Upload
uchy-murdhia-rahman
View
78
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H.L DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM
KARDIOVASKULER “CHF” DI RUANG ICCU RSUD PROF. DR. ALOE SABOE
KOTA GORONTALO
I. DEFINISI
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya adakalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien.
(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000) .
II. ETIOLOGI
Menurut Cowie(2008), penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam enam
kategori utama:
1. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh
hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi (left bundle
branch block), berkurangnya kontraktilitas (kardiomiopati).
2. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi).
3. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup.
4. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi).
5. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard (tamponade).
6. Kelainan kongenital jantung.
III. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan
secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan
kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir
diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel . Cardiac output pada saat istirahat masih bisa
baik tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan
ke kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial
atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi
denyut jantung dan vena ; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan volume darah
sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi – adaptasi ini dirancang
untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh
karena itu , takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya
iskemia pada pasien – pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan
preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sistem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat
meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi vaskuler perifer
dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga aktivitas simpatis
berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah satu efek penting penurunan
cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi
glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin – angiotensin -
aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resitensi vaskuler perifer
selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi
yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada
gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
Gagal jantung pada masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada
tiga faktor :
1. Preload : jumlah darah yang mengisi pada jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan b/d perubahan panjang regangan serabut jantung
3. Afterload : mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yg harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yg ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
IV. DATA DEMOGRAFI
Nama Pasien : Tn. H.L
Umur : 59 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang Bentor
Lama bekerja : 5 Tahun
Tgl masuk RS : 30 januari 2015
Status Perkawinan : Kawin
Suku : Gorontalo
Alamat : Kelurahan Moodu
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga
V. PENGKAJIAN PRIMER
Airway : Klien batuk berlendir, ada sekret kental yang sulit keluar
Breathing : klien mengalami sesak yang dirasakan memberat pada saat malam hari,
respirasi 28 x / menit, pola pernafasan Irreguler, pernafasan cepat dan
dalam, ada pernafasan cuping hidung, bunyi nafas ronkhi
Circulation : Tekanan Darah 100/70 mmHg, Nadi lemah 70 x / menit, CRT <3 detik, akral
teraba hangat, tidak ada tanda-tanda sianosis,
Disability : Kesadaran Composmentis, GCS 15 (E : 4, V : 5, M : 6), klien mengatakan
tidak pernah mengalami trauma kepala
Exposure : Tidak ada memar ditubuh klien
a. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama
Klien mengatakan masuk Rumah Sakit karena mengalami sesak nafas, sakit perut dan
bengkak pada perut hingga ke kaki. Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan sejak klien minum obat tradisional. Sesak nafas dirasakan klien akan semakin
memberat bila klien berjalan atau beraktivitas dan pada saat malam hari. Jika sesak timbul
klien akan beristirahat dan tidur dengan menggunakan 2 bantal yang ditumpuk. Selain itu
klien merasakan dada berdebar-debar (palpitasi) dan merasa gelisah.
b. Diagnosa Medis
Congetstive Heart Failure (CHF)
c. Riwayat Kesehatan yang lalu
1) Penyakit yang Pernah dialami
Klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit pada tahun 2012 dan tahun 2014
karena mengalami penyakit yang sama. Klien mengatakan sebelumnya memiliki
riwayat penyakit hipertensi. Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
2) Alergi
Klien mengatakan bahwa ia alergi terhadap obat- obatan tertentu dan alergi terhadap
ikan laut.
3) Kebiasaan merokok, kopi dan alkohol
Klien mengatakan sebelum mengalami penyakit jantung klien sering merokok (1
bungkus rokok per hari), minum kopi 3 gelas perhari dan kadang-kadang minum
alkohol.
4) Obat-obatan
Klien mengatakan sebelum menderita penyakit jantung klien sering mengkonsumsi
obat yang dijual diwarung untuk mengatasi penyakitnya dan minum jamu
tradisional.
5) Pola Nutrisi
BB : 70 Kg TB : 160 CM
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit ia sering makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang dan makanan dihabiskan. Menu makanan sehari-hari klien adalah bubur,
nasi, ikan, tahu, dan sayur. Klien mengatakan tidak ada makanan yang tidak disukai.
