi Sectio
Caesarea
dengan indikasi letak sungsang post partum hari ke 0 maka penulis
menyajikan
suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 27 Desember – 29
Desember 2018
pukul 14.45 WIB anamnese diperoleh dari pasien dan file register
sebagai berikut
3.1 PENGKAJIAN
Ruang/ Kelas : Mawar /III Kamar No : 4
Pengkajian tanggal : 27 Desember 2018 Jam : 14.45 WIB
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 26 tahun
Status perkawinan : Menikah
Status perkawinan : Menikah
3.1.3 RIWAYAT KEPERAWATAN
Pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah akibat pembedahan
sectio
caesarea, nyeri seperti panas terbakar, skala 6, nyeri timbul sejak
selesai
melakukan sectio caesarea dan saat melakukan pergerakan
3.1.5.2 Riwayat masuk Rumah Sakit
Pada tanggal 26 Desember 2018 Px datang ke poli obgyn RSUD Bangil
untuk
melakukan kontrol rutin pada pukul 11.45 setelah dilakukan
pemeriksaan oleh
dokter dan di diagnosa janin dengan indikasi letsu, px langsung
disarankan ke
ruang VK untuk persiapan SC, setelah sc px dirawat inap di ruang
nifas (kamar
mawar merah no.4) pada tanggal 27 desember 2018 pada pukul 13.30
WIB .
3.1.4 RIWAYAT OBSTERTI
3.1.4.1 Riwayat Menstruasi
2) Banyaknya :3x/hari ganti pembalut 5) Lamanya : 6 – 7 hari
3) HPHT :15-04-2018 6) Keluhan : Tidak ada
37
3.1.4.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :
Daftar tabel 3.1 Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu pada
klien dengan
diagnosa medis post op sectio caesarea dengan indikasi letak
sungsang
keham
Jenis
1 6t 35 - vocu Dokt Pemb - - - laki- 3,000 49
hn mingg m er ukaan laki gr cm
u lamba
Keterangan :
Pasien
Laki-laki
Perempuan
(1) Kala I : Px mengatakan perut terasa kencang-kencang namun
tidak
mengalami pembukaan lengkap dan langsung disarankan operasi
(2) Kala II : Dilakukan tindakan operasi
(3) Kala III : Dilakukan tindakan operasi
(4) Kala IV : K/U Lemah
(1)) Lochea :
(3)) Kontraksi uterus : ( √ ) Baik ( ) Tidak
(4)) Pendarahan : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Lain – lain : tidak ada
Lingkaran Fronto Occipitalis : Tidak terkaji
Lingkaran Mentro Occipitalis : Tidak terkaji
(8)) Kelainan Kepala :
(7) Kesanggupan dan pengetahuan
(2))Breast care : Px sudah bisa melakukan perawatan payudara
sendiri
perawatan tali pusat
(6))KB : Px mengatakan mengerti tentang KB karena px
menggunakan KB sebelumnya yaitu KB suntik 3 bulan
(7))Menyusui : Px mengatakan ASI sudah bisa keluar dan akan
berencana menyusui asi eksklusif selama 6 bulan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.1.5 RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
3.1.5.1 Melaksanakan KB : (√ ) ya ( ) tidak
3.1.5.2 Bila ya jenis kontrasepsinya apa yang digunakan : KB suntik
3bln
3.1.5.3 Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Setelah melahirkan
anak 1
sampai sebelum kehamilan anak ke 2
3.1.5.4 Masalah yang terjadi : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6 RIWAYAT KESEHATAN
3.1.6.1 Penyakit yang pernah dialami ibu : Px mengatakan hanya
sakit flu dan
batuk
3.1.6.2 Pengobatan yang didapat : Px biasanya membeli obat di
toko-toko
3.1.6.3 Riwayat penyakit keluarga :
3.1.7.2 Bahaya : Px mengatakan lingkungannya tidak berbahaya
3.1.7.3 Lainnya : Px hidup di lingkungan yang bersih dan tidak
tercemar
3.1.8 ASPEK SOSIAL
anak ke 2
anaknya
3.1.8.3 Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : Px mengatakan
ingin
kondisinya sepat pulih
3.1.8.4 Ibu tinggal dengan siapa : Px mengatakan tinggal bersama
anak dan
suaminya
3.1.8.5 Siapa anak yang terpenting bagi ibu : Px mengatakan orang
yang terdekat
dengan px adalah anak dan suaminya
3.1.8.6 Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Px
mengatakan
keluarga sangat mendukung dengan keadaan px saat ini
3.1.8.7 Keadaan mental menjadi ibu : Px mengatakan selalu siap
untuk menjadi
ibu terbaik bagi anak-anaknya
3.1.9.2 Minuman Keras : Px mengatakan tidak mengkonsumsi
minum-
minuman keras
napza,dll
43
3.1.10.3 Respirasi : 22x/menit
