Upload
muhammad-dienullah
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ringkasan Eksikutif
DoughNut merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang industri pangan khususnya dalam pembuatan berbagai macam variasi kue donat yang memproduksi berbagai macam kue donat untuk disuplay di wilayah Mataram. DoughNut bertempat di Jln Panji Tilar Mataram.. Terbentuknya usaha pembuatan donat ini dilatar belakangi karena banyak orang yang menyukai donat dan pangsa tidak susut melainkan justru makin berkembang.
DoughNut merupakan salah satu produsen kue donat ke berbagai wilayah di Karesidenan Surakarta dalam skala kecil maupun skala besar dan partai sehingga dapat disesuaikan dengan permintaan. Dengan bahan baku berkualitas tinggi sehingga dihasilkan donat yang enak dan bermutu.
DougNut memfokuskan penjualan pada donat yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat dan selalu digemari karena rasanya yang nikmat. Harganya yang terjangkau sehingga dapat dinikmati orang dari semua kalangan. Donat yang diproduksi meliputi Sate Donat, Donat dengan isi selai buah-buahan, dan bertabur topping di atasnya. Usaha ini memproduksi 2500 buah donat sekali produksi setiap harinya. Dalam proses pembuatan antara lain persiapan bahan baku, pengolahan bahan, proses pengembangan, pencetakan bahan, pemanasan, perlakuan bahan jadi, pengepakan dan pemasaran.
Untuk segmen dan target pasar adalah konsumen tanpa memandang usia. Untuk harga donat bervariasi sesuai dengan toping atau isi yang digunakan. Untuk pendistribusian dan pemasaran biasanya dilakukan secara lobbying yakni mendekati para distributor (warung) untuk memasarkan donat.
B. Profil Perusahaan
1. Identitas Usaha
Nama Usaha : Bisnis Pembuatan Donat “DoughNut”
Alamat : Panji Tilar Mataram
Jenis Usaha : Bergerak di bidang industri pangan
Harga per Unit : Rp 2000,00
Lokasi Pemasaran : Mataram
J umlah Tenaga Kerja : 5 orang
1
2. Layanan
Sumber Produk : Prodiksi secara mandiri
Pemasaran : Melalui Distributor
Manajemen : Terstruktur
DoughNut merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang industri pangan khususnya dalam pembuatan berbagai variasi donat yang akan di edarkan di kota Mataram.. Terbentuknya usaha pembuatan donat ini dilatar belakangi karena banyak orang yang menyukai donat dan pangsa tidak susut melainkan justru makin berkembang.
Kegiatan sehari-hari usaha ini adalah pembuatan donat, pengemasan dan pemasaran. Proses pembuatan meliputi persiapan bahan baku, pengolahan bahan, proses pengembangan, pencetakan bahan, pemanasan, perlakuan bahan jadi, pengepakan. Sedangkan untuk proses pemasaran dilakukan dengan cara dititipkan di toko, warung manisan, termasuk store middle.
Visi dan misi dari DoughNut adalah memanjakan lidah para penggemar donat dengan rasa yang enak dan harga yang terjangkau untuk semua kalangan. Keistimewaan donat dari DoughNut ini terletak pada rasanya yang nikmat dengan tekstur lembut, harga yang terjangkau, higienis dan terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas.
Para pelanggan biasanya dari semua kalangan masyarakat karena donat digemari oleh semua orang tanpa memandang batasan usia yang berdomisili di Surakarta dan sekitarnya. Kelemahan dari usaha ini adalah pada pemasarannya yang belum meluas ke luar karesidenan Surakarta. Hal ini dikarenakan biaya transportasi yang cukup mahal.
C. Analisis Pasar
Donat bukan lagi makanan asing di telinga masyarakat. Kue berciri khas bolong di tengah itu hadir mulai dari kafe mentereng hingga warung jajanan di pinggir jalan kaki lima. Namun hadirnya begitu banyak pemain kawakan ternyata tidak membuat ceruk pasar lantas jenuh. Karena faktanya bahwa pangsa tidak susut, melainkan justru makin mengembang.