Nafsu makan klien dalam 6 bulan terakhir baik. Klien mengatakan dalam 6 bulan
terakhir berat badannya tidak berubah.
6) Pola Eliminasi
BAB
Klien mengatakan biasa BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lunak, warna
kekuningan, bau khas feses, tidak ada kesulitan dalam BAB.
BAK
Klien mengatakan BAK 6-7 kali sehari ± 1200 cc, warna kuning, bau khas urine,
tidak ada kesulitan dalam BAK.
7) Pola Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan saat dirumah ia mengalami kesulitan untuk tidur karena sesak
nafas terutama pada malam hari. Klien biasanya hanya tertidur selama 2-3 jam.
8) Pola Aktivitas dan latihan
Klien mengatakan sejak mengalami penyakit jantung ia sudah tidak lagi bekerja
sebagai tukang bentor karena ia takut penyakitnya kembuh. Klien juga tidak
melakukan aktivitas berat.
9) Pola Bekerja
Klien sebelum mengalami penyakit jantung bekerja sebagai tukang bentor. Ia
bekerja dari pukul 06.00 – 18.00. Tetapi setelah sakit ia berhenti bekerja
10) Genogram
VI. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, tidak ada luka, tidak ada benjolan, distribusi rambut
merata, rambut tampak kering, tidak ada nyeri tekan.
b. Mata
Bentuk mata kanan dan mata kiri simetris, tidak ada peradangan, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, fungsi penglihatan baik.
c. Telinga
Bentuk telinga kanan dan telinga kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan,
tidak ada peradangan, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik.
d. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada deviasi, tidak ada perdarahan, tidak ada
peradangan, tidak ada polip, tidak ada sekret, fungsi penciuman baik.
e. Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, tidak ada sianosis, mukosa bibir tampak kering, gigi tampak
kecoklatan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada nyeri menelan.
f. Leher
Bentuk leher simetris, warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak ada luka
atau lesi, tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar tiroid.
g. Thoraks
Bentuk dada simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan, ada sedikikit nyeri tekan,
bunyi perkusi paru sonor, bunyi nafas ronkhi, bunyi perkusi jantung redup,
auskultasi jantung terdengar BJ I dan BJ II, klien mengatakan palpitasi.
h. Sirkulasi
Frekuensi Nadi : 70 x / menit
Tekanan Darah : 100 / 70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,5 °C
Tidak ada sianosis, klien tidak pucat, kulit lembab.
i. Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak ada luka, warna kulit sama dengan warna kulit sekitar,
peristaltik usus 12 x / menit, bunyi perkusi timpani, perut kembung. Ada nyeri tekan
dibagian epigastrium.
Jenis diet selama sakit : Bubur, nasi lunak, ikan, sayur
Nafsu makan baik, klien makan 3 kali sehari dengan porsi sedang dan makanan
dihabiskan.
Klien BAK 5-6 kali sehari dengan volume ± 1000 cc, klien tidak menggunakan
kateter, tidak ada hematuri.