belakang
5) Jenis : Vesikuler
6) Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada retraksi otot bantu
nafas
7) Alat bantu nafas : Tidak ada alat bantu nafas
8) Suara nafas : Tidak ada suara nafas tambahan
Lain – lain : Tidak ada
5) CRT : < 2 detik
8) JVP : Normal
Lain- lain : Tidak ada
3.1.10.10 B3 (Brain)
1) Kesadaran : Composmentis
2) Orientasi : Baik
4) Kejang : Tidak kejang
5) Brudsky : Tidak ada
7) Istirahat / tidur :
(1) Di Rumah Sakit : Siang 1 jam , Malam 7 jam
(2) Di Rumah : Siang 1 jam, Malam 5 jam
8) Kelainan nervous cranial : Tidak ada
(1) Mata :
45
(2) Hidung : (√ ) normal ( ) epitaksis
(1)) Mukosa Hidung : Lembab
(2)) Secret : Tidak ada
(3) Telinga :
dengar
(5) Peraba : Normal
3.1.10.11 B4 (Bladder)
4) Kebersihan : Sedikit kotor
Lain-lain : tidak ada
3.1.10.12 B5 (Bowel)
1) Mulut : Bersih
2) Mukosa : Lembab
4) Gigi : bersih (√) kotor ( ) ada carises ( )
5) Kebiasaan gosok gigi : di rumah 3x sehari, di RS 1x sehari
6) Tenggorokan : Tidak ada kesulitan menelan
7) Abdomen : Luka post op SC vertical +20 cm
8) Peristaltik : 8 x/menit
Konsisten : - Warna : - Bau: -
Lain-lain : Tidak ada
2) Kekuatan otot : 5
4) Kulit : Elastic
7) Akral : Hangat
9) Mamme : (√) ya ( ) tidak
11) Papilla mammae : Cokla, papilla menonjol
12) Colostrum : Sudah keluar dan diberikan pada bayi
13) Kebersihan : Bersih
perawat
3.1.10.14 B7 (Pengindraan )
hidung lembab. Pada telinga tidak ada keluhan. Perasa normal (
bisa
merasakan manis, pahit, asam, manis)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.10.15 B8 (Endokrin)
ada pembesaran kelenjar parotis.
Laboratorium tanggal 26 Desember 2018
Tabel 3.2 Data penunjang pada klien dengan diagnosa medis post op
sectio caesarea dengan indikasi letak sungsang Tanggal 26 Desember
2018
Pemeriksaan Cell counter Terlampir Nilai rujukan
DARAH LENGKAP
RBC (eritrosit) 2,8 4,2 – 6,1 10^6/ul
HGB ( hemoglobin) 11,7 12 – 18 g/dl
HCT (hematokrit)
MCV Cell counter 248 150 – 450 10^3/ul
MCH Cell counter 98 79 – 99 fl
MCHC Cell counter 30,7 27 – 31 pg
RDW Cell counter 32,8 33 – 37 g/dl
PDW 13,4 11,5 – 14,5 %
NEUT % 14,3 13 – 43 %
LYMPH % 94,1 50 – 70 %
MXD 2,4 25 – 40 %
Terapi pada tanggal 27 Desember 2018
- Ins. RL 1000 ml/24 jam = 14 tpm ( sumber elektrolit dan air
untuk
dehidrasi )
dan bakteri )
kompleks : neuralgia atau nyeri saraf )
-
pada stelah oporasi )
: 00384xxx
Tabel 3.3 Analisa data pada klien dengan diagnosa medis post op
sectio
caesarea dengan indikasi letak sungsang No Data Etiologi
Problem
1. Ds: pasien mengatakan nyeri pada Post Sectio Nyeri Akut
abdomen bagian bawah akibat Caesarea
pembedahan sectio caesarea
Q: nyeri seperti panas terbakar Caesarea
R: abdomen bagian bawah
S: skala 6 Terputusnya
jaringan
- Abdomen masih tampak membesar
operasi vertical 20cm di simpisis pubis
- Keadaan luka masih berbalut kassa kering
- Pasien tampak memegangi daerah perut
- Raut wajah tampak menyeringai
Do :- K/U lemah Anestesi fisik - Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
5 5
PRIORITAS
jaringan
akibat tindakan anestesi
: 00384xxx
Tabel 3.4 Rencana tindakan pada klien dengan diagnosa medis post op
sectio caesarea dengan indikasi letak sungsang (Nurarif &
Kusuma, 2015)
No. TUJUAN / KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
Dx HASIL
Setelah dilakukan saling percaya kooperatif dalam
tindakan keperawatan tindakan
dapat berkurang observasi nyeri spesifik membantu
Kriteria hasil : secara memilih intervensi
1. Pasien komprehensif yang tepat
mengetahui termasuk lokasi
memahami klien tentang nyeri pasien tentang
tentang cara nyeri
mengatakan nyeri pemeriksaan TTV keadaan umum
berkurang dengan pasien
terlihat rileks teknik distraksi nyeri
4. Pasien dapat dan relaksasi
mempraktikkan
yang dengan cara
dalam) menbantu
normal kesempatan pada
120/90 mmHg 7. Kolaborasi
x/menit pemberian berkurang analgesic
SPO2 : 100%
2. Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. mengetahui tingkat Setelah dilakukan
kemampuan klien kemandirian