DoughNut merupakan bisnis makanan donat yang sasarannya adalah kalangan menengah ke bawah. Oleh karenanya harga yang dipatok relatif terjangkau Rp 2.000,00. Dengan SDM dan pengendalian mutu yang telah berpengalaman pada bidangnya sehingga dihasilkan donat yang berkualitas tanpa menaikkan harga. Untuk pemesanan bisa langsung menuju lokasi DoughNut maupun melalui marketing yang telah disediakan.
DoughNut merupakan salah satu produsen donat yang memasarkan donatnya ke penjuru kota Surakarta dalam skala kecil maupun skala besar sesuai dengan permintaan. DoughNut tidak mengalami kesulitan dlam mencari bahan baku karena bahan baku banyak dijual di pasaran.
2
Konsumen dari donat ini berasal dari golongan masyarakat kelas menengah ke bawah dan menengah ke atas dan dapat dinikmati oleh siapa saja. Hadirnya pesaing donat yang lain tidak terlalu menjadi masalah karena banyak orang yang menyukai donat.
D. Produk
DoughNut memfokuskan penjualan pada donat yang memiliki keunggulan rasa yang nikmat dengan tekstur lembut, higienis dan terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas. DoughNut juga menjual donat dengan harga yang terjangkau yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Donat yang dijual antara lain sate donat, donat biasa (coklat, keju, kacang, strawberry, gula), donat isi cokelat, donat isi selai (strawberry, durian), donat isi keju dan donat isi kacang.
E. Operasi
‘Doughnut’ banyak melakukan inovasi pada produk donatnya. Donat dibuat dengan terus mengalami diversifikasi menjadi yang lebih baik lagi, sehingga ada banyak pilihan macam rasa yang ditawarkan dengan rasa yang tidak mengecewakan. Produk-produk ‘Doughnut’ berasal dari bahan-bahan yang berkualitas dan diproses dengan tangan-tangan berpengalaman, sehingga donat yang dihasilkan bertekstur lembut dan secara keseluruhan memiliki citarasa yang membuat konsumen ingin terus membelinya. Akan didistribusikan 2500 buah donat per hari untuk berbagai toko-toko roti, tempat kos dan warung-warung sekitar kampus.
D. Pemasaran
Untuk segmen dan target pasar yaitu para mahasiswa dan juga masyarakat . Berbagai harga ditetapkan sesuai dengan kemampuan pembeli dan harga produksinya. Untuk harga sate donat dibandrol harga Rp.1000, donat biasa Rp. 1000, Untuk pendistribusian dan pemasaran biasanya dilakukan secara langsung dengan melakukan lobbiying kepada 70 toko-toko roti, 100 tempat kos-kos, mesen dan sisanya warung-warung terdekat sehingga dapat dititipkan untuk selanjutnya diambil kembali setelah ∓5 hari.
Untuk kesempatan-kesempatan pameran makanan, akan sangat meningkatkan penjualan karena nama dari ukm ini akan lebih dikenal sebagai tempat pemesanan kue katering.
BAB II LANDASAN TEORI
3
BREAK EVEN POIN (TITIK IMPAS)
2.1 Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita
kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol.
Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan
volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka
perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan,
bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
2.2 Manfaat Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Analisis Break Even Poin secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat
membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang diperoleh.
2.3 Jenis Biaya Berdasarkan Break Even Poin (Titik Impas)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
2.3.1 Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel
total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase
tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam
unit.
4
2.3.2 Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh
volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga
jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi,
bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
2.3.3 Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian
tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis
ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman
ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
2.4 Menentukan Break Even Poin (BEP) / Titik Impas
Biaya total dirumuskan dengan:
Total penerimaan atau Total Revenue (TR) adalah keseluruhan penerimaan atau
penghasilan produsen dari penjualan barang-barang atau jasa.