j. Ekstermitas
Kedua ekstremitas atas dan bawah tampak simetris, ada edema pada kedua kaki
tidak ada kekakuan otot, tidak ada kejang, klien mengatakan lemah kekuatan otot
4 4
4 4
VII. ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
1 DS :
Klien mengatakan ada
palpitasi
Klien merasa gelisah
Do :
Bradikardi ( nadi 70 x /
menit )
Edema pada kedua kaki
Batuk
Dispnea
Sesak nafas pada
malam hari
Kelainan otot jantung,
aterosklerosis, inflamasi,
hipertensi, kebutuhan
metabolisme meningkat
Kontraktilitas jantung ↓
Kompensasi jantung ↑
Jantung tidak mampu
memompa darah ke seluruh
tubuh
Penurunan curah jantung
Penurunan Curah
jantung
2 DS :
Klien mengatakan
sesak
DO :
Ada pernafasan cuping
hidung
Klien tampak sesak
Perubahan kedalaman
pernafasan ( nafas
cepat dan dalam
Kelainan otot jantung,
aterosklerosis, inflamasi,
hipertensi, kebutuhan
metabolisme meningkat
Kontraktilitas jantung ↓
CHF
LVED ↑
Tekanan vena pulmonalis ↑
Tekanan kapiler paru ↑
Edema paru
Dispnea
Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakefektifan
pola nafas
3 DS :
Klien mengatakan
sesak
DO :
Suara nafas tambahan
(ronkhi)
Perubahan frekuensi
pernafasan (28 x/
menit)
Sputum dalam jumlah
berlebih
Batuk yang tidak
efektif
gelisah
Kelainan otot jantung,
aterosklerosis, inflamasi,
hipertensi, kebutuhan
metabolisme meningkat
Kontraktilitas jantung ↓
CHF
LVED ↑
Tekanan vena pulmonalis ↑
Tekanan kapiler paru ↑
Edema paru
Iritasi mukosa paru
Refleks batuk ↓
Penumpukan sekret dalam paru
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung (00029)
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032)
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
IX. RENCANA INTERVENSI
N
o
Diagnosa Keperawatan
(NANDA)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi (NIC)
1 Penurunan curah jantung
(00029)
Domain 4 : Aktivitas /
Istirahat
Kelas 4 : Respon
Kardiovaskular /
Pulmonal
Definisi :
Ketidakadekuatan darah
yang dipompa oleh
jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
tubuh.
Batasan Karakteristik :
DS :
Klien mengatakan
ada palpitasi
Klien merasa
gelisah
Do :
Bradikardi ( nadi 70
x / menit )
Edema pada kedua
kaki
Batuk
Dispnea
Sesak nafas pada
malam hari
Faktor Berhubungan :
Perubahan
kontraktilitas
Jantung
NOC :
Cardiac Pump
effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam
rentang normal (Tekanan
darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
Tidak ada penurunan
kesadaran
NIC :
Cardiac Care
Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas,lokasi, durasi)
Catat adanya disritmia
jantung
Catat adanya tanda dan
gejala penurunan cardiac
output
Monitor status
kardiovaskuler
Monitor status pernafasan
yang menandakan gagal
jantung
Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan
perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan
tekanan darah
Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
Atur periode latihan dan
istirahat untuk
menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas
pasien
Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneudan
ortopneu
Anjurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus
paradoksus
Monitor adanya pulsus
alterans
Monitor jumlah dan irama
jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Ketidakefektifan pola
nafas (00032)
Domain 4 : aktivitas /
istirahat
Kelas 4 : respon
kardiovaskuler/ pulmonal
Definisi :
Pertukaran udara inspirasi
dan/atau ekspirasi tidak
adekuat
Batasan karakteristik :
DS :
Klien mengatakan
sesak
DO :
Ada pernafasan
cuping hidung
Klien tampak sesak
Perubahan
kedalaman
pernafasan ( nafas
cepat dan dalam
Faktor yang
berhubungan :
Hiperventilasi
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Oxygen Therapy
Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3 Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas (00031)
Domain 11 : keamanan /
perlindungan
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas
Kelas 2 : Cedera fisik
Definisi : Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran
pernafasan untuk
mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
DS :
Klien mengatakan
sesak
DO :
Suara nafas
tambahan (ronkhi)
Perubahan frekuensi
pernafasan (28 x/
menit)
Sputum dalam
jumlah berlebih
Batuk yang tidak
efektif
Gelisah
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Mukus dalam jumlah
berlebihan
Airway paten
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction
dilakukan.
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion
nasotrakeal
Gunakan alat yang steril
sitiap melakukan tindakan
Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
Monitor status oksigen
pasien
Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suction
Hentikan suction dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.Monitor
respirasi dan status O2
X. IMPLEMENTASI
NO HARI /
TANGGAL
KODE
DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Selasa, 03-02-2015 00029 09.00
09.00
09.05
09.08
09.10
1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
Dengan hasil :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 70 x/ menit
Suhu : 36,5°C
RR : 28 x / menit
2) Memonitor kualitas dari nadi
Dengan hasil :
Kualitas nadi lemah
3) Memonitor frekuensi dan irama pernapasan
Dengan Hasil :
Frekuensi pernafasan 28 x / menit, iireguler
4) Memonitor suara paru
Dengan Hasil :
Suara auskultasi paru ronkhi
5) Memonitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Dengan hasil :
Jam 13.00
Klien mengatakan masih merasa
palpitasi
Klien merasa kelelahan setelah pergi
kekamar mandi
TTV :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 70 x/ menit
Suhu : 36,5°C
RR : 28 x / menit
Klien terlihat kelelahan setelah berjalan
dari kamar mandi.