tindakan keperawatan untuk beraktivitas pasien
selama 1x24 jam dapat 2. Motivasi klien 2. untuk
melakukan mobilisasi untuk melakukan meningkatkan
Kriteria hasil : pergerakan secara keinginan dalam
1. Pasien mengerti bertahap memenuhi
tentang tujuan kemampuan dan
2. pasien melakukan selama pengobatan
mengatakan gerakan kaki pada dengan
sudah dapat saat tidur mengurangi rasa
melakukan sakit dan
miki,duduk,dan memenuhi pembuluh
berjalan kebutuhan peripheral
beraktifitas secara hari klien untuk
mandiri 5. evaluasi
5
5
perkembangan
Nama pasien : Ny. M No. RM : 00384xxx Umur : 26 tahun
Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
post op sectio caesarea dengan indikasi letak sungsang
No. Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda
Dx tangan
Desember percaya
lokasi, frekuensi dan reaksi
17.50 3. Memberi penjelasan pada klien tentang nyeri
- Bahwa nyeri yang dialami
adalah berasal dari luka
- TD : 110/80 mmHg
- N : 88 x/menit
hidung secara teratur dan
18.20 6. Mengatur posisi yang nyaman
bagi pasien (posisi semi fowler)
18.30 7. Kolaborasi pemberian terapi obat
- Ceftariazone 1 gr/iv
- Neurosanbe 1 amp
- Santagesic 1 amp/iv
- Vit.k 1 amp/iv
Desember dalam beraktivitas
melakukan pergerakan secara
latihan gerak (menggerakkan
Desember secara komprehensif
bagian bawah
16.05 2. Mengulang penjelasan pada
klien tentang nyeri - Bahwa nyeri yang dialami adalah berasal dari
luka jahitan bekas operasi
17.10 3. Mengobservasi pemeriksaan
dan relaksasi
perlahan-lahan lewat mulut - Mengalihkan perhatian dengan cara
membaca buku atau menonton TV
18.45 5. Kolaborasi pemberian terapi obat
56
17.10
17.20
17.25
pasien 2. Mengobservasi pemeriksaan
mengajarkan untuk duduk
dalam membantu aktivitas
Nama pasien : Ny. M No. RM : 00384xxx Umur : 26 tahun
Tabel 3.6 Catatan perkembangan pada klien dengan diagnosa medis
post op sectio caesarea dengan indikasi letak sungsang
Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
27 1. Nyeri akut b.d adanya S : Pasien mengatakan Desember
terputusnya nyeri pada luka bekas
2018 inkontunitas jaringan operasi di perut bagian
bawah
caesarea
dengan kelemahan kedua kakinya sulit untuk
otot akibat tindakan digerakkan
anestesi O : - K/U Lemah
Desember adanya nyeri pada abdomen
2018 terputusnya bagian bawah sudah
inkontunitas berkurang
caesarea
fisik berhubungan kedua kakinya sedikit
dengan kelemahan bisa digerakkan
anestesi - Tanda-tanda vital
Nama pasien : Ny. M No. RM : 00384xxx Umur : 26 tahun
Tabel 3.7 Evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
post op sectio caesarea dengan indikasi letak sungsang
Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
29 1. Nyeri akut b.d S : Pasien mengatakan nyeri
Desember adanya terputusnya sudah bekurang
2018 inkontunitas P: luka post op Sectio Caesarea
jaringan Q: nyeri seperti panas terbakar
R: abdomen bagian bawah
O : -K/U cukup
fisik berhubungan kakinya bisa digerakkan
dengan kelemahan O : - K/U cukup
otot akibat tindakan - Tanda-tanda vital
anestesi TD : 120/80
N : 86 x/menit
- Pasien tampak sudah bisa
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien
Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan
asuhan
keperawatan secara langsung pada Ny.M dengan diagnosa medis post
Sectio
Caesarea dengan indikasi letak sungsang di ruang Mawar - 4 RSUD
Bangil
Pasuruan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
4.1 Pengkajian
untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga
secara terbuka,
mengerti dan kooperatif.
Menurut opini peneliti pengkajian antara tinjauan kasus dan
tinjauan
pustaka tidak banyak kesenjangan pada keluhan utama hal ini terjadi
karena
terdapat keluhan nyeri pada semua pasien apabila efek anastesi
telah hilang pada
pasca operasi section caesarea, yaitu pada tinjauan kasus Ny. M
mengeluh nyeri
daerah perut post section caesarea seperti yang dikeluhkan oleh
pasien post
section caesarea pada umumnya di dapatkan keluhan nyeri pada daerah
perut
Karena insisi pasca operasi section caesarea.
Pada pemeriksaan fisik menurut Prawirohardjo (2005) pada tinjauan
pustaka
didapatkan hasil pengkajian B1 (Breathing) yaitu pada inspeksi :
ditemukan yaitu
bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada retraksi dada,
pada palpasi :
tidak ditemukan nyeri tekan, pada perkusi : sonor, pada auskultasi
: ditemukan
tidak ada suara nafas tambahan seperti ronchi, whezzing,
reles,bunyi nafas
vesikuler. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil hal yang
sama karena
hal ini dikarenakan pada saat pasien dipindahkan keruangan
kesadaran
62
63
klien kembali pulih dan membaik serta tidak mengalami gangguan
pada
pernafasan.
didapatkan hasil pengkajian B2 (blood) inspeksi : ditemukan tidak
mengalami
cyanosis, pada palpasi : nadi 80 -100 x/menit , irama jantung kuat
regular ,
tekanan darah bisa meningkkat atau menurun, CRT (capillary refill
time), pada
auskultasi ditemukan bunyi jantung S1 (lub) , S2 (dup) . pada
tinjauan kasus juga
ditemukan hasil yang sama karena kesadaran klien mulai membaik
serta tekanan
darah yang membaik.
didapatkan hasil pengkajian yaitu pada inspeksi : kesadaran
composmetis,
orientasi baik, tidak kejang, pada palpasi tidak ada masalah, pada
perkusi tidak
ada masalah, pada auskultasi tidak ada masalah. Sedangkan pada
tinjauan kasus
didapatkan bahwa klien mengalami ganguan pada tidurnya yaitu di
rumah sakit:
siang tidak terkaji, malam tidak terkaji, sedangkan di rumah :
siang 2 jam/hari, 6
jam/hari. Hal ini terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus
karena pada tinjauan pustaka tidak ditemukan jam istirahat
terganggu sedangkan
pada tinjauan kasus tidak ditemukan masalah keperawatan.
Pada pemeriksaan fisik B4 (bowl) menurut Prawirohardjo (2005)
tinjauan
pustaka didapatkan hasil pengkajian yaitu inspeksi: yaitu
menggunakabn
kateter,warna urine kuning , berbau amis , terdapat lochea rubra
berwarna merah ,
pada palpasi : tidaka ada nyeri tekan pada daerah perkemihan, pada
perkusi : tidak
ada masalah, pada : auskultasi tidak ada masalah. Sedangkan pada
tinjauan kasus
di dapatkan hasil yang sama. Hal ini dikarenakan pada pasien post
operasi section
64
caesarea di pasang kateter bertujuan untuk mengosongkan kandung
kemih karena
jika kandung kemih penuh maka akan mengalami nyeri dan akan
dapat
menhalangi involusi uterus dan akan dapat mengalami
pendarahan.
Pada pemeriksaan fisik B5 (bowel) menurut Prawirohardjo (2005)
tinjauan
pustaka di dapatkan hasil yaitu pada inspeksi : mukosa bibir
lembab, bibir normal,
terdapat luka post operasi masih di balut 20 cm , terdapat striae
dan linea, pada
palpasi : kontraksi uterus baik , TFU 2 jari di bawah pusat,
terdapat nyeri tekan
pada abdomen, pada perkusi: abdomen tympani,pada auskultasi :
penurunan
bising usus . hal ini dikarenakan pada pasien post operasi pada
saat hari pertama
adalah proses pemulihan organ jadi bising usus menjadi
menurun.
Pada pemeriksaan fisik B6 (bone) menurut Prawirohardjo (2005)
tinjauan
pustaka di dapatkan hasil yaitu pada inspeksi : terdapat turgor
kulit elastis, warna
kulit sawo matang atau kuning langsat, tidak ada oedema,kelemahan
otot,
kebutuhan klien masih dibantu oleh keluarga, pada palpasi : tidak
ada nyeri tekan,
akral hangat, pada perkusi: reflek patella (+), pada auskultasi
tidak ada masalah
sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan hasil yang sama mengalami
kelemahan
otot. Hal ini dikarenakan pasien post operasi mengalami kelemahan
otot
dikarenakan mengalami pemulihan kemampuan otot pengaruh akibat
obat
anastesi.
65
4.2 Diagnosa keperawatan
4.2.1 Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka ada lima
menurut
prawirohardjo (2005) yaitu :
akibat tindakan anestesi
laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan.
4.2.1.4 Ganguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan
nyeri
4.2.1.5 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang
perawatan diri
4.2.2 Pada tinjauan kasus terdapat dua diagnosa keperawatan yang
muncul
yaitu:
akibat tindakan anestesi
Pada tinjauan pustaka di dapakan diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan
terputusnya inkotuinitas jaringan (Prawirodiharjo,2005) . Hal ini
disebabkan
karena nyeri pada daerah abdomen karena terputusnya inkontuinitas
jaringan.
Pada tinjauan kasus yaitu ditemukan hal yang sama yaitu nyeri akut
berhubungan
dengan terputusnya inkotuinitas jaringan. Dengan data objektif
abdomen masih
tampak membesar, tampak linea dan strae alba, terdapat jahitan luka
bekas operasi
vertical 20 cm, keadaan luka masih berbalut kasa kering, tampak
memegangi
66
daerah perut, raut wajah tampak menyeringsi, terdapat nyeri tekan
pada luka
bekas operasi, skala 6.
berhubungan dengan kelemahan (Prawirodihardjo,2005). Hal ini
disebabkan
karena klien mengalami otot dan tidak bisa bergerak secara aktif
setelah
mengalami operasi caesar. Pada tinjauan kasus di dapatkan hasil
yang sama yaitu
hambatan mobilitas fisisk berhubungan dengan kelemahan otot akibat
tindakan
anestesi. Dengan adanya data objektif pasien tampak berbaring di
tempat tidur,
segala kebutuhan aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat,
kemampuan
pergerakan sendi dan tungkai (ROM) : Terbatas, kekuatan otot : pada
ekstermitas
atas 5,5 pada ekstermitas bawah 3,3 .
Pada tinjauan pustaka, menurut Prawirohardjo (2005) di temukan
lima
diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
terputusnya
inkontuinitas jaringan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan
otot akibat tindakan anestesi, faktor resiko : episiotomi, laserasi
jalan lahir,
bantuan pertolongan persalinan, gangguan pemenuhan irstirahat tidur
berhubugan
dengan nyeri, cemas berhubungngan dengan kurangnya pengetahuan
tentang
perawatan diri. Tetapi pada tinjauan kasus tidak ditemukana resiko
infeksi
berhubungan dengan faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan
lahir, bantuan
pertololongan persalinan, karena pada pemeriksaan tidak ditemukan
gejala-gejala
infeksi seperti rubor,dolor,color,funsion lasea sehingga tidak
mengalami resiko
infeksi.
pengetahuan tentang perawatan diri, karena pada pengakajian tidak
ditemukan
67
klien tampak cemas setelah selesai persalinan karena klien
sebelumnya sudah
mengalami persalinan. Tidak semua diagnosa dapat muncul pada
tinjauan kasus
karena diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan
diagnosa
keperawatan pada pasien dengan post partum patologis secara umum.
Sedangkan
pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keadaan pasien secara
langsung.
4.3 Intervensi
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus
ada
kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria
hasil
yang mengacu pada pencapaian tujuan, sedangkan tinjauan kasus
perencanaan
menggunakan sasaran dalam intervensinya dengan tujuan penulis
ingin
meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pelaksanaan
asuhan
keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan
tingkah
laku pasien (afektif), dan keterampilan menangani masalah
(psikomotor).
4.3.1 Intervensi diagnosa keperawtan nyeri akut berhubungan dengan
terputusnya
inkontuinitas jaringan pada intervensi tinjauan pustaka menurut
(
Prawirohardjo,2005) dilakukan intervensi yang sama pada tinjauan
kasus
alasannya karena data yang di dapat klien mengatakan nyeri pada
abdomen
bagian bawah akibat pembedahan sectio caesarea, nyeri seperti
tertekan ,skala
6,nyeri timbul sejak selesai melakukan operasi caesarea. Diagnosa
ini dijadikan
prioritas karena yang paling dirasakan oleh klien. Nyeri akut
berhubungan
dengan terputusnya inkontuinitas jaringan dengan objektif yang
mendukung
yaitu abdomen masih tampak membesar tampak linea dan strae alba,
terdapat
jahitan luka bekas operasi vertical 20cm, keadaan luka masih
berbalut kassa
kering, tampak memegangi daerah perut, raut wajah menyeringai,
terdapat
68
nyeri tekan pada luka bekas operasi , skala 6. Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil :
k/u baik, tidak terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi, skala
nyeri dapat
berkurang 1-3, TTV dalam batas normal (TD : 110/80-120/90 mmHg, N :
60 –
100 x/menit), Wajah tampak tidak menyeringai. Dilakukan intervensi
Bina
hubungan saling percaya, lakukan observasi nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi, berikan penjelasan pada klien tentang nyeri,
observasi
pemeriksaan TTV, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi, atur
posisi yang
naman bagi klien, kolaborasi pemberian analgesic. Memberikan
rencana atau
tindakan tidak hanya melakukan teknik distraksi dan relaxsasi saja.
Menurut
opini penulis mengkonsumsi ikan yang mengandung protein tinggi
seperti
mengkonsumsi ikan kutuk, mengkonsumsi putih telor, dan buah-buahan.
Hal
ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi
nyeri.
4.3.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
akibat
tindakan anestesi. Alasannya pasien mengatakan kedua kakinya sulit
untuk
digerakkan dengan data objektif yaitu : K/U lemah, pasien tampak
berbaring
ditempat tidur, segala kebutuhan aktivitas klien dibantu keluarga
dan perawat,
kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) : terbatas, kekuatan
otot :pada
ekstermitas atas 5,5 sedangkan pada ekstermitas bawah 3,3. Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dapat melakukan
mobilisasi .
Kriteria hasil : k/u baik, pasien mengatakan sudah dapat melakukan
pergerakan
kaki, mika miki,duduk,dan berjalan, klien dapat beraktifitas secara
mandiri,
kekuatan otot : 5,5,5,5. Dilakuakan intervensi, Kaji tingkat
kemampuan klien
untuk beraktivitas, motivasi klien untuk melakukan pergerakan
secara bertahap,
69
anjurkan untuk melakukan gerakan kaki pada saat tidur, bantu klien
untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari, evaluasi perkembangan
kemampuan
klien melakukan aktivitas. Klien juga dapat melakukan mobilisasi
dini seperti
miring kanan dan miring kiri atau dapat menggerakkan jari-jari kaki
secara
perlahan setiap 5-10 jam setelah pasien dipindah ke ruangan.
Kemudian di hari
kedua pasien dapat di dudukkan selama 5 menit. Selanjutnya dihari
ke 3 sampai
ke 5 pasien dapat berjalan secara pelan-pelan . menurut opini
penulis dengan
dilakukannya mobilisasi dini ini dapat mencegah terjadinya
thrombosis dan
dekubitus pada punggung.
direalisasikan karena hanya membuat teori asuhan keperawatan.
Sedangkan
pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada
pasien dan
pendokumentasian setelah intervensi keperawatan.
dengan tinjauan kasus dilakukan tindakan seperti Membina hubungan
saling
percaya, melakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi,
frekuensi dan reaksi yang dialami pasien (skala 6), memberi
penjelasan pada
klien tentang nyeri (bahwa nyeri yang dialami adalah berasal dari
luka jahitan
bekas operasi), mengobservasi pemeriksaan TTV (TD : 110/80 mmHg, N
: 88
70
teknik nafas dalam melalui hidung secara teratur dan kemudian
keluarkan
secara perlahan-lahan lewat mulut dan mengalihkan perhatian dengan
cara
membaca buku atau menonton TV, mengatur posisi yang nyaman bagi
pasien
(posisi semi fowler), kolaborasi pemberian analgesic (Ceftariazone
2x1 gr/iv,
Neurosanbe 3x1 amp, Santagesic 3x1 amp/iv, Vit.k 3x1 amp/iv ) .
Dapat
dilakukan sesuai rencana karena pasien dapat bekerjasama dengan
baik .
menurut opini penulis terdapat dua penanganan secara farmakologis
dan non
farmakologis dengan mengajarkan teknik distraksi yaitu dengan
menarik nafas
lalu mengeluarkan pelan-pelan, mengalihkan dengan cara menonton
tv,
membaca buku hal ini untuk mengurangi nyeri yang dialami oleh
pasien post
operasi caesar. Sedangkan tindakan nonfarmakologis yaitu dengan
cara
pemberian obat analgesic hal ini dapat mengurangi nyeri.
4.4.2 Implementasi diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan
kelemahan otot akibat tindakan anestesi
Pada implementasi tinjauan pustaka menurut (prawirohardjo, 2005)
sama
dengan tinjauan kasus dilakukan tindakan, Mengkaji kemampuan
pasien
dalam beraktivitas, memotivasi pasien untuk melakukan pergerakan
secara
bertahap, mengajarkan pasien untuk latihan gerak (menggerakkan kaki
,dan
melakukan gerakan miring kanan dan kiri ), menganjurkan keluarga
dalam
membantu aktivitas pasien, mengevaluasi perkembangan kemampuan
klien
melakukan aktivitas. Dapat dilakukan sesuai rencana karena klien
dapat
bekerjasama dengan baik. Menurut opini penulis dengan
melakukan
71
mengalami thromboisis.
4.5 Evaluasi
teori, sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan
karena dapat
diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.
Pada tinjauan kasus pada waktu dilaksanakan evaluasi nyeri
berhubungan
dengan terputusnya inkontuinitas jaringan berkurang dalam waktu 1 x
24 jam
karena tindakan yang tepat, pasien juga melakukan apa yang tim
medis ajarkan
untuk nyerinya dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan kriteria
hasil tercapai.
Pada waktu dilaksanakan evaluasi hambatan mobiitas fisik
berhubungan
dengan kelemahan dalam waktu 1 x 24 jam karena tindakan yang tepat,
pasien
juga melakukan apa yang tim medis ajarkan dan telah berhasil
dilaksanakan dan
tujuan kriteria hasil tercapai.
Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapai
karena
adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga dan tim
kesehatan. Hasil
evaluasi pada Ny.M sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi dan
pasien
KRS pada tanggal 29 Desember 2018 jam 08.00 WIB
72
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanaan asuhan
keperawatan
secara langsung pada pasien dengan diagnosa medis post Sectio
Caesarea dengan
indikasi letak sungsang di ruang Mawar - 4 RSUD Bangil Pasuruan,
maka penulis
dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang yang dapat bermanfaat
dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien post sc dengan
indikasi letak
sungsang.
Dari hasil yang menguraikan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan
diagnosa medis post Sectio Caesarea dengan indikasi letak sungsang
di ruang
Mawar - 4 RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan
sebagai berikut :
5.2.1 Pengkajian sangat penting pada pasien post sc yang perlu
diperhatikan saat
pengkajian adalah nyeri pada daerah abdomen agar tidak bertambah,
selain
itu memberi nutrisi yang baik yang harus di konsumsi pada klien
selama
pemulihan, klien juga harus bermobilisasi sdengan baik. Pada pasien
dengan
post sc hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
pengkajian pada
pemeriksaan fisik pada ibu post sc akan mengalami perubahan
payudara
bertambah besar, kontraksi uterus baik/keras, terdapat lochea
rubra
5.2.2 Pada pasien dengan post sc (sectio caesarea)akan mengalami
beberapa
masalah fisik,psikologi maupun social masalah keperawatan yang
ditemukan
pada tinjauan kasus adlah nyeri akut, gangguan mobilitas fisik.
Kedua
72
73
diagnosa tersebut muncul karena didapatkan data-data dari keadaan
pasien itu
sendiri.
mengacu pada sasaran, kriteria hasil.
5.2.4 Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara
terkoordinasi dan
terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada tinjauan
pustaka.
5.2.5 Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan
harapan
penulis dapat mengetahui perkembangan yang terjdi pada pasien
setiap saat.
Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya
kerjasama
yang baik antara,keluarga,dan tim kesehatan.
5.3 Saran
berikut.
5.3.2 Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin
dengan baik
perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta untuk
mencapai
hasil keperawatan yang diharapkan.
dengan meiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta dapat
bekerja
sama dengan tim kesehatan yang lainnya dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan post sc (sectio caesarea).
5.3.4 Untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan sebaiknya diadakan
suatu
seminar atau penyuluhan yang membahas tentang masalah kesehatan
yang
74
ada pada pasien tentang post sc (sectio caesarea), seperti
penyuluhan tentang
cara menyusui dengan benar.
bidang melakukan perawatan post sc (sectio caesarea).
5.3.6 Pemahaman dan pengetahuan mengenai konsep kesehatan
perlu
ditingkatkan secara konprehensif sehingga mampu untuk menerapkan
asuhan
keperawatan dengan baik.
Faser. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10 ECG
Hanifa. (2006) Bratakoesoema. Obstetri Patologi, edisi II EGC.
http://rainfallaline.blogspot.com/2011/12/asuhan-pada-kehamilan-dengan-
letak.html? Diakses pada tanggal 17 september 2018 pukul 19.15
WIB
Manuaba, (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.
http//rainfallaline.blogspot.com/2012/04/askeb-anc
letaksungsang.html?.Diakses pada tanggal 17 september 2018 pada
pukul
20.00 WIB
http//jabbartbtj.blogspot.com/2004/09/proses-keperawatan-pengkajian-
diagnosa.html?. Diakses pada tanggal 17 september 2018 pada pukul
23.45 WIB
sectio-caesaria.html?. Diakses pada tanggal 15 september 2018 pada
pukul 19.45 WIB
Riskesdas, 2015. Angka Kejadian Sectio Caesaria. www.google.com.
Diakses pada tanggal 15 september 2018
Rukiyah dan Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). Jakarta.
http//rainfallaline.blogspot.com/2013/01/presentasi-bokong-dan-
penanganannya.html? Diakses tanggal 16 september 2018 pada pukul
15.15 WIB
Rustam Mochtar. (1998). Manual Persalinan. Jakarta. EGC.
Saifudin , mansjoer. (2005). Askep sectio caesaria. Diakses melalui
http://annahabayahan.blogspot.co.id/2011/04/askep-sectio-caesaria.html
pada tanggal 15 september 2018 pada pukul 22.01 WIB
Sarwono. (2005). Dalam Ilmu Kandungan Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirihardjo
.http://www.abcmedika.com/2013/11/konsep-dasar
sectio-caesaria.html?. Diakses pada tanggal 20 september 2018 pada
20.00 WIB
Wiknjasastro H. (2005). Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohdjo.
http://www.Abcmedika.com/2013/11/konsep-dasar-
sectio-caesaria.html?. Diakses pada tanggal 09 september 2018 pukul
20.37 WIB
Wiknjosastro H. (2007). Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohrdjo.
http://rainfallaline.blogspt.com/2013/01/presentasi:bokong-dan-
penanganannya.html? Diakses pada tanggal 19 September 2018 pukul
20.35
WIB
Wilkinson. (2009) . Pada Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.Yogyakarta:
nuha medika.
http//askebdenganletaksungsang.blogspot.com/2012/04/askeb-anc-
letaksungsang.html?. Diakses pada tanggal 10 september 2018 pada
pukul 18.00 WIB
Wilkinson. (2007). Proses Keperawatan.Jakarta: selemba medika.
http://dwimahendrayanti.blogspot.com/2013/12/makalah-evaluasi-
keperawatan.html?. Diakses pada tanggal 16 september 2018 pukul
20.00 WIB
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR ( BBL )
DI RSUD BANGIL
SIDOARJO
2019
Sub Pokok bahasan
: Perawatan Tali Pusat
1. 1.Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi, diharapkan
dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara mandiri di
rumah.
1. 2.Tujuan Instruksional Khusus
1. Mengetahui tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat.
2. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar.
3. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan
tali pusat. 3. Materi Penyuluhan
1. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya Perawatan Tali
Pusat.
2. Memperagakan dan melatih teknik Perawatan tali pusat yang
benar.
3. Mendorong pasien untuk melakukan teknik secara mandiri.
1. 4. Metode
1 Pra interaksi Mengucapkan salam pembuka Menjawab salam
2 Menit Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan maksud dan tujuan
pentingnya perawatan tali pusat.
benar. mahasiswa (penyuluh )
3 Post interaksi 3 Menggali pengalaman peserta Menceritakan
menit setelah dilakukan tindakan. pengalaman
Memberikan masukan Memperhatikan
Menyimpulkan hasil Memberi
Pertanyaan dan jawaban
1. Setelah yang kita diskusikan tadi, apa yang bapak/ibu ketahui
tentang pentingnya perawatan tali pusat ?
2. Coba peragakan kembali apa yang sudah kita peragakan tadi ? 3.
Selain apa yang kita diskusikan tadi, apa bapak/ibu dapat melakukan
perawatan
di rumah secara mandiri ?
Pengertian Tali Pusat Bayi
Tali pusat ( Funiculus umbilicalis ) adalah saluran kehidupan bagi
janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena
saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari
menyuplai zat-zat gizi dan oksigen janin.Tetapi begitu bayi lahir,
saluran ini sudah tidak
diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau
dijepit.
Cara Membersihkan Tali Pusat
1. Cuci tangan bersih
2. Gunakan handscoon 3. Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai
yang telah dibubuhi alkohol 70%, lalu
bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang
menempel pada perut). 4. Lakukan dengan hati-hati, apalagi bila
pusar bayi masih berwarna merah. 5. Gunakan jepitan khusus dari
plastik untuk memegang ujung tali pusarnya, agar
lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya. 6. Ambil
kasa kering lalu bungkus sisa tali pusat. Usahakan agar seluruh
permukaan
hingga ke pangkalnya tertutup perban. 7. Lilitkan perban/kasa
sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas. Pastikan tidak
terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan. 8. Gunakan kain kasa
untuk mengikat perban agar tetap pada tempatnya.
Arah Pembersihan Tali Pusat Bayi
Pembersihan tali pusat bayi yang telah dipotong yaitu : dari bagian
tali pusat yang dipotong ke arah pusar dengan gerakan satu arah.
Indikasinya agar bagian yang dipotong tidak
terkena kotoran dari pusar.
Hal – Hal yang Dilarang
Membubuhkan atau mengoleskan ramuan dan abu dapur karena akan
menyebabkan infeksi.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
• Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau
menoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
• Lipat popok di bawah puntung tali pusat. • Jika puntung tali
pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun
segera
keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih. • Teknik
Perawatan Tali Pusat Bayi. Dalam perawatan maupun pemotongan tali
pusat
bayi itu menggunakan teknik steril. Artinya, dalam setiap
pelaksanaan perawatan dan
pemotongan tali pusat bayi itu menggunakan alat- alat yang steril.
Dan dalam setiap proses perawatan itu diangjurkan untuk sealalu
memakai hanscoon.
• Penggunaan Popok pada bayi. Saat tali pusat dipotong, maka harus
diperhatikan penggunaan popok bayi tersebut. Sebaiknya popok
dipakaikan dibawah pusar.
Alasannya adalah agar pusarnya tidak lembab, karena apabila lembab
akan
beresiko timbulnya infeksi.
C. INFEKSI PADA TALI PUSAT BAYI
1.Pengertian Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatrum )
Tetanus Neonatrum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru
lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering
dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat
atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak,
1985)
Penyebab adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000)
bersifat anaerob, berbentuk
spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin
yang dapat
mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu
KesehatanAnak,1985) Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium
tetani yang merupakan kuman gram
positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut
terdapat ditanah, saluran
pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat
spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu
tetanospasmin dan tetanolysin.
2. Tanda-Tanda Tali Pusat Bayi yang Terinfeksi
• Bernanah
Kondisi ini bisa muncul jika kurang benar dalam merawatnya,seperti
kurang bersih dan
kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat pemotongan tali
pusat bayi menggunakan
benda yang tidak steril sehingga kuman mudah tumbuh dan
berkembangbiak.
• Bau Tidak Sedap
Bau Tidak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat
terinfeksi. Lalu tali pusat
akan bernanah dan berlendir.Selain itu juga ditandai dengan
kemerahan di sekitar pusar.
• Tidak Banyak Menangis
Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menangis sebaliknya
banyak tidur.Gejala ini
ditandai dengan bayi malas minum,demam dan yang paling parah sampai
terjadi kejang.
• Kulit sekitarnya berwarna kemerahan.
3. Upaya yang Dapat Dilakukakan untuk Mencegah Terjadinya Infeksi
:
• Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap
bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah.
• Bila kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir
dan segera keringkan
dengan kassa kering dan di bungkus dengan kassa tipis yang steril
dan kering.
• Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan
sebagainya pada luka tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi dan
tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.
gg