Variable Cost(VC) dirumuskan:
VC = c x Q
Total penerimaan dirumuskan dengan :
Keterangan:
- c = biaya variable per unit
- p = harga jual per unit
- Q = jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu tertentu
(Zaenuri,2009:58)Terdapat tiga kemungkinan hubungan antara TC dan TR. Ketiga
hubungan tersebut adalah:
i. TR > TC
ii. TR = TC
iii. TR < TC
5
TC = FC + VC
TR = p x Q
Kondisi ii mengandung arti bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh suatu
perusahaan digunakan seluruhnya untuk menutup total biaya yang telah dikeluarkan.
Perusahaan tidak memperoleh keuntungan, tetapi juga tidak menderita kerugian. Dalam
keadaan TR = TC, perusahaan dikatakan dalam kondisi impas atau disebut break even point.
Pendekatan grafik, tingkat break even suatu perusahaan dapat ditentukan dengan
menggambar komponen-komponen FC, VC, TC dan TR dalam bidang kartesius. Secara
matematik, biaya tetap (FC) bukan merupakan fungsi dari banyaknya barang yang
dihasilkan/dijual. Tetapi merupakan suatu konstanta. Sehingga kurvanya berbentuk garis
lurus sejajar sumbu horisontal (sumbu Q). Sedangkan biaya variabel (VC) merupakan suatu
fungsi dari banyaknya barang yang dihasilkan/dijual. Sehingga kurvanya berupa garis lurus
berlereng positif dan bermula dari titik pangkal. Kurva biaya total (TC) berupa garis lurus
berlereng positif yang sejajar dengan kurva VC dan berawal dari titik pangkal FC. Dan
penerimaan total (TR) merupakan fungsi banyaknya barang, kurvanya garis lurus berlereng
positif berawal dari titik pangkal. Kedudukan komponen-komponen tersebut dapat disajikan
sebagai berikut:
Keterangan
R/C = revenue/cost
Q = quantyti(kuantitas barang yang di produksi)
TR = total revenue (keuntungan netto)
6
R/C
Biaya tetap
Biaya variabel
keuntungan
Q
FC
VCTR
O
BEP
Gambar Kedudukan TR,VC,FC
VC = variabel cost(biaya variabel)
FC = fixed cost (biaya tetap)
Break Even Point (BEP) dirumuskan sebagai berikut :
BEP (dalam Rupiah )= TFC
1−TVCTR
… ……Rumus 1
BEP (dalam unit )= FCp−c
……… Rumus2
Keterangan :
- TFC = total fixed cost
- TVC = total variable cost
- TR = total revenue
- p = harga jual per unit
- c = variable cost per unit
7
Gambar Kedudukan FC, VC, TC dan TR
BEP
TRP
TC
FC
VC
O Q
Determinasi elemen-elemen break even point :
Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R),
Quantity (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost. Selanjutnya
adalah mendeterminasi (menentukan) masing-masing elemen tersebut.
- Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya
didominasi oleh Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan
dengan unit price product yang akan terjual.
- Quantity (Q): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan
manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu.
- Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual.
- Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang),
artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti
sebutannya “Variable Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan
diproduksi. Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable cost-
nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable
cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good Sales”, yang pada perusahaan
manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost
Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang biasanya terdiri
dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries) yang menggunakan
unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery &
Services), dll.
- Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat
satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable
cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
- Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang
penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi.
Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat,
costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi.
Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production
output. Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya
8
Operasional (Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa),
termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
- Graphical Approach Secara grafis; titik break even ditentukan oleh persilangan antara
garis total revenue dan garis total cost.
2.5 Keterbatasan Analisis Break Even Poin
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan
harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi
titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini
bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu,
yaitu:
Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POIN (BEP) akan bergeser atau
berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan
ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak
mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau
sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis
total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun
semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari
satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk
9
lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20%
pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
10
BAB III
ANAISA DAN DATA PERHITUNGAN
1. Analisa Data
Pembutan donat mampunyai banyak variable biaya yang dikeluarkan oleh
pemilik yaitu biaya primer berupa bahan baku, biaya sekunder berupa pelengkap
penunjang produksi dan upah pekerja. Berikut di bawah ini perinciannya.
a. Biaya primer atau bahan baku dan biaya sekunder bahan baku pendukung
no. Jenis bahan Jumlah harga total
1 tepung terigu 2 sak Rp. 342000
2 gula pasir 20 kg Rp. 190000
3 Telur 10 kg Rp. 100000
4 Margarin 10 kg Rp. 100000
5 baking powder 0,5 kg Rp. 20000
6 susu bubuk 1,5 kg Rp. 30000
7 minyak goring 10 kg Rp. 100000
8 Fermipan 1 pak Rp. 30000
9 Garam 2 ons Rp. 1000
10 Meises 3 kg Rp. 135000
11 Kacang 2 kg Rp. 28000
12coklat masak pekat (coklat, putih) 2 kg Rp. 92000
13 Selai 3,5 kg Rp. 35000
14 Keju 3 kg Rp. 45000
15 Kardus 450 buah Rp. 67500
Total Rp. 1315500
11
b. Upah pekerja
5 orng x Rp 750.000 = Rp 3.750.000
2. Perhitungan
A. Daftar biaya-biaya yang dihitung
Biaya Tetap (FC)
Kompor minyak 5 buah x Rp. 25.0010 Rp.625.000
Penggorengan 5 buah x Rp.50.000 Rp.250.000
Etalase 1 buah Rp.450.000 Rp.450.000
Mixer 1 buah Rp.1.200.000 Rp.1.200.000
Baskom 5 buah x Rp.20.000 Rp.100.000
Rak kayu 4 buah x Rp..100.000 Rp.400.000
Nampan atau loyang 50 buah x Rp.5000 Rp.250.000
Saringan minyak 5 buah x Rp.20.000 Rp.100.000
Peralatan lain-lain Rp.300.000
Total biaya investasi Rp.3.675.000
Biaya variable (VC) :
Upah 3 pekerja Rp 3.750.000
Biaya telpon, air, bbm listrik Rp 200.000
Total biaya Rp 3.950.000 / bulan
Rp 131.666/hari
Pendapatan = harga 1 produk adalah Rp 2.000 untuk peruksi 1 hari 2500 buah
donat.
= Rp 2.000 x 2.500 = Rp.5.000.000
Perhitungan Break Even Point (BEP)
12
c (variable cost per unit )=VCX
¿ Rp . 3.750 .0002.5 00
¿ Rp . 1500
BEP (dalam Rupiah )= TFC
1−TVCTR
¿ Rp. 3.675 .000
1−Rp . 131666
Rp . 5 .000.000
¿ Rp .3.774 .391
BEP (dalam unit atau produk )= FCp−c
¿ Rp. 3.675 .000Rp .2000−Rp. 1500
¿7350
Maka untuk menghitung waktu (T) yang dibutuhkan pembuatan satu produk adalah
T ( menit/produk) = 1hari
x
13
= 24 x60 menit25 00 produk
= 0,57menit/produk
Jadi waktu (T) yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas dengan meproduksi X = 7350
produk adalah
T ( menit) = T ( yang dibutuhkan untuk satu produk) x X
= 0,57 menit/produk x 7350 produk
= 4189,5 menit
Harga penjualan minimal satu produk untuk mencapai BEP (titik impas ) jika jumlah
produksi 70000 unit
TR = TC
pX = TC
p = TCX
= Rp . 5 .000 .000
7350
= Rp. 680 per produk
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan:
Berdasarkan analisa data, dapat disimpulkan:
1. Usaha donat ini akan mencapai Break Even Point (BEP) pada pendapatan Rp .3.774 .391
,- dan ketika mencapai produksi 7350 produk.
2. Lama waktu produksi yang diperlukan usaha donat ini untuk mencapai Break Even Point
(BEP) berdasarkan waktu produksi) dan quantitas produksi adalah 4189,5 menit atau =
2,9 hari.
4.2 Saran:
Agar bisa mencapai BEP lebih cepat, sebaiknya usaha donat ini meningkatkan
quantitas/volume produksinya. Karena hanya variable inilah yang paling mungkin untuk bisa
dirubah, sedangkan variable – variable lainnya seperti jam kerja dan biaya – biaya lainnya sangat
sulit untuk dirubah.
15