Tidak ada asites, tidak ada penurunan
kesadaran
Masalah penurunan curah jantung
belum teratasi
Lanjutkan intervensi
1) Evaluasi adanya nyeri dada (
09.10
Suhu tubuh 36,5°C, warna kulit tidak
sianosis, kulit terasa lembab
6) Memonitor sianosis perifer
Dengan hasil :
Tidak ada sianosis perifer
intensitas,lokasi, durasi)
2) Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac output
3) Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
4) Monitor balance cairan
5) Monitor adanya perubahan tekanan
darah
6) Monitor toleransi aktivitas pasien
7) onitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
8) Anjurkan untuk menurunkan stress
2 Selasa, 03-02-2015 00032 11.10
11.15
1) Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
Dengan hasil :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 70 x/ menit
Suhu : 36,7°C
RR : 28 x / menit
2) Memonitor kualitas dari nadi
Dengan hasil :
Kualitas nadi lemah
Jam 13.00
Klien mengatakan masih merasa sesak
TTV :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 70 x/ menit
Suhu : 36,7°C
RR : 28 x / menit
Tidak ada sianosis
Klien tampak sesak bila berjalan
11.17
11.20
11.22
11.24
11..26
3) Memonitor irama pernapasan
Dengan hasil :
Irama pernasafasan irreguler
4) Mengobservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Dengan hasil :
Tidak ada tanda-tanda hipoventilasi
5) Mengauskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Dengan hasil :
suara nafas ronkhi
6) Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Dengan hasil :
klien tidak perlu dilakukan pemasangan alat jalan nafas
buatan
7) Membuka jalan nafas, gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
Dengan hasil :
Posisi klien chin lift, klien mengatakan lebih mudah
bernafas
Masalah ketidakefektifan pola nafas
belum teratasi
Lanjutkan intervensi
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2) Monitor kualitas dari nadi
3) Monitor irama pernapasan
4) Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
5) Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
6) Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
7) Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
8) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
11.28
8) Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
Dengan hasil :
Posisi klien semifowler, klien mengatakan lebih mudah
bernafas
3 Selasa, 03-02-2015 00031 11.30
11.32
11.34
11.36
1) Mengauskultasi suara nafas
Dengan hasil :
Suara nafas ronkhi
2) Menganjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam
Dengan hasil :
Klien beristirahat dan mampu melakukan
teknik nafas dalam
3) Menggunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan
Dengan hasil :
Perawat selalu menggunakan alat steril
setiap kali melakukan tindakan
4) Membuka jalan nafas, gunakan teknik chin
Jam 13.00
Klien mengatakan lendir susah keluar
dan masih batuk
Klien mampu mendemonstrasikan batuk
efektif
Tidak ada sianosis
Respirasi 26 x / menit
Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi
Lanjutkan intervensi
1) Auskultasi suara nafas
2) Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam
3) Gunakan alat yang steril sitiap
11.38
11.42
lift atau jaw thrust bila perlu
Dengan hasil :
Posisi klien chin lift, klien mengatakan
masih terasa sesak
5) Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Dengan hasil :
Posisi tidur klien semifowler, klien masih
merasa sesak
6) Mengajarkan klien untuk batuk efektif
Dengan hasil :
Klien mampu mndemonstrasikan cara batuk
efektif, sekret masih susah keluar
melakukan tindakan
4) Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
5) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
6) Ajarkan klien untuk batuk efektif
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction Publishing
Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn,2000, Keperawatan Medikal bedah Buku Saku untuk
Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa : Yasmin Asih, Editor Monica Ester,
Jakarta : EGC
Cowie, M.R., Dar, Q., 2008. The Epidemiology and Diagnosis of Heart Failure. In:
Fuster,V., et al., eds. Hurst’s the Heart. 12th ed. Volume 1. USA: McGrawHill
Herdman, T. Heather. (2013). Diagnosis Keperawatan definisi dan Